Pembuatan Larutan Baku Pirantel Pamoat Optimasi Penentuan Panjang Gelombang Maksimum Pirantel

34

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Pembuatan Larutan Baku Pirantel Pamoat

Larutan baku pirantel pamoat digunakan untuk optimasi metode ekstraksi pirantel pamoat dalam sediaan suspensi merk “X ® ” sebagai pembanding untuk memastikan analit yang terkandung dalam sampel adalah pirantel pamoat. Kepastian mengenai analit yang terdapat di dalam sampel benar adalah analit yang dimaksud dapat dilihat dari kesamaan spektra serapan yang diperoleh serta mampu memberikan serapan paling besar pada panjang gelombang maksimum yang telah ditentukan. Pelarut yang digunakan dalam penelitian adalah dimetil sulfoksida DMSO karena analit dapat larut dengan baik dalam DMSO, serta metanol p.a. dengan kemurnian tinggi 99,85 karena panjang gelombang maksimum yang dihasilkan analit pada literatur menggunakan pelarut metanol Moffat, Osselton and Widdop, 2005. Konsentrasi larutan stok baku pirantel pamoat yang dibuat dalam penelitian ini sebesar 100 µgmL, yang kemudian digunakan untuk membuat 3 tingkat konsentrasi larutan seri baku pada penentuan panjang gelombang maksimum, yaitu 10; 20; dan 30 µgmL serta 5 tingkat konsentrasi untuk memperoleh kurva baku, yakni 10; 15; 20; 25 dan 30 µgmL

B. Optimasi Penentuan Panjang Gelombang Maksimum Pirantel

Pamoat Penentuan panjang gelombang maksimum bertujuan untuk mengetahui panjang gelombang dimana pirantel pamoat memberikan nilai serapan yang paling besar untuk dibaca oleh detektor spetktrofotometri UV-Vis. Analisis dilakukan pada panjang gelombang maksimum agar meningkatkan sensitivitas alat dalam mendeteksi suatu analit, dimana pada daerah sekitar puncak kurva panjang gelombang maksimum memiliki fluktuasi atau ketidakstabilan nilai serapan yang minimal sehingga kesalahan pembacaan oleh detektor dapat diminimalkan. Selanjutnya, panjang gelombang maksimum yang telah diperoleh digunakan untuk mengukur serapan pirantel pamoat yang dianalisis. Pengukuran panjang gelombang maksimum dilakukan menggunakan 3 seri kadar dengan tujuan untuk mengetahui keterulangan respon analit jika konsentrasinya ditingkatkan serta meyakinkan hasil yang diperoleh benar-benar panjang gelombang serapan maksimum pirantel pamoat. Seri kadar yang digunakan adalah 10; 20; dan 30 µgmL. Seri kadar tersebut mewakili seri kadar rendah, sedang dan tinggi. Pembacaan serapan scanning dilakukan pada rentang panjang gelombang 200-400 nm disebabkan karena panjang gelombang maksimum pirantel pamoat berada pada rentang panjang gelombang tersebut. Berikut ditampilkan spektra hasil pengukuran panjang gelombang maksimum: Gambar 8. Spektra Serapan Maksimum yang Terbentuk Pada 3 Konsentrasi Menurut Dibbern, Muller and Wirbitzki 2002, panjang gelombang maksimum teoritis dari pirantel pamoat dalam pelarut metanol adalah 288 nm dan 300 nm. Sementara itu, rentang pergeseran panjang gelombang maksimum yang diperbolehkan untuk daerah ultraviolet yakni sebesar ± 1 nm dari panjang gelombang yang ditentukan pada alat yang telah dikalibrasi Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan RI, 1979. Data hasil pengukuran panjang gelombang maksimum yang diperoleh yaitu pada 301 nm. Berdasarkan hasil tersebut diketahui bahwa panjang gelombang hasil pengukuran tidak menyimpang lebih dari 1 nm dari panjang geombang teoritis 300 nm sehingga dapat dipastikan bahwa senyawa tersebut merupakan pirantel pamoat. Digunakan panjang gelombang 300 nm sebagai acuan karena pada panjang gelombang tersebut tidak mendapat gangguan yang disebabkan adanya serapan pelarut yang digunakan. Pelarut yang digunakan yakni dimetil sulfoksida DMSO yang memiliki serapan UV cut-off pada 268 nm dan metanol dengan nilai serapan UV cut-off 205 nm Snyder, Kirkland and Glajch, 1997. Adanya perbedaan panjang gelombang hasil pengukuran dengan panjang gelombang teoritis dapat disebabkan karena kondisi penelitian yang berbeda, baik dari spesifikasi alat yang digunakan serta bahan-bahan yang digunakan selama penelitian. Syarat suatu senyawa dapat ditetapkan kadarnya secara spektrofotometri ultraviolet yakni memiliki gugus kromofor dan gugus auksokrom. Pirantel pamoat memiliki gugus kromofor yang bertanggung jawab terhadap penyerapan radiasi sinar. Gugus auksokrom berperan dalam pergeseran panjang gelombang dan intensitas serapan maksimum suatu senyawa. Gugus kromofor dan auksokrom dari pirantel pamoat ditunjukkan pada gambar berikut: Gambar 9. Gugus Kromofor dan Auksokrom Pada Struktur Pirantel Pamoat

C. Pembuatan Kurva Baku Pirantel Pamoat