untuk membentuk moral generasi bangsa lewat pendidik-pendidik yang paham mengenai pendidikan karakter.
Pendidikan karakter di sekolah seharusnya diterapkan pada berbagai bidang pendidikan yang ada. Pendidikan karakter yang menitik beratkan pada
sikap maupun keahlian diharapkan akan memicu individu menjadi lebih baik dalam menjalankan hidup hingga ke tahapan pendidikan yang lainnya.
Disamping pendidikan formal yang didapatkan oleh seseorang, kemampuan memperbaiki diri dan pengalaman merupakan hal yang mendukung upaya
pendidikan seseorang di dalam bermasyarakat. Adanya pendidikan karakter di sekolah pada
bidang-bidang pendidikan, misalnya pendidikan matematika berarti akan mempengaruhi cara
berpikir dan bertindak peserta didik sesuai bidang pendidikan yang diajarkan tersebut. Secara langsung maupun tidak langsung, pendidikan karakter
tersebut menanamkan sekumpulan nilai moral tertentu dalam diri peserta didik. Pendidikan karakter juga menekankan sikap, perilaku dan tindakan
yang baik berdasarkan nilai moral tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa pemahaman mengenai nilai-nilai moral yang baik perlu diperdalam.
Pendidikan matematika
merupakan salah satu cabang
bidang kependidikan. Matematika terbentuk dari hasil pemikiran manusia yang
berhubungan dengan ide, proses, dan penalaran. Dengan bernalar, peserta didik bisa membedakan sesuatu apakah baik atau buruk, bermanfaat atau tidak
dan sebagainya. Dalam hal ini, pendidikan matematika dapat dipandang sebagai suatu pembelajaran yang berhubungan erat dengan pengembangan
karakter peserta didik. Pendidikan karakter di dalam pendidikan matematika merupakan salah
satu implementasi kurikulum yang bertujuan membangun karakter bangsa. Peranan kurikulum yang menuntut peserta didik untuk tidak hanya ahli dalam
bidang akademis saja, menjadi tugas bagi pendidik untuk memiliki kesadaran mengenai pentingnya pendidikan karakter melalui pendidikan matematika.
Dalam penelitian ini, akan dikaji dan diteliti peranan pendidikan matematika dalam pembangunan karakter di sekolah. Peneliti berasumsi
bahwa pendidikan karakter melalui pendidikan matematika berpengaruh secara efektif dalam pembangunan karakter peserta didik. Sehubungan dengan
hal tersebut, maka judul dari penelitian ini adalah “Peranan Pendidikan Matematika dalam Pembangunan Karakter Manusia Indonesia di SMA N 1
Parakan Kelas XI IPA 4”. Penelitian ini diharapkan mampu menunjukkan bahwa pendidikan matematika dapat menjadi media pendidikan moral yang
akan membangun karakter manusia Indonesia ke arah yang semakin bermartabat.
B. Fokus Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, fokus permasalahan dalam penelitian ini adalah sejauh mana peran pendidikan matematika dalam
pembangunan karakter manusia Indonesia?
C. Rumusan Masalah
1. Nilai-nilai pendidikan karakter dan budaya bangsa apa saja yang dibangun dan diperdalam melalui pendidikan matematika di Sekolah Menengah
Atas? 2. Bagaimana guru Sekolah Menengah Atas menentukan model, metode, dan
strategi pembelajaran matematika yang sesuai untuk mengembangkan nilai-nilai pendidikan karakter yang akan dikembangkan pada pendidikan
matematika? 3. Apakah nilai-nilai pendidikan karakter dan budaya bangsa yang dibangun
melalui pendidikan matematika memberikan pengaruh yang baik bagi karakter peserta didik?
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan penelitian ini adalah: 1. Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mendapatkan informasi tentang
nilai-nilai pendidikan karakter dan budaya bangsa yang dibangun oleh pendidikan matematika.
2. Mengidentifikasi guru dalam memahami model, metode, dan strategi pembelajaran matematika yang tepat untuk dipakai selama pembelajaran
matematika, sehingga mampu mengembangkan nilai-nilai pendidikan karakter dalam pendidikan matematika.
3. Tujuan khusus penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauh mana pendidikan matematika dapat mengembangkan karakter yang baik pada
peserta didik Sekolah Menengah Atas.
E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis Sebagai penelitian ilmiah, hasil dari penelitian ini diharapkan mampu
dijadikan acuan oleh pendidik-pendidik untuk menentukan strategi pembelajaran matematika, sehingga pendidik dapat menerapkan dan
mengembangkan pendidikan karakter melalui pendidikan matematika. Selain hal pokok di atas, secara teoritis hasil dari penelitian ini
diharapkan mampu menujukkan peran dari pendidikan matematika yang berorientasi pada pengembangan potensi olah pikir peserta didik dan
pendidik dalam pengembangan karakter perserta didik yang sangat penting dalam pembangunan bangsa yang semakin bermartabat.
2. Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan mampu memberi inspirasi bagi peneliti
khususnya, mahasiswa, dan dosen agar lebih peka dalam menanggapi perkembangan
pelaksanaan pendidikan karakter dalam pendidikan matematika.
Secara praktis, hasil dari penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan yang positif bagi lembaga pendidikan formal
maupun informal, pendidik dan tenaga kependidikan, khususnya guru matematika dan orang tua dalam menerapkan nilai-nilai pendidikan
karakter, sehingga mampu membangun dan membina karakter yang baik pada peserta didik.
9
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Pendidikan Matematika
Kata “pendidikan matematika” dibentuk dari dua kata, yaitu “pendidikan” dan “matematika”. Kata “pendidikan” sering kita jumpai dalam
kehidupan sehari-hari. Pendidikan juga merupakan kegiatan yang penting dalam hidup manusia. Pendidikan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.
Menurut Fatchul Mu’in 2013 ada dua asumsi mengenai pendidikan dalam kehidupan manusia. Pertama, pendidikan bisa dianggap sebagai sebuah
proses yang terjadi secara tidak sengaja atau berjalan secara alamiah. Pendidikan bukan proses yang diorganisasi secara teratur, terencana, dan
menggunakan metode-metode yang dipelajari serta berdasarkan aturan-aturan yang telah disepakati mekanisme penyelenggaraannya oleh suatu komunitas
masyarakat negara, melainkan lebih merupakan bagian dari kehidupan yang telah berjalan sejak manusia itu ada.
Kedua, Fatchul Mu’in 2013 menjabarkan bahwa pendidikan bisa dianggap sebagai proses yang terjadi secara sengaja, direncanakan, didesain,
dan diorganisasi berdasarkan aturan yang berlaku. Pendidikan sebagai sebuah kegiatan dan proses aktivitas yang disengaja merupakan gejala masyarakat
ketika sudah mulai disadari pentingnya
upaya untuk membentuk, mengarahkan, dan mengatur manusia sebagaimana dicita-citakan masyarakat.
Matematika pada Kamus Besar Bahasa Indonesia memiliki arti sebagai ilmu tentang bilangan, hubungan antara bilangan, dan prosedur
operasional yang digunakan dalam penyelesaian masalah mengenai bilangan. Pengertian matematika menurut Marpaung 2014, Matematika adalah
ilmu yang dalam perkembangannya menggunakan metode deduktif. Metode deduktif adalah metode yang dimulai dari hal yang bersifat umum ke hal yang
bersifat khusus. Matematika dimulai dari aksioma dan pengertian pangkal, lalu dengan menggunakan definisi dibangun konsep, lalu diturunkan teorema-
teorema yang kebenarannya dibuktikan menggunakan logika. Dari pengertian di atas, dapat dirangkum pengertian dari pendidikan
matematika adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya
pengajaran dan pelatihan penyelesaian masalah dengan pola berfikir matematis yaitu runtut, jelas, dan logis.
B. Pendidikan Karakter
Persoalan mengenai pendidikan karakter yang sering muncul di tengah kehidupan masyarakat adalah pengertian dan pemahaman dari pendidikan
karakter itu sendiri, sehingga menjadi hal biasa ketika orang-orang mengartikan pendidikan karakter dalam berbagai pengertian dan pemahaman
tentang pendidikan karakter. Doni Koesoema A 2012, menyatakan bahwa pendidikan karakter
sering dipahami sebagai proses sosialisasi tata krama dan aturan sopan santun di dalam masyarakat. Menurut beliau pendidikan karakter terkait dengan
pembentukan diri manusia, definisi dan pemahamannya mesti selaras dan konsisten dengan pemahaman antropologis ilmu tentang asal-usul, aneka
warna bentuk fisik, adat istiadat, dan kepercayaan manusia pada masa lampau yang mendasarinya. Dengan pemahaman antropologi pendidikan
tersebut dapat dirumuskan apa arti pendidikan karakter itu. Menurut pengertian tersebut, pendidikan karakter merupakan proses pembentukan
pribadi manusia yang sesuai dengan manusia itu sendiri baik menurut gejala biologisnya antropologi fisik, makhluk sosialnya, maupun budayanya
antropologi budaya. Pengertian pendidikan karakter menurut sebuah program nasional
pendidikan karakter di Amerika Serikat, Character Education Partnership CEP Doni Koesoema, 2012, p.57 mendefinisikan pendidikan karakter
sebagai sebuah gerakan nasional untuk mengembangkan sekolah-sekolah agar
dapat menumbuhkan dan memelihara nilai-nilai etis, tanggung jawab dan kemauan untuk merawat satu sama lain dalam diri anak muda, melalui
keteladanan dan pengajaran tentang karakter yang baik, dengan cara memberikan penekanan pada nilai-nilai universal yang diterima oleh semua.
Gerakan ini merupakan usaha-usaha dari sekolah, distrik, dan negara bagian yang sifatnya intensional dan proaktif untuk menanamkan dalam diri para
siswa nilai-nilai moral inti, seperti perhatian dan perawatan caring, kejujuran, keadilan fairness, tanggung jawab, dan rasa hormat terhadap diri
sendiri dan orang lain. Definisi lain mengenai pendidikan karakter menurut
Asosiasi Supervisi dan Pengembangan Kurikulum
di Amerika Serikat Doni
Koesoema, 2012, p.57-58 pendidikan karakter adalah sebuah pengajaran kepada anak-anak tentang nilai-nilai kemanusiaan dasar, termasuk di
dalamnya kejujuran, keramahtamahan, kemurahan hati, keberanian, kebebasan, persamaan, dan rasa hormat. Tujuannya adalah
untuk menumbuhkan sikap bertanggung jawab secara moral dan memiliki disiplin
diri di dalam diri siswa sebagai warga negara. Dari pengertian di atas pengertian pendidikan karakter secara umum
adalah suatu konsep dasar yang diterapkan ke dalam pemikiran seseorang untuk menjadikan akhlak jasmani rohani maupun budi pekerti agar lebih
berarti dari sebelumnya sehingga dapat mengurangi krisis moral yang menerpa negeri ini.
http:hengkikristiantoateng.blogspot.com
C. Kaitan Kebiasaan, Karakter, dan Kecerdasan Seseorang
Secara umum, kecerdasan dibagi menjadi tiga jenis yaitu, kecerdasan intelektual Inteligent Quotient IQ, kecerdasan emosional Emotional
Quotient EQ, dan kecerdasan spritual Spiritual Quotient SQ. Kecerdasan intelektual atau Intelegent Quotient IQ merupakan bentuk kemampuan
individu untuk berfikir, mengolah, dan menguasai lingkungannya secara maksimal serta bertindak secara terarah. Kecerdasan Intelektual berperan
dalam pemecahan masalah secara logika. Kecerdasan emosional atau Emotional Quotient
EQ merupakan kemampuan untuk mengenali, mengendalikan, dan menata perasaan sendiri dan perasaan orang lain secara
mendalam sehingga kehadirannya menyenangkan dan didambakan orang lain. Kecerdasan ini berperan dalam pemberian kesadaran kepada seseorang
mengenai perasaan milik diri sendiri dan juga perasaan milik orang lain, memberi rasa empati, cinta, motivasi, dan kemampuan untuk menanggapi
kesedihan atau kegembiraan secara tepat. Kecerdasan spiritual atau Spiritual Quotient SQ merupakan sumber yang mengilhami seseorang dengan
mengikatkan diri pada nilai-nilai kebenaran tanpa batas waktu. Kesadaran ini berperan pada diri seseorang dalam membedakan baik dan buruk, benar dan
salah, dan pemahaman terhadap standar moral. Berdasarkan kajian artikel, secara spesifik, untuk mencapai tujuan
pendidikan seutuhnya ternyata pengembangan intelegensi saja tidak mampu
menghasilkan manusia yang utuh. Berbagai hasil kajian dan pengalaman menunjukkan bahwa pembelajaran komponen emosional lebih penting
daripada intelektual. Jika kualitas pendidikan diharapkan tercapai secara optimal, perlu diupayakan bagaimana membina peserta didik untuk memiliki
kecerdasan emosi yang stabil sebagai penyeimbang dari intelegensi yang ada. Sebab, melalui kecerdasan emosional peserta didik dapat memahami diri dan
lingkungannya secara tepat, memiliki rasa percaya diri, tidak mudah putus asa, dan dapat membentuk karakter peserta didik secara positif.
http:makassar.tribunnews.com Dari kajian diatas, kemampuan emosional seseorang menjadi
pendorong kebiasaan peserta didik dalam menentukan sikapnya terhadap masalah yang dihadapi dalam mengembangkan kecerdasan intelektualnya.
Menurut Stephen R. Covey The 7 Habits of Highly Effective People, ada tujuh kebiasaan manusia yang sangat efektif. Kebiasaan-kebiasaan itu adalah:
1. Kebiasaan 1: Proaktif Be Proactive Proaktif adalah tentang bagaimana mengambil tanggung jawab
bagi hidup seseorang. Orang-orang proaktif mengakui bahwa mereka ada karena dirinya sendiri. Mereka mengakui bahwa mereka tidak bisa terus
menerus menyalahkan semuanya pada genetika, situasi, kondisi, atau pengkondisian untuk perilaku mereka. Mereka paham bahwa mereka yang
memilih perilaku mereka.