Dampak Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) Terhadap Pendapatan Petani (Studi kasus: Desa Kota Datar, Kecamatan Hamparan Perak, Kabupaten Deli Serdang)

(1)

DAMPAK PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PERDESAAN (PUAP) TERHADAP PENDAPATAN PETANI

(Studi kasus: Desa Kota Datar, Kecamatan Hamparan Perak, Kabupaten Deli Serdang)

SKRIPSI

OLEH:

PINTANI M.P. GEA

070304041

AGRIBISNIS

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

DAMPAK PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PERDESAAN (PUAP) TERHADAP PENDAPATAN PETANI

(Studi kasus: Desa Kota Datar, Kecamatan Hamparan Perak, Kabupaten Deli Serdang)

SKRIPSI

OLEH:

PINTANI M.P. GEA

070304041

AGRIBISNIS

Skripsi sebagai syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara, Medan Disetujui oleh:

Komisi pembimbing

Ketua Anggota

(Dr., Ir., Rahmanta Ginting, MSi.) (Dr., Ir., Satia Negara Lubis, MEc.) NIP. 196309281998031001 NIP. 196304021997031001

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(3)

ABSTRAK

Pintani M.P. Gea (070304041). “DAMPAK PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PERDESAAN (PUAP) TERHADAP PENDAPATAN PETANI” di Desa Kota Datar Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang. Penelitian ini dilakukan tahun 2010 dan dibimbing oleh Bapak

Dr.,Ir.,Rahmanta Ginting, MSi. dan Bapak Dr.,Ir.,Satia Negara Lubis, MSi.

Penelitian dilakukan secara Proposive (sengaja), dikarenakan Desa Kota Datar merupakan salah satu yang menerima dan telah menjalankan program PUAP, dan merupakan yang terbesar dalam pemberian bunga pinjaman di Kabupaten Hamparan Perak selama waktu penelitian berlangsung. Metode penentuan sampel menggunakan metode Sampel Random Berstrata (Stratified Random Sampling).

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana proses program PUAP berlangsung; dampak yang terjadi terhadap kinerja organisasi Gapoktan dalam menyalurkan BLM-PUAP; untuk mengetahui motivasi petani dalam mengembangkan usahanya setelah menerima dana PUAP; serta untuk mengetahui ada atau tidak perbedaan pendapatan petani sebelum ada program PUAP dengan setelah ada program PUAP. Metode penelitian menggunakan metode uji beda rata-rata atau t-hitung dengan uji dua sampel berpasangan (Paired Sample T-Test).

Dari hasil penelitian diperoleh kinerja organisasi Gapoktan dalam menyalurkan BLM-PUAP tergolong efektif, baik dilihat dari pihak penyalur yaitu organisasi Gapoktan maupun pihak pengguna yaitu petani; tingkat motivasi petani dalam mengembangkan usahanya setelah menerima dana BLM PUAP tergolong motivasi tinggi; dan terdapat perbedaan nyata terhadap pendapatan petani sebelum ada program PUAP dengan setelah ada program PUAP.


(4)

RIWAYAT HIDUP

Pintani M.P. Gea, lahir pada tanggal 04 April 1988 di Kota Binjai. Penulis merupakan anak ketiga dari empat bersaudara, dari pasangan Bapak Toroziduhu Gea dan Ibu Nurhaida Hasibuan.

Pendidikan yang pernah ditempuh penulis adalah sebagai berikut:

1. Tahun 1993 masuk Taman Kanak-Kanak di TK Santa Theresia di Binjai, dan tamat pada tahun 1994.

2. Tahun 1994 masuk Sekolah Dasar di SD Negeri No. 024764 di Binjai, dan tamat pada tahun 2000.

3. Tahun 2000 masuk Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama di SLTP Negeri 1 di Binjai, dan tamat pada tahun 2003.

4. Tahun 2003 masuk Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 3 di Binjai, dan tamat pada tahun 2006.

5. Tahun 2007 diterima di Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.

6. Bulan Juni-Juli 2011 mengikuti Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Desa Pematang Cengkering, Kecamatan Medang Deras, Kabupaten Batu Bara.

7. Tahun 2011 melakukan penelitian skripsi di Desa Kota Datar Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang.

8. Tahun 2007-2011 menjadi anggota Ikatan Mahasiswa Departemen Sosial Ekonomi Pertanian (IMASEP).


(5)

9. Tahun 2009 menjadi panitia dalam Seminar Nasional “Fungsi dan Pengaruh Perbankan dalam Peningkatan Sektor Pertanian” di Medan.

10.Tahun 2009 menjadi panitia dalam Musyawarah Kerja Wilayah VII POPMASEPI Dewan Pengurus Wilayah 1 di Medan.


(6)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan anugerah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

Skripsi ini berjudul Dampak Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) Terhadap Pendapatan Petani, studi kasus: Desa Kota Datar, Kecamatan Hamparan Perak, Kabupaten Deli Serdang. Adapun tujuan dari penulisan skripsi ini adalah sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.

Pada kesempatan ini dengan segala ketulusan dan kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Dr., Ir., Rahmanta Ginting, MSi. selaku Ketua Komisi Pembimbing yang telah membimbing penulis dalam penyusunan skripsi ini.

2. Bapak Dr., Ir., Satia Negara Lubis, MEc. selaku Anggota Komisi Pembimbing yang telah membimbing penulis dalam penyusunan skripsi ini.

3. Ibu Dr., Ir., Salmiah, MS. selaku Ketua Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.

4. Seluruh staf pengajar dan pegawai di Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.

5. Bapak Abdul khalik. selaku penyuluh pertanian lapangan (PPL), Bapak Parlin selaku sekretaris Gapoktan Namora, dan bapak-bapak pengurus Gapoktan Namora yang telah banyak membantu penelitian di lapangan.

6. Seluruh instansi dan responden yang terkait dengan penelitian ini yang telah membantu penulis dalam memperoleh data-data yang diperlukan..


(7)

7. Segala hormat dan terima kasih secara khusus penulis haturkan kepada ayahanda Toroziduhu Gea dan ibunda Nurhaida Hasibuan, atas kasih sayang serta dukungan baik secara moril maupun materil yang diberikan kepada penulis selama menjalani perkuliahan dan menyelesaikan skripsi ini.

8. Terima kasih juga penulis ucapkan kepada teman-teman penulis di Program Studi Agribisnis Stambuk 2007 yang tidak dapat disebutkan satu-persatu, yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.

Terakhir, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat untuk kita semua. Amin.

Medan, November 2011


(8)

DAFTAR ISI

ABSTRAK... i

RIWAYAT HIDUP ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR GAMBAR ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Identifikasi Masalah ... 7

1.3. Tujuan Penelitian ... 8

1.4. Kegunaan Penelitian ... 8

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Tinjauan Pustaka ... 9

2.2. Landasan Teori ... 15

2.3. Kerangka Pemikiran ... 25

2.4. Hipotesis Penelitian ... 27

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Metode Penentuan Daerah Penelitian ... 28

3.2. Metode Penentuan Sampel ... 29

3.3. Metode Pengumpulan Data ... 31

3.4. Metode Analisa Data ... 31

3.5. Defenisi dan Batasan Operasional ... 37

BAB IV DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN 4.1. Gambaran Umum Wilayah Penelitian ... 42

4.2. Gambaran Gapoktan Penelitian ... 43

4.3. Karakteristik Petani Responden ... 45

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Proses Penyaluran Dana PUAP ... 49

5.2. Kinerja Organisasi Gapoktan dalam Menyalurkan BLM-PUAP... 58

5.3.Motivasi Petani Dalam Mengembangkan Usahanya Setelah Menerima BLM PUAP ... 74

5.4. Perbedaan Pendapatan Petani Setelah Mendapat Dana BLM PUAP Dengan Sebelum Mendapat Dana BLM PUAP ... 79


(9)

6.1. Kesimpulan ... 83 6.2. Saran ... 84 DAFTAR PUSTAKA


(10)

DAFTAR TABEL

No.

Judul

Halaman

1. Data Penerima PUAP Tahun 2008-2009 di Kecamatan Hamparan

Perak ... 28

2. Jumlah Populasi dan Sampel Penelitian Di Desa Kota Datar Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang ... 31

3. Skala Skor Penilaian Efektivitas ... 33

4. Skala Skor Penilaian Efektivitas ... 35

5. Distribusi Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur Di Desa Kota Datar, 2010 ... 43

6. Karakteristik Petani Responden Penerima BLM-PUAP Berdasarkan Status Mata Pencaharian ... 45

7. Sebaran Petani Responden Menurut Golongan Umur ... 46

8. Sebaran Responden Petani Padi Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 47

9. Jumlah Petani Responden Berdasarkan Kriteria Pengalaman Berusahatani ... 48

10. Target dan Realisasi Dana BLM-PUAP di Desa Kota Datar ... 58

11. Realisasi Penerima PUAP di Gapoktan Namora, Desa Kota Datar .... 60

12. Persentase Tunggakan Dana PUAP, di Gapoktan Namora ... 62

13. Penilaian Responden Terhadap Persyaratan Awal PUAP ... 65

14. Penilaian Responden Terhadap Prosedur Peminjaman Dana PUAP .. 67

15. Penilaian Responden Terhadap Realisasi Pinjaman ... 68

16. Penilaian Responden Terhadap Biaya Administrasi Pinjaman ... 69

17. Penilaian Responden Terhadap Tingkat Bunga Pinjaman ... 70

18. Penilaian Responden Terhadap Pelayanan Pengurus Gapoktan ... 71

19. Penilaian Responden Terhadap Jarak/Lokasi Pelayanan... 72

20. Hasil Perhitungan Skor Penilaian Responden Terhadap Efektivitas Penyaluran BLM-PUAP Tahun 2009 ... 73

21. Penilaian Responden Terhadap Durasi Kegiatan ... 75

22. Penilaian Responden Terhadap Frekuensi Kegiatan ... 75

23. Penilaian Responden Terhadap Ketabahan, Keuletan dan Kemampuan dalam Mengahadapi Rintangan dan Kesulitan ... 76

24. Penilaian Responden Terhadap Pengorbanan untuk Mencapai Tujuan ... 77


(11)

25. Penilaian Responden Terhadap Tingkat Aspirasi yang Hendak

Dicapai dengan Kegiatan yang Dilakukan ... 77 26. Hasil Perhitungan Skor Penilaian Responden Terhadap motivasi


(12)

DAFTAR GAMBAR

No.

Judul

Halaman

1. Skema Kerangka Pemikiran ... 26 2. Mekanisme Penyaluran Dana BLM PUAP ... 57


(13)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Judul

1.

Laporan Penyaluran Dana BLM PUAP Periode I Gapoktan Namora

2.

Laporan Penyaluran Dana BLM PUAP Periode II Gapoktan Namora

3.

Data jumlah anggota Gapoktan Namora, Desa Kota Datar

4.

Karakteristik Petani Responden

5.

Dana Penyaluran, Pengembalian, Tunggakan BLM PUAP Gapoktan Namora, Desa Kota Datar

6.

Jawaban Responden Terhadap Pernyataan Efetifitas dan Motivasi

7.

Pendapatan Petani Per Produksi Sebelum Menerima BLM PUAP

8.

Pendapatan Petani Per Produksi Sesudah Menerima BLM PUAP


(14)

ABSTRAK

Pintani M.P. Gea (070304041). “DAMPAK PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PERDESAAN (PUAP) TERHADAP PENDAPATAN PETANI” di Desa Kota Datar Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang. Penelitian ini dilakukan tahun 2010 dan dibimbing oleh Bapak

Dr.,Ir.,Rahmanta Ginting, MSi. dan Bapak Dr.,Ir.,Satia Negara Lubis, MSi.

Penelitian dilakukan secara Proposive (sengaja), dikarenakan Desa Kota Datar merupakan salah satu yang menerima dan telah menjalankan program PUAP, dan merupakan yang terbesar dalam pemberian bunga pinjaman di Kabupaten Hamparan Perak selama waktu penelitian berlangsung. Metode penentuan sampel menggunakan metode Sampel Random Berstrata (Stratified Random Sampling).

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana proses program PUAP berlangsung; dampak yang terjadi terhadap kinerja organisasi Gapoktan dalam menyalurkan BLM-PUAP; untuk mengetahui motivasi petani dalam mengembangkan usahanya setelah menerima dana PUAP; serta untuk mengetahui ada atau tidak perbedaan pendapatan petani sebelum ada program PUAP dengan setelah ada program PUAP. Metode penelitian menggunakan metode uji beda rata-rata atau t-hitung dengan uji dua sampel berpasangan (Paired Sample T-Test).

Dari hasil penelitian diperoleh kinerja organisasi Gapoktan dalam menyalurkan BLM-PUAP tergolong efektif, baik dilihat dari pihak penyalur yaitu organisasi Gapoktan maupun pihak pengguna yaitu petani; tingkat motivasi petani dalam mengembangkan usahanya setelah menerima dana BLM PUAP tergolong motivasi tinggi; dan terdapat perbedaan nyata terhadap pendapatan petani sebelum ada program PUAP dengan setelah ada program PUAP.


(15)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sektor pertanian adalah salah satu sektor yang selama ini masih diandalkan oleh negara kita karena sektor pertanian memberikan banyak kontribusi dalam pembangunan ekonomi. Kontribusi pertanian dalam pembangunan ekonomi diantaranya adalah sebagai penyerap tenaga kerja; kontribusi terhadap pendapatan; kontribusi dalam penyediaan pangan; pertanian sebagai penyedia bahan baku; kontribusi dalam bentuk kapital; dan pertanian sebagai sumber devisa (Anonimus, 2011a).

Sebagai penunjang kehidupan berjuta-juta masyarakat Indonesia, sektor pertanian memerlukan pertumbuhan ekonomi yang kukuh dan pesat. Sektor ini juga perlu menjadi salah satu komponen utama dalam program dan strategi pemerintah untuk mengentaskan kemiskinan. Di masa lampau, pertanian Indonesia telah mencapai hasil yang baik dan memberikan kontribusi penting dalam pertumbuhan ekonomi Indonesia, termasuk menciptakan lapangan pekerjaan dan pengurangan kemiskinan secara drastis (Anonimus, 2011b).

Dari data yang di peroleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sumatera Utara tahun 2009, jumlah penduduk miskin di Sumatera Utara adalah sebesar 1.499.700 jiwa, dimana 11,56% berada di desa yang pada umumnya bermata pencaharian di bidang pertanian.


(16)

Dari data Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Deli Serdang, menyatakan bahwa sumbangan sektor pertanian terhadap perekonomian Kabupaten Deli Serdang masih sangat dominan terutama tanaman bahan makanan dan perkebunan. Namun demikian, konstribusi sektor pertanian terhadap pembentukan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Deli Serdang dari tahun ke tahun cenderung mengalami penurunan. Sampai saat ini, sektor pertanian masih merupakan basis ekonomi rakyat di pedesaan, menguasai hajat hidup sebagian besar penduduk, menyerap lebih dari sepertiga jumlah tenaga kerja di Kabupaten Deli Serdang. Pada tahun 2008, dari total 645.977 pekerja umur 10 tahun keatas di kabupaten ini adalah sebanyak 219.061 jiwa atau 33,91% nya bekerja di sektor pertanian. Hal tersebut mengindikasikan bahwa pembangunan pertanian sangat diperlukan dalam meningkatkan pembentukan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) sebagai penunjang perekonomian serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat dimana pertanian sebagai mata pencaharian pada umumnya.

Sasaran yang ingin dicapai melalui pembangunan pertanian adalah meningkatnya ketahanan pangan nasional, yang tercermin melalui peningkatan kapasitas produksi komoditas pertanian serta berkurangnya ketergantungan pangan impor, meningkatnya nilai tambah dan daya saing komoditas pertanian, serta meningkatnya pemanfaatan sumberdaya alam secara berkelanjutan. Sasaran akhir adalah peningkatan kesejahteraan petani dan masyarakat desa lainnya yang tercermin dari meningkatnya pendapatan petani, meningkatnya produktivitas tenaga kerja pertanian, berkurangnya jumlah penduduk miskin, berkurangnya jumlah penduduk yang kekurangan pangan dan turunnya ketimpangan pendapatan antar kelompok masyarakat (Departemen pertanian, 2009c).


(17)

Akan tetapi, perkembangan usaha agribisnis, sebagai penggerak ekonomi perdesaan dinilai sangat lambat, hal ini disebabkan oleh terbatasnya akses petani terhadap permodalan, sarana produksi, ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) serta pasar. Kelembagaan agribisnis di perdesaan belum dapat berfungsi sebagai lembaga ekonomi (Departemen Pertanian, 2009a).

Jika ditelusuri lebih jauh, permasalahan yang dihadapi dalam permodalan pertanian berkaitan langsung dengan kelembagaan selama ini yaitu lemahnya organisasi tani, sistem dan prosedur penyaluran kredit yang rumit, birokratis dan kurang memperhatikan kondisi lingkungan sosial budaya perdesaan, sehingga sulit menyentuh kepentingan petani yang sebenarnya. Kemampuan petani dalam mengakses sumber-sumber permodalan sangat terbatas karena lembaga keuangan perbankan dan non-perbankan menerapkan prinsip 5-C (Character, Collateral, Capacity, Capital dan Condition) dalam menilai usaha pertanian yang tidak semua persyaratan yang diminta dapat dipenuhi oleh petani. Secara umum, usaha di sektor pertanian masih dianggap beresiko tinggi, sedangkan skim kredit masih terbatas untuk usaha produksi, belum menyentuh kegiatan pra dan pasca produksi dan sampai saat ini belum berkembangnya lembaga penjamin serta belum adanya lembaga keuangan khusus yang menangani sektor pertanian (Syahyuti, 2007).

Untuk mempercepat tumbuh dan berkembangnya usaha agribisnis sekaligus mengurangi kemiskinan dan pengangguran di perdesaan, pemerintah meluncurkan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPMMandiri). Salah satu kegiatan dari PNPM-M di Departemen Pertanian dilakukan melalui kegiatan Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) (Departemen Pertanian, 2009b).


(18)

Program Pemberdayaan 10.000 desa yang digulirkan Menteri Pertanian pada tahun 2008 di Karawang, yaitu Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) merupakan strategi untuk penanggulangan kemiskinan dan penciptaan lapangan kerja di perdesaan, sekaligus mengurangi kesenjangan pembangunan antar wilayah pusat dan daerah serta antar subsektor (Departemen Pertanian, 2009a).

Program PUAP mencoba mengatasi masalah dana dengan cara menyalurkan dana kepada petani melalui kelompok tani/gapoktan. Dana PUAP pada prinsipnya hanya sebagai stimulus dalam menggerakkan usaha tani petani yang kemudian dikelola melalui LKM (Departemen pertanian, 2009d).

Dana tersebut digunakan untuk membiayai kegiatan produktif Budidaya (On-farm) seperti tanaman pangan, hortikultura, peternakan dan perkebunan, serta kegiatan Off-farm (non budidaya) yang terkait dengan komoditas pertanian yaitu industri rumah tangga pertanian, pemasaran hasil pertanian (bakulan, dll) dan usaha lain berbasis pertanian (Departemen Pertanian, 2009b).

PUAP merupakan program pemberdayaan yang dilaksanakan oleh Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) di perdesaan dengan memberikan fasilitasi bantuan modal usaha untuk petani pemilik, petani penggarap, buruh tani maupun rumah tangga tani yang salah satu tujuannya yaitu memberikan kepastian akses pembiayaan kepada petani anggota Gapoktan. Struktur PUAP terdiri dari Gapoktan, penyuluh pendamping dan Penyelia Mitra Tani (PMT) sehingga dapat lebih memberdayakan kelembagaan petani dan ekonomi perdesaan untuk pengembangan kegiatan usaha agribisnis. Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) penerima dana PUAP sebagai kelembagaan tani pelaksana PUAP tentunya


(19)

menjadi salah satu penentu sekaligus indikator bagi keberhasilan program PUAP itu sendiri (Departemen Pertanian, 2010f).

Adapun tujuan dari program PUAP bertujuan untuk: (1) Mengurangi kemiskinan dan pengangguran melalui penumbuhan dan pengembangan kegiatan usaha agribisnis di perdesaan sesuai dengan potensi wilayah; (2) Meningkatkan kemampuan pelaku usaha agribisnis, Pengurus Gapoktan, Penyuluh dan Penyelia Mitra Tani; (3) Memberdayakan kelembagaan petani dan ekonomi perdesaan untuk pengembangan kegiatan usaha agribisnis; (4) Meningkatkan fungsi kelembagaan ekonomi petani menjadi jejaring atau mitra lembaga keuangan dalam rangka akses ke permodalan (Departemen Pertanian, 2010b).

Sasaran PUAP yang ingin dicapai yaitu sebagai berikut: (1) Berkembangnya usaha agribisnis di 10.000 desa miskin yang terjangkau sesuai dengan potensi pertanian desa; (2) Berkembangnya 10.000 Gapoktan/Poktan yang dimiliki dan dikelola oleh petani; (3) Meningkatnya kesejahteraan rumah tangga tani miskin, petani/peternak (pemilik dan/atau penggarap) skala kecil, buruh tani; dan (4) Berkembangnya usaha agribisnis petani yang mempunyai siklus usaha harian, mingguan, maupun musiman (Departemen Pertanian, 2010b).

Gapoktan yang sudah melaksanakan program PUAP sampai saat ini berjumlah 20.426 Gapoktan yang berada di 33 Propinsi. Dari hasil evaluasi kinerja Gapoktan penerima dan pengelola bantuan program, PUAP telah banyak memberikan manfaat bagi petani terutama dalam bentuk fasilitasi pembiayaan

usaha ekonomi produktif yang murah dan mudah diakses (Departemen Pertanian, 2010c).


(20)

Desa Kota Datar merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Hamparan Perak, Kabupaten Deli Serdang yang sudah melaksanakan program PUAP. Dana PUAP telah diterima pada tahun 2009 dan dikelola oleh Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Namora yang berada di desa kota datar. Gapoktan Namora terdiri dari 16 kelompok tani. Usaha produktif di Gapoktan Namora adalah budidaya (On-Farm) yaitu tanaman pangan seperti padi, jagung; hortikultura seperti cabai, kacang; perkebunan seperti coklat dan sawit; dan peternakan seperti ternak ayam; dan non-budidaya (Off-Farm) yaitu industri rumah tangga pertanian dan pemasaran hasil pertanian skala mikro (bakulan, dll). Sampel dalam penelitian ini adalah yang usaha produktifnya dibidang budidaya (On-farm), seperti tanaman pangan; hortikultura; perkebunan; dan peternakan.

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang dapat dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut :

1. Bagaimana proses penyaluran dana Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan (PUAP)?

2. Bagaimana kinerja organisasi Gapoktan dalam menyalurkan BLM-PUAP? 3. Bagaimana tingkat motivasi petani dalam mengembangkan usahanya setelah

menerima dana BLM PUAP?

4. Apakah ada perbedaan pendapatan petani setelah mendapat dana BLM PUAP dengan sebelum mendapat dana BLM PUAP?


(21)

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui proses penyaluran dana Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan (PUAP).

2. Untuk mengetahui kinerja organisasi Gapoktan dalam menyalurkan BLM PUAP

3. Untuk mengetahui tingkat motivasi petani dalam mengembangkan usahanya setelah menerima dana BLM PUAP.

4. Untuk mengetahui ada atau tidak perbedaan pendapatan petani setelah mendapat dana BLM PUAP dengan sebelum mendapat dana BLM PUAP.

1.4. Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah :

1. Sebagai bahan masukan untuk dapat membantu petani dalam memperbaiki kelemahan dan kekurangan selama menjalankan proses agribisnis.

2. Sebagai bahan pertimbangan bagi instansi pemerintah terkait untuk membuat kebijakan dalam usaha meningkatkan kesejahteraan petani.

3. Sebagai bahan informasi ataupun referensi untuk pengembangan ilmu bagi pihak-pihak yang membutuhkan.


(22)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA

PEMIKIRAN, HIPOTESIS PENELITIAN

2.1. Tinjauan Pustaka

Tahun 2002 pemerintah melalui Departemen Pertanian RI mengeluarkan kebijakan baru dalam upaya untuk memberdayakan masyarakat dalam berusaha. Kebijakan tersebut dituangkan dalam bentuk program fasilitasi Bantuan Langsung Masyarakat (BLM). Program BLM ini diarahkan untuk pemberdayaan masyarakat yang mencakup bantuan modal untuk pengembangan kegiatan sosial ekonomi produktif; bantuan sarana dan prasarana dasar yang mendukung kegiatan sosial ekonomi; bantuan pengembangan sumberdaya manusia untuk mendukung penguatan kegiatan sosial ekonomi; bantuan penguatan kelembagaan untuk mendukung pengembangan proses hasil-hasil kegiatan sosial ekonomi secara berkelanjutan melalui penguatan kelompok masyarakat dan unit pengelola keuangan; dan bantuan pengembangan sistem pelaporan untuk mendukung pelestarian hasil-hasil kegiatan sosial ekonomi produktif (Kasmadi, 2005).

Seiring dengan perkembangan dan perubahan kepemimpinan di pemerintahan, maka kebijakan penguatan modal di bidang pertanian pun ikut berubah dan dimodifikasi lagi agar lebih baik. Pada tahun 2008 pemerintah


(23)

melalui Departemen Pertanian RI mencanangkan program baru yang diberi nama Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP).

Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) merupakan program Departemen Pertanian yang bertujuan untuk mengurangi kemiskinan, pengangguran, dan kesenjangan antar wilayah dan sektor. Untuk mendukung pelaksanaan PUAP diawali dengan peningkatan kapasitas sumberdaya manusia sebagai pelaksana kegiatan PUAP di lapangan (Departemen Pertanian, 2008).

PUAP merupakan program pemberdayaan yang dilaksanakan oleh Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) di perdesaan dengan memberikan fasilitasi bantuan modal usaha untuk petani pemilik, petani penggarap, buruh tani maupun rumah tangga tani yang salah satu tujuannya yaitu memberikan kepastian akses pembiayaan kepada petani anggota gapoktan. Struktur PUAP terdiri dari Gapoktan, penyuluh pendamping dan Penyelia Mitra Tani (PMT) sehingga dapat lebih memberdayakan kelembagaan petani dan ekonomi perdesaan untuk pengembangan kegiatan usaha agribisnis. Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) penerima dana PUAP sebagai kelembagaan tani pelaksana PUAP tentunya menjadi salah satu penentu sekaligus indikator bagi keberhasilan program PUAP itu sendiri (Departemen Pertanian, 2010a).

Departemen Pertanian (2008) mendefinisikan Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) sebagai kumpulan beberapa kelompok tani yang bergabung dan bekerjasama untuk meningkatkan skala ekonomi dan efisiensi usaha. Gapoktan terdiri atas kelompok tani yang ada dalam wilayah suatu wilayah administrasi desa atau yang berada dalam satu wilayah aliran irigasi petak pengairan tersier.


(24)

Menurut Syahyuti (2007), Gapoktan adalah gabungan dari beberapa kelompok tani yang melakukan usaha agribisnis di atas prinsip kebersamaan dan kemitraan sehingga mencapai peningkatan produksi dan pendapatan usahatani bagi anggotanya dan petani lainnya. Pengembangan Gapoktan dilatarbelakangi oleh kenyataan kelemahan aksesibilitas petani terhadap berbagai kelembagaan layanan usaha, misalnya lemah terhadap lembaga keuangan, terhadap lembaga pemasaran, terhadap lembaga penyedia sarana produksi pertanian serta terhadap sumber informasi. Pada prinsipnya, lembaga Gapoktan diarahkan sebagai sebuah kelembagaan ekonomi, namun diharapkan juga mampu menjalankan fungsi-fungsi lainnya serta memiliki peran penting terhadap pertanian.

Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) merupakan organisasi petani di perdesaan yang dibentuk secara musyawarah dan mufakat untuk meningkatkan skala ekonomi dan efisiensi usaha. Gapoktan dibentuk atas dasar: (1) Kepentingan yang sama di antara para anggotanya; (2) Berada pada kawasan usahatani yang menjadi tanggung jawab bersama di antara para anggotanya; (3) Mempunyai kader pengelola yang berdedikasi untuk menggerakkan para petani; (4) Memilki kader atau pemimpin yang diterima oleh petani lainnya; (5) Mempunyai kegiatan yang dapat dirasakan manfaatnya oleh sebagian besar anggotanya, dan (6) Adanya

dorongan atau motivasi dari tokoh masyarakat setempat (Departemen Pertanian, 2010c).

Peningkatan kapasitas SDM ditujukan bagi pengurus gapoktan, Kelompok Tani, Penyuluh Pendamping dan Penyelia Mitra Tani (PMT). PMT adalah tenaga profesional yang direkrut oleh Departemen Pertanian yang mempunyai tugas


(25)

utama mensupervisi dan advokasi kepada penyuluh pendamping dalam pengembangan usaha agribisnis perdesaan (Departemen Pertanian, 2008).

Untuk membangun gapoktan yang ideal sesuai dengan tuntutan organisasi masa depan, diperlukan dukungan sumber daya manusia yang berkualitas melalui pembinaan yang berkelanjutan. Proses penumbuhan dan pengembangan gapoktan yang kuat dan mandiri diharapkan secara langsung dapat menyelesaikan permasalahan petani dalam pembiayaan, dan pemasaran. Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 273/Kpts/OT.160/4/2007 tentang Pedoman pembinaan kelembagaan petani, pembinaan kelompok tani diarahkan pada penerapan sistem agribisnis, peningkatan peranan, peran serta petani dan anggota masyarakat perdesaan (Departemen Pertanian, 2010c).

Gapoktan yang telah mengikuti pelatihan kepemimpinan, kewirausahaan dan manajemen, akan diberikan dana Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) sebesar 100 juta rupiah untuk setiap Gapoktan dalam rangka mengembangkan usaha agribisnis perdesaan yang meliputi usaha budidaya (tanaman pangan, hortikultura, perkebunan dan peternakan) dan usaha non-budidaya (industri rumah tangga, pemasaran/bakulan, dan usaha lainnya yang berbasis pertanian) (Departemen Pertanian, 2008).

Dalam pengembangan usaha agribisnis perdesaan Gapoktan dapat membentuk unit usaha otonom yang meliputi unit simpan pinjam, unit usaha saprodi, unit usaha pengolahan dan pemasaran. Pembentukan unit usaha otonom disepakati dalam rapat anggota Gapoktan.(Departemen Pertanian, 2008).

Sejalan dengan format penumbuhan kelembagaan tani di perdesaan, Menteri Pertanian melalui Peraturan Menteri Pertanian Nomor


(26)

273/Kpts/OT.160/4/2007 telah menetapkan Gapoktan merupakan format final dari organisasi di tingkat petani di perdesaan yang di dalamnya terkandung fungsi-fungsi pengelolaan antara lain unit pengolahan dan pemasaran hasil, unit peyediaan saprodi, unit kelembagaan keuangan mikro. Melalui Permentan 273 Kementerian Pertanian telah menetapkan dan mewadahi Gapoktan sebagai kelembagaan ekonomi petani serta sekaligus menentukan arah pembinaan kelembagaan petani di perdesaan. Gapoktan penerima BLM PUAP, diarahkan untuk dapat dibina dan ditumbuhkan menjadi Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis (LKM-A) sebagai salah satu unit usaha dalam Gapoktan (Departemen Pertanian, 2010c).

2.1.1. Indikator Keberhasilan Program PUAP

Indikator keberhasilan output antara lain:

a. Tersalurkannya dana BLM PUAP kepada petani, buruh tani dan rumah tangga tani miskin anggota Gapoktan sebagai modal untuk melakukan usaha produktif pertanian; dan

b. Terlaksananya fasilitasi penguatan kapasitas dan kemampuan sumber daya manusia pengelola Gapoktan, Penyuluh Pendamping dan Penyelia Mitra Tani. Indikator keberhasilan outcome antara lain:

a. Meningkatnya kemampuan Gapoktan dalam memfasilitasi dan mengelola bantuan modal usaha untuk petani angota baik pemilik, petani penggarap, buruh tani maupun rumah tangga tani;

b. Meningkatnya jumlah petani, buruh tani dan rumah tangga tani yang mendapatkan bantuan modal usaha;


(27)

c. Meningkatnya aktivitas kegiatan agribisnis (hulu, budidaya, dan hilir) di perdesaan; dan

d. Meningkatnya pendapatan petani (pemilik dan atau penggarap), buruh tani dan rumah tangga tani dalam berusaha tani sesuai dengan potensi daerah.

Sedangkan indikator benefit dan impact antara lain:

a. Berkembangnya usaha agribisnis dan usaha ekonomi rumah tangga tani di lokasi desa PUAP;

b. Berfungsinya Gapoktan sebagai lembaga ekonomi petani di perdesaan yang dimiliki dan dikelola oleh petani; dan

c. Berkurangnya jumlah petani miskin dan pengangguran di perdesaan. (Departemen Pertanian, 2010b).

2.1.2. Strategi PUAP 2.1.2.1. Strategi Dasar

Adapun strategi dasar dalam Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) adalah:

1) Pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan PUAP;

2) Optimalisasi potensi agribisnis di desa miskin yang terjangkau;

3) Fasilitasi modal usaha bagi petani kecil, buruh tani dan rumah tangga tani miskin; dan

4) Penguatan kelembagaan gapoktan. (Departemen Pertanian, 2010b).


(28)

Adapun strategi operasional dalam Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) adalah:

1) Pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan PUAP dilaksanakan melalui: a. Pelatihan bagi petugas pembina dan pendamping PUAP;

b. Rekrutmen dan pelatihan bagi Penyuluh dan PMT; c. Pelatihan bagi pengurus Gapoktan; dan

d. Pendampingan bagi petani oleh penyuluh dan PMT.

2) Optimalisasi potensi agribisnis di desa miskin yang terjangkau dilaksanakan melalui:

a. Identifikasi potensi desa;

b. Penentuan usaha agribisnis (hulu, budidaya, dan hilir) unggulan; dan c. Penyusunan dan pelaksanaan RUB berdasarkan usaha agribisnis unggulan. 3) Fasilitasi modal usaha bagi petani kecil, buruh tani dan rumah tangga tani

miskin kepada sumber permodalan dilaksanakan melalui:

a. Penyaluran BLM PUAP kepada pelaku agribisnis melalui Gapoktan; b. Pembinaan teknis usaha agribisnis dan alih teknologi; dan

c. Fasilitasi pengembangan kemitraan dengan sumber permodalan lainnya. 4) Penguatan kelembagaan gapoktan dilaksanakan melalui:

a. Pendampingan gapoktan oleh penyuluh pendamping; b. Pendampingan oleh PMT di setiap kabupaten/kota; dan

c. Fasilitasi peningkatan kapasitas gapoktan menjadi lembaga ekonomi yang dimilki dan dikelola petani.


(29)

2.2. Landasan Teori

2.2.1. Evaluasi Program PUAP

Evaluasi pelaksanaan program PUAP dilakukan untuk mengetahui apakah pelaksanaan program tersebut telah sesuai atau berhasil berdasarkan indikator-indikator yang ada. Keberhasilan program PUAP akan memberikan dampak berupa manfaat yang optimal dan oleh karena itu evaluasi pelaksanaan program ini sangat diperlukan untuk menilai indikator-indikator keberhasilan PUAP antara lain:

Indikator keberhasilan output antara lain:

a. Tersalurkannya dana BLM PUAP kepada petani, buruh tani dan rumah tangga tani miskin anggota Gapoktan sebagai modal untuk melakukan usaha produktif pertanian; dan

b. Terlaksananya fasilitasi penguatan kapasitas dan kemampuan sumber daya manusia pengelola Gapoktan, Penyuluh Pendamping dan Penyelia Mitra Tani. Indikator keberhasilan outcome antara lain:

a. Meningkatnya kemampuan Gapoktan dalam memfasilitasi dan mengelola bantuan modal usaha untuk petani angota baik pemilik, petani penggarap, buruh tani maupun rumah tangga tani;

b. Meningkatnya jumlah petani, buruh tani dan rumah tangga tani yang mendapatkan bantuan modal usaha;

c. Meningkatnya aktivitas kegiatan agribisnis (hulu, budidaya, dan hilir) di perdesaan; dan

d. Meningkatnya pendapatan petani (pemilik dan atau penggarap), buruh tani dan rumah tangga tani dalam berusaha tani sesuai dengan potensi daerah.


(30)

a. Berkembangnya usaha agribisnis dan usaha ekonomi rumah tangga tani di lokasi desa PUAP;

b. Berfungsinya Gapoktan sebagai lembaga ekonomi petani di perdesaan yang dimiliki dan dikelola oleh petani; dan

c. Berkurangnya jumlah petani miskin dan pengangguran di perdesaan. (Departemen Pertanian, 2010b).

Berdasarkan indikator-indikator tersebut, maka untuk menilai keberhasilan program PUAP, akan digunakan salah satu indikator yang dianggap bisa mewakili keberhasilan program tersebut. Indikator yang dimaksud adalah menilai tingkat pendapatan. Pemilihan indikator ini dengan pertimbangan bahwa pendapatan merupakan salah satu parameter yang bisa digunakan untuk menilai tingkat kesejahteraan seseorang. Hal yang sama juga diungkapkan oleh Daerobi (2007) yang menyatakan bahwa Indikator kesejahteraan dapat dilihat melalui dimensi moneter yaitu pendapatan dan pengeluaran.

2.2.2. Penilaian Kinerja Gapoktan

Gabungan Kelompok Tani atau GAPOKTAN adalah gabungan dari beberapa kelompoktani yang melakukan usaha agribisnis di atas prinsip kebersamaan dan kemitraan sehingga mencapai peningkatan produksi dan pendapatan usahatani bagi anggotanya dan petani lainnya.

Gapoktan mempunyai 6 (enam) fungsi, yaitu sebagai: (1) unit usahatani; (2) Unit usaha pengolahan; (3) Unit sarana dan prasarana produksi; (4) Unit usaha pemasaran; (5) Unit usaha keuangan mikro; dan (6) unit jasa penunjang.


(31)

Guna mencapai Gapoktan dapat berfungsi sebagai unit usahatani, peran penyuluh pertanian mengarahkan Gapoktan mempunyai kemampuan sebagai berikut: (1) Mengambil keputusan dalam menentukan pengembangan produksi usaha tani yang menguntungkan berdasarkan informasi yang tersedia (dalam bidang teknologi, sosial, permodalan, sarana produksi dan sumber daya alam lainnya); (2) Menyusun rencana definitive Gapoktan dan melaksanakan kegiatan atas dasar pertimbangan efisiensi; (3) Memfasilitasi penerapan teknologi (bahan, alat, cara) usaha tani anggota sesuai dengan rencana kegiatan Gapoktan; (4) Menjalin kerjasama/kemitraan dengan pihak lain yang terkait dalam pelaksanaan usaha tani; (5) Mentaati dan melaksanakan kesepakatan yang dihasilkan bersama dalam Gapoktan maupun dengan pihak lain; (6) Mengevaluasi kegiatan bersama dan rencana kebutuhan Gapoktan, sebagai bahan rencana kegiatan yang akan datang; (7) Meningkatkan kesinambungan produktivitas dan kelestarian sumber daya alam dan lingkungan; (8) Mengelola administrasi secara baik; (9) Merumuskan kesepakatan bersama, baik dalam memecahkan masalah maupun untuk kegiatan Gapoktan; dan (10) Merencanakan dan melaksanakan pertemuan berkala baik di Gapoktan maupun dengan pihak lain.

2) Gapoktan Berfungsi sebagai Unit Usaha Pengolahan

Agar Gapoktan dapat berfungsi sebagai unit usaha pengolahan, peran penyuluh pertanian mengarahkan Gapoktan mempunyai kemampuan sebagai berikut: (1) Menyusun perencanaan kebutuhan peralatan pengolahan hasil usaha tani anggotanya; (2) Menjalin kerjasama/kemitraan usaha dengan pengusaha pengolahan hasil-hasil pertanian dan dengan pihak penyedia


(32)

peralatan-peralatan pertanian; (3) Mengembangkan kemampuan petani anggota Gapoktan dalam pengolahan produk pertanian; dan (4) Mengorganisasikan kegiatan produksi petani anggota Gapoktan ke dalam unit usaha pengolahan hasil pertanian.

3) Gapoktan Berfungsi sebagai Unit Usaha Sarana dan Prasarana Produksi

Agar Gapoktan dapat berfungsi sebagai unit usaha sarana dan prasarana, peran penyuluh pertanian mengarahkan Gapoktan mempunyai kemampuan sebagai berikut: (1) Menyusun rencana kebutuhan sarana dan prasarana setiap anggotanya; (2) Menjalin kerjasama/kemitraan usaha dengan pihak penyedia sarana dan prasarana produksi pertanian (pabrik, kios saprotan, dan lain-lain); dan (3) Mengorganisasikan kegiatan penyedia sarana dan prasarana produksi pertanian dengan dinas terkait dan lembaga usaha sarana dan prasarana produksi pertanian.

4) Gapoktan Berfungsi sebagai Unit Usaha Pemasaran

Untuk mencapai Gapoktan dapat berfungsi sebagai unit usaha pemasaran, peran penyuluh pertanian mengarahkan Gapoktan mempunyai kemampuan sebagai berikut: (1) Mengidentifikasi serta menganalisis potensi dan peluang pasar berdasarkan sumber daya yang dimiliki untuk mengembangkan komoditi yang lebih menguntungkan; (2) Merencanakan kebutuhan pasar dengan memperhatikan segmentasi pasar (tingkat kemampuan calon pembeli); (3) Menjalin kerjasama/kemitraan usaha dengan pemasok kebutuhan pasar/hasil-hasil produksi pertanian; (4) Mengembangkan penyediaan


(33)

komoditi yang dibutuhkan pasar; (5) Mengembangkan kemampuan anggota dalam memasarkan produk pertanian dan menganalisis usaha masing-masing anggota untuk dijadikan satu unit usaha yang menjamin pada permintaan pasar dilihat dari kualitas, kuantitas serta kontinuitas.

5) Gapoktan Berfungsi sebagai Unit Usaha Keuangan Mikro

Untuk Gapoktan dapat berfungsi sebagai unit usaha keuangan mikro, peran penyuluh pertanian mengarahkan Gapoktan mempunyai kemampuan sebagai berikut: (1) Menumbuhkembangkan kreativitas dan prakarsa anggota untuk memanfaatkan informasi dan akses permodalan yang tersedia; (2) Meningkatkan kemampuan anggota untuk dapat mengelola keuangan mikro secara komersial dan menggali sumber-sumber usaha yang mampu meningkatkan permodalan; dan (3) Mendorong dan mengadvokasi anggota agar mau dan mampu melaksanakan kegiatan simpan-pinjam guna memfasilitasi pengembangan modal usaha.

Menurut kamus bahasa Indonesia, Kinerja dapat diartikan sebagai sesuatu yang dicapai atau prestasi yang diperlihatkan. Menurut Cascio (1992: 267), penilaian kinerja adalah sebuah gambaran atau deskripsi yang sistematis tentang kekuatan dan kelemahan yang terkait dari seseorang atau suatu kelompok.

Penilaian keberhasilan kinerja suatu lembaga dapat mengacu pada pencapaian sasaran dan tujuan. Parameter keberhasilan kinerja Gapoktan dapat diukur dari kemampuan lembaga tersebut dalam menyalurkan dan mengelola dana PUAP secara efektif. Efektivitas pengelolaan dan penyaluran dana PUAP


(34)

ditentukan oleh kemampuannya menjangkau sebanyak mungkin petani dalam hal ini anggota kelompok tani yang benar-benar memerlukan bantuan penguatan modal untuk kegiatan usahanya. Penilaian keefektivan ini dapat dilihat dari dua sudut pandang yang berbeda yaitu dari sisi penilaian kinerja Gapoktan dalam menyalurkan dana PUAP kepada anggotanya dan dari sisi persepsi anggota atau yang menerima dana bantuan PUAP.

Penilaian keefektivan penyaluran kredit (penyaluran dana PUAP) dengan melihat kinerja aktivitas dapat diketahui dengan menggunakan beberapa tolak ukur sebagai berikut :

1. Target dan Realisasi Target

Berapa persentase realisasi kredit (pinjaman dana PUAP) yang dapat tersalurkan bila dibandingkan dengan tingkat pengajuan pinjaman.

2. Jangkauan Kredit (Tersalurkannya Dana PUAP)

Bagaimana jangkauan kredit (pinjaman dana PUAP) terhadap masyarakat (petani), dalam artian beragamnya sektor yang menerima bantuan kredit. Semakin beragam sektor penerima kredit maka kredit semakin efektif.

3. Frekuensi Kredit (Pinjaman dana PUAP)

Jumlah pengguna (petani) yang menggunakan dana kredit pinjaman (dana PUAP). Frekuensi pinjaman ini dilihat dari banyaknya trsansaksi, dalam hal ini transaksi peminjaman dan pengembalian pinjaman.

4. Persentase Tunggakan

Persentase tunggakan ditentukan dari banyaknya jumlah tunggakan pinjaman kredit tersebut.


(35)

Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis (LKM-A) merupakan lembaga keuangan mikro yang ditumbuhkan dari gapoktan pelaksana PUAP dengan fungsi utamanya adalah untuk mengelola aset dasar dari dana PUAP dan dana keswadayaan angggota.

Disisi lain, Pardosi (1998) menyatakan bahwa keberhasilan dalam efektivitas penyaluran menurut penerima kredit diukur dengan melihat tanggapan kreditur terhadap persyaratan awal (mudah, sedang, berat), prosedur peminjaman (mudah, sedang, sulit), realisasi kredit (cepat, sedang, lambat), biaya administrasi (ringan, sedang, berat), tingkat bunga (ringan, sedang, berat), pelayanan dan jarak atau lokasi kreditur (dekat. sedang, jauh).

2.2.3. Motivasi

Motif berasal dari bahasa latin movere yang berarti bergerak atau to move

yang berarti kekuatan dalam diri organisme yang mendorong untuk berbuat (driving force). Motif sebagai pendorong tidak berdiri sendiri tetapi saling terkait dengan faktor lain yang disebut dengan motivasi. Menurut Caplin (1993) motif adalah suatau keadaan ketegangan didalam individu yang membangkitkan, memelihara dan mengarahkan tingkah laku menuju pada tujuan atau sasaran. Motif juga dapat diartikan sebagai tujuan jiwa yang mendorong individu untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu dan untuk tujuan-tujuan tertentu terhadap situasi disekitarnya (Woodworth dan Marques dalam Mustaqim, 1991). Sedangkan menurut Koontz dalam Moekjizat (1984) motif adalah suatu keadaan dari dalam yang memberi kekuatan, yang menggiatkan atau menggerakkan, dan yang mengarahkan atau menyalurkan perilaku kearah tujuan-tujuan tertentu.


(36)

Menurut Gunarsa (2003) terdapat dua motif dasar yang menggerakkan perilaku seseorang, yaitu motif biologis yang berhubungan dengan kebutuhan untuk mempertahankan hidup dan motif sosial yang berhubungan dengan kebutuhan sosial. Sementara Maslow A.H. menggolongkan tingkat motif menjadi enam, yaitu: kebutuhan fisik, kebutuhan rasa aman, kebutuhan akan kasih sayang, kebutuhan seks, kebutuhan akan harga diri dan kebutuhan aktualisasi diri (dalam Mahmud, 1990).

Terlepas dari beberapa definisi tentang motif diatas, tentu kita dapat menarik suatu kesimpulan bahwa motif adalah suatu dorongan dari dalam diri individu yang mengarahkan pada suatu aktivitas tertentu dengan tujuan tertentu pula. Sementara itu motivasi didefinisikan oleh MC. DOnald (dalam Hamalik, 1992) sebagai suatu perubahan energi didalam pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya afektif dan reaksi untuk mencapai tujuan. Menurutnya terdapat tiga unsur yang berkaitan dengan motivasi yaitu:

1. Motif dimulai dari adanya perubahan energi dalam pribadi, misalnya adanya perubahan dalam sistem pencernaan akan menimbulkan motif lapar.

2. Motif ditandai dengan timbulnya perasaan (afectif arousal), misalnya karena amin tertarik dengan tema diskusi yang sedang diikuti, maka dia akan bertanya.

3. Motif ditandai oleh reaksi-rekasi untuk mencapai tujuan. Menurut Terry (dalam Moekjizat, 1984) motivasi adalah keinginan didalam diri individu yang mendorong individu untuk bertindak

Seberapa kuat motivasi yang dimiliki individu akan banyak menentukan terhadap kualitas perilaku yang ditampilkannya, baik dalam konteks belajar,


(37)

bekerja maupun dalam kehidupan lainnya. Dalam konteks studi psikologi, Abin Syamsuddin Makmun (2003) mengemukakan bahwa untuk memahami motivasi individu dapat dilihat dari beberapa indikator, diantaranya:

1) Durasi kegiatan; 2) Frekuensi kegiatan; 3) Persistensi pada kegiatan;

4) Ketabahan, keuletan dan kemampuan dalam mengahadapi rintangan dan kesulitan;

5) Devosi dan pengorbanan untuk mencapai tujuan;

6) Tingkat aspirasi yang hendak dicapai dengan kegiatan yang dilakukan;

7) Tingkat kualifikasi prestasi atau produk (out put) yang dicapai dari kegiatan yang dilakukan; dan

8) Arah sikap terhadap sasaran kegiatan. (Anonimus, 2011c)

2.2.4. Pendapatan Usahatani

Pada akhirnya usahatani yang dilakukan akan memperhitungkan biaya-biaya yang telah dikeluarkan dengan penerimaan yang diperoleh. Selisih antara biaya yang dikeluarkan dengan penerimaan yang diperoleh tersebut merupakan pendapatan dari usahatani yang dijalankan. Tujuan utama dari analisis pendapatan adalah menggambarkan keadaan sekarang suatu kegiatan usaha dan menggambarkan keadaan yang akan datang dari perencanaan atau tindakan (Soeharjo dan Patong, 1973). Analisis pendapatan usahatani sangat bermanfaat bagi petani untuk mengukur tingkat keberhasilan usahanya.


(38)

Analisis pendapatan usahatani memerlukan dua keterangan pokok, yaitu keadaan penerimaan dan keadaan pengeluaran selama jangka waktu tertentu. Penerimaan merupakan total nilai produk yang dihasilkan yang diperoleh dari hasil perkalian antara jumlah output (produk yang dihasilkan) dengan harga produk tersebut. Sedangkan pengeluaran atau biaya merupakan semua pengorbanan sumberdaya ekonomi dalam satuan uang yang diperlukan untuk menghasilkan suatu output dalam suatu periode produksi.

Penerimaan usahatani dapat berbentuk tiga hal yakni (1) hasil penjualan tunai (seperti tanaman pangan, ternak, ikan dan lain sebagainya); (2) produk yang dikonsumsi keluarga petani; (3) kenaikan nilai inventaris selisih nilai akhir tahun dengan nilai awal tahun). Sementara itu, pengeluaran usahatani tani meliputi biaya tetap dan biaya tidak tetap (variabel). Bentuk pengeluaran dalam usahatani berupa pengeluaran tunai dan pengeluaran yang diperhitungkan. Pengeluaran tunai adalah pengeluaran yang dibayarkan dengan menggunakan uang, seperti biaya pengadaan sarana produksi usahatani dan pembayaran upah tenaga kerja. Sedangkan pengeluaran yang diperhitungkan adalah pengeluaran yang digunakan untuk menghitung nilai pendapatan kerja petani apabila nilai kerja keluarga diperhitungkan.

Analisis pendapatan tunai dan pendapatan total produksi usahatani merupakan bentuk analisis dalam usahatani yang digunakan untuk melihat keuntungan relatif dari suatu kegiatan cabang usahtani berdasarkan perhitungan finansial. Dalam analisis ini dilakukan dua pendekatan, yaitu perhitungan pendapatan atas dasar biaya tunai dan perhitungan atas dasar biaya total (biaya


(39)

tunai dan biaya yang diperhitungkan). Soekartawi (1986) menjelaskan beberapa istilah yang terkait dengan pengukuran pendapatan usahatani antara lain :

1. Pendapatan kotor usahatani adalah ukuran hasil perolehan total sumberdaya yang digunakan dalam usahatani. Istilah lain untuk pendapatan kotor usahatani adalah nilai produksi atau penerimaan kotor usahatani.

2. Pendapatan kotor tunai didefinisikan sebagai nilai mata uang yang diterima dari penjualan produk usahatani. Pendapatan kotor tunai usahatani tidak mencakup pinjaman uang untuk keperluan usahatani yang berbentuk benda dan yang dikonsumsi.

3. Pendapatan kotor tidak tunai adalah pendapatan yang bukan dalam bentuk uang, seperti hasil panen yang dikonsumsi, hasil panen yang digunakan untuk bibit atau makanan ternak, untuk pembayaran, disimpan di gudang, dan menerima pembayaran dalam bentuk benda.

4. Pengeluaran total usahatani didefinisikan sebagai nilai semua input yang habis terpakai di dalam produksi, tetapi tidak termasuk tenaga kerja keluarga petani. Pengeluaran usahatani meliputi pengeluaran tunai dan pengeluaran tidak tunai. 5. Pengeluaran tunai adalah pengeluaran berdasarkan nilai uang. Jadi segala

pengeluaran untuk keperluan kegiatan usahatani yang dibayar dalam bentuk benda tidak termasuk dalam pengeluaran tunai.

6. Pengeluaran tidak tunai adalah nilai semua input yang digunakan namun tidak dalam bentuk uang. Misalnya nilai barang dan jasa untuk keperluan usahatani yang dibayar dengan benda.


(40)

7. Pendapatan bersih adalah selisih antara pendapatan kotor usahatani dengan total pengeluaran usahatani. Pendapatan bersih usahatani mengukur imbalan yang diperoleh keluarga petani akibat dari penggunaan faktor-faktor produksi.

2.3. Kerangka Pemikiran

Masalah paling dasar bagi sebagian besar petani adalah masalah keterbatasan modal yang dimiliki oleh para petani. Kemampuan petani dalam mengakses sumber-sumber permodalan sangat terbatas.

Dalam rangka mengatasai masalah tersebut, pemerintah mencanangkan program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP). Bantuan dana PUAP ini disalurkan melalui Gapoktan sebagai lembaga pelaksana yang dipercaya oleh Departemen Pertanian.

Pelaksanaan program PUAP perlu dievaluasi untuk menilai apakah ada dampak yang berarti dari pemanfaatan dana bantuan tersebut.

Penilaian dilakukan dengan mengukur tingkat motivasi petani dalam mengembangkan usahataninya setelah adanya program PUAP. Kemudian penilaian juga dilakukan dengan melihat indikator keberhasilan PUAP, salah satunya dengan mengukur tingkat pendapatan anggota Gapoktan PUAP sebelum dan sesudah adanya program tersebut. Selanjutnya dilakukan penilaian terhadap kinerja Gapoktan PUAP yang dinilai dari kemampuan Gapoktan dalam mengelola dan menyalurkan dana PUAP kepada petani secara efektif. Analisis keefektifan


(41)

Motivasi Petani

pengelolaan dan penyaluran dana PUAP melalui pola pinjaman dilihat dari pihak Gapoktan sebagai penyalur atau pemberi pinjaman dan dari pihak petani sebagai peminjam atau pengguna.

Setelah dilakukan evaluasi, kemudian ditarik kesimpulan secara keseluruhan dan kemudian direkomendasikan saran perbaikan bagi pelaksanaan program PUAP kedepannya.

Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran Organisasi Pelaksana

PUAP

Sebelum PUAP Tingkat Pendapatan GAPOKTAN

Dampak PUAP Terhadap Petani Dampak terhadap

Kinerja Gapoktan

Sesudah PUAP Tingkat Pendapatan Kemampuan

Mengelola dan Menyalurkan

Dana PUAP Secara Efektif

Evaluasi dan Saran Perbaikan Pelaksanaan Evaluasi


(42)

Keterangan :

Menyatakan Pengaruh

Menyatakan Perbandingan

2.4. Hipotesis Penelitian

Sesuai dengan identifikasi masalah, maka diambil hipotesis penelitian yaitu :

Ada perbedaan pendapatan petani dari usaha yang dikembangkannya setelah dan sebelum mendapat dana BLM PUAP.


(43)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Metode Penentuan Daerah Penelitian

Metode penentuan daerah penelitian dilakukan secara purposive yaitu secara sengaja, berdasarkan pra survey yang dilakukan dengan tujuan-tujuan penelitian. Daerah ini diangkat menjadi daerah penelitian dengan pertimbangan bahwa berdasarkan data sekunder yang diperoleh, desa ini merupakan salah satu desa yang telah memperoleh dana Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) dan telah mengusahakan dan mengembangkan dana Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) untuk kegiatan agribisnis. Selain itu Gapoktan Namora yang berada di Desa Kota Datar adalah termasuk yang tertinggi dalam pemberian jasa/bunga untuk pinjaman dana PUAP di kecamatan Hamparan Perak. Selengkapnya dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Data Penerima PUAP Tahun 2008-2009 di Kecamatan Hamparan Perak

No. Nama Desa Nama gapoktan Tahun Penerimaan

BLM PUAP

Jasa (%) 1 Paluh Manan Jaya Bersama 2008 1

2 Selemak Hikmah Tani 2008 1


(44)

4 Sei Baharu Rahmat Tani 2008 2

5 Kota Datar Namora 2009 3

6 Kota Rantang Sinar Tani 2009 1

7 Desa Lama Sepakat Tani 2009 2

Sumber : Data primer (2008-2009), diolah

3.2. Metode Penentuan Sampel

Dalam penelitian ini, sampel yang digunakan adalah para petani di Desa Kota Datar, Kecamatan Hamparan Perak, Kabupaten Deli Serdang yaitu pada Gapoktan Namora yang terdiri dari 16 kelompok tani dengan jumlah anggota kelompok tani sebanyak 1565 anggota. Gapoktan Namora telah memperoleh dana Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) pada tahun 2009 dan mulai direalisasikan tahun 2010.

Dalam penyaluran dana BLM PUAP di Gapoktan Namora sudah berjalan 3 priode, yang pertama yaitu penyaluran dana Rp. 100.000.000,- kemudian dari hasil pengembalian dana tersebut ditambah dengan jasa yang diperoleh, maka dana tersebut digulirkan kembali kepada petani pemilik, petani penggarap, buruh tani maupun rumah tangga tani yang membutuhkan.

Dalam hal ini penulis menggunakan metode penentuan sampel yaitu Sampel Random Berstrata (Stratified Random Sampling). Menurut Setiawan (2005), populasi dibagi ke dalam sub populasi (strata), dengan tujuan membentuk sub populasi yang di dalamnya membentuk satuan-satuan sampling yang memiliki nilai variabel yang tidak terlalu bervariasi (relatif homogen).

Jumlah sampel yang diambil sebanyak 30 sampel. Menurut Nazir (2005) bahwa ukuran sampel yang diterima berdasarkan pada metode penelitian deskriptif korelasional minimal 30 sampel.


(45)

Dalam hal ini, yang menjadi populasi adalah petani yang telah menerima dana BLM PUAP periode I dan periode II di Gapoktan Namora. Sementara yang akan dijadikan sampel dalam penelitian ini adalah petani yang mengusahakan budidaya (On-Farm) yaitu tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, dan peternakan; sedangkan yang non-budidaya (Off-Farm) yaitu industri rumah tangga pertanian dan pemasaran hasil pertanian skala mikro (bakulan, dll) tidak diikutsertakan. Sehingga sub populasinya dapat dibagi menjadi tanaman pangan; hortikultura; perkebunan; dan peternakan.

Sampel penelitian dihitung dengan persamaan Soepomo (1997) yaitu:

Spl Js

N n

× = Dimana:

Spl = Sampel

n = Jumlah anggota kelompok tani di setiap usaha produktif N = Total populasi

Js = Besar sampel (30 orang)

1. Spl Js N n × = 30 61 30× = = 15 2. Spl Js

N n × = 30 61 20 × = = 10

3. Spl Js N n × = 30 61 2 × =

= 1

4. Spl Js N n ×


(46)

30 61

2

× =

= 1 5. Spl Js

N n

× =

30 61

4 ×

= = 2 6. Spl Js

N n

× =

30 61

3

× = = 1


(47)

Tabel 2. Jumlah Populasi dan Sampel Penelitian Di Desa Kota Datar Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang

No. Usaha Produktif Priode Jumlah

(Orang)

Penentuan Sampel

1. Tanaman pangan

Periode I

30 15

2. Hortikultura 20 10

3. Perkebunan 2 1

4. Tanaman pangan

Periode II

2 1

5. Hortikultura 4 2

6. Peternakan 3 1

Jumlah 61 30

Sumber : Data Gapoktan Namora (2010-2011), diolah

3.3. Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah terdiri dari data primer dan data skunder. Data primer adalah data yang diperoleh dari hasil pengamatan, wawancara, dan hasil pengumpulan data secara langsung kepada petani dengan menggunakan alat bantu kuisioner. Sedangkan data skunder adalah data yang diperoleh dari buku, literatur, dan lembaga atau instansi yang terkait dengan penelitian ini.

3.4. Metode Analisa Data

Identifikasi Masalah 1, Bagaimana proses penyaluran dana

Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan (PUAP)? Dianalisis secara deskriptif dengan cara menjelaskan proses-proses yang dilakukan dalam pelaksanaan Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP). Data-data kualitatif diperoleh dari hasil wawancara dengan pengurus Gapoktan dan data-data sekunder didapat dari pihak yang bersangkutan.

Identifikasi Masalah 2, Bagaimana kinerja organisasi Gapoktan dalam menyalurkan BLM-PUAP? Dianalisis secara deskriptif. Kinerja Gapoktan PUAP


(48)

dapat dilihat dari kemampuannya dalam mengelola dan menyalurkan dana PUAP secara efektif berdasarkan kriteria penilaian baik dilihat dari pihak Gapoktan sendiri maupun dilihat dari pengguna dana PUAP, dalam hal ini adalah petani.

Efektivitas penyaluran dana PUAP dari pihak Gapoktan dapat dilihat dari beberapa tolok ukur, antara lain : (1) target dan realisasi pinjaman; (2) jangkauan pinjaman; (3) frekuensi pinjaman; (4) persentase tunggakan; dan (5) pembentukan LKM-A (Lembaga Keuangan Mikro-Agribisnis). Pengolahan data dilakukan secara kualitatif. Data-data kualitatif diperoleh dari hasil wawancara dengan pengurus Gapoktan dan data-data sekunder didapat dari pihak yang bersangkutan.

Efektivitas penyaluran dana PUAP berdasarkan tanggapan dari pengguna (petani) dana PUAP dapat dianalisis menggunakan sistem pemberian skor penilaian keefektivan yang kemudian diuraikan secara deskriptif. Penentuan skor tersebut akan menggunakan skala Likert jenjang tiga. Pengukurannya dilakukan dengan menghadapkan seorang responden pada beberapa pernyataan, yaitu: 1) persyaratan awal; 2) prosedur; 3) realisasi pinjaman; 4) biaya administrasi; 5) tingkat bunga; 6) pelayanan; dan 7) jarak atau lokasi, kemudian responden tersebut diminta untuk memberikan tanggapan yang mempunyai skor 1- 3, yaitu: tiga (3) untuk jawaban yang paling mendukung (seperti: Mudah; Cepat; Murah; Rendah; Baik; dan Dekat); dua (2) untuk jawaban Sedang; dan satu (1) untuk jawaban yang tidak mendukung (seperti: Sulit; Lama; Mahal; Tinggi; Buruk; dan Jauh).

Nilai skor yang diperoleh adalah antara 210-630. Nilai skor 210 didapat dari hasil pengalian skor terendah (1) dengan jumlah parameter yang digunakan yaitu tujuh dan dengan jumlah responden yang telah ditentukan (30 responden),


(49)

atau dapat ditulis (1x 7 x 30 = 210). Sedangkan nilai skor 630 diperoleh dari hasil pengalian skor tertinggi (3) dengan jumlah parameter yang digunakan (7) dan dengan jumlah responden (30) atau dapat ditulis dengan (3 x 7 x 30 = 630).

Berdasarkan perolehan skor dari responden, selanjutnya ditentukan rentang skala atau selang untuk menentukan efektivitas penyaluran dana PUAP. Selang diperoleh dari selisih total skor tertinggi yang mungkin dengan total skor minimal yang mungkin dibagi jumlah kategori jawaban (Umar, 2005).

Selang

kategori Jumlah

Minimal Nilai

Maksimal

Nilai

=

Sehingga dapat ditulis dengan: Selang =

3 210 630−

= 140

Berdasarkan perolehan nilai selang, selanjutnya ditentukan skor efektivitas penyaluran dana PUAP dengan cara membagi tiga skor diantara total nilai minimal sampai total nilai maksimal hingga diperoleh tiga selang efektivitas.

Nilai 140 merupakan selang untuk setiap tingkat penilaian. Dari nilai selang tersebut, dapat ditentukan rentang skala tiap kategori penilaian. Penilaian tanggapan responden terhadap penyaluran dana PUAP akan dibagi ke dalam tiga kategori, yaitu efektif, cukup efektif, dan tidak efektif. Skala rentang penilaian yang diperoleh dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Skala Skor Penilaian Efektivitas

Kategori Penilaian Rentang Skala

Belum efektif 210-350

Cukup efektif 351-490

Efektif 491-630

Berdasarkan Tabel 3, dapat dijelaskan bahwa jika total skor berada pada rentang nilai antara 210-350, maka penyaluran pinjaman dana PUAP dapat


(50)

dikatakan belum efektif. Jika total skor berada pada rentang nilai antara 351-490, maka penyaluran pinjaman dana PUAP dapat dikatakan cukup efektif. Sementara itu, apabila total skor berada pada rentang nilai antara 491-630, maka penyaluran pinjaman dana PUAP dapat dikatakan efektif.

Identifikasi Masalah 3, Bagaimana tingkat motivasi petani dalam mengembangkan usahanya setelah menerima dana BLM PUAP? dapat dianalisis menggunakan sistem pemberian skor dan kemudian diuraikan secara deskriptif. Penentuan skor tersebut akan menggunakan skala Likert jenjang tiga, dengan nilai masing-masing: meningkat (skor 3); tetap/tidak meningkat (skor 2); dan menurun (skor 1).

Dalam hal ini diberikan 5 parameter, yaitu: (1) durasi kegiatan; (2) frekuensi kegiatan; (3) ketabahan, keuletan dan kemampuan dalam mengahadapi rintangan dan kesulitan; (4) pengorbanan untuk mencapai tujuan; dan (5) tingkat aspirasi yang hendak dicapai dengan kegiatan yang dilakukan. Masing-masing mempunyai nilai tertinggi 3 dan nilai terendah 1.

Nilai skor yang diperoleh adalah antara 150 - 450. Nilai skor 150 didapat dari hasil pengalian skor terendah (1) dengan jumlah parameter yang digunakan yaitu lima dan dengan jumlah responden yang telah ditentukan (30 responden), atau dapat ditulis (1x 5 x 30 = 150). Sedangkan nilai skor 450 diperoleh dari hasil pengalian skor tertinggi (3) dengan jumlah parameter yang digunakan lima dan dengan jumlah responden (30) atau dapat ditulis dengan (3 x 5 x 30 = 450).

Penentuan selang untuk setiap tingkat penilaian dilakukan dengan cara pengurangan antara nilai skor maksimum dengan nilai skor minimum yang kemudian hasilnya dibagi dengan banyaknya kategori penilaian, atau dapat ditulis


(51)

dengan

3 150 450−

= 100. Nilai 100 merupakan selang untuk setiap tingkat penilaian. Dari nilai selang tersebut, dapat ditentukan rentang skala tiap kategori penilaian. Skala rentang penilaian yang diperoleh dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Skala Skor Penilaian Efektivitas

Kategori Penilaian Rentang Skala

Motivasi rendah 150-250

Motivasi sedang 251-350

Motivasi tinggi 351-450

Berdasarkan Tabel 4, dapat dijelaskan bahwa jika total skor berada pada rentang nilai antara 150-250, maka tingkat motivasi petani setelah adanya dana BLM PUAP masih rendah. Jika total skor berada pada rentang nilai antara 251-350, maka tingkat motivasi petani setelah adanya dana BLM PUAP dapat dikatakan sedang atau tetap. Sementara itu, apabila total skor berada pada rentang nilai antara 351-450, maka motivasi petani dalam mengembangkan usahanya setelah menerima dana BLM PUAP dapat dikatakan tinggi.

Hipotesis, Apakah ada perbedaan pendapatan petani dari usaha yang dikembangkannya setelah mendapat dana BLM PUAP dengan sebelum mendapat dana BLM PUAP? Dijelaskan dengan uji statistik t-hitung untuk berpasangan, dengan Formulasinya sebagai berikut :

n d

/

hitung t S o d d

=

; db = n – 1

Dimana: o d

d

-

= Rata-rata tingkat pendapatan setelah ada dana pinjaman - sebelum ada dana pinjaman.

Sd = Standar deviasi


(52)

db = Derajat Bebas (Walpole, 1995)

Pendapatan usahatani :

I = TR – TC

Dimana:

I = Pendapatan Usahatani R = Total Penerimaan TC = Total Biaya

Penerimaan usaha tani dapat diperoleh dengan formula:

TRi = Yi x Py

Dimana:

TRi = Total Penerimaan

Yi = Produksi yang diperoleh dalam suatu usaha tani i Py = Harga Y

Biaya usaha tani dapat diperoleh dengan formula:

TC = FC + VC

Keterangan :

TC = Total Biaya FC = Biaya Tetap

VC = Biaya Tidak Tetap. (Soekartawi, 1995)

Hipotesis awal yaitu menunjukkan tidak ada perbedaan tingkat pendapatan sebelum dan sesudah adanya program PUAP. Sementara itu hipotesis akhir adalah


(53)

menunjukkan adanya perbedaan tingkat pendapatan sebelum dan sesudah adanya program PUAP. Hipotesis tersebut dapat dinyatakan sebagai berikut :

H0 : μ1 = μ2 atau μD = μ1- μ2 = 0

H1 : μ2 > μ1 atau μD = μ2 - μ1 > 0 Dimana :

μ1 = Pendapatan usaha sebelum mendapatkan pinjaman μ2 = Pendapatan usaha setelah mendapatkan pinjaman

Kriteria Uji :

Ho ditolak apabila t-hitung > t-tabel, db = n-1, α = 0.05 Ho diterima apabila t-hitung < t-tabel, db = n-1, α = 0.05

Penggunaan alpha sebesar 5% dalam uji statistik t-hitung sesuai dengan kebutuhan peneliti yang juga didasarkan pada pernyataan Usman, dkk (2008), bahwa dalam penelitian sosial, besarnya alpha yang digunakan dapat bernilai 1% atau 5%. Penentuan besarnya alpha tersebut tergantung kepada peneliti. Hasil pengolahan data kemudian diinterpretasikan secara deskriptif.

3.5. Defenisi dan Batasan Operasional

Untuk menghindari kesalahpahaman dan kekeliruan atas pengertian dalam penelitian ini, maka diberikan beberapa defenisi dan batasan operasional.

3.5.1. Defenisi

1. Pengembangan Usaha Agribisnis di Perdesaan yang selanjutnya di sebut PUAP adalah bagian dari pelaksanaan program PNPM-Mandiri melalui bantuan modal usaha dalam menumbuhkembangkan usaha agribisnis sesuai dengan potensi pertanian desa sasaran.


(54)

2. Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri yang selanjutnya di sebut PNPM-Mandiri adalah program pemberdayaan masyakarat yang ditujukan untuk mengurangi kemiskinan dan meningkatkan kesempatan kerja. 3. Agribisnis adalah rangkaian kegiatan usaha pertanian yang terdiri atas 4

(empat) sub-sistem, yaitu (a) subsistem hulu yaitu kegiatan ekonomi yang menghasilkan sarana produksi (input) pertanian; (b) subsistem pertanian primer yaitu kegiatan ekonomi yang menggunakan sarana produksi yang dihasilkan subsistem hulu; (c) subsitem agribisnis hilir yaitu yang mengolah dan memasarkan komoditas`pertanian; dan (d) subsistem penunjang yaitu kegiatan yang menyediakan jasa penunjang antara lain permodalan, teknologi dan lain-lain.

4. Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan RI (sebagaimana tercantum pada Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa). Dalam pelaksanaan PUAP yang dimaksud dengan desa termasuk didalamnya adalah Kelurahan (Kota), Nagari (Sumatera Barat), Kampung (Papua dan Papua Barat).

5. Desa Miskin adalah desa yang secara ekonomis pendapatan per kapitanya per tahun berada dibawah standar minimum pendapatan per kapita nasional dan infrastruktur desa yang sangat terbatas.


(55)

6. Perdesaan adalah kawasan yang secara komparatif memiliki keunggulan sumberdaya alam dan kearifan lokal (endogeneous knowledge) khususnya pertanian dan keanekaragaman hayati.

7. Petani adalah perorangan warga negara Indonesia beserta keluarganya atau korporasi yang mengelola usaha di bidang pertanian yang meliputi usaha hulu, usaha tani, agroindustri, pemasaran dan jasa penunjang.

8. Kelompok Tani (Poktan) adalah kumpulan petani/peternak yang dibentuk atas dasar kesamaan kepentingan, kesamaan kondisi lingkungan (sosial, ekonomi, sumber daya) dan keakraban untuk meningkatkan dan mengembangkan usaha anggota.

9. Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) PUAP adalah kumpulan beberapa Kelompok Tani yang bergabung dan bekerja sama untuk meningkatkan skala ekonomi dan efisiensi usaha.

10. Usaha Produktif adalah segala jenis usaha ekonomi yang dilakukan oleh petani/kelompok tani di perdesaan dalam bidang agribisnis yang mempunyai transaksi hasil usaha harian, mingguan, bulanan, musiman maupun tahunan. 11. Penyuluh Pendamping adalah penyuluh pertanian yang ditugaskan oleh

Bupati/Walikota atau pejabat yang ditunjuk untuk mendampingi petani, kelompok tani dan Gapoktan dalam pelaksanaan PUAP.

12. Penyelia Mitra Tani (PMT) adalah individu yang memiliki keahlian di bidang keuangan mikro yang direkrut oleh Kementerian Pertanian untuk melakukan supervisi dan advokasi kepada Penyuluh dan Pengelola Gapoktan dalam pengembangan PUAP.


(56)

13. Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) PUAP adalah dana bantuan sosial untuk petani/kelompok tani guna pengembangan usaha agribisnis di perdesaan yang disalurkan melalui Gapoktan dalam bentuk modal usaha.

3.5.2. Batasan Operasional

Adapun batasan operasional dalam penelitian ini adalah:

1. Penelitian ini dilakukan pada tahun 2011, pada gabungan kelompok tani Namora di Desa Kota Datar, Kecamatan Hamparan Perak, Kabupaten Deli Serdang.

2. Sampel penelitian ini adalah petani petani anggota, baik petani pemilik, petani penggarap, buruh tani maupun rumah tangga tani yang dikoordinasikan oleh Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Namora yang telah menerima bantuan Pengembangan Usaha Agribisnis Pertanian (PUAP).

3. Monitoring dan evaluasi dilakukan pada petani anggota, baik petani pemilik, petani penggarap, buruh tani maupun rumah tangga tani yang dikoordinasikan oleh Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Namora yang telah menerima bantuan Pengembangan Usaha Agribisnis Pertanian (PUAP).


(57)

BAB IV

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN

1.1. Gambaran Umum Wilayah Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Kota Datar Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang. Desa Kota Datar berbatasan dengan Desa Telaga Tujuh dan Desa Karang Gading Kecamatan Labuhan Deli di Sebelah Utara, Desa Bulu Cina Kecamatan Hamparan Perak di Sebelah Selatan, Desa Tandam Hilir II Kecamatan Hamparan Perak di Sebelah Barat, dan di sebelah Timur berbatasan dengan Desa Paluh Manan Kecamatan Hamparan Perak.

Desa ini terdiri dari 15 dusun, yaitu Dusun I (Kikik A), Dusun (II Kikik B), Dusun III (Kupang A), Dusun IV (Kupang B), Dusun V (Pembangunan I), Dusun VI (Pembangunan II), Dusun VII (Waringin A), Dusun VIII (Waringin B), Dusun IX (Parit Tuan), Dusun X (Karya Bakti), Dusun XI (Pasar Lori), Dusun XII (Gudang Atap A), Dusun XIII (Gudang Atap B), Dusun XIV (Gudang Atap C), dan Dusun XV (Bakaran Batu)

Luah wilayah Desa Kota Datar adalah 1444 Ha, dimana luas wilayah yang digunakan untuk pertanian sawah pengairan ½ irigasi adalah 32 Ha, untuk sawah tadah hujan 767 Ha, untuk ladang atau tegalan 267 Ha, dan untuk perkebunan rakyat 378 Ha.

Jumlah penduduk di Desa Kota Datar pada tahun 2011 adalah 5.583 jiwa, yang terdiri dari laki-laki sebanyak 1.557 jiwa, perempuan sebanyak 2.835 jiwa dan jumlah Kepala Keluarga (KK) sebanyak 1557. Penduduk setempat mayoritas


(58)

menganut agama Islam dan Kristen, dan suku mayoritas adalah Banjar, Jawa, Batak, Melayu, dan Karo.

Penduduk di Desa Kota Datar yang termasuk usia produktif (kelompok umur 26-50 tahun) sebanyak 1.991 jiwa yang terdiri dari 1052 jiwa laki-laki dan 939 perempuan. Data distribusi jumlah penduduk berdasarkan kelompok umur di Desa Kota Datar, dapat dilihat pada tabel 5.

Tabel 5. Distribusi Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur Di Desa Kota Datar, 2010

Kelompok Umur

Jenis Kelamin Jumlah

(Jiwa)

Persentase (%) Laki-laki (Jiwa) Perempuan (Jiwa)

0-12 bulan 1-4 tahun 5-6 tahun 7-12 tahun 13-15 tahun 16-18 tahun 19-25 tahun 26-35 tahun 36-45 tahun 46-50 tahun 51-60 tahun 61-75 tahun >76 tahun 160 159 203 204 191 239 301 382 392 278 210 97 19 162 167 204 207 194 242 302 334 335 270 212 99 20 322 326 407 411 385 481 603 716 727 548 422 196 39 5,77 5,84 7,29 7,36 6,90 8,61 10,80 12,82 13,02 9,82 7,56 3,51 0,70

Jumlah 2835 2748 5583 100,00

Sumber : Kantor Kepala Desa Kota Datar, 2010

Dilihat dari jumlah penduduk usia produktif dapat diketahui bahwa ketersediaan tenaga kerja di desa tersebut mencukupi termasuk tenaga kerja di bidang pertanian.

1.2. Gambaran Gapoktan Penelitian

Gapoktan di Desa Kota Datar, Kecamatan Hamparan Perak, Kabupaten Deli Serdang, didirikan pada tanggal 10 Mei 2007, dengan nama Gapoktan NAMORA. Gapoktan Namora terdiri dari 16 kelompok tani, yaitu Tani Subur;


(59)

Karya Harapan; Tunas Karya; Tunas Baru; Karya Bakti II; Anggrek; Karya Bakti I; Swadaya; Waringin; Satva Mandiri; Pelita Baru; Karya Maju; Tunas Muda; Sumber Harapan; Harapan Tani; dan Tunas Harapan, dengan jumlah anggota kelompok tani 1567 dan jumlah anggota Gapoktan 372 orang.

Adapun struktur kepengurusan Gapoktan Namora priode yaitu: Ketua : Ibnu Sajri

Wakil Ketua : Yusuf Fauji Sekretaris : Parlin Bendahara : Kamio

Seksi-seksi

1. Pertanaman : Suradi 2. Saprodi : Selamat 3. Pengolahan Hasil : Sarino 4. Simpan Pinjam : Tutik 5. Pemuda Tani : Utoyo 6. Wanita Tani : Nursiah 7. Humas : Sujarno

Untuk menjadi anggota Gapoktan Namora, terdapat syarat-syarat yang harus dipenuhi, antara lain yaitu:

1) Anggota kelompok tani,

2) Mempunyai lahan sebagai pemilik langsung, 3) Wilayah usaha harus di naungan Gapoktan, 4) Fotocopy KTP


(60)

6) Membayar simpanan pokok sebesar Rp 10.000,-

7) Membayar simpanan wajib sebesar Rp 1.000,- per bulan, dan 8) Membawa pas photo 3x4 sebanyak dua lembar.

4.3. Karakteristik Petani Responden

Deskripsi karakteristik petani responden dilihat dari beberapa kriteria antara lain status usahatani, usia petani, tingkat pendidikan, status kepemilikan lahan dan pengalaman berusahatani.

4.3.1. Status Usahatani Petani Responden

Berdasarkan hasil survey secara langsung di daerah penelitian, diperoleh data bahwa dari 30 petani responden penerima BLM-PUAP, menggunakan dana BLM-PUAP tersebut untuk usahanya yaitu sebagai pekerjaan utama (seperti petani/peternak/pekebun). Selain dari pekerjaan utama, petani responden juga memiliki pekerjaan sampingan, seperti buruh, berkebun, berternak, dan sabagainya. Selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Karakteristik Petani Responden Penerima BLM-PUAP Berdasarkan Status Mata Pencaharian

Petani Responden Jumlah Responden (Orang)

Pekerjaan Utama Pekerjaan Sampingan

Tanaman Pangan 16 0

Hortikultura 12 0

Perkebunan 1 0

Peternakan 1 0

Total 30 0


(61)

4.3.2. Usia Petani Responden

Berdasarkan kriteria usia petani responden penerima BLM-PUAP yang berusahatani dibagi menjadi tiga kelompok angkatan kerja, yaitu kelompok usia 0 sampai 25 tahun, kemudian dari umur 26 tahun sampai 50 tahun dan dari 51 tahun sampai umur 75 tahun. Sebaran petani responden penerima BLM-PUAP dari masing-masing kelompok usia dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Sebaran Petani Responden Menurut Golongan Umur

Golongan Umur (Tahun)

Jumlah (Orang)

Persentase (%)

0-25 0 0

26-50 25 83,3

51-75 5 16,7

Total 30 100

Sumber : Data Primer (2011), diolah

Pada Tabel 7 dapat dijelaskan bahwa para responden yang melakukan kegiatan usahatani sebanyak 83,3 % atau sebanyak 25 petani responden berada pada usia yang produktif yaitu pada rentang umur 26 tahun sampai 50 tahun. Namun faktor usia tidak membatasi para petani untuk melakukan kegiatan usahatani. Hal ini terbukti dari adanya 5 petani responden atau sebesar 16,7 % yang berusia lanjut dan tergolong bukan usia produktif yaitu usia 51 sampai 75 tahun, tetapi masih mampu melakukan aktivitas usahatani.

4.3.3. Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan rendah merupakan salah satu hal yang masih melekat pada karakteristik petani pada umumnya. Tingkat sekolah dasar merupakan pendidikan yang paling banyak ditempuh oleh petani responden. Gambaran tingkat pendidikan dapat dilihat pada Tabel 8.


(62)

Tabel 8. Sebaran Responden Petani Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Tingkat Pendidikan Jumlah Responden

(Orang)

Persentase (%)

Tidak sekolah 0 0

SD 8 26,7

SLTP 12 40

SLTA 10 33,3

Perguruan Tinggi 0 0

Total 30 100

Sumber : Data Primer (2011), diolah

Berdasarkan Tabel 8 dapat dijelaskan bahwa tidak ada responden yang tidak bersekolah namun tingkat pendidikan para responden sebagian besar hanya sampai pada tingkat Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP). Hal ini dibuktikan dengan persentase yang sekolah sampai tingkat SLTP sebesar 40 % atau sebanyak 12 petani responden. Kemudian responden yang sekolah sampai tingkat Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) sebesar 33,3 % atau sebanyak 10 petani responden. Sisanya sebesar 26,7 % atau sebanyak 8 petani responden sekolah hanya sampai tingkat Sekolah Dasar (SD). Tidak ada responden yang pernah mengenyam pendidikan sampai ke perguruan tinggi. Hal ini disebabkan keterbatasan biaya karena responden berasal dari keluarga yang ekonominya lemah atau miskin.

Rendahnya tingkat pendidikan menyebabkan para responden tidak mudah untuk memperoleh pekerjaan sehingga mereka memilih untuk meneruskan warisan orang tuanya yakni menjadi petani. Melakukan kegiatan usahataninya dengan memanfaatkan keterampilan yang diperoleh langsung dari orang tua merupakan salah satu alternatif yang dapat dilakukan oleh para responden berpendidikan rendah.


(63)

4.3.4. Pengalaman Berusahatani Petani Responden

Berdasarkan hasil wawancara melalui kuisioner dengan para responden penerima BLM-PUAP dapat diinformasikan bahwa dari total 30 petani responden, sebesar 53,3 % atau 16 petani responden mempunyai pengalaman bertani lebih dari 16 tahun. Sebesar 26,7 % atau 8 petani responden memiliki pengalaman bertani 11-15 tahun, sementara responden yang mempunyai pengalaman bertani 6-10 tahun sebanyak 6 orang atau 20 %. Selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Jumlah Petani Responden Berdasarkan Kriteria Pengalaman Berusahatani

Lama Pengalaman Bertani (Tahun)

Jumlah Responden (Orang)

Persentase (%)

< 5 0 0

6-10 6 20

11-15 8 26,7

> 16 16 53,3

Total 30 100

Sumber: Data Primer (2011), diolah

Pengalaman berusahatani yang dimiliki oleh petani menunjukkan lamanya petani dalam berusahatani tersebut. Semakin lama pengalaman berusahatani maka dapat dikatakan petani sudah mengetahui dan sudah menguasai teknik berbudidaya dalam kegiatan usahatani yang dijalankan. Namun juga tetap diperlukan pendampingan usaha berupa pembinaan, pelatihan dan konsultasi pada petugas penyuluh lapangan untuk membantu para petani menjalankan kegiatan usahataninya serta dapat membantu mengatasi permasalahan di lapangan apabila para petani tidak mampu mengatasi sendiri. Selain itu pendampingan juga dapat membantu petani dalam menyerap informasi-informasi teknologi terbaru di bidang pertanian.


(1)

Lampiran 5. Dana Penyaluran, Pengembalian, Tunggakan BLM PUAP Gapoktan Namora, Desa Kota Datar Sampai Agustus 2011

No. Nama

Kel. Tani

Ketua Kel. Tani

Dana Awal (Rp)

Pengembalian (Rp)

Tunggakan (Rp)

Jasa (Rp)

1 Anggrek Kamiyo 28.000.000 25.245.000 2.755.000 6.105.000

2 Karya Bakti I Ciswanto 6.500.000 5.025.000 1.475.000 1.170.000

3 Pelita Baru Sarino 5.500.000 5.500.000 - 915.000

4 Sumber Harapan Arbain S. 5.000.000 4.500.000 500.000 600.000

5 Tunas Baru Saleh SBR 7.500.000 7. 000.000 500.000 1.050.000

6 Tunas Karya Kardi 12.000.000 11.400.000 600.000 2.502.000

7 Tunas Muda Yusuf Fauji 15.500.000 14.500.000 1.000.000 1.860.000

8 Satva Mandiri Ibnu sajri 20.000.000 20.000.000 - 1.950.000

Jumlah (1) 100.000.000 93.170.000 6.830.000 16.152.000

1 Karya Bakti II Sujarno 22.000.000 2.500.000 19.500.000 1.710.000

2 Swadaya Misrani 10.000.000 10.000.000 - 900.000

3 Harapan Tani Lahmudin 8.000.000 2.500.000 5.500.000 540.000

4 Waringin M. Rais 12.000.000 5.000.000 7.000.000 1.260.000

5 Satva Mandiri Ibnu sajri 19.000.000 5.000.000 14.000.000 2.850.000

Jumlah (2) 71.000.000 25.000.000 46.000.000 7.260.000


(2)

Lampiran 6. Jawaban responden terhadap pernyataan efetifitas dan motivasi

Keterangan: keterangan:

1 = Sulit, Lama, Mahal, Buruk 1 = Menurun

2 = Sedang 2 = Tetap (tidak meningkat)

3 =Mudah, Cepat, Murah, Baik 3 = Meningkat

Sampel Pernyataan Efektifitas Pernyataan Motivasi

1 2 3 4 5 6 7 1 2 3 4 5

1 2 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3

2 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3

3 3 2 3 3 3 3 2 2 2 3 3 3

4 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3

5 2 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3

6 3 1 3 3 3 3 2 3 3 3 2 3

7 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3

8 1 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3

9 3 2 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3

10 2 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3

11 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3

12 3 1 3 3 3 3 3 3 2 3 2 3

13 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3

14 3 2 3 3 3 2 3 2 3 3 3 3

15 3 2 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3

16 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3

17 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3

18 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3

19 3 3 3 1 3 3 2 3 3 3 2 3

20 3 1 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3

21 3 2 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3

22 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3

23 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3

24 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 2 3

25 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3

26 3 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3

27 2 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3

28 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3

29 1 3 3 3 3 2 3 3 3 3 2 3


(3)

Lampira 7. Sebelum menerima dana PUAP, Tahun 2009-2010

No Komoditi Masa

Panen (Bulan)

Produksi (Kg; ekor)

Harga @ (Rp/Kg)

Penerimaan (Rp)

Biaya produksi (Rp)

Pendapatan (Rp)

Pendapatan (Rp/Bulan)

1 Cabai Merah 3 6800 5000 34.000.000 24.200.000 9.800.000 3.266.666

2 Padi 4 7125 3000 21.375.000 12.375.000 9.000.000 2.250.000

3 Kedelai 4 2450 4000 9.800.000 4.355.000 5.445.000 1.361.250

4 Padi 4 9600 3100 29.760.000 17.560.000 12.200.000 3.050.000

5 Padi 4 4450 3000 13.350.000 7.950.000 5.400.000 1.350.000

6 Padi 4 4400 3000 13.200.000 8.150.000 5.050.000 1.262.500

7 Cabai Merah 3 6550 5000 32.750.000 25.250.000 7.500.000 2.500.000

8 Padi 4 4650 3000 13.950.000 8.225.000 5.725.000 1.431.250

9 Padi 4 4500 3000 13.500.000 8.115.000 5.385.000 1.346.250

10 Cabai Merah 3 6700 5000 33.500.000 24.650.000 88.500.000 2.950.000

11 Ternak Ayam 2 150 16000 2.400.000 550.000 1.850.000 925.000

12 Cabai Merah 3 6200 5000 31.000.000 22.900.000 8.100.000 2.700.000

13 Kedelai 4 1710 4000 6.840.000 2.450.000 4.390.000 1.097.500

14 Padi 4 10000 3100 31.000.000 18.225.000 12.775.000 3.193.750

15 Padi 4 6600 3000 19.800.000 11.950.000 7.850.000 1.962.500

16 Cabai Merah 3 6300 5000 31.500.000 23.300.000 8.200.000 2.733.333

17 Jagung 4 3800 2800 10.640.000 5.225.000 5.415.000 1.353.750

18 Padi 4 4800 3000 14.400.000 8.850.000 5.550.000 1.387.500

19 Padi 4 4750 3050 14.487.500 8.655.000 5.832.500 1.548.750

20 Padi 4 4750 3000 14.250.000 8.055.000 6.195.000 1.361.250

21 Padi 4 6900 3000 20.700.000 11.755.000 8.945.000 2.236.250

22 Kedelai 4 1550 4000 6.200.000 2.175.000 4.025.000 1.006.250


(4)

24 Kedelai 4 2400 4000 9.600.000 4.225.000 5.375.000 1.343.750

25 Kakao 3 350 17.500 6.125.000 1.875.000 4.250.000 1.416.666

26 Semangka 3 27000 1000 27.000.000 8.750.000 18.250.000 6.083.333

27 Padi 4 4650 3050 14.182.500 8.350.000 5.832.500 1.458.125

28 Padi 4 6750 3100 20.925.000 12.050.000 8.875.000 2.218.750

29 Kedelai 4 1470 3950 5.806.500 1.915.000 3.891.500 972.875


(5)

Lampira 8. Setelah menerima dana PUAP, Tahun 2010-2011

No Komoditi Masa

Panen (Bulan)

Produksi (Kg; Ekor)

Harga @ (Rp)

Penerimaan (Rp)

Biaya produksi (Rp)

Pendapatan (Rp)

Pendapatan (Rp/Bulan)

1 Cabai Merah 3 6500 7000 45.500.000 29.800.000 15.700.000 5.233.333

2 Padi 4 7130 3300 23.529.000 12.675.000 10.854.000 2.713.500

3 Kedelai 4 2450 5500 13.475.000 6.500.000 6.975.000 1.743.750

4 Padi 4 9650 3300 31.845.000 17.950.000 13.895.000 3.473.750

5 Padi 4 4500 3300 14.850.000 8.375.000 6.475.000 1.618.750

6 Padi 4 4400 3300 13.200.000 8.110.000 5.090.000 1.272.500

7 Cabai Merah 3 6550 7000 45.850.000 30.100.000 15.750.000 5.250.000

8 Padi 4 4650 3300 15.345.000 8.325.000 7.020.000 1.755.000

9 Padi 4 4550 3300 15.015.000 8.420.000 6.595.000 1.648.750

10 Cabai Merah 3 6700 7000 46.900.000 34.900.000 12.000.000 4.000.000

11 Ternak Ayam 2 200 18000 3.600.000 1.150.000 2.450.000 1.225.000

12 Cabai Merah 3 6200 7000 43.400.000 32.750.000 10.650.000 3.550.000

13 Kedelai 4 1710 5500 9.405.000 4.150.000 5.255.000 1.313.750

14 Padi 4 10000 3300 33.000.000 19.500.000 13.500.000 3.375.000

15 Padi 4 6600 3300 21.780.000 12.275.000 9.505.000 2.376.250

16 Cabai Merah 3 6300 7000 44.100.000 33.300.000 10.800.000 3.600.000

17 Jagung 4 3800 3000 11.400.000 5.850.000 5.550.000 1.387.500

18 Padi 4 4800 3300 15.840.000 9.350.000 6.490.000 1.622.500

19 Padi 4 4850 3300 16.005.000 9.115.000 6.890.000 1.722.500

20 Padi 4 4750 3300 15.675.000 8.955.000 6.720.000 1.680.000

21 Padi 4 6900 3300 22.770.000 12.500.000 10.270.000 2.567.500

22 Kedelai 4 1550 5500 8.525.000 3.250.000 5.275.000 1.318.750


(6)

24 Kedelai 4 2400 5500 13.200.000 5.975.000 7.225.000 1.806.250

25 Kakao 3 375 19000 7.125.000 2.250.000 4.875.000 1.625.000

26 Semangka 3 27000 1500 40.500.000 20.000.000 20.500.000 6.833.333

27 Padi 4 4650 3300 15.345.000 8.675.000 6.670.000 1.667.500

28 Padi 4 6800 3300 22.440.000 12.250.000 10.190.000 2.547.500

29 Kedelai 4 1500 5500 8.250.000 3.050.000 5.200.000 1.300.000