KAJIAN PUSTAKA Peranan pendidikan matematika dalam pembangunan karakter manusia Indonesia di SMA N 1 Parakan kelas XI IPA 4.
                                                                                menghasilkan  manusia  yang  utuh.  Berbagai  hasil  kajian  dan  pengalaman menunjukkan  bahwa  pembelajaran  komponen  emosional  lebih  penting
daripada  intelektual.  Jika  kualitas  pendidikan  diharapkan  tercapai  secara optimal, perlu diupayakan bagaimana membina peserta didik untuk memiliki
kecerdasan emosi yang stabil sebagai penyeimbang dari intelegensi yang ada. Sebab, melalui kecerdasan emosional peserta didik dapat memahami diri dan
lingkungannya  secara  tepat,  memiliki  rasa  percaya  diri,  tidak  mudah  putus asa,  dan  dapat  membentuk  karakter  peserta  didik  secara  positif.
http:makassar.tribunnews.com Dari  kajian  diatas,  kemampuan  emosional  seseorang  menjadi
pendorong  kebiasaan  peserta  didik dalam  menentukan  sikapnya  terhadap masalah  yang  dihadapi  dalam  mengembangkan  kecerdasan  intelektualnya.
Menurut  Stephen  R.  Covey  The  7  Habits  of  Highly  Effective  People,  ada tujuh kebiasaan manusia yang sangat efektif. Kebiasaan-kebiasaan itu adalah:
1. Kebiasaan 1: Proaktif Be Proactive Proaktif  adalah  tentang  bagaimana  mengambil  tanggung  jawab
bagi hidup seseorang. Orang-orang proaktif mengakui bahwa mereka ada karena  dirinya  sendiri.  Mereka  mengakui  bahwa  mereka  tidak  bisa  terus
menerus  menyalahkan  semuanya  pada  genetika,  situasi,  kondisi,  atau pengkondisian untuk perilaku mereka. Mereka paham bahwa mereka yang
memilih perilaku mereka.
Kebalikan  dari  proaktif  adalah  reaktif.  Orang  reaktif  adalah  orang yang sering dipengaruhi oleh lingkungan fisik mereka. Mereka cenderung
menyalahkan  hal-hal  eksternal  untuk  disalahkan  atas  perilaku  mereka. Segala  sesuatu  yang  terjadi  pada  orang  tersebut  tergantung  pada  keadaan
di  luar  mereka.  Semua  kekuatan  eksternal  seolah-olah  sebagai  stimulus yang menentukan keadaan orang reaktif ini.
Setiap orang memiliki kebebasan untuk menentukan respon. Salah satu  hal  penting  yang  dapat  dipilih  adalah  apa  yang  seseorang  katakan.
Bahasa  seseorang  adalah  indikator  yang  menggambarkan  bagaimana  diri seseorang  tersebut.  Orang  proaktif  memfokuskan  waktu  dan  energi  pada
hal-hal yang dapat mereka kontrol. 2. Kebiasaan 2: Memulai dengan Tujuan Akhir Begin with the End in Mind
Kebiasaan  2  didasarkan  pada  imajinasi  atau  kemampuan  untuk membayangkan dalam pikiran seseorang apa yang tidak bisa dilihat dengan
mata  saat  ini.  Hal  ini  didasarkan  pada  prinsip  bahwa  segala  sesuatu diciptakan  dua  kali.  Ada  mental  pertama  penciptaan,  dan  fisik  kedua
penciptaan. Penciptaan fisik mengikuti mental, seperti bangunan mengikuti cetak biru.
Jika seseorang tidak membuat usaha sadar untuk memvisualisasikan siapa  diri  seseorang  tersebut  dan  apa  yang    dinginkan  dalam  hidup,  maka
seseorang  memberdayakan  orang  lain  dan  keadaan  untuk  membentuk seseorang dan kehidupannya tanpa keputusan. Ini tentang menghubungkan
kembali  dengan  keunikan  seseorang  itu  sendiri  dan  kemudian mendefinisikan pedoman pribadi, moral, dan etika di mana seseorang dapat
paling bahagia mengekspresikan dan memenuhi diri sendiri. Memulai dengan  tujuan  akhir  berarti  untuk  memulai  setiap  hari
baru, tugas, atau proyek dengan visi yang jelas tentang arah yang seseorang inginkan  dan  tuju,  dan  kemudian  dilanjutkan  dengan  meregangkan  otot-
otot proaktif seseorang untuk membuat sesuatu terjadi. Salah  satu  cara  terbaik  untuk  memasukkan  Kebiasaan  2  ke  dalam
hidup  seseorang adalah  dengan mengembangkan misi  pribadi Personal Mission Statement. Ini berfokus pada apa yang seseorang ingin wujudkan
dan  lakukan.  Ini  adalah  rencana  seseorang  untuk  sukses.  Ini  menegaskan kembali  siapa  diri  seseorang  itu,  menempatkan  tujuan  seseorang  dalam
fokus utama, dan menggerakkan ide-ide seseorang ke dalam dunia nyata.
3.
Kebiasaan 3: Dahulukan yang Utama Put First Things First Demi  menjalani  kehidupan  yang  lebih  seimbang,  seseorang  perlu
mengakui bahwa tidak melakukan segala sesuatu yang datang adalah tidak apa-apa.  Tidak  perlu  untuk  mempekerjakan  diri  terlalu  berat.  Yang
dibutuhkan  adalah  menyadari  bahwa tidak  apa-apa  mengatakan  tidak  bila diperlukan, kemudian fokus pada prioritas tertinggi.
Kebiasaan  1  mengatakan, Youre  in  charge.  Youre  the  creator. Menjadi  proaktif  adalah  pilihan.  Kebiasaan  2  adalah  yang  utama,  atau
mental,  penciptaan.  Memulai  dengan  Tujuan  Akhir  adalah  tentang  visi. Kebiasaan  3  adalah  ciptaan  kedua,  ciptaan  fisik.  Kebiasaan  ini  adalah  di
mana  Kebiasaan  1  dan  2  datang  bersama-sama. Ini  terjadi  hari  demi  hari, saat demi saat. Ini berkaitan dengan banyak pertanyaan yang dibahas dalam
bidang  manajemen  waktu.  Tapi  tidak  serta  merta  begitu.  Kebiasaan  3 adalah tentang manajemen kehidupan juga , tujuan Anda, nilai-nilai, peran,
dan prioritas. Apakah yang dimaksud dengan hal utama? Hal utama adalah hal-hal
yang seseorang, secara pribadi temukan yang menjadi paling berharga. Jika seseorang menempatkan hal utama yang pertama, seseorang mengatur dan
mengelola  waktu  dan  peristiwa  sesuai  dengan prioritas  pribadi  seseorang didirikan pada Kebiasaan 2.
4.
Kebiasaan 4: Berpikir Menang-Menang Think Win-Win Berpikir Menang-Menang bukanlah tentang bersikap baik, juga bukan
teknik  yang cepat-fix. Sebagian besar dari kita belajar untuk mendasarkan diri kita pada perbandingan dan persaingan. Kami berpikir tentang berhasil
dalam hal orang lain gagal, yaitu jika saya menang, Anda kehilangan atau jika Anda menang, saya kalah. Hidup menjadi sebuah “zero-sum game”.
Win-win melihat  kehidupan  sebagai  arena  kooperatif,  bukan  arena kompetitif. Win-win adalah  kerangka  pikiran  dan  hati  yang  terus-menerus
mencari  keuntungan  bersama  dalam  semua  interaksi  manusia. Win-win berarti  kesepakatan  atau  solusi  yang  saling  menguntungkan  dan
memuaskan. Seseorang  atau  organisasi  yang  mendekati  konflik  dengan  sikap
menang-menang memiliki tiga karakter yang penting: a. Integritas Integrity: Menempel  dengan  perasaan  sejati  Anda,
nilai-nilai, dan komitmen b. Kedewasaan Maturity: Mengekspresikan  ide  dan  perasaan
dengan  keberanian  dan pertimbangan  untuk  ide-ide  dan perasaan orang lain
c. Abundance  Mentality:  Percaya bahwa ada kapasitas  mental yang berlimpah untuk semua orang.
Banyak orang berpikir pada jangka waktu tertentu apakah seseorang itu  baik  maupun  seseorang    itu  tidak  baik. Win-win mengharuskan
seseorang menjadi keduanya.  Ini adalah tindakan  menyeimbangkan antara keberanian dan pertimbangan. Untuk menjadi win-win ini, seseorang  tidak
hanya  harus  empatik,  tetapi  seseorang  itu    juga  harus  percaya  diri. seseorang tidak hanya harus menjadi perhatian dan sensitif, seseorang juga
harus  berani.  Untuk  melakukan  itu,  untuk  mencapai  keseimbangan  antara keberanian dan pertimbangan, yang merupakan  inti dari kedewasaan yang
sebenarnya dan merupakan dasar untuk menjadi win-win. 5. Kebiasaan 5: Berusaha Memahami Dahulu, Baru Dimengerti Seek First to
Understand, Then to Be Understood Komunikasi  adalah  keterampilan  yang  paling penting  dalam  hidup
manusia.  Kita  menghabiskan  bertahun-tahun  belajar  bagaimana  membaca dan menulis, dan tahun-tahun belajar bagaimana berbicara. Tapi bagaimana
dengan  mendengarkan?  Apa  pelatihan  yang  telah  kita  miliki  yang memungkinkan kita untuk mendengarkan sehingga kita benar-benar sangat
memahami orang lain? Mungkin tidak ada, kan? Jika  kita  seperti  kebanyakan  orang,  kita  mungkin  mencari  yang
harus dipahami dahulu. Dalam melakukannya, kita mungkin mengabaikan orang  lain  sepenuhnya,  berpura-pura  bahwa  kita  mendengarkan,  namun
sebenarnya  memilah-milah  dan  hanya  mendengar  bagian-bagian  tertentu dari  percakapan  atau  penuh  perhatian  fokus  hanya  pada  kata-kata  yang
dikatakan, tetapi tidak mampu memaknainya sama sekali. Jadi mengapa hal ini terjadi? Karena kebanyakan orang mendengarkan dengan maksud untuk
membalas, namun  tidak  mengerti.  Dengarkan  diri  kita  seperti
mempersiapkan  pikiran  kita  apa  yang  akan  dikatakan,  pertanyaan-
pertanyaan  yang  akan  ditanyakan  dan  sebagainya.  Kita  menyaring  segala sesuatu  yang  kita  dengar  melalui  pengalaman  hidup  kita,  kerangka  acuan
kita. Akibat  seseorang    sering  mendengarkan autobiographically,
seseorang  cenderung  untuk  merespon  dengan  salah  satu dari  empat  cara berikut ini:
a. Evaluating:  Anda  menilai  dan  kemudian  setuju  atau  tidak
setuju. b.
Probing: Anda mengajukan pertanyaan dari kerangka referensi Anda sendiri.
c. Advising:  Anda  memberikan  nasihat,  saran,  dan  solusi  untuk
masalah. d.
Interpreting: Anda  menganalisis  motif  dan  perilaku  orang  lain berdasarkan pengalaman Anda sendiri.
6. Kebiasaan 6: Bersinergi Synergize Secara sederhana, sinergi berarti  dua kepala lebih baik dari satu.
Bersinergi  adalah  kebiasaan  kerjasama  kreatif.  Ini  adalah  kerja  sama  tim, keterbukaan pikiran, dan sebuah petualangan untuk menemukan solusi baru
untuk  masalah  lama.  Tapi  itu  tidak  hanya  terjadi  dengan  sendirinya.  Ini sebuah  proses,  dan  melalui  proses  itu,  orang-orang  membawa  semua
pengalaman dan keahlian pribadi mereka ke meja. Bersama-sama, mereka dapat  menghasilkan  hasil  yang  jauh  lebih  baik  bahwa  mereka  secara
individual  bisa.  Sinergi  memungkinkan  kita  menemukan  hal-hal  bersama- sama  kita  jauh  lebih  kecil  kemungkinannya  untuk  menemukan  oleh  diri
kita  sendiri.  Ini  adalah  gagasan  bahwa  keseluruhan  lebih  besar  daripada jumlah bagian-bagiannya. Satu ditambah satu sama dengan tiga, atau enam,
atau enam puluh. Ketika  orang  mulai  berinteraksi  bersama-sama  benar-benar,  dan
mereka  terbuka  untuk  mempengaruhi  satu  sama  lain,  mereka  mulai mendapatkan  wawasan  baru.  Kemampuan  menciptakan  pendekatan  baru
meningkat  secara  eksponensial  karena  perbedaan.  Menilai  perbedaan adalah  apa  yang  sebenarnya  menggerakkan  sinergi.  Apakah  Anda  benar-
benar  menghargai  perbedaan  mental,  emosional,  dan  psikologis  antara orang-orang?  Atau  apakah  Anda  ingin  semua  orang  hanya  akan  setuju
dengan Anda sehingga Anda semua bisa akur? Banyak orang salah dalam mengartikan keseragaman  persatuan  untuk  kesatuan.  Perbedaan  harus
dilihat  sebagai  kekuatan,  bukan  kelemahan.  Hal  itu  menambahkan semangat untuk hidup.
7.
Kebiasaan 7: Mengasah Gergaji Sharpen the Saw Mengasah Gergaji berarti melestarikan dan meningkatkan aset
terbesar yang seseorang miliki. Ini berarti memiliki sebuah program yang
seimbang untuk pembaruan diri dalam empat bidang kehidupan seseorang, yaitu: fisik, sosial  atau emosional, mental, dan spiritual. Berikut adalah
beberapa contoh kegiatan: a. Fisik Physical: Makan, olahraga, dan istirahat.
b. Sosial  atau  Emosional Social  atau  Emotional: Hubungan sosial dan emosional yang bermakna dengan orang lain
c. Mental: Belajar, membaca, menulis, dan mengajar d. Spiritual: Menghabiskan  waktu  di  alam,  memperluas  spiritual
diri melalui meditasi, musik, seni, doa, atau layanan Ketika  seseorang memperbaharui  diri pada  keempat  bidang
tersebut, berarti seseorang menciptakan pertumbuhan dan perubahan dalam hidup  seseorang  itu  sendiri.  Mengasah  gergaji  membuat  seseorang  segar
kembali,  sehingga  seseorang  dapat  terus  melatih  keenam  kebiasaan  yang efektif lainnya. Seseorang meningkatkan kapasitas untuk memproduksi dan
menangani  tantangan  di  sekitar.  Tanpa  pembaharuan  ini,  tubuh  menjadi lemah, pikiran menjadi mekanis, emosi mentah, roh tidak peka, dan orang
egois.  Merasa  baik  tidak  terjadi  begitu  saja.  menghidupkan  kehidupan dalam  keseimbangan  berarti  mengambil  waktu  yang  diperlukan  untuk
memperbaharui  diri  sendiri.  Ini  semua  terserah  pribadi.  Seseorang  dapat memperbaharui  diri  melalui  relaksasi.  Seseorang  dapat  memanjakan  diri
secara  mental  dan  spiritual.  Atau  dapat  menjalani  kehidupan  dengan
menyadari  kesejahteraannya.  Anda  dapat  merevitalisasi  diri  sendiri  dan menghadapi  hari  baru  dalam  damai  dan  harmoni.  Ingat  bahwa  setiap  hari
memberikan kesempatan baru untuk pembaharuan - kesempatan baru untuk mengisi  ulang  sendiri  bukannya  memukul  dinding.  Yang  dibutuhkan
adalah keinginan, pengetahuan, dan keterampilan. Dari  penjabaran  mengenai  kebiasaan,  karakter,  dan  kecerdasan
seseorang  diatas,  menunjukkan  bahwa  kecerdasan  intelektual  akan  tumbuh dengan  baik  dan  optimal  jika  dikembangkan  dengan  adanya  keseimbangan
kecerdasan  emosional  dan  kecerdasan  spiritual  melalui  pengembangan kebiasaan  yang  efektif.  Kebiasaan  yang  efektif  tersebut  diantaranya  yang
diungkapkan  oleh  Stephen  R.  Covey.  Dengan  adanya  keterkaitan  ini, kemampuan  peserta didik  dalam  pembelajaran  matematika  yang  merupakan
pengembangan kecerdasan intelektual memang sebaiknya didampingi dengan mengoptimalkan  kecerdasan  emosional  dan  kecerdasan  spiritual  dengan
melatih  kebiasaan-kebiasaan  efektif  melalui  pendidikan  matematika. Hal  ini diharapkan  mampu  menumbuhkan  sikap  yang  baik  dan  membentuk  peserta
didik  yang  cerdas,  berpengetahuan  luas,  dan  berkarakter  sebagaimana mestinya.
Seperti yang tercantum dalam buku panduan Pelatihan Pengembangan Kepribadian  Mahasiswa  PPKM  di  Universitas  Sanata  Dharma Panitia
PPKM USD, 2011 ketujuh kebiasaan yang efektif menurut Stephen R.Covey
tersebut dijadikan  sebagai  titik  tolak  untuk  mengolah  pengalaman  dan kebiasaan  dalam  kehidupan  sehari-hari  mahasiswa. Dalam  buku  tersebut
disebutkan  bahwa mahasiswa  diajak  untuk  mencapai kesadaran  terhadap  diri dan apa  yang tengah dijalani, meng-eksplorasi diri, menemukan potensi,  dan
menyusun strategi  agar dapat  meningkatkan  kompetensi  dan  integritas
kepribadian. Dalam  buku  tersebut  disebutkan  bahwa  kualitas  pribadi  tidak dapat  lepas  dari  kebiasaan-kebiasaan  hidup. Hidup  seseorang sekarang
terbangun dari kebiasaan-kebiasaan hidup seseorang tersebut. Hasil  kajian buku  tersebut  menunjukkan  bahwa  ketujuh  kebiasaan
efektif  menurut  Stephen  R. Covey  tersebut dapat  diterapkan  dalam  dunia pendidikan.  Tujuan  utama implementasinya dalam  dunia  pendidikan adalah
untuk dijadikan sarana bagi guru dan peserta didik untuk mulai menanamkan kebiasaan-kebiasaan  yang  menunjang  bagi  pertumbuhan peserta  didik,
sehingga  hasil dari  sebuah  pembelajaran  di  institusi  pendidikan terhadap peserta  didik, selain cerdas  secara  intelektual  juga  memiliki  karakter  yang
baik. Seperti disebutkan  dalam Martini  2011,  p.1 bahwa pengembangan
nilai-nilai  pendidikan  karakter  dan  budaya  bangsa  tidak  dimasukkan  sebagai pokok  bahasan tetapi  terintegrasi  ke  dalam  mata  pelajaran,  pengembangan
diri, dan budaya sekolah. Guru dan sekolah perlu mengintegrasikan nilai-nilai
yang  dikembangkan  dalam  pendidikan  budaya  dan  karakter bangsa  kedalam kurikulum, silabus, dan Rencana Pembelajaran RPP yang telah ada.
Penilaian  pencapaian  nilai-nilai  pendidikan  karakter  dan  budaya bangsa dan implementasi ketujuh kebiasaan efektif menurut Stephen R. Covey
tersebut  dapat didasarkan  pada  indikator.  Sekolah  menetapkan  indikator sekolah  dan  indikator  kelas berdasarkan  nilai-nilai  pendidikan  karakter  dan
budaya  bangsa  dan  tujuh  kebiasaan  efektif  menurut  Stephen  R.  Covey yang disesuaikan dengan kondisi sekolah dan kondisi kelas masing-masing.
                