Penerapan Konsep Ekowisata Ekowisata

Ekowisata Cagar Buda ya Gunun g Ka wi Sebatu, Gianyar S e m i n a r T u g a s A k h i r | 13 Pengembangan ekowisata dapat dilaksanakan dengan beberapa cara, dan umumnya menggunakan cara pengembangan pariwisata. Di dalam ekowisata sendiri ada dua aspek yang perlu diperhatikan, yaitu aspek destinasi dan aspek market. Meskipun aspek market perlu diperhatikan dalam ekowisata, namun macam sifat dan perilaku objek dan daya tarik wisata alam dan budaya perlu juga diperhatikan untuk menjaga kelestarian dan keasliannya. Dan pada hakekatnya ekowisata yang melestarikan dan memanfaatkan alam dan budaya masyarakat jauh lebih terjamin di dalam penerapannya dibanding dengan hanya berkelanjutan, hal ini dikarenakan dalam penerapan konsep ekowisata tidak melakukan eksploitasi alam, tetapi hanya menggunakan jasa alam dan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan untuk memenuhi pengetahuan dan psikologis wisatawan. Fandeli dalam Yoeti 2009. Dan konsep ekowisata dengan output yang memperhatikan kepentingan alam dapat dilihat pada gambar 2.2 : Gambar 2.2 : Konsep Ekowisata dengan output yang memperhatikan kepentingan alam Sumber : Buku Pariwisata Berwawasan Lingkungan Sedangkan untuk Pengembangan jasa ekowisata dalam tingkat pengelolaan senantiasa berhubungan dengan kawasan-kawasan konservasi dan tidak ada batasann yang jelas di dalam memilih kategori jasa ekowisata yang akan dilayani. Namun, berdasarkan beberapa definisi dan uraian yang telah dijelaskan sebelumnya, pengembangan jasa ekowisata dapat diarahken kepada beberapa kriteria berikut Nugroho, 2011:27 : 1. Kawasan konservasi, secara tidak langsung atau tidak melekat budaya masyarakat lokal dengan waktu berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya. ALAM MANUSIA Output tak langsung penyadaran mensikapi alam di hari esok Ecotourism Input Input Output langsung konservasi swadaya Ekowisata Cagar Buda ya Gunun g Ka wi Sebatu, Gianyar S e m i n a r T u g a s A k h i r | 14 Interaksi budaya dan lingkungan ini dalam wujud kelembagaan lokal, cara pandang, pola pikir dan perilaku ekonomi yang mencerminkan kearifan lokal dan dapat memberikan manfaat yang cukup signifikan dalam upaya konservasi. 2. Kawasan konservasi yang memiliki aspek legalitas, diperkuat dengan struktur kelembagaan pengelolaan ekosistem, yang menyelenggarakan kegiatan-kegiatan pendidikan, penelitian dan pengembangan serta ketrampilan melengkapi jasa pariwisata secara umum. 3. Kawasan konservasi yang memiliki standar dan prosedur sesuai dengan baku mutu pengelolaan lingkungan, keamanan dan kenyamanan. 4. Kawasan konservasi yang memberikan peluang kerja sama internasional, partisipasi pengelolaan oleh operator dan pengembangan promosi. Pengembangan jasa ekowisata juga diharuskan memiliki sebuah manajemen yang profesional dimana dalam hal ini kegiatan wisata yang akan berlangsung dapat memberikan unsur pendidikan yang sistematis dalam rangka pemahaman lingkungan secara komprehansif Nugroho, 2011:27. Dan berikut merupakan kriteria dalam pengembangan manajemen ekowisata yang profesional : 1. Pemasaran yang spesifik menuju tujuan wisata. strategi pemasaran memiliki posisi yang cukup penting untuk menjangkau dan menarik pengunjung seluruh dunia yang berfungsi untuk membantu konservasi lingkungan dan pengembangan mayarakat lokal. 2. Ketrampilan dan layanan kepada pengunjung secara intensif. Layanan ekowisata adalah pengalaman dan pendidikan terhadap lingkungan atau wilayah baru. 3. Keterlibatan penduduk lokal dalam memandu dan menerjemahkan objek wisata. penduduk lokal akan memiliki insentif konservasi lingkungan apabila dilibatkan dalam jasa-jasa ekowisata, pemberian informasi, dan memperoleh manfaat yang pantas. 4. Kebijakan pemerintah dalam rangka melindungi aset lingkungan dan budaya. Kebijakan penataan ruang, pemberdayaan kemasyarakatan atau dikombinasikan dengan instrumen ekonomi dan akan mencegah mekanisme pasar beroperasi di wilayah tujuan ekowisata. Ekowisata Cagar Buda ya Gunun g Ka wi Sebatu, Gianyar S e m i n a r T u g a s A k h i r | 15 5. Pengembangan kemampuan penduduk lokal. Penduduk lokal dan lingkungannya adalah kesatuan untuk wilayah ekowisata. Mereka perlu dikembangkan potensi dan partisipasinya untuk memperoleh benefit agar tercipta insentif dan motivasinya untuk ikut serta mengkonservasi lingkungan. Sedangkan prinsip di dalam mengembangkan ekowisata di dalam sebuah kawasan konservasi dapat menjamin sebuah keutuhan dan kelestarian dari ekosistem yang ada. Ecotravel menghendaki persyaratan dari kualitas ekosistem, oleh sebab itu terdapat beberapa prinsip pengembangan dari ekowisata yang harus dipenuhi karena dengan mengikuti prinsip-prinsip ini dapat menjamin pembangunan yang Ecological Friendly dari pembangunan berbasis kerakyatan, dan berikut merupakan prinsip-prinsip yang harus diperhatikan di dalam pengembangan ekowisata menurut The Ecotourism Society Eplerwood dalam Nugroho, 2011 : 1. Mencegah dan menanggulangi dampak dari aktivitas wisatawan terhadap alam dan budaya, pencegahan dan penanggulangan disesuaikan dengan sifat dan karakter alam dan budaya setempat. 2. Pendidikan konservasi lingkungan. Mendidik wisatawan dan masyarakat setempat akan pentingnya arti konservasi. Proses pendidikan ini dapat dilakukan langsung di alam. 3. Pendapatan langsung untuk kawasan. Mengatur agar kawasan yang digunakan untuk ekowisata dan manajemen pengelola kawasan pelestarian dapat menerima langsung penghasilan atau pendapatan. Retribusi dan Conservation Tax dapat dipergunakan secara langsung untuk membina, melestarikan dan meningkatkan kualitas kawasan pelestarian alam. 4. Partisipasi masyarakat dalam perencanaan. Masyarakat diajak dalam merencanakan pengembangan ekowisata. Demikian pula di dalam pengawasan, peran masyarakat diharapkan ikut secara aktif. 5. Penghasilan masyarakat. Keuntungan secara nyata terhadap ekonomi masyarakat dari kegiatan ekowisata mendorong masyarakat menjaga kelestarian kawasan alam. Ekowisata Cagar Buda ya Gunun g Ka wi Sebatu, Gianyar S e m i n a r T u g a s A k h i r | 16 6. Menjaga keharmonisan dengan alam. Semua upaya pengembangan termasuk pengembangan fasilitas dan utilitas harus tetap menjaga keharmonisan dengan alam. Apabila ada upaya yang tidak harmonis dengan alam akan merusak produk wisata ekologis ini. Hindarkan sejauh mungkin penggunaan minyak, mengkonservasi flora dan fauna serta menjaga keaslian budaya masyarakat. 7. Daya dukung lingkungan. Pada umumnya lingkungan alam mempunyai daya dukung yang lebih rendah dengan daya dukung kawasan buatan. Meskipun mungkin permintaan sangat banyak, tetapi daya dukunglah yang membatasi. 8. Peluang penghasilan pada porsi yang besar terhadap negara. Apabila suatu kawasan pelestarian dikembangkan untuk ekowisata, maka devisa dan belanja wisatawan didorong sebesar-besarnya dinikmati oleh negara atau negara bagian atau pemerintah daerah setempat.

2.2.3 Perencanaan Wilayah Ekowisata

Perencanaan merupakan sebuah gambaran mengenai keadaan akan datang dari wilayah ekowisata yang efisien dan berkelanjutan. Perencanaan sendiri memuat tujuan dan sasaran pengelolaan wilayah dan dilandasi dengan dukungan aspek kelembagaan dan peraturan pendukungnya serta memuat uraian mengenai langkah-langkah strategis, manajemen aksi dan penetapan wilayah zoning. Perencanaan ekowisata bertujuan untuk memaksimalkan benefit dan meminimalisir dampak negatif yang akan ditimbulkan dari pengelolaan ekowisata Nugroho, 2011:29. Pengembangan ekowisata dalam konteks perencanaan wilayah menyajikan karakteristik dari pendekatan sistem dan sumber daya publik yang menjadi sebuah landasan konseptual di dalam pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan. Dan jasa wisata menjadi salah satu komponen yang sangat penting di dalam perencanaan wilayah ekowisata dimana sektor jasa wisata ini sendiri menjadi salah satu sektor yang riil yang dapat mengemas jasa lingkungan dan budaya Ekowisata Cagar Buda ya Gunun g Ka wi Sebatu, Gianyar S e m i n a r T u g a s A k h i r | 17 dalam upaya pembangunan wilayah untuk daerah konservasi. Dan berikut merupakan tahapan-tahapan di dalam perencanaan sebuah wilayah ekowisata :

1. Pendekatan Sistem

Perencanaan ekowisata dengan pendekatan sistem dimaksudkan untuk mengembangkan sebuah wilayah dengan lebih spesifik, teknis dan dalam tingkat interaksi yang terbatas untuk menciptakan sebuah kawasan ekowisata yang baik. Dan secara konseptual, Weaver dalam Nugroho, 2011 menyatakan bahwa di dalam perencanaan wilayah ekowisata terdapat sebuah pengelolaan jasa ekowisata untuk menghadapi pilihan dari konsekwensi dampak atau implementasi lingkungan. Hal ini dimaksudkan karena di dalam mengimplementasikan dampak lingkungan itu sendiri terdapat dua alasan yang melandasi kondisi ini, dimana yang pertama adalah micro sustainability, yaitu prinsip-prinsip konservasi yang dilaksanakan terbatas di tempat atau lokasi wisata sedangkan yang kedua adalah macro sustainability, yaitu dimana prinsip sustainability diterapkan pada wilayah tujuan wisata dan tempat lain yang mempengaruhi atau yang dipengaruhi Nugroho, 2011:30.

2. Sumber Daya Publik dan Penilaian Ekonomi

Wilayah ekowisata memiliki banyak komponen yang masuk dalam kategori barang atau sumber daya publik. Komponen barang atau sumber daya publik memiliki banyak karakteristik yang khas dan berbeda dengan barang pada umumnya, dimana barang yang dipahami secara umum masuk kategori barang private, dimana kepemilikannya mudah dipahami. Pemahaman terhadap barang publik sendiri menjadi landasan konsep penilaian ekonomi terkait dengan tujuan efisiensi alokasi dan menjadi faktor kritikal dalam perencanaan wilayah ekowisata Nugroho, 2011:38.

3. Instrumen Pembangunan Wilayah

Perencanaan wilayah ekowisata memiliki hal spesifik dibanding wilayah tujuan wisata yang lainnya, dimana dalam hal ini tujuan wisata pada umumnya banyak mengundang pengunjung, layanan di tempat terbatas, melibatkan banyak orang dan tanpa interprestasi. Sebaliknya dalam wilayah ekowisata beroperasi kegiatan-kegiatan yang membatasi jumlah pengunjung dengan skala kecil, ruang Ekowisata Cagar Buda ya Gunun g Ka wi Sebatu, Gianyar S e m i n a r T u g a s A k h i r | 18 dan tempat layanan yang luas dan menjelajah, berhadapan dengan barang dan jasa publik serta penuh dengan interpretasi. Hal ini bertujuan untuk mengendalikan operasional dari mekanisme pasar secara hati-hati dan dapat memberikan manfaat secara optimal dan berkelanjutan terhadap alokasi sumber daya alam dan lingkungan untuk memberi manfaat secara optimal dan berkelanjutan Nugroho, 2011:41. Dua dikotomi ini memberikan deskripsi penting dan spesifik untuk perencanaan wilayah ekowisata. Dengan memuat karakteristik sistem dan sumber daya publik, kebijakan perencanaan wilayah ekowisata disusun secara komprehansif, dengan memperhatikan aspek ekonomi, sosial dan lingkungan. Perencanaan wilayah ekowisata dapat dilihat pada gambar 2.3 : Gambar 2.3 : Pilihan Perencanaan Wilayah Ekowisata Weaver, 2002 Sumber : Buku Ekowisata dan Pembangunan Berkelanjutan