Potensi Ternak Kelinci TINJAUAN PUSTAKA

yang asli Indonesia. Habitatnya adalah hutan di pegunungan Pulau Sumatera dengan panjang badannya mencapai 40 cm. Warna bulunya kelabu coklat. Menurut sistem binomial, bangsa kelinci lokal diklasifikasikan sebagai berikut Kartadisastra 2011: Kingdom : Animalia Phylum : Chordata Subphylum : Vertebrata Kelas : Mamalia Ordo : Lagomorpha Familia : Leporidae Sub-Familia : Leporine Genus : Lepus Species : Lepus nigricollis

2.2 Potensi Ternak Kelinci

Pengembangan budidaya kelinci di masyarakat sudah lama dilakukan, namun jumlah peternak dan populasinya masih sangat rendah. Hal ini disebabkan karena kelinci oleh masyarakat umum dikenal sebagai binatang kesayangan, sehingga adanya tekanan psikologi masyarakat dalam memanfaatkan kelinci sebagai daging. Populasi kelinci di Bali pada tahun 2012 sampai 2014 berturut- turut: 5.907 ekor, 6.915 ekor dan 8.553 ekor, dimana populasi terbanyak di Kabupaten Tabanan 4.942 ekor Cacah Jiwa Ternak Propinsi Bali, 2014. Pemeliharaan kelinci pada saat ini hanya sebatas untuk pakan reptil dan hewan kesayangan, padahal dilihat dari potensinya kelinci sangat potensial untuk dikembangkan baik sebagai alternatif penghasil daging untuk memenuhi kebutuhan gizi peternak maupun sebagai sumber pendapatan. Keunggulan ternak kelinci adalah tumbuh dan berkembangbiak dengan cepat, dapat dikawinkan kembali 3 – 4 minggu sesudah melahirkan. Murtisari 2005 melaporkan bahwa seekor kelinci mampu melahirkan rata-rata 6-7 kali per tahun dengan rata-rata jumlah anak per kelahiran 5-6 ekor, mencapai berat hidup 2,0-2,2 kg pada umur 4 bulan untuk kelinci pedaging. Dalam satu tahun seekor induk kelinci mampu menghasilkan paling tidak 40 kg bobot hidup, bila dibandingkan dengan seekor induk sapi yang menghasilkan seekor anak dengan bobot 200 kg, atau seekor domba 75 kg bobot hidup anak per tahun Rafzunnella, 2009. Artinya dalam menghasilkan daging, lima ekor induk kelinci setara dengan satu ekor induk sapi atau dua ekor induk kelinci setara dengan satu ekor induk domba atau kambing. Rokhmani 2005 menyatakan bahwa daging kelinci mempunyai serat yang halus dan warna sedikit pucat, sehingga daging kelinci dapat digolongkan kedalam golongan daging berwarna putih. Daging kelinci mengandung protein 20,8, lemak 10,2, dan energi 7,3 MJKg. Kandungan asam lemak linoleat 22,5 dan kandungan kolesterol 0,1. Lebih lanjut dijelaskan bahwa daging kelinci sangat baik untuk kesehatan karena kandungan proteinnya tinggi tetapi kolesterol dan sodium rendah sehingga dapat meningkatkan kecerdasan pada anak-anak dan mencegah penyakit penyumbatan pembuluh darah arterosklerosis. USDA 2009 melaporkan daging kelinci mempunyai kualitas yang lebih baik dibandingkan dengan daging sapi, domba atau kambing, seperti tersaji pada Tabel 2.1. Tabel 2.1. Kandungan nutrisi berbagai jenis daging Jenis Ternak Kalori Air Protein Lemak Ca P K Na Fe Kholesterol Kkal gKg gKg gKg mgkg mgkg mgkg mgkg mgkg mg100g Sapi 195 66,5 20 12 12 195 350 65 3 70 Domba kambing 210 66 18 14 10 165 350 75 1,5 70 Babi 260 61 17 21 10 195 350 70 2,5 70 Ayam 200 67 19,5 12 10 240 300 70 1,5 50 Kelinci 160 70 21 8 20 350 300 40 1,5 35 Sumber :USDA, 2009. Beynen 1984 Struktur daging kelinci lebih halus dengan warna dan bentuk fisik yang menyerupai daging ayam. Ditinjau dari segi rasa dan warna, daging kelinci sulit dibedakan dari daging ayam sehingga merupakan peluang bagi daging kelinci untuk mengisi sebagian pasar daging ayam, apalagi dengan merebaknya isu flu burung yang menyebabkan permintaan daging ayam akan menurun Nuriyasa, 2012. Selain sebagai penghasil daging dan sumber protein hewani yang baik bagian-bagian tubuh kelinci meliputi kulit, bulu, kotoran, dan urin juga memiliki nilai ekonomis yang tinggi. Keuntungan lain dari pemeliharaan kelinci adalah dapat digunakan sebagai hewan percobaan dalam jangka waktu singkat pada berbagai skala pemeliharaan sehingga cocok dikembangkan di daerah yang padat penduduk McNitt et al., 1996 .

2.3 Pakan Kelinci