Perencanaan Manajemen Perencanaan Wilayah Ekowisata

Ekowisata Cagar Buda ya Gunun g Ka wi Sebatu, Gianyar S e m i n a r T u g a s A k h i r | 20

2.3 Tinjauan Mengenai Langgam Arsitektur

Tinjauan mengenai langgam arsitektur memiliki hubungan yang sangat erat di dalam penentuan tema rancangan dimana dalam hal ini digunakan tinjauan teori yang akan menjadi dasar terbentuknya tema. Adapun tinjauan teori yang digunakan didasari pada aspek arsitektur dengan lingkungan dan budaya dimana hal ini sangat berkaitan erat dengat prinsip utama dari pendekatan yang digunakan, yaitu ekowisata.

2.3.1 Arsitektur dan Lingkungan atau Ekologis

Arsitektur dan lingkungan atau ekologis adalah sebuah pendekatan dalam bidang arsitektur untuk menciptakan rancangan yang ekologis, ada berbagai cara yang dilakukan dari pendekatan ekologi pada perancangan arsitektur, tetapi pada umumnya mempunyai inti yang sama. Yeang dalam Widigdo, 2010, menyatakan bahwa Ecological design, is bioclimatic design, design with the climate of the locality, and low energy design. Dan menekankan pada integrasi kondisi ekologi setempat, iklim makro dan mikro, kondisi tapak, program bangunan, konsep design dan sistem yang tanggap pada iklim, penggunan energi yang rendah, diawali dengan upaya perancangan secara pasif dengan mempertimbangkan bentuk, konfigurasi, fasade, orientasi bangunan, vegetasi, ventilasi alami, warna. Integrasi tersebut dapat tercapai dengan mulus dan ramah Widigdo, 2010

2.3.2 Arsitektur dan Budaya

Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Melville J. Herskovits dalam Sukawi, 2009 mengemukakan bahwa segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri istilah untuk pendapat itu adalah Cultural-Determinism. Herskovits memandang kebudayaan sebagai sesuatu yang turun temurun dari satu generasi ke generasi yang lain, yang kemudian disebut sebagai superorganic. Sedangkan menurut Selo Soemardjan dalam Sukawi, 2009 kebudayaan adalah sarana hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat. Dari berbagai definisi tersebut, dapat diperoleh pengertian mengenai kebudayaan yaitu sistem pengetahuan yang meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga Ekowisata Cagar Buda ya Gunun g Ka wi Sebatu, Gianyar S e m i n a r T u g a s A k h i r | 21 dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak. Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, arsitektur dan lain-lain, yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat. Kebudayaan yang dimiliki setiap daerah tentunya berbeda-beda hal ini didasari pada kemampuan dan kreativitas yang dimiliki untuk mengolah sebuah kebudayaan khususnya pada bidang arsitektur. Hal ini mengakibatkan beragamnya kekhasan arsitektur yang dimiliki masing-masing daerah yang mencerminkan budaya daerah. Rumah dengan segala perwujudan bentuk, fungsi dan maknanya senantiasa diatur, diarahkan, dan ditanggapi atau diperlakukan oleh penghuni menurut kebudayaan yang mempengaruhi masyarakat yang bersangkutan Sukawi, 2009

2.4 Arahan Regulasi Terkait

Arahan regulasi terkait menjadi salah satu komponen yang sangat penting di dalam perancangan, dimana arahan regulasi ini terdapat beberapa peraturan- peraturan terkait yang dijadikan sebagai payung hukum di dalam perancangan ekowisata cagar budaya Gunung Kawi Sebatu, dan berikut merupakan beberapa regulasi terkait di dalam perancangan: 1 Keputusan Bupati Gianyar Nomor 402 Tahun 2008 Tentang Penetapan Obyek dan Daya Tarik Wisata Kabupaten Gianyar, Bupati Gianyar. Menimbang : a. Bahwa dalam upaya menumbuh kembangkan dan mempertahankan nilai- nilai budaya dan keindahan alam sejalan dengan perkembangan pembangunan sarana dan kegiatan kepariwisataan di kabupaten Gianyar, dipandang perlu menetapkan Obyek dan Daya Tarik Wisata Kabupaten Gianyar. Ekowisata Cagar Buda ya Gunun g Ka wi Sebatu, Gianyar S e m i n a r T u g a s A k h i r | 22 b. Bahwa penetapan Obyek dan daya Tarik Wisata sebagaimana dimaksud dalam huruf a perlu ditetapkan dengan keputusan Bupati. Mengingat : 1 Undang-Undang Nomor 69 Tahun 1958 tentang Pembentukan Daerah- daerah Tingkat II dalam Wilayah Daerah-daerah Tingkat I Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1958 Nomor 122, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1655. 2 Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1990 tentang Kepariwisataan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 78 Tahun 1990, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4227. 3 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389. 4 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437 sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844. 5 Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2238. 6 Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Bali Nomor 5 Tahun1984 tentang Obyek Wisata Lembaran Daerah Kabupaten Gianyar Tahun 2008 Nomor 5, Tamabahan Lembaran Daerah Kabupaten Gianyar Nomor 5. 7 Peraturan Daerah Kabupaten Gianyar 5 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan Daerah Lembaran Daerah Kabupaten Gianyar Tahun 2008 Nomor 5, Tamabahan Lembaran Daerah Kabupaten Gianyar Nomor 5.