F. Tata Cara Penelitian
1. Pembuatan larutan stok baku pirantel pamoat 1 mgmL
Ditimbang saksama kurang lebih 100,0 mg baku pirantel pamoat, dimasukkan ke dalam labu takar 100,0 mL, larutkan dengan DMSO sebanyak 8
mL dan encerkan dengan metanol hingga batas tanda.
2. Penentuan panjang gelombang maksimum pirantel pamoat
Dipipet 100; 200; dan 300 µL larutan stok baku pirantel pamoat 1 mgmL, dimasukkan ke dalam labu takar 10,0 mL dan encerkan dengan metanol hingga
batas tanda sehingga diperoleh kadar seri baku 10; 20; dan 30 µgmL. Larutan di
scan
pada spektrofotometer UV-Vis antara panjang gelombang 200-400 nm sehingga diperoleh spektrum serapan dan panjang gelombang maksimum.
3. Pembuatan larutan seri baku dan kurva baku pirantel pamoat
Dipipet 100; 150; 200; 250; dan 300 µL dari larutan stok baku pirantel pamoat 1 mgmL, kemudian dimasukkan ke dalam labu takar 10,0 mL. Encerkan
dengan metanol hingga batas tanda sehingga diperoleh kadar seri baku sebesar 10; 15; 20; 25; dan 30 µgmL. Serapannya diukur pada panjang gelombang
maksimum yang diperoleh menggunakan spektrofotometer UV-Vis. Dibuat kurva regresi linear antara kadar pirantel pamoat dan serapannya, kemudian tentukan
persamaan garis regresi linear dan nilai koefisien korelasinya. Suatu metode dikatakan memiliki linearitas yang baik apabila memenuhi syarat, yakni memiliki
nilai koefisien korelasi r- nya ≥ 0,999, terutama untuk penetapan kadar senyawa
tunggal Snyder, Kirkland,
and
Glajch, 1997
.
4. Penetapan kadar pirantel pamoat dalam sampel sediaan suspensi
pirantel pamoat merk “X”
®
a. Pembuatan larutan induk sampel pirantel pamoat 0,5 mgmL. Dipipet
sampel sediaan suspensi pirantel pamoat merk “X”
®
yang setara dengan 50,0 mg pirantel pamoat. Suspensi yang telah dipipet dilarutkan dengan
dimethyl sulfoxida
DMSO sebanyak 6,0 mL, kemudian encerkan dengan metanol dalam labu takar hingga volume tepat 100,0 mL. Larutan
kemudian disaring dengan melewatkan larutan sampel melalui corong dengan kertas saring dan kapas sebagai penyaring.
b. Ekstraksi pirantel pamoat dengan metode ekstraksi cair-cair
menggunakan corong pisah. Dipipet 10,0 mL filtrat yang diperoleh larutan 4.a, kemudian dimasukkan ke dalam corong pisah. Tambahkan
10,0 mL heksan dan lakukan ekstraksi selama 1 menit. Fase heksan dipisahkan dan ditampung dalam flakon. Lakukan ekstraksi berulang
sebanyak 3 kali dengan heksan sebanyak 10,0 mL. Fase metanol yang telah diekstraksi ditampung dalam
beaker glass
, kemudian diuapkan menggunakan
hot plate
sampai kering di lemari asam. c.
Ekstraksi pirantel pamoat dengan metode ekstraksi cair-cair menggunakan ultrasonikator. Dipipet 10,0 mL filtrat yang diperoleh
larutan 4.a, kemudian dimasukkan ke dalam
beaker glass
. Tambahkan heksan
sebanyak 30,0
mL. Lakukan
ekstraksi menggunakan
ultrasonikator yang telah diisi air sebelumnya selama 15 menit. Fase heksan dipisahkan dan ditampung dalam flakon. Fase metanol ditampung
dalam
beaker glass
dan uapkan menggunakan
hot plate
sampai kering di lemari asam.
d. Penetapan kadar pirantel pamoat dalam sampel sediaan suspensi pirantel
pamoat merk “X”
®
. Hasil isolasi dengan cara ekstraksi menggunakan corong pisah 4.b dan dengan cara ekstraksi menggunakan ultrasonikator
4.c yang telah diuapkan kemudian masing-masing dilarutkan dengan metanol dalam labu takar hingga volume tepat 25,0 mL. Larutan
kemudian dipipet masing-masing 1,5 mL dan encerkan dengan metanol dalam labu takar sampai volume tepat 10,0 mL. Ukur serapannya
menggunakan spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang maksimum. Lakukan 6 kali replikasi untuk masing-masing metode
ekstraksi sehingga diperoleh 6 data. Hitung nilai
coefficient of variation
CV dari serapan yang dihasilkan. Tentukan kadar yang diperoleh menggunakan persamaan kurva baku, kemudian hitung persen perolehan
kembali
recovery
yang diperoleh masing-masing metode.
Gambar 7. Skema Penetapan Kadar Pirantel Pamoat
G. Analisis Hasil