Instrumen Pembangunan Wilayah Perencanaan Wilayah Ekowisata

Ekowisata Cagar Buda ya Gunun g Ka wi Sebatu, Gianyar S e m i n a r T u g a s A k h i r | 19 nilai ekologi wilayah. Pengambilan keputusan manajemen pada dasarnya tidak mudah karena banyak melibatkan dan mengakomodasi manajemen, penduduk lokal atau wilayah sekitarnya dan pengunjung. Perencanaan manajemen ekowisata pada dasarnya merupakan sebuah proses yang tidak akan pernah berhenti yang artinya ia akan berjalan mengikuti siklus untuk menggapai visi sebagai tujuan akhir dari pengelolaan. Dalam perjalanan manajemen, tahapan evaluasi dan review manajemen menjadi salah satu indikator yang sangat bermanfaat bagi pengendalian dari ekowisata itu sendiri. Pengendalian dilakukan untuk menelaah apakah sistem, prosedur dan capaian sudah sesuai dengan yang seharusnya. Hasilnya digunakan oleh pihak manajemen untuk melaksanakan pembenahan atau perbaikan terhadap pelaksanaan manajemen. Pada sisi yang lain revolusi manajemen dapat dilanjutkan untuk mengakselerasi atau menyelaraskan tercapainya tujuan sebagaimana diketahui tujuan ekowisata itu adalah sebagai media untuk konservasi lingkungan, keuntungan swasta dan kesejahteraan penduduk lokal Nugroho, 2011:48. Perencanaan manajemen ekowisata dapat dilihat pada gambar 2.4 : Gambar 2.4 : Siklus Perencanaan Manajemen Ekowisata Sumber : Buku Ekowisata dan Pembangunan Berkelanjutan Review Manajemen : Kebutuhan apa yang diperlukan Evaluasi : Sampai dimana? Apa yang sudah diperoleh Manajemen Aksi : Bagaimana mencapai tujuan Tujuan Manajemen : Kemana akan menuju Adjusment Ekowisata Cagar Buda ya Gunun g Ka wi Sebatu, Gianyar S e m i n a r T u g a s A k h i r | 20

2.3 Tinjauan Mengenai Langgam Arsitektur

Tinjauan mengenai langgam arsitektur memiliki hubungan yang sangat erat di dalam penentuan tema rancangan dimana dalam hal ini digunakan tinjauan teori yang akan menjadi dasar terbentuknya tema. Adapun tinjauan teori yang digunakan didasari pada aspek arsitektur dengan lingkungan dan budaya dimana hal ini sangat berkaitan erat dengat prinsip utama dari pendekatan yang digunakan, yaitu ekowisata.

2.3.1 Arsitektur dan Lingkungan atau Ekologis

Arsitektur dan lingkungan atau ekologis adalah sebuah pendekatan dalam bidang arsitektur untuk menciptakan rancangan yang ekologis, ada berbagai cara yang dilakukan dari pendekatan ekologi pada perancangan arsitektur, tetapi pada umumnya mempunyai inti yang sama. Yeang dalam Widigdo, 2010, menyatakan bahwa Ecological design, is bioclimatic design, design with the climate of the locality, and low energy design. Dan menekankan pada integrasi kondisi ekologi setempat, iklim makro dan mikro, kondisi tapak, program bangunan, konsep design dan sistem yang tanggap pada iklim, penggunan energi yang rendah, diawali dengan upaya perancangan secara pasif dengan mempertimbangkan bentuk, konfigurasi, fasade, orientasi bangunan, vegetasi, ventilasi alami, warna. Integrasi tersebut dapat tercapai dengan mulus dan ramah Widigdo, 2010

2.3.2 Arsitektur dan Budaya

Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Melville J. Herskovits dalam Sukawi, 2009 mengemukakan bahwa segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri istilah untuk pendapat itu adalah Cultural-Determinism. Herskovits memandang kebudayaan sebagai sesuatu yang turun temurun dari satu generasi ke generasi yang lain, yang kemudian disebut sebagai superorganic. Sedangkan menurut Selo Soemardjan dalam Sukawi, 2009 kebudayaan adalah sarana hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat. Dari berbagai definisi tersebut, dapat diperoleh pengertian mengenai kebudayaan yaitu sistem pengetahuan yang meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga