BAB IV HASIL ANALISA DAN PEMBAHASAN
4.1 Pengumpulan Data
Sebelum melakukan pengolahan data, maka langkah awal yang harus dilaksanakan adalah mengumpulkan data-data yang berhubungan dengan obyek
penelitian yaitu mesin Saturator R - 301 serta data yang dapat digunakan dalam penyelesaian masalah. Data yang dibutuhkan meliputi :
1. Data mesin dan komponennya. Tabel 4.1 Data mesin dan komponen
No Sub Mesin
Komponen Downtime
menit Total downtime
menit
1
Centrifuge Bearing
360 1150
Screen 305
Coupling 290
Centrifugel sheep 195
2
Gear Unit Bush
330 690
Shaft 138
Gear R L 85
Bearing 70
O-ring 47
Oil Seel 20
3
Rotary Driyer Dry Belt
170 505
Dry Bush 165
Gardan Dry 90
Fan 80
4
Mother Liquor Pump
Acid Feed 417
445 Armoflo
145 Motor
90 Starter
20
5
Cooling Water Coupling
210 315
Jet water 105
6
Coling Oil Oil Seel
170 170
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
7
Liquor Motor
100 165
Gear 65
8
Feeder Vibrating Seel ring
90 135
Bearing 45
9
Fan Induced air Shaft
60 85
Bearing 25
10
Sparger Extread
30 30
11
Collecting Hopper
Conect link 25
25
12
Fan Exhaust Shaft
15 15
Jumlah
3730 3730
Sumber Informasi : ,Data pada lampiran B 2. Data downtime, waktu antar kerusakan
3. Data penyebab kegagalan beserta efek yang ditimbulkan akibat adanya kegagalan. 4. Biaya Kegagalan yang terdiri dari :
a. Biaya penggantian kerusakan komponen yaitu harga komponen, biaya tenaga kerja meliputi operator dan mekanik serta biaya kerugian mesin akibat
kerusakan. b. Biaya penggantian karena program perawatan yaitu harga komponen, biaya
tenaga kerja operator dan mekanik.
4.2 Penentuan Komponen Kritis
Penentuan komponen kritis ini dilakukan dengan menggunakan diagram pareto berdasarkan kriteria total frekuensi downtime terbesar yang timbul akibat adanya
kerusakan pada fungsi dan sistem kerja mesin Saturator R - 301 Langkah awal adalah menentukan mesin kritis yang merupakan bagian dari mesin Saturator R - 301 dengan
menghitung persentase downtime untuk masing-masing sub mesin terlebih dahulu. Contoh perhitungan persentase downtime pada Centrifuge :
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Persentase downtime Centrifuge = 100
3730 1150
× = 30,831
Untuk perhitungan yang selanjutnya dapat dilihat pada lampiran C. Maka dengan cara yang sama diperoleh persentase downtime Mesin Saturator R-301
pada tabel 4.2 sebagai berikut : Tabel 4.2 Persentase downtime pada Mesin Saturator R-301
No Sub Mesin
Total downtime
Menit Persentase
downtime Total
Downtime Kumulatif
Persentase Downtime
Kumulatif
1 Centrifuge
1150 30.8310
1150 30.8310
2 Gear Unit
690 18.4686
1840 49.2996
3 Rotary Driyer
505 13.5388
2345 62.8384
4 Mother Liquor
Pump
445 11.930
2790 74.7684
5 Cooling Water
315 8.4450
3105 83.2134
6 Cooling Oil
170 4.5576
3275 87.7710
7 Liquor
165 4.4235
3440 92.1945
8 Feeder Vibrating
135 3.6193
3575 95.8138
9 Fan Induced air
85 2.2788
3660 98.0926
10 Sparger
30 0.8042
3690 98.8968
11 Collecting Hopper
25 0.6702
3715 99.5670
12 Fan Exhaust
15 0.4021
3730 100
Jumlah 3730
100
Sumber Informasi : Hasil Pengolahan Data 2010, Lampiran C
Gambar 4.1 Diagram Pareto pada Mesin Saturator R-301
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Berdasarkan pada tabel dan grafik diagram pareto diatas maka dipilih 4 unit yang memiliki persentase downtime kumulatif dibawah 80 , yaitu :
1. Centrifuge sebesar 30.8 2. Gear Unit sebesar 49.3
3. Rotary Driyer sebesar 62.9 4. Mother Liquor Pump sebesar 74.8
Selanjutnya untuk menentukan komponen kritis pada masing-masing mesin tersebut maka dilakukan pengolahan diagram pareto kembali dengan kriteria pemilihan
persentase kerusakan kumulatif dibawah 80 . Contoh perhitungan persentase kerusakan pada komponen Bearing, yaitu :
Persentase kerusakan Bearing = 100
1150 360
× = 31.3043
Untuk perhitungan yang selanjutnya dapat dilihat pada lampiran C. Maka dengan cara yang sama diperoleh hasil komponen kritis yang dipilih, yaitu :
Tabel 4.3 Persentase kerusakan pada Centrifuge
No Komponen Total
downtime menit
Persentase downtime
Total Downtime
Kumulatif
Persentase Downtime
Kumulatif
1 Bearing
360 31.3043
360 31.3043
2 Screen
305 26.5217
665 57.8260
3 Coupling
290
25.2170
955
83.0430
4 Centrifugel
shep 195
16.956
1150
100
Jumlah 1150
100 Sumber Informasi : Hasil Pengolahan Data 2010, Lampiran C
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Gambar 4.2 Diagram Pareto pada centrifuge Berdasarkan pada tabel 4.3 dan gambar 4.2 diagram pareto diatas maka dipilih 2 unit
yang memiliki persentase downtime kumulatif dibawah 80 , yaitu : 1. Bearing sebesar 31,3
2. Screen sebesar 57,82 Tabel 4.4 Persentase kerusakan pada Gear Unit
No Komponen
Total downtime
Persentase downtime
Total Downtime
Kumulatif
Persentase Downtime
Kumulatif
1 Bush
330 47.8261
330 47.8261
2 Shaft
138 20.01
468 67.8271
3 Gear RL
85 12.3188
553 80.1449
4 Bearing
70 10.1449
623 90.2898
5 O-ring
47 6.8115
670 97.1014
6 Oil Sell
20 2.8985
690 100
Jumlah 690
100 Sumber Informasi : Hasil Pengolahan Data 2010, Lampiran C
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Gambar 4.3 Diagram Pareto pada Gear Unit Berdasarkan pada tabel 4.4 dan gambar 4.3 diagram pareto diatas maka dipilih 2 unit
yang memiliki persentase downtime kumulatif dibawah 80 , yaitu : 1. Bush sebesar 47.8
2. Shaft Unit sebesar 67,8 Table 4.5 Persentase kerusakan pada Rotary Driyer
No Komponen Total
downtime menit
Persentase downtime
Total Downtime
Kumulatif
Persentase Downtime
Kumulatif
1 Dry Belt
170 33.663
170 33.663
2 Dry Bust
165
32.673
335 66.336
3 Gardan Dry
90
17.823
425
84.159
4 Fan
80
15.841
505
100
Jumlah 505
100 Sumber Informasi : Hasil Pengolahan Data 2010, Lampiran C
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Gambar 4.4 Diagram Pareto Rotary driyer Berdasarkan pada tabel 4.5 dan gmbar 4.4 diagram pareto diatas maka dipilih 2 unit
yang memiliki persentase downtime kumulatif dibawah 80 , yaitu : 1. Dry Belt sebesar 33,7
2. Dry Bush sebesar 66,3 Table 4.6 Persentase kerusakan pada
Mother Liquor Pump
No Komponen Total
downtime menit
Persentase downtime
Total Downtime
Kumulatif
Persentase Downtime
Kumulatif
1 Acid Feed
195 43.8202
195 43.8202
2 Armoflo
140
31.4606
335 75.2808
3 Motor
90
20.2247
425
95.5055
4 Starter
20
4.4943
445
100
Jumlah 445
100 Sumber Informasi : Hasil Pengolahan Data 2010, Lampiran C
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
C O
U N
T P
e rc
e n
t
KOMPONEN Count
4.5 Cum
43.8 75.3
95.5 100.0
195 140
90 20
Percent 43.8
31.5 20.2
Other Motor
Armoflo Acid Feed
500 400
300 200
100 100
80 60
40 20
PARETO CHART OF Mother Liquor Pump
Gambar 4.5 Diagram Pareto pada Mother Liquor Pump Berdasarkan pada tabel 4.6 dan gambar 4.5 diagram pareto diatas maka dipilih 2 unit
yang memiliki persentase downtime kumulatif dibawah 80 , yaitu : 1. Acid Feed sebesar 43,8
2. Armoflo sebesar 75,3
4.3. Functional Block Diagram