penjelasan. Dulu pernah ada yang protes, kok ibu hanya menerangkan separuh saja, lalu saya jawab biar kalian tahu prosesnya bagaimana sampai bawah atau sampai
hasil akhirnya. Tetapi yang penting kan pengarahannya sudah ada. Maksudnya biar anak tahu alur dan garis besarnya gitu. Tidak terima jadi.”
P: “Mengajarkan kepada mereka agar mengerti proses ya, Bu, tidak hanya terima hasilnya saja?”
G: “Iya, begitu.” P: “Yang nyantol di mereka kan jadinya caranya bukan hanya hasilnya ya?”
G: “Iya, caranya bukan hanya hasilnya. Jadi dengan begitu mereka bisa berpikir kritis. Saya selalu bilang ke mereka, kalau kalian hanya nyalin catatan berarti kalin
tidak ada bedanya dengan anak SD, mereka kalau Cuma nyatat saja mampu. Ya kan?”
P: “Iya, Bu.” G: “Kalau hal ini berkembang, kan vitaminnya otak itu kan dengan berpikir.”
P: “Ibu kemarin sempat bilang kalau masih ragu melakukan sesuatu agar mereka aktif?”
G: “Sebetulnya saya sudah melakukan berbagai cara. Setiap kelas kan lain. Ada yang aktif dengan cara berkelompok, seluruh kelompok maju bareng-bareng supaya tidak
malu, kalau sudah mulai pede, baru saya imbau untuk maju satu-satu, baru teman kelompoknya ikut maju membenarkan kalau ada kesalahan saja. Lama kelamaan saya
suruh anak maju sendiri dan tanpa membawa catatan kalau sudah benar-benar pede. Saya latih sedikit demi sedikit, jadi anak-anak benar-benar paham.”
P: “Saya kira cukup, Bu pembicaraan kita, mungkin Ibu berkenan membaca Bab 2 skripsi saya barangkali bermanfaat. Mohon maaf sudah mengganggu waktu
istirahatnya, terimakasih.”
G: “Iya, mbak sama-sama.”
2. Transkrip Wawancara dengan Peserta Didik SMA N 1 Parakan Kelas XI IPA 4
Keterangan:
P : Peneliti
SISWA1 : Rindang Puspito Retno
SISWA2 : Muhammad Musa Abdurrohim
SISWA3 : Naufal Fais Maulidin
SISWA4 : Fauzi Danu Nugroho
Transkrip Wawancara P: “Selamat siang, hari ini kita diskusi santai saja ya, saya sebagai penanya lalu
sampaikan jawaban kalian sebaik mungkin. Ini diskusi mengenai pendapat kalian mengenai pembelajaran matematika yang selama ini kalian dapatkan selama di kelas
ini.”
SISWA1: “Kok direkam mbak? Mau dilaporkan ke Bu Elfi, ya?” P: “Bukan, ini saya pakai sebagai catatan hasil wawancara biar nanti bisa saya
pelajari kembali. Seluruh pembicaraan ini tidak saya laporkan ke Bu Elfi, santai saja.”
SISWA3: “Jangan bilang ke Bu Elfi, mbak biar kita curhatnya bebas di sini.” P: “Oke, gak kok. Tapi tiap pertanyaan dijawab serius ya.”
SISWA2: “Iya, mbak. Tapi santai ya biar gak tegang udah sore ini.” P: “Siap, nah kembali ke topik utama, matematika sulit gak buat kalian?”
SISWA1: “Ya tergantung orangnya kalau dasare seneng pasti kan awale harus
seneng sama pelajarannya dulu to, mbak. “
SISWA2: “Tergantung orangnya, mbak. Kalau orangnya mau belajar ya gak sulit, kalau gak mau belajar ya sulit.”
SISWA3: “Kalau saya, ini masuk kurikulum baru jadinya sulit, mbak. Masalhanya jaman dahulu kala pas KTSP kan dijejel catatan saja, kalau sekarang harus mandiri,
ya jadinya sulit dimengerti, susah nyari referensi, “
SISWA4: “Kalau saya tergantung gurunya, mbak.”