Tabel 2.1. Kandungan nutrisi berbagai jenis daging
Jenis Ternak
Kalori Air
Protein  Lemak Ca
P K
Na Fe
Kholesterol
Kkal gKg  gKg
gKg  mgkg mgkg  mgkg  mgkg  mgkg
mg100g
Sapi 195
66,5 20
12 12
195 350
65 3
70 Domba
kambing 210
66 18
14 10
165 350
75 1,5
70 Babi
260 61
17 21
10 195
350 70
2,5 70
Ayam 200
67 19,5
12 10
240 300
70 1,5
50 Kelinci
160 70
21 8
20 350
300 40
1,5 35
Sumber :USDA, 2009.  Beynen 1984
Struktur  daging  kelinci  lebih  halus  dengan  warna  dan  bentuk  fisik  yang menyerupai  daging  ayam.  Ditinjau  dari  segi  rasa  dan  warna,  daging  kelinci  sulit
dibedakan  dari  daging  ayam  sehingga  merupakan  peluang  bagi  daging  kelinci untuk  mengisi  sebagian  pasar  daging  ayam,  apalagi  dengan  merebaknya  isu  flu
burung  yang  menyebabkan  permintaan  daging  ayam  akan  menurun  Nuriyasa, 2012.
Selain  sebagai  penghasil  daging  dan  sumber  protein  hewani  yang  baik bagian-bagian tubuh kelinci meliputi kulit, bulu, kotoran, dan urin juga memiliki
nilai  ekonomis  yang  tinggi.  Keuntungan  lain  dari  pemeliharaan  kelinci  adalah dapat  digunakan  sebagai  hewan  percobaan  dalam  jangka  waktu  singkat  pada
berbagai skala pemeliharaan sehingga cocok dikembangkan di daerah yang padat penduduk McNitt et al., 1996 .
2.3 Pakan Kelinci
Dalam  menyusun  ransum  kelinci  hal  yang  paling  diperhatikan  adalah kandungan  energi  dan  protein,  karena  kelebihan  atau  kekurangan  energi  dan
protein  dalam  ransum  akan  menurunkan  produktivitas  ternak  Nuriyasa,  2012. Lebih lanjut dilaporkan bahwa kelinci jantan lokal memerlukan kandungan energi
termetabolis  2.939,93  kkalkg  dan  protein  kasar  ransum  16,48.    NRC  2001 menyarankan  pada  kondisi  nyaman  didataran  rendah  tropis  kelinci  jantan  lokal
kandungan energi dalam ransum sebesar 2500 kkal DEkg dan kandungan protein kasar PK 16, serat kasar SK berkisar antara 10-12 , Calsium Ca 0,4 dan
Fosfor  P  0,22    untuk  kelinci  potong.    Sinaga  2009  menyarankan  kelinci jantan  lokal  memerlukan  protein  kasar  16,  sedangkan  induk  menyusui
memerlukan protein kasar 15 – 16. Kandungan serat kasar pada ransum kelinci
jantan  lokal  adalah  10 –  27  dan  induk  menyusui  adalah  15  –  20,  hal  ini
menunjukan  bahwa  kinerja  pertumbuhan  kelinci  tidak  lepas  dari  unsur-unsur pakan  yang  utama  yaitu  kandungan  energi,  protein  dan  serat  kasar.
Menurut Lick dan Hung 2008 kelinci mempunyai efisiensi penggunaan ransum lebih  tinggi  dari  ruminansia  seperti  sapi  dan  kelinci  dapat  memanfaatkan  pakan
hijauan. Kelinci termasuk ternak monogastrik herbivora yang dapat mencerna serat
kasar  cukup  baik.  Sistem  pencernaan  kelinci  mempunyai  sekum  dan  kolon  yang besar  tempat  terjadinya  fermentasi  makanan.  Pemberian  pakan  pada  kelinci
sebaiknya disesuaikan dengan status fisiologis   Widodo, 2005. Menurut Lestari et  al.  2005  pemberian  ampas  tahu  sebagai  konsentrat  tunggal  menghasilkan
pertambahan berat badan harian sebesar 31,93 gekorhari dengan konversi pakan 5,17 lebih tinggi  dari  yang diberikan ampas tahu  yang dikombinasikan dengan
bekatul,  yaitu 30,53  gekorhari.  Lebih  lanjut  Hamidy  1996 melaporkan kelinci new  zealand  white    yang  diberikan  eceng  gondok  20  menghasilkan  rata-rata
pertambahan  berat  badan  hariannya  13  g  lebih  tinggi  daripada  yang  diberikan 10 dan 30  eceng gondok  masing-masing 11,84 g dan  9,12 g. Lestari  et al.
1997  melaporkan  penambahan  azolla  mycrophylla  dalam  ransum  kelinci  lokal meningkatkan   persentase karkas kelinci dari 44,95 menjadi 48,33.
Menurut  Lestari  1997  ternak  kelinci  sebagai  ternak  monogastrik mempunyai  keunikan  dalam  hal  kapasitas,  sifat,  dan  faali  dari  saluran
pencernaanya,  yaitu  kemampuan  kelinci  untuk  melakukan  coprophagy.  Kelinci termasuk  kedalam  autocoprophagy,  yaitu  kelinci  membuang  feses  dari  saluran
pencernaanya dalam 2 bentuk, feses kering dan keras serta feses lembek berlendir dikeluarkan  pada  malam  hari    dan  pagi  hari.  Feses  yang  lembek  berlendir  inilah
yang  dimakan  kembali  oleh  kelinci  langsung  dari  duburnya,  ini  dilakukan  untuk memanfaatkan  protein,  serat  kasar,  vitamin  yang  terkandung  dalam  feses.  Anon
2011  menyatakan  Feses  yang  lembek  dan  berlendir  mengandung  banyak vitamin,  dan  nutrien  seperti  riboflavin,  sianokobalamin  vitamin  B  12,  asam
pantotenat  dan  niasin.  Dengan  memakan  kembali  fesesnya  kelinci  tidak  akan kekurangan  vitamin  dan  nutrien  karena  isi  saluran  pencernaan  berdaur  ulang
kembali. McNitt et al. 1996 menyatakan nutrien ternak kelinci terdiri dari  protein,
karbohidrat,  lemak,  mineral  dan  vitamin.  Karbohidrat  dan  lemak  merupakan sumber  energi  bagi  ternak  kelinci.  Karbohidrat  terpenting  dari  ternak  kelinci
adalah  pati  dan  selulosa.  Selulosa  mampu  dicerna  oleh  kelinci  karena  memiliki mikroorganisme  dalam  sekum  dan  kolon  sebagai  fermentor  serat  kasar.  Lebih
lanjut  kelinci  membutuhkan  serat  kasar  dalam  ransum  dalam  jumlah  yang  tinggi minimal 12  yang bersumber dari hijauan. Kelinci dapat mencerna serat kasar
terutama  selulosa  dari  bahan  nabati  dengan  bantuan  bakteri  yang  hidup  dalam sekum dan kolon untuk dirubah menjadi energi, protein dan asam amino.
Kelinci  dapat  tumbuh  dan  berkembangbiak  walaupun  hanya  diberikan hijauan  dan  limbah  pertanian  sebagai  pakan  utamanya.  Pemeliharaan  ternak
kelinci    secara  tradisional  dapat  dilakukan  dengan  pemberian  berbagai  jenis leguminosa  dan  rumput-rumputan.  Disamping  itu  dengan  memanfaatkan  sisa
– sisa dari sayuran dan pemberian pakan tambahan berupa dedak padi, ampas tahu,
pollard mampu meningkatkan produktivitas kelinci.  Pemeliharaan secara intensif dapat dilakukan dengan menggunakan ransum komplit yang merupakan campuran
dari  bahan  seperti  jagung,  bungkil  kedelai,  bungkil  kelapa,  dedak  padi,  pollard, vitamin
– mineral, kapur dan garam Lestari et al., 2005. Dengan menggunakan ransum  komplit  protein  kasar  16  dan  energi  termetabolis  2500  K.kalkg
konsumsi pakan per ekor per hari untuk kelinci lokal bunting, dewasa dan  sedang tumbuh 1,5
– 6 bulan masing-masing 200 – 250 g, 110 – 125 g dan 80 g  serta memerlukan  air  minum  setiap  hari  terutama  pada  induk  yang  sedang  menyusui
dan  pada  pemberian  pakan  konsentrat  Raharjo,  2005.  Dalam  penelitian Rokhmani  2005  menyatakan  pemberian  onggok  terfermentasi  pada  ransum
kelinci pada aras 10 dan 20 dapat meningkatkan berat badan kelinci 33 dan 29 dibandingkan dengan yang diberikan onggok tanpa terfermentasi.
2.4 Limbah Wine Anggur