PENGARUH INTENSITAS KEGIATAN EKSTRAKURIKULER PALANG MERAH REMAJA (PMR) TERHADAP PERUBAHAN SIKAP SOSIAL SISWA SMA NEGERI 1 KOTAAGUNG KABUPATEN TANGGAMUS TAHUN PELAJARAN 2012/2013

(1)

ABSTRAK

PENGARUH INTENSITAS KEGIATAN EKSTRAKURIKULER PALANG MERAH REMAJA (PMR) TERHADAP PERUBAHAN SIKAP SOSIAL

SISWA SMA NEGERI 1 KOTAAGUNG KABUPATEN TANGGAMUS TAHUN PELAJARAN 2012/2013

Oleh REDY OCTAMA

Penelitian ini bertujuan menjelaskan pengaruh intensitas kegiatan ekstrakurikuler palang merah remaja (PMR) terhadap perubahan sikap sosial siswa SMA Negeri 1 Kotaagung Kabupaten Tanggamus Tahun Pelajaran 2012/2013.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. populasi dalam penelitian ini adalah siswa yang mengikuti ekstrakurikuler palang merah remaja (PMR) kelas X dan XI SMA Negeri 1 Kotaagung Tahun Pelajaran 2012/2013 dengan jumlah 35 orang responden. Data dalam penelitian ini dikumpulkan melalui angket dan dokemntasi, adapun teknik analisa data menggunakan rumus koefisien kontingensi atau Chi Kuadrat.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: pengaruh intensitas kegiatan ekstrakurikuler palang merah remaja (PMR) (X) dominan pada kategori cukup baik dengan persentase 48,6%, dan pengaruh intensitas kegiatan ekstrakurikuler palang merah remaja (PMR) terhadap perubahan sikap sosial siswa (Y) dominan pada kategori tinggi dengan persentase 60%. Dengan demikian diketahui bahwa: (1) pengaruh intensitas kegiatan ekstrakurikuler palang merah remaja (PMR) terhadap perubahan sikap sosial siswa SMA Negeri 1 Kotaagung Kabupaten Tanggamus Tahun Pelajaran 2012/2013 dominan pada kategori sedang. (2) Terdapat pengaruh yang cukup signifikan pada kegiatan ekstrakurikuler palang merah remaja (PMR) terhadap perubahan sikap sosial siswa SMA Negeri 1 Kotaagung Kabupaten Tanggamus Tahun Pelajaran 2012/2013.


(2)

I. PENDAHULUAN

A. Latar belakang Masalah

Pendidikan di Indonesia bertujuan membentuk manusia yang berkualitas bukan hanya dari potensi akademik melainkan juga dari segi karakter individu, dan hal ini harus dikembangkan di setiap satuan pendidikan. Nilai moral dan karakter anak bangsa memang harus menjadi perhatian utama baik dalam pembangunan bangsa maupun dunia pendidikan di tengah maraknya isu degradasi moral bangsa saat ini. Permasalahan tersebut kemudian menjadi pertimbangan tersendiri untuk menciptakan suatu perubahan dalam dunia pendidikan. Pendidikan karakter pun mulai banyak digagas sebagai salah satu langkah preventif guna mencegah degradasi moral yang semakin merosot. Melalui kegiatan ekstrakurikuler, diharapkan siswa dapat memiliki nilai karakter tersebut. Kegiatan ekstrakurikuler yang terdapat di sekolah memiliki dimensi sesuai dengan tujuan dan fungsinya masing-masing.

Melalui Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 tahun 2006 dalam Standar Isi diatur mengenai struktur kurikulum, bahwa Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) terdiri atas beberapa komponen, diantaranya adalah pengembangan diri. Berdasarkan Panduan Pengembangan KTSP yang diterbitkan oleh Badan Standar Nasional (BSNP), antara lain dinyatakan


(3)

bahwa Pengembangan diri bukan merupakan mata pelajaran yang harus diasuh oleh guru. Pengembangan diri bertujuan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan, bakat, dan minat setiap peserta didik sesuai dengan kondisi sekolah. Kegiatan pengembangan diri difasilitasi dan atau dibimbing oleh konselor, guru, atau tenaga kependidikan yang dapat dilakukan dalam bentuk kegiatan ekstrakurikuler.

Kegiatan ekstrakurikuler merupakan kegiatan tambahan yang dilaksanakan di luar jam pelajaran sekolah, yang dapat menunjang terhadap tujuan pendidikan. Kegiatan ekstrakurikuler dapat menjadi wahana dalam perkembangan bakat atau potensi yang dimiliki oleh siswa, dan dapat memberikan kesempatan kepada setiap siswa untuk mengembangkan bakat atau potensi yang dimilikinya, serta memberikan nilai plus pada siswa. Nilai plus tersebut tidak hanya angka nilai mata pelajaran tertentu saja yang ada korelasinya dengan ekstrakurikuler tersebut, tetapi lebih jauh bermanfaat dari sekedar angka nilai dalam buku laporan pendidikan yaitu dapat membiasakan siswa terampil berorganisasi, menambah wawasan, memecahkan masalah, juga yang tidak kalah penting dalam setiap kegiatan ekstrakurikuler yaitu dapat membentuk nilai karakter setiap siswa sesuai dalam ekstrakurikuler yang mereka tekuni.

Secara umum, kegiatan ekstrakurikuler yang dapat dikembangkan oleh sekolah setidak-tidaknya mencakup kegiatan-kegiatan untuk memfasilitasi siswa mencapai butir-butir Standar Kompetensi Lulusan (SKL). Adapun


(4)

tujuan kegiatan ekstrakurikuler sesuai dengan tujuan yang tercantum dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 39 Tahun 2008, yaitu:

a. Mengembangkan potensi siswa secara optimal dan terpadu yang meliputi bakat, minat dan kretivitas.

b. Memantapkan kepribadian siswa untuk mewujudkan ketahanan sekolah sebagai lingkungan pendidikan sehingga terhindar dari usaha dan pengaruh negatif dan bertentangan dengan tujuan pendidikan.

c. Mengaktualisasikan potensi siswa dalam pencapaian prestasi unggulan sesuai bakat dan minat.

Salah satu ekstrakurikuler yang menekankan nilai karakter pada siswa, yaitu kegiatan ekstrakurikuler Palang Merah Remaja yang berkaitan dengan dimensi sosial, merupakan salah satu kegiatan yang bergerak dalam bidang kemanusiaan. Kegiatan ekstrakurikuler Palang Merah Remaja atau di singkat PMR merupakan salah satu kegitan yang berperan penting di sekolah. PMR bertujuan menciptakan siswa untuk dapat memiliki rasa tanggung jawab baik di sekolah maupun di masyarakat. Misalnya saja ketika terdapat seorang guru ataupun siswa yang jatuh sakit atau pingsan di saat kegitan belajar mengajar, maka disitulah peran seorang anggota PMR untuk melaksanakan pertolongan pertama terhadap guru atau siswa tersebut. Seperti ektrakurikuler PMR yang terdapat di SMA Negeri 1 Kotaagung, dengan anggota kurang lebih 35 orang ektrakurikuler PMR berjalan cukup aktif dalam setiap kegiatanya baik di dalam maupun di luar sekolah. Bentuk kegitan meliputi pelatihan kepalang merahan, orientasi pembinaan PMR, pelatihan gabungan PMR, Jumbara PMR serta keikutsertaan dalam ajang perlombaan kepalangmerahan.


(5)

Berdasarkan hasil wawancara dengan Zami Hidayat siswa SMA Negeri 1 Kotaagung yang sekarang duduk di kelas XI IPA 2 diperoleh informasi bahwa “siswa merasa senang mengikuti kegiatan PMR karena selain dapat menambah teman, dalam kegiatan tersebut siswa juga dapat sekaligus mengasah bakat yang dimilikinya”. Selain menciptakan rasa tanggung jawab, PMR di SMA Negeri 1 Kotaagung juga bertujuan menumbuhkan sikap sosial antar sesama siswa dan masyarakat. Sikap sosial secara umum adalah hubungan antara manusia dengan manusia yang lain, saling ketergantungan dengan manusia lain dalam berbagai kehidupan masyarakat.

Sikap sosial dinyatakan tidak oleh seorang saja tetapi diperhatikan oleh orang-orang sekelompoknya. Objeknya adalah objek sosial dan dinyatakan berulang-ulang. Jadi yang menandai adanya sikap sosial adalah subjek, orang-orang dalam kelompok dan objek, objeknya kelompok serta objeknya sosial. Menanamkan sikap sosial dalam diri siswa memang tidaklah mudah, orang tua juga mengalami kesulitan dalam menanamkan sikap sosial dalam diri siswa. Contohnya adalah, di rumah siswa selalu diajarkan dan dibiasakan bersikap yang baik seperti saling menghargai, tolong-menolong dan lain sebagainya tetapi jika siswa sudah berada di luar rumah sulit bagi orang tua untuk mengontrolnya. Lingkungan juga menjadi salah satu faktor pengaruh dalam penanaman sikap sosial. Masing-masing orang tua siswa menilai sikap sosial siswa sekarang ini bisa dikatakan cukup baik, seperti saat berada di rumah, siswa menunjukkan sikap suka menolong anggota keluarga di rumah, menghargai, menghormati, dan bertanggung jawab dalam menjalankan tugasnya sebagai pelajar yaitu belajar. Orang tua merasa bahwa


(6)

saat di rumah siswa mampu membagi waktunya antara belajar dan bermain. Tetapi di sisi lain orang tua juga tidak sadar bahwa pergaulan di lingkungan masyarakat yang di alami oleh siswa juga sangat berpengaruh terhadap sikap dan prilaku siswa. Oleh karena itu kegiatan ekstrakurikuler sangat berperan penting, karena selain dapat membantu mengontrol siswa agar tidak cenderung menyimpang dalam pergaulan juga mampu menumbuhkan nilai-nilai karakter siswa khususnya karakter sosial.

Penanaman sikap sosial melalui kegiatan ekstrakurikuler PMR, diharapkan mampu menjadikan siswa mampu bersikap dan bertindak sesuai dengan nilai-nilai dan norma yang ada di sekolah maupun di masyarakat. Serta beradaptasi dan membiasakan bersikap saling tolong menolong dan peduli terhadap sesama. Anggota PMR harus ringan tangan dalam melaksanakan setiap tugasnya, artinya dalam menjalakan setiap tugas dan kewajibannya tidak pernah memandang perbedaan antara golongan yang satu dengan yang lain. Manusia selain sebagai makhluk individu juga berperan sebagai makhluk sosial yang tidak dapat hidup tanpa peran serta sesama. Begitu juga kegiatan-kegiatan kemanusiaan yang terdapat ekstrakurikuler PMR, tidak hanya diperuntukkan bagi siswa yang memiliki bakat sosial, namun berlaku bagi semuanya. Harapan secara global yaitu mampu menumbuhkan rasa kasih sayang terhadap sesama tanpa memandang latar belakang suku, ras atau agama. Demi terwujudnya tatanan masyarakat yang saling tolong menolong serta menjunjung tinggi solidaritas.


(7)

Kenyataan yang terjadi di SMA Negeri 1 Kotaagung adalah pendidikan karakter masih belum berjalan maksimal mengingat jam belajar siswa di sekolah yang terbatas. Sehingga pendidikan karakter yang diterapkan di saat bersamaan dengan jam belajar masih kurang efektif dalam segi implementasinya. Bila ditinjau dari sudut pandang sosial masih banyaknya siswa yang belum memiliki karakter sikap sosial, terlihat dari pengamatan yang dilakukan. Ternyata masih banyaknya siswa yang merokok di saat jam istirahat sekolah, serta siswa yang bertindak masa bodoh terhadap sesama temanya ketika temannya mengalami masalah, baik masalah di sekolah maupun masalah di dalam keluarganya. Tidak jarang juga masalah siswa yang sulit bersosialisasi antar sesama sehingga di jauhi oleh siswa-siswa lain.

Hasil wawancara dengan Ibu Sumiarsih selaku guru Bimbingan Konseling (BK) SMA Negeri 1 Kotaagung diperoleh informasi “bahwa memang masih banyak siswa yang kurang menerapkan sikap kepedulian sosial serta memiliki rasa bertanggung jawab. Seperti dalam hal kebersihan dan juga kedisiplinan, contohnya dengan membuang sampah sembarangan itu sudah sering terjadi, juga urusan piket kelas terkadang siswa yang sudah dijadwalkan untuk piket tidak melaksanakan apa yang sudah menjadi tanggung jawabnya, tetapi justru dibebankan pada temannya”.

Berdasarkan hasil wawancara tersebut terlihat bahwa penanaman nilai karakter pada siswa masih sangat kurang. Penanaman nilai karakter siswa sebenarnya tidak hanya dapat diterapkan melalui kegiatan belajar mengajar saja. Pendidikan berkarakter juga dapat diterapkan melalui ekstrakurikuler.


(8)

Tujuan diadakanya penelitian ini yaitu menjelaskan seberapa besar pengaruh intensitas kegiatan ekstrakurikuler Palang Merah Remaja (PMR) terhadap perubahan sikap sosial siswa SMA Negeri 1 Kotaagung.

Mengacu dari hasil uraian di atas serta dari hasil observasi dan wawancara beberapa siswa dan guru SMA Negeri 1 Kotaagung, penulis memandang penting untuk melakukan penelitian dengan memfokuskan pada: “Pengaruh Intensitas Kegiatan Ekstrakurikuler Palang Merah Remaja (PMR) Terhadap Perubahan Sikap Sosial Siswa SMA Negeri 1 Kotaagung Tahun Pelajaran 2012/2013”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian masalah di atas maka masalah yang timbul dalam penelitian ini dapat diidentifikasi sebagai berikut:

1. Sikap kepedulian siswa dan rasa tanggung jawab sebagai pelajar.

2. Kegiatan penunjang dalam rangka pegembangan pendidikan karakter di sekolah.

3. Ekstrakurilkuler Palang Merah Remaja sebagai wadah untuk menumbuhkan sikap peduli sosial siswa.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas peneliti membatasi permasalahan pada pengaruh intensitas kegiatan ekstrakurikuler Palang Merah Remaja (PMR) terhadap perubahan sikap sosial siswa SMA Negeri 1 Kotaagung Kabupaten Tanggamus Tahun Pelajaran 2012/2013.


(9)

D. Rumusan Masalah

Perumusan masalah pada penelitian ini adalah adakah Pengaruh Intensitas Kegiatan Ekstrakurikuler Palang Merah Remaja (PMR) Terhadap Perubahan Sikap Sosial Siswa ?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian yaitu Menjelaskan Pengaruh Intensitas Kegiatan Ekstrakurikuler Palang Merah Remaja (PMR) Terhadap Perubahan Sikap Sosial Siswa SMA Negeri 1 Kotaagung Kabupaten Tanggamus.

F. Kegunaan Penelitian 1. Secara teoritis

Secara teoritis kegunaan penelitian yaitu menerapkan, konsep, teori, prinsip dan prosedur, dan pendidikan pada khususnya Pendidikan Kewarganegaraan pada kajian nilai dan moral Pancasila karena berkaitan dengan budipekerti yang luhur, adat, budaya, dan nilai sosial yang berkembang dalam kehidupan masyarakat.

2. Secara praktis a. Guru

Dalam rangka mengoptimalkan tugas guru sebagai pendidik dalam mencetak siswa-siswa yang berkarakter, bermoral, dan berjiwa sosial. b. Siswa

Untuk lebih memahami dan meningkatkan kedisiplinan siswa, percaya diri, saling menolong, bertanggung jawab dan berjiwa sosial khususnya tindakan sikap saling menolong antar sasama manusia.


(10)

c. Sekolah

Memberikan dukungan dan fasilitas terhadap proses berjalanya kegiatan ekstrakurikuler sekolah khususnya Palang Merah Remaja (PMR).

G. Ruang Lingkup Penelitian 1. Ilmu

Dalam penelitian ini adalah pendidikan, khususnya Pendidikan Kewarganegraan dalam kajian nilai dan moral Pancasila.

2. Subjek

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa SMA Negeri 1 Kotaagung Kabupaten Tanggamus Tahun Pelajaran 2012/2013.

3. Objek

Objek dalam penelitian ini adalah sikap sosial siswa SMA Negeri 1 Kotaagung Kabupaten Tanggamus.

4. Tempat

Lokasi penelitian adalah SMA Negeri 1 Kotaagung Kabupaten Tanggamus.

5. Waktu

Pelaksanaan penelitian ini dilakukan sesuai dengan surat izin penelitian oleh Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.


(11)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A.Deskripsi Teoritik 1. Ekstrakurikuler

Ekstrakurikuler merupakan kegiatan pembelajaran yang diselenggarakan di luar jam pelajaran yang disesuaikan dengan kebutuhan pengetahuan, pengembangan, bimbingan, dan pembiasaan siswa agar memiliki kemampuan dasar penunjang. Ekstrakurikuler pada dasarnya berasal rangkaian dua kata yaitu ekstra dan kurikuler. Menurut bahasa, kata ekstra mempunyai arti tambahan di luar yang resmi. Sedangkan kata kurikuler, mempunyai arti bersangkutan dengan kurikulum. Maka kegiatan ekstrakurikuler dapat diartikan sebagai kegiatan tambahan di luar yang berkaitan dengan kurikulum.

Visi kegiatan ekstrakurikuler adalah berkembangnya potensi, bakat dan minat secara optimal, serta tumbuhnya kemandirian dan kebahagiaan peserta didik yang berguna untuk diri sendiri, keluarga dan masyarakat. Sedangkan misi ekstrakurikuler yaitu menyediakan sejumlah kegiatan yang dapat dipilih oleh peserta didik sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, dan minat mereka dan menyelenggarakan kegiatan yang memberikan


(12)

kesempatan peserta didik mengekspresikan diri secara bebas melalui kegiatan mandiri dan atau kelompok.

Menurut Mamat Supriatna dalam Arifyuri (http://ariefyuri.blogspot.com) Kegiatan ekstrakurikuler memiliki fungsi :

a. Pengembangan, yaitu fungsi kegiatan ekstrakurikuler untuk mengembangkan kemampuan dan kreativitas peserta didik sesuai dengan potensi, bakat dan minat mereka.

b. Sosial, yaitu fungsi kegiatan ekstrakurikuler untuk mengembangkan kemampuan dan rasa tanggung jawab sosial peserta didik.

c. Rekreatif, yaitu fungsi kegiatan ekstrakurikuler untuk mengembangkan suasana rileks, mengembirakan dan menyenangkan bagi peserta didik yang menunjang proses perkembangan.

d. Persiapan karir, yaitu fungsi kegiatan ekstrakurikuler untuk mengembangkan kesiapan karir peserta didik.

Peran kegiatan ekstrakurikuler antara lain:

a. Membangun karakter siswa.

b. Siswa terlatih dalam berorganisasi atau kegiatan Even Organizer (EO).

c. Siswa terlatih menjadi seorang pemimpin.

d. Siswa terlatih dalam berinteraksi dengan dunia luar atau di masyarakat.

e. Siswa terlatih mempunyai suatu ketrampilan, sebagai benih untuk berkembang ke depan.


(13)

f. Siswa terlatih dalam menghargai kemampuan orang lain dan tidak malu untuk belajar.

g. Siswa terlatih menghadapi tantangan.

h. Siswa terlatih membuat relasi yang langgeng (interpersonal). i. Siswa termotivasi akan cita-citanya atau karir yang akan di raih. j. Siswa terlatih menghargai orang lain baik orang tua, guru, teman

maupun teman.

Adapun tujuan kegiatan ekstrakurikuler sesuai dengan tujuan yang tercantum dalam Peraturan Menteri Pendididikan Nasional No. 39 Tahun 2008, yaitu:

a. Mengembangkan potensi siswa secara optimal dan terpadu yang meliputi bakat, minat dan kretivitas.

b. Memantapkan kepribadian siswa untuk mewujudkan ketahanan sekolah sebagai lingkungan pendidikan sehingga terhindar dari usaha dan pengaruh negatif dan bertentangan dengan tujuan pendidikan.

c. Mengaktualisasikan potensi siswa dalam pencapaian prestasi unggulan sesuai bakat dan minat.

d. Menyiapkan siswa agar menjadi warga masyarakat yang berakhlak mulia, demokratis, menghormati hak-hak asasi manusia dalam rangka mewujudkan masyarakat madani (civil society).

Sedangkan Prinsip Kegiatan Ekstrakurikuler yaitu:

a. Individual, yaitu prinsip kegiatan ekstrakurikuler yang sesuai dengan potensi, bakat dan minat peserta didik masing-masing.

b. Pilihan, yaitu prinsip kegiatan ekstrakurikuler yang sesuai dengan keinginan dan diikuti secara sukarela oleh peserta didik.


(14)

c. Keterlibatan aktif, yaitu prinsip kegiatan ekstrakurikuler yang menuntut keikutsertaan peserta didik secara penuh.

d. Menyenangkan, yaitu prinsip kegiatan ekstrakurikuler dalam suasana yang disukai dan mengembirakan peserta didik.

e. Etos kerja, yaitu prinsip kegiatan ekstrakurikuler yang membangun semangat peserta didik untuk bekerja dengan baik dan berhasil.

f. Kemanfaatan sosial, yaitu prinsip kegiatan ekstrakurikuler yang dilaksanakan untuk kepentingan masyarakat.

Dalam Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 125/U/2002 tentang Kalender Pendidikan dan Jam Belajar Efektif di Sekolah, Bab V pasal 9 ayat 2, dinyatakan bahwa:

Pada tengah semester 1 dan 2 sekolah melakukan kegiatan olahraga dan seni (Porseni), karyawisata, lomba kreativitas atau praktik pembelajaran yang bertujuan untuk mengembangkan bakat, kepribadian, prestasi dan kreativitas siswa dalam rangka mengembangkan pendidikan anak seutuhnya.

Pernyataan dalam Keputusan Menteri Pendidikan Nasional tersebut menegaskan bahwa, kegiatan ekstrakurikuler merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari keseluruhan program pendidikan di sekolah dan pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler sebagai realisasi dari perencanaan pendidikan yang tercantum dalam kalender sekolah.

Secara umum, kegiatan ekstrakurikuler yang dapat dikembangkan oleh sekolah setidak-tidaknya mencakup kegiatan-kegiatan untuk memfasilitasi peserta didik mencapai butir-butir Standar Kompetensi Lulusan (SKL)


(15)

sebagaimana dituangkan dalam Permendiknas nomor 23 tahun 2006. Berdasarkan butir-butir SKL, sejumlah kegiatan ekstrakurikuler dapat dikembangkan oleh sekolah, baik yang terkait dengan kompetens akademik maupun kepribadian. Adapun kegiatan-kegiatan untuk mengusung pengembangan butir-butir SKL tersebut dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu kegiatan ekstrakurikuler yang secara langsung mendukung pengembangan kompetensi akademik terutama pencapaian KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal), dan kegiatan ekstrakurikuler untuk mengembangkan bakat, minat, dan kepribadian atau karakter.

a. Kegiatan ekstrakurikuler yang mendukung pengembangan. Kompetensi akademik kegiatan ekstrakurikuler yang mendukung pengembangan kompetensi akademik sekurang-kurangnya mencakup kegiatan-kegiatan yang secara langsung menunjang pencapaian KKM. Kegiatan ini dilakukan peserta didik di luar jam tatap muka di bawah bimbingan guru mata pelajaran. Kegiatan-kegiatan yang dimaksud antara lain:

1) pembelajaran untuk program perbaikan. 2) pembelajaran untuk pengayaan, dan 3) klinik mata pelajaran.

Ketiga kegiatan di atas dilakukan setelah guru melaksanakan analisis hasil penilaian. Bagi peserta didik yang telah mencapai KKM diberikan pengayaan, bagi peserta didik yang belum mencapai KKM diberikan perbaikan, dan bagi peserta didik yang sudah diberikan


(16)

program perbaikan tetapi belum juga mencapai KKM, dimasukkan ke program klinik mata pelajaran.

b. Kegiatan ekstrakurikuler untuk pengembangan bakat, minat, dan kepribadian atau karakter sebagai pedoman pengembangan karakter peserta didik melalui kegiatan ekstrakurikuler yang merupakan bagian dari pembinaan kesiswaan di sekolah.

Menurut Retno Hapsari Utami (2010 : 5)

Kegiatan ekstrakurikuler dapat mencegah siswa melakukan tindakan yang menjurus kepada hal-hal yang negatif. Setelah pulang sekolah atau waktu liburan remaja menghabiskan waktu di sekolah bersama dengan kelompok teman sebaya yang dibimbing oleh guru pembina ekstrakurikuler. Melalui kegiatan ekstrakurikuler, siswa diajarkan keterampilan teknis, disiplin, kerjasama, kepemimpinan dan nilai- nilai lain yang bermanfaat bagi perkembangan remaja. Aktif dalam kegiatan ekstrakurikuler dapat memperkecil peluang siswa untuk bergabung dengan teman–teman sebaya yang melakukan aktivitas negatif.

Ali & Asrori (2008 : 170) “mengungkapkan sekolah perlu memberikan kesempatan melaksanakan kegiatan-kegiatan nonakademik melalui perkumpulan penggemar olahraga sejenis, kesenian, dan lainnya untuk membantu siswa menyelesaikan tugas perkembangannya”. Utami Munandar (2002 : 4) “mengungkapkan setiap orang mempunyai potensi yang berbeda-beda dan oleh karenanya membutuhkan layanan pendidikan yang berberbeda-beda pula”. Amal A.A (2005 : 375) menyatakan kegiatan ekstrakurikuler di sekolah ikut andil dalam menciptakan tingkat kecerdasan yang tinggi. Kegiatan ini bukan termasuk materi pelajaran yang terpisah dari materi pelajaran lainnya, artinya dapat dilaksanakan di sela-sela penyampaian


(17)

materi pelajaran. Mengingat kegiatan tersebut merupakan bagian penting dari kurikulum sekolah, maka pendidik bertanggung jawab untuk memandu artinya mengidentifikasi dan membina serta memupuk potensi-potensi tersebut secara utuh. Oleh karena itu perlu wadah atau sarana untuk meningkatkan kreatifitas dan pola fikir mereka dalam menghadapi perkembangan sosial yang terjadi di masyarakat sekarang ini diantaranya adalah kegiatan ekstrakurikuler. Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No.125/U/2002 tentang kalender pendidikan dan jumlah jam belajar efektif di sekolah, serta pengaturan kegiatan ekstrakurikuler dalam keputusan ini terdapat pada Bab 5 pasal 9 ayat 2 “pada tengah semester 1 dan 2 sekolah melakukan kegiatan olahraga dan seni (porseni), karya wisata, lomba kreatifitas atau praktek pembelajaran yang bertujuan untuk mengembangkan pendidikan seutuhnya”. Dalam bagian lampiran keputusan Menteri pendidikan nasional ini juga dinyatakan liburan sekolah atau madrasah selama bulan ramadhan di isi dan dimanfaatkan untuk melaksanakan berbagai kegiatan, yang diarahkan pada peningkatan akhlak mulia, pemahaman atau amaliah agama termasuk kegiatan ekstrakurikuler lainnya yang bermuatan moral.

Berdasarkan pendapat dari beberapa para ahli di atas maka penulis dapat menyimpulkan bahwa kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan tambahan di luar struktur program yang dilaksanakan di luar jam pelajaran sekolah agar memperkaya dan memperluas wawasan pengetahuan dan kemampuan siswa.


(18)

2. Palang Merah Remaja (PMR)

Palang Merah Remaja atau di singkat PMR adalah wadah pembinaan dan pengembangan anggota remaja yang dilaksanakan oleh Palang Merah Indonesia. Terdapat di Palang Merah Indonesia Cabang seluruh Indonesia dengan anggota lebih dari 1 juta orang. Anggota PMR merupakan salah satu kekuatan Palang Merah Indonesia dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan kemanusiaan di bidang kesehatan dan siaga bencana, serta mempromosikan prinsip-prinsip dasar gerakan Palang Merah Indonesia dan Bulan Sabit Merah Internasional juga mengembangkan kapasitas organisasi Palang Merah Indonesia.

Muktie (http://muktie.blogspot.com/ 2011/ 03/ buku- panduan- pmr- palang-merah- remaja.html) mengemukakan sejarah Palang Merah Remaja Sebagai berikut :

a. Sejarah berdirinya PMR

Terbentuknya Palang Merah Remaja dilatarbelakangi oleh terjadinya Perang Dunia II (1859) pada waktu itu Austria dan Prancis sedang mengalami peperangan. Karena kekurangan tenaga untuk memberikan bantuan, akhirnya mengerahkan anak-anak sekolah supaya turut membantu sesuai dengan kemampuannya. Mereka diberikan tugas-tugas ringan seperti mengumpulkan pakaian-pakaian bekas dan majalah-majalah serta koran bekas. Anak-anak tersebut terhimpun dalam suatu badan yang disebut Palang Merah Pemuda (PMP) kemudian menjadi Palang Merah Remaja (PMR).


(19)

Pada tahun 1919 di dalam sidang Liga Perhimpunan Palang Merah Internasional diputuskan bahwa gerakan Palang Merah Remaja menjadi satu bagian dari perhimpunan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah. Kemudian usaha tersebut diikuti oleh negara-negara lain. Dan pada tahun 1960, dari 145 Perhimpunan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah sebagian besar sudah memiliki Palang Merah Remaja.

b. Terbentuknya PMR di Indonesia

Kongres Palang Merah Indonesia ke-IV tepatnya bulan Januari 1950 di Jakarta, Palang Merah Indonesia membentuk Palang Merah Remaja yang dipimpin oleh Ny. Siti Dasimah dan Paramita Abdurrahman. Pada tanggal 1 Maret 1950 berdirilah Palang Merah Remaja secara resmi di Indonesia. Palang Merah Indonesia berkomitmen untuk menyebarluaskan dan mendorong aplikasi secara konsisten prinsip-prinsip dasar gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional, melaksanakan kesiapsiagaan di dalam penanggulangan bencana yang berbasis masyarakat, memberikan bantuan dalam bidang kesehatan umum yang berbasis masyarakat, pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K), serta berperan aktif dalam penanggulangan bahaya HIV/AIDS dan penyalahgunaan narkotika, juga menggerakkan generasi muda dan masyarakat dalam tugas-tugas kemanusiaan. Amanat ini menjadi bagian tugas dan peran anggota remaja Palang Merah Indonesia, yang tercakup dalam Tri Bhakti Palang Merah Remaja yaitu :


(20)

a) Mengabdi dan Berbakti pada masyarakat adapun penerapannya lebih mengarah kepada individu anggota Palang Merah Remaja yang bersangkutan (personal).

b) Mempertinggi mutu kebersihan, kesehatan dan keterampilan adapun penerapannya lebih mengarahkan kepada peran serta anggota Palang Merah Remaja kepada masyarakat khususnya di kalangan remaja (komunitas).

c) Mempererat tali persatuan Nasional dan Internasional adapun penerapannya lebih mengarahkan pada proses anggota Palang Merah Remaja menjalin persahabatan terhadap sesamanya (persahabatan).

Tujuan Palang Merah Remaja (PMR) antara lain:

a) Membangun manusia seutuhnya.

b) Mendidik dan melatih generasi muda dalam kegiatan positif.

c) Menumbuhkan Sikap saling membantu.

d) Menumbuhkan minat para remaja di bidang kemanusiaan dan sosial.

e) Membantu palang merah indonesia dalam segala kegiatan apabila dibutuhkan.

f) Membina rasa solidaritas antara sesama manusia.

g) Membantu mengembangkan potensi yang dimiliki para anggota dalam melaksanakan segala kegiatan kemanusiaan.


(21)

Fungsi Palang Merah Remaja (PMR) antara lain:

a) Penguatan kualitas remaja (anggota PMR) dan pembentukan karakter.

b) PMR dapat mengenalkan anggotanya berbagai macam obat-obatan (yang harus dan tidak harus menggunakan resep dokter) dan peralatan medis lainnya.

c) Anggota PMR mampu memberikan pertolongan pertama pada orang lain yang memerlukan penanganan medis dasar (Darurat Medis).

d) Anggota PMR mampu berorganisasi dengan baik.

e) Anggota PMR dapat membantu meringankan tugas bapak atau ibu guru, karena penanganan siswa yang sakit di sekolah bisa dilakukan oleh anggota PMR dari siswa sendiri.

f) Anggota PMR dapat meningkatkan keterampilan dan kedisiplinan, serta ketulusan dan kejujuran melalui kegiatan ekstra PMR ini.

g) Anggota PMR sebagai contoh dalam berperilaku hidup sehat bagi teman sebaya.

h) Anggota PMR dapat memberikan motivasi bagi teman sebaya untuk berperilaku hidup sehat.

i) Anggota PMR sebagai pendidik remaja sebaya. j) Anggota PMR adalah calon relawan masa depan.


(22)

Untuk dapat melaksanakan Tri Bhakti Palang Merah Remaja yang berkualitas, maka diperlukan anggota remaja Palang Merah Indonesia yang berkarakter kepalangmerahan yaitu mengetahui, memahami, dan berperilaku sesuai prinsip dasar gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah. Selain itu mereka juga berperan sebagai peer educator atau pelatih sebaya, yaitu yang dapat berbagi pengetahuan, ketrampilan, dan sikap kepada teman sebayanya, sehingga terjadi peningkatan ketrampilan hidup atau life skill untuk mendorong terjadinya perubahan perilaku positif pada remaja. Hal ini telah tercemin dalam kebijakan Palang Merah Indonesia dan Federasi bahwa :

a) Remaja merupakan prioritas pembinaan, baik dalam keanggotaan maupun kegiatan kepalangmerahan.

b) Palang Merah Remaja berperan penting dalam pengembangan kegiatan kepalangmerahan.

c) Palang Merah Remaja calon pemimpin Palang Merah masa depan.

d) Palang Merah Remaja adalah kader relawan.

c. PMR di Sekolah

Keberadaan Palang Merah Remaja di sekolah merupakan bagian dari kegiatan ekstrakurikuler di bawah pembinaan wakil kepala sekolah bidang kesiswaan. Secara struktural, PMR mempunyai struktur tarsendiri sebagai kelompok PMR, dan dalam kegiatannya secara fungsional termasuk dalam bidang Kesegaran Jasmanai dan Daya


(23)

Kreasi OSIS (Organisasi Intra Sekolah). Susunan Pengurus PMR di sekolah adalah sebagai berikut :

a) Pelindung adalah Tim Pembina Palang Merah Indonesia (TP PMI) kota atau kabupaten.

b) Penanggung jawab adalah kepala sekolah. c) Pembina PMR

d) Pelatih PMI

e) Pengurus harian PMR terdiri dari siswa-siswi yang telah menjadi anggota PMR dengan masa bakti minimal 1 tahun, yang terdiri dari :

1) Seorang ketua 2) Seorang wakil ketua 3) Seorang bendahara 4) Unit-unit :

1) Bakti masyarakat

2) Ketrampilan, kebersihan, dan kesehatan 3) Persahabatan

4) Umum

Kegiatan ekstrakurikuler PMR di sekolah berupaya untuk memajukan kualitas maupun kuantitasnya dengan cara sebagai berikut:

a) Merekrut anggota baru setiap tahunnya, yakni saat tahun ajaran baru.


(24)

b) Mengadakan latihan rutin seminggu sekali.

c) Mengadakan DIKLATDAS (Pendidikan dan Latihan Dasar) Kepalangmerahan, dan mengadakan ujian bagi anggota yang akan mengikuti kenaikan tingkat maupun ketika akan mengambil atribut atau tanda jenjang.

d) Mengadakan latihan persahabatan dengan sekolah lain setiap 1 bulan sekali.

e) Mendatangkan pelatih yang lebih profesional saat kegiatan. f) Mengadakan kegiatan di alam terbuka menggunakan

peralatan media standar, seperti ambulan, drakbar khusus, dan lain-lain.

g) Mengadakan simulasi penanggulangan pada darurat medis, sekolah siaga bencana.

h) Mengikuti beberapa event lomba yang ada.

i) Menambah peralatan untuk melengkapi alat yang sudah ada. j) Membiasakan menabung saat latihan dengan cara arisan yang

sekaligus berfungsi meningkatkan keaktifan anggota saat latihan.

Pelatihan diarahkan pada peran PMR sebagai peer educator, peer leadership, dan peer support dengan menekankan pada perilaku hidup sehat dan pengurangan risiko sesuai prinsip-prinsip dasar Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional. Agar proses belajar dan kegiatan menjadi aktivitas kehidupan nyata yang dihayati dengan penuh kegembiraan membantu anggota PMR menikmati


(25)

kegiatan dan membangun imajinasi tentang apa dan bagaimana seharusnya menjadi anggota PMR.

Anggota remaja Palang Merah Indonesia, yang terhimpun dalam anggota Palang Merah Remaja perlu diberikan pembinaan yang baik serta dalam proses pembinaannya diperlukan persamaan persepsi dan komitmen oleh semua unsur yaitu pengurus, pegawai, pembina PMR, pelatih Palang Merah Indonesia, serta pihak terkait dalam pembinaan remaja atau anggota PMR.

Adapun Palang Merah Remaja (PMR) yang dituliskan dalam buku manajemen Palang Merah Remaja dan AD/ART Palang Merah Indonesia (2008) adalah :

a) Anggota Palang Merah Indonesia terdiri dari anggota remaja, biasa, luar biasa, dan kehormatan (AD Bab VI, Pasal 11).

b) Yang dapat diterima sebagai anggota remaja adalah mereka yang berusia 10 – 17 tahun atau mereka yang seusia sekolah lanjutan tingkat atas dan belum menikah (ART Bab VI, Pasal 11, Ayat (1)).

c) Hak dan kewajiban anggota remaja dilaksanakan melalui wadah Palang Merah Remaja, disingkat Palang Merah Remaja (ART Bab VI, Pasal 13, Ayat (1)).

d) Ketentuan-ketentuan yang berkaitan dengan Palang Merah Remaja ditetapkan oleh Pengurus Pusat (ART Bab VI, Pasal 13, Ayat (2)).

e) Anggota Remaja mendaftarkan diri kepada unit Palang Merah Remaja di wilayah domisili yang bersangkutan (ART Bab VI, Pasal 15).

f) Palang Merah Remaja adalah wadah pembinaan anggota remaja Palang Merah Indonesia.

g) Palang Merah Remaja berada di sekolah atau luar sekolah, dan disebut kelompok Palang Merah Remaja. Tiap kelompok Palang Merah Remaja terdiri dari minimal 10 orang.

h) Tingkatan dalam Palang Merah Remaja: Mula, Madya, Wira.


(26)

i) Kelompok Palang Merah Remaja terdiri dari:

1. Kelompok Palang Merah Remaja berbasis sekolah, disebut kelompok Palang Merah Remaja sekolah. 2. Kelompok Palang Merah Remaja berbasis masyarakat,

disebut kelompok Palang Merah Remaja luar sekolah. j) Penjenjangan anggota Palang Merah Remaja terdiri dari:

1. Anggota Remaja Palang Merah Indonesia berusia 10-12 tahun/setingkat SD/MI/sederajat dapat bergabung sebagai anggota Palang Merah Remaja Mula.

2. Anggota Remaja Palang Merah Indonesia berusia 12 – 15 tahun/setingkat SMP/MTS/sederajat dapat bergabung sebagai anggota Palang Merah Remaja Madya.

k) Anggota Remaja Palang Merah Indonesia berusia 15 – 17 tahun/setingkat SMU/SMK/MA/sederajat dapat bergabung sebagai anggota Palang Merah Remaja Wira.

Pembina Palang Merah Remaja antara lain :

a) Wakil kepala sekolah bidang kesiswaan, atau guru yang di tunjuk oleh sekolah untuk melakukan pembinaan kelompok dan anggota Palang Merah Remaja di sekolah.

b) Seseorang yang di tunjuk oleh Palang Merah Indonesia Cabang atau Ranting untuk melakukan pembinaan kelompok dan anggota Palang Merah Remaja luar sekolah. c) Pembina Palang Merah Remaja secara fungsional adalah

anggota Tenaga Sukarela (TSR) Palang Merah Indonesia Cabang.

Bentuk Pembinaan Palang Merah Remaja antara lain :

a) Upaya yang dilakukan untuk mengembangkan Palang Merah Remaja, mencakup: perekrutan, pelatihan, pengembangan individu, pengembangan organisasi, Tri


(27)

Bhakti Palang Merah Remaja, pelaporan, monitoring, dan evaluasi.

b) Pembinaan Palang Merah Remaja diarahkan pada pengembangan karakter kepalangmerahan.

c) Pengembangan karakter kepalangmerahan yaitu mengarahkan anggota Palang Merah Remaja agar mengetahui, memahami, dan berperilaku sesuai prinsip dasar gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah.

Pembinaan berbasis pengembangan karakter dilaksanakan dengan pendekatan ketrampilan hidup, yaitu proses pembinaan interaktif yang bertujuan memaksimalkan pengetahuan, ketrampilan, dan sikap anggota Palang Merah Remaja sehingga terjadi perubahan positif. Kemudian anggota Palang Merah Remaja juga dapat berperan sebagai peer educator atau pelatih sebaya, yaitu yang dapat berbagi ilmu kepada teman sebaya sehingga mendorong terjadinya perubahan perilaku positif pada remaja. Dengan demikian anggota Palang Merah Remaja tidak hanya sebagai obyek, tetapi juga subyek yang terlibat aktif dalam siklus pembinaan Palang Merah Remaja.

Jiwa dan semangat kemanusiaan perlu ditanamkan sedini mungkin kepada anak-anak khususnya siswa. Pembinaan dan pengembangannya juga perlu secara terus menerus dilakukan agar mereka siap siaga setiap waktu untuk membaktikan diri bagi tugas-tugas kemanusiaan sebagai wujud rasa tanggung jawab. Pembinaan dan pengembangan jiwa dan semangat


(28)

kemanusiaan di kalangan siswa dapat dilakukan melalui pembinaan dan pengembangan kepalangmerahan. Palang Merah Remaja (PMR), yang merupakan bagian dari Palang Merah Indonesia merupakan salah satu wadah untuk melakukan pembinaan dan pengembangan kepalangmerahan kepada siswa, karena Palang Merah Remaja mendidik siswa menjadi manusia yang berperikemanusiaan dan mempersiapkan kader Palang Merah Indonesia yang baik dan mampu membantu melaksanakan tugas kepalangmerahan. Anggota Palang Merah Remaja merupakan salah satu kekuatan Palang Merah Indonesia dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan kemanusiaan di bidang kesehatan dan siaga bencana, mempromosikan 7 (tujuh) prinsip Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional, serta mengembangkan kapasitas organisasi Palang Merah Indonesia .

Palang Merah Remaja adalah organisasi kepemudaan binaan dari Palang Merah Indonesia yang berpusat di sekolah-sekolah dan bertujuan memberitahukan pengetahuan dasar kepada siswa sekolah dalam bidang yang berhubungan dengan kesehatan umum dan pertolongan pertama pada kecelakaan maupun bencana.

3. Sikap Sosial a. Sikap

Menurut Abu Ahmadi (1991 : 161) “istilah sikap atau dalam bahasa inggris disebut attitude pertama kali digunakan oleh Herbert Spencer”. Menurut W.S Winkel (1983 : 30) “sikap adalah kecenderungan penilaian terhadap objek yang berharga baik atau tidak berharaga atau


(29)

tidak baik”. Saifudin Azwar (2002 : 5) “sikap manusia merupakan konsep psikologis dan sosiologis yang pertamakali dicetuskan oleh Herbert Spencer”. Kemunculan konsep sikap manusia didasari adanya fakta reaksi prilaku yang berbeda-beda antara orang-orang terhadap suatu objek yang sebagian besarnya di sebabkan oleh perbedaan sikap. Prilaku dan perbuatan tidak semata-mata hadir begitu saja, tetapi pelakunya menyadari perbuatan yang di lakukan dan menyadari pula situasi yang bertautan dengan perbuatan itu. Kesadaran individu yang menentukan perbuatan itulah yang di namakan dengan sikap.

Menurut Saifudin Azwar (2002 : 23) struktur sikap terdiri atas 3 komponen yang saling menunjang yaitu :

a) Komponen kognitif merupakan representasi apa yang dipercayai oleh individu pemilik sikap, komponen kognitif berisi kepercayaan stereotipe yang dimiliki individu mengenai sesuatu dapat disamakan penanganan (opini) terutama apabila menyangkut masalah isu atau masalah yang kontroversial.

b) Komponen afektif merupakan perasaan yang menyangkut aspek emosional. Aspek emosional inilah yang biasanya berakar paling dalam sebagai komponen sikap dan merupakan aspek yang paling bertahan terhadap pengaruh-pengaruh yang mungkin adalah mengubah sikap seseorang komponen afektif disamakan dengan perasaan yang dimiliki seseorang terhadap sesuatu.

c) Komponen konatif merupakan aspek kecenderungan berperilaku tertentu sesuai dengan sikap yang dimiliki oleh seseorang. Dan


(30)

berisi tendensi atau kecenderungan untuk bertindak atau bereaksi terhadap sesuatu dengan cara-cara tertentu. Dan berkaitan dengan objek yang dihadapinya adalah logis untuk mengharapkan bahwa sikap seseorang adalah dicerminkan dalam bentuk tendensi perilaku.

Sikap terdiri dari berbagai tingkatan menurut Notoatmojo Soekidjo (1996 : 132) antara lain:

a) Menerima (receiving) menerima diartikan bahwa orang (subyek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (obyek). b) Merespon (responding) memberikan jawaban apabila di tanya,

mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi sikap karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan. Lepas pekerjaan itu benar atau salah adalah berarti orang itu menerima ide tersebut.

c) Menghargai (valuing) mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan orang lain terhadap suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga, misalnya seorang mengajak ibu yang lain (tetangga atau saudaranya) untuk menimbang anaknya ke posyandu atau mendiskusikan tentang gizi adalah suatu bukti bahwa si ibu telah mempunyai sikap positif terhadap gizi anak.

d) Bertanggung jawab (responsible) bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko adalah


(31)

mempunyai sikap yang paling tinggi. Misalnya seorang ibu mau menjadi akseptor keluarga berencana, meskipun mendapatkan tantangan dari mertua atau orang tuanya sendiri.

Ciri-ciri sikap menurut Heri Purwanto (1998 : 63) adalah :

a) Sikap bukan dibawa sejak lahir melainkan dibentuk atau dipelajari sepanjang perkembangan itu dalam hubungan dengan obyeknya. Sifat ini membedakannnya dengan sifat motif-motif biogenis seperti lapar, haus, kebutuhan akan istirahat. Sikap dapat berubah-ubah karena itu sikap dapat dipelajari dan sikap dapat berubah pada orang-orang bila terdapat keadaan-keadaan dan syarat-syarat tertentu yang mempermudah sikap pada orang itu.

b) Sikap tidak berdiri sendiri, tetapi senantiasa mempunyai hubungan tertentu terhadap suatu objek dengan kata lain, sikap itu terbentuk, dipelajari atau berubah senantiasa berkenaan dengan suatu objek tertentu yang dapat dirumuskan dengan jelas.

c) Objek sikap itu merupakan suatu hal tertentu tetapi dapat juga merupakan kumpulan dari hal-hal tersebut.

d) Sikap mempunyai segi-segi motivasi dan segi-segi perasaan, sifat alamiah yang membedakan sikap dan kecakapan-kecakapan atau pengetahuan-pengetahuan yang dimiliki orang.


(32)

Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap terhadap obyek sikap menurut Azwar (2005 : 87) antara lain :

a) Pengalaman Pribadi

Untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap, pengalaman pribadi haruslah meninggalkan kesan yang kuat. Karena itu, sikap akan lebih mudah terbentuk pabila pengalaman pribadi tersebut terjadi dalam situasi yang melibatkan faktor emosional. b) Pengaruh orang lain yang dianggap penting

Secara umum, individu cenderung untuk memiliki sikap yang konformis atau searah dengan sikap orang yang dianggap penting. Kecenderungan ini antara lain dimotivasi oleh keinginan untuk berafiliasi dan keinginan untuk menghindari konflik dengan orang yang dianggap penting tersebut.

c) Pengaruh Kebudayaan

Tanpa disadari kebudayaan telah menanamkan garis pengarah sikap kita terhadap berbagai masalah. Kebudayaan telah mewarnai sikap anggota masyarakatnya, karena kebudayaanlah yang memberi corak pengalaman individu-individu masyarakat asuhannya.

d) Media Massa

Dalam pemberitaan surat kabar maupun radio atau media komunikasi lainnya, berita yang seharusnya faktual disampaikan secara obyektif cenderung dipengaruhi oleh sikap penulisnya, akibatnya berpengaruh terhadap sikap konsumen.


(33)

e) Lembaga Pendidikan dan Lembaga Agama

Konsep moral dan ajaran dari lembaga pendidikan dan lembaga agama sangat menentukan sistem kepercayaan tidaklah mengherankan jika kalau pada gilirannya konsep tersebut mempengaruhi sikap.

f) Faktor Emosional

Kadang kala, suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari emosi yang berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego.

Pengukuran sikap dapat dilakukan dengan menilai pernyataan sikap seseorang. Pernyataan sikap adalah rangkaian kalimat yang mengatakan sesuatu mengenai obyek sikap yang hendak diungkap. Pernyataan sikap mungkin berisi atau mengatakan hal-hal yang positif mengenai obyek sikap, yaitu kalimatnya bersifat mendukung atau memihak pada obyek sikap. Pernyataan ini disebut dengan pernyataan yang favourable.

Menurut Notoatmodjo (2003 : 1227) “pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung atau tidak langsung. Secara langsung dapat ditanyakan bagaimana pendapat atau pernyataan responden terhadap suatu obyek. Secara tidak langsung dapat dilakukan dengan pernyataan-pernyataan hipotesis kemudian ditanyakan pendapat responden melalui kuesioner”.


(34)

Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut di atas maka dapat disimpulkan bahwa sikap adalah keadaan diri dalam manusia yang menggerakkan untuk bertindak atau berbuat dalam kegiatan sosial dengan perasaan tertentu di dalam menanggapi obyek situasi atau kondisi di lingkungan sekitarnya. Selain itu sikap juga memberikan kesiapan untuk merespon yang sifatnya positif atau negatif terhadap obyek atau situasi.

b. Sosial

Istilah ”Sosial” berasal dari bahasa latin Socius, yang artinya berkawan atau masyarakat. Sosial memiliki arti umum yaitu kemasyarakatan dan dalam arti sempit mendahulukan kepentingan bersama atau masyarakat. Di kehidupan kita sebagai anggota masyarakat istilah sosial sering dikaitkan dengan hal-hal yang berhubungan dengan manusia dalam masyarakat, seperti kehidupan kaum miskin di kota, kehidupan kaum berada, kehidupan nelayan dan seterusnya. Dan juga sering diartikan sebagai suatu sifat yang mengarah pada rasa empati terhadap kehidupan manusia sehingga memunculkan sifat tolong menolong, membantu dari yang kuat terhadap yang lemah, mengalah terhadap orang lain, sehingga sering dikatakan sebagai mempunyai jiwa sosial yang tinggi. Pada dunia pendidikan pun istilah sosial dipakai untuk menyebut salah satu jurusan yang harus dipilih ketika memasuki jenjang sekolah menengah atas atau pilihan ketika memasuki perguruan tinggi, dan jurusan tersebut adalah jurusan yang berkaitan dengan segala aktivitas yang berkenaan dengan tindakan hubungan antar manusia. Lebih jauh lagi


(35)

terdapat dua bidang ilmu yang ada di dunia ini yaitu ilmu pengetahuan alam dan humaniora, kedua bidang tersebut mempunyai perbedaan kajian, yaitu bahwa ilmu pengetahuan alam mengarah pada kajian-kajian yang bersifat alam dan pasti, sedangkan humaniora berkaitan dengan kemanusiaan, atau sering orang mengartikannya sebagai seni, bahasa, sastra. Sosial merupakan bidang yang berada di antara humaniora dan ilmu pengetahuan alam. Atau juga Ilmu pengetahuan alam dilawankan dengan ilmu pengetahuan sosial atau ilmu sosial. Sebenarnya apakah yang dimaksud dengan sosial dari kenyataan-kenyataan tentang istilah tersebut di atas.

Dilihat dari sasaran atau tujuan dari istilah tersebut yang berkaitan dengan kemanusiaan, maka dapat diasumsikan bahwa semua pernyataan tersebut pada dasarnya mengarah pada bentuk atau sifatnya yang humanis atau kemanusiaan dalam artian kelompok, mengarah pada hubungan antar manusia sebagai anggota masyarakat atau kemasyarakatan. Sehingga dapat dimaksudkan bahwa sosial merupakan rangkaian norma, moral, nilai dan aturan yang bersumber dari kebudayaan suatu masyarakat atau komuniti yang digunakan sebagai acuan dalam berhubungan antar manusia.

Sosial disini yang dimaksudkan adalah segala sesuatu yang dipakai sebagai acuan dalam berinteraksi antar manusia dalam konteks masyarakat atau komunitas, sebagai acuan berarti sosial bersifat abstrak yang berisi simbol-simbol berkaitan dengan pemahaman terhadap


(36)

lingkungan, dan berfungsi untuk mengatur tindakan-tindakan yang dimunculkan oleh individu-individu sebagai anggota suatu masyarakat. Sehingga dengan demikian, sosial haruslah mencakup lebih dari seorang individu yang terikat pada satu kesatuan interaksi, karena lebih dari seorang individu berarti terdapat hak dan kewajiban dari masing-masing individu yang saling berfungsi satu dengan lainnya. Dalam konteks ini, manusia diatur hak dan kewajibannya yang menunjukkan identitasnya dalam sebuah arena, dan sering disebut sebagai status, bagaimana individu melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan apa yang telah ada dalam perangkat pedoman yang ada yang dipakai sebagai acuan. Sosial memiliki beberapa istilah antara lain:

a) Struktur sosial yaitu urutan derajat kelas sosial dalam masyarakat mulai dari terendah sampai tertinggi. Contohnya kasta.

b) Diferensiasi sosial yaitu suatu sistem kelas sosial dengan sistem linear atau tanpa membeda-bedakan tinggi-rendahnya kelas sosial itu sendiri. Contohnya agama.

Menurut Keith Jacobs (2001 : 35) “mengungkapkan bahwa sosial adalah sesuatu yang di bangun dan terjadi dalam sebuah situs komunitas”. Philip Wexler (1998 : 300) “mengungkapkan bahwa sosial adalah sifat dasar dari setiap individu manusia”.


(37)

Jadi dapat di simpulkan bahwa soisal adalah sifat dasar dari setiap individu manusia yang di bangun dan di capai dan di tetapkan dalam interaksi sehari-hari antara warganegara.

c. Sikap Sosial

Mempunyai sikap dan perilaku yang baik, akan mendukung seseorang dapat bersosial dengan baik. Demikian halnya dengan seseorang ketika berhadapan dengan orang banyak pada lingkungan tertentu, dia membutuhkan pegangan-pegangan tertentu untuk dapat berprilaku dan bersosial secara baik. Koentjaraningrat (1976 : 20) “mengemukakan sikap sosial adalah kecenderungan tindakan seseorang terhadap sesama di suatu lingkungan tertentu”. Sikap tersebut merupakan hasil kecenderungan reaksi terhadap lingkunganya, termasuk didalanya lingkungan tempat bekerja. Harbert H.G dan Ray G.G (1995 : 8) Mengungkapakan bahwa “sikap sosial sebagai utilitas organisasi yang penting, karena dapat memeberi pertukaran kepada kemajuan ekonomi”.

Berdasarakan konsep yang dikembangkan dua ahli tersebut, dapat diidentifikasi bahwa seorang yang memiliki sikap sosial yang baik akan di tandai dengan :

a) Kesadaran manusia terhadap hakikat hidupnya di tengah-tengah teman sejawat.

b) Sadar akan kelemahanya, sehingga segala aspek tergantung sesama.


(38)

c) Kecenderungan memiliki kerelaan untuk selalu dapat memelihara hubungan baik dengan sesama.

d) Kecenderungan memiliki kerelaan untuk menyenangkan orang lain.

Dalam pergaulan sehari-hari, tidak pernah terlepas dari apa yang dinamakan beraktivitas, dari kenyataan inilah setiap orang bersikap dan bertingkah laku sesuai dengan perkembangan masing-masing individu tersebut. Dengan demikian, setiap orang harus mampu berinteraksi dan memiliki kepedulian terhadap orang lain. Adapun bentuk-bentuk sikap sosial dapat dibedakan menjadi dua yaitu :

a) Sikap positif

Nawawi (2000 : 33) mengungkapkan bahwa “bentuk sikap sosial yang positif seseorang yaitu berupa tenggang rasa, kerjasama, dan solidaritas”. Soetjipto dan Sjafioedin (1994 : 44) juga mengungkapakan pendapat yang sama bahwa “sikap sosial dapat dilihat dari adanya kerjasama, sikap tenggang rasa, dan solidaritas”. Dari kedua pendapat tersebut diatas, maka tidak ada perbedaan yang mendasar dimana yang termasuk dalam bentuk sikap sosial adalah aspek kerjasama, aspek solidaritas, dan aspek tenggang rasa. Berikut ini akan dijelaskan secara singkat dari masing-masing bentuk-bentuk sikap sosial tersebut.

1) Aspek Kerjasama

Kerjasama merupakan suatu hubungan saling bantu membantu dari orang-orang atau kelompok orang dalam


(39)

mencapai suatu tujuan. Ahmadi (2000 : 89) mengungkapkan bahwa “kerjasama adalah kecenderungan untuk bertindak dalam kegiatan kerja bersama-sama menuju suatu tujuan”. Dengan demikian sikap kerjasama adalah merupakan suatu kecenderungan untuk bertindak dalam kegiatan kerjasama untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Ciri-ciri orang yang mampu bekerjasama dengan orang lain adalah berperan dalam berbagi kegiatan gotong royong tidak membiarkan teman atau keluarga mengalami suatu masalah secara sendiri dan bersikap mengutamakan hidup bersama berdiri sama tinggi dan duduk sama rendah.

2) Aspek Solidaritas

Solidaritas mempunyai arti adanya kecenderungan seseorang dalam melihat ataupun memperhatikan keadaan orang lain. Menurut Gerungan (1996 : 52) dalam bukunya Psikologi Sosial dijelaskan bahwa “Solidaritas dapat diartikan sebagi kecenderungan dalam bertindak terhadap seseorang yang mengalami suatu masalah yakni berupa memperhatikan keadaan orang tersebut”. Dengan demikian solidaritas merupakan salah satu bentuk sikap sosial yang dapat dilakukan seseorang dalam melihat ataupun memperhatikan orang lain terutama seseorang yang mengalami suatu masalah.


(40)

3) Aspek Tenggang Rasa

“Tenggang rasa adalah seseorang yang selalu menjaga perasaan orang lain dalam aktifitasnya sehari-hari” Ahmadi (2000 : 34). Sikap tenggang rasa dapat dilihat dari adanya saling menghargai satu sama lain, menghindari sikap masa bodoh, tidak menggangu orang lain, selalu menjaga perasaan orang lain, dalam bertutur kata tidak menyinggung perasaan orang lain, selalu menjaga perasaan orang lain dalam pergaulan dan sebagainya. Dengan demikian dari pendapat ahli jelaslah bahwa tenggang rasa adalah perwujudan sikap dan prilaku seseorang dalam menjaga, menghargai dan menghormati orang lain.

b) Sikap negative

Bentuk-bentuk sikap sosial seseorang yang negatif antara lain: 1) Egoisme

Egoisme yaitu suatu bentuk sikap dimana seseorang merasa dirinya adalah yang paling unggul atas segalanya dan tidak ada orang atau benda apapun yang mampu menjadi pesaingnya.

2) Prasangka sosial

Prasangka sosial adalah suatu sikap negatif yang diperlihatkan oleh individu atau kelompok terhadap individu lain atau kelompok lain.


(41)

3) Rasisme

Rasisme yaitu suatu sikap yang didasarkan pada kepercayaan bahwa suatu ciri yang dapat diamati dan dianggap diwarisi seperti warna kulit merupakan suatu tanda perihal inferioritas yang membenarkan perlakuan diskriminasi terhadap orang-orang yang mempunyai ciri-ciri tersebut.

4) Rasialisme

Rasialisme yaitu suatu penerapan sikap diskriminasi terhadap kelompok ras lain. Misalnya diskriminasi ras yang pernah terjadi di Afrika Selatan.

5) Stereotip

Stereotip yaitu citra kaku mengenai suatu ras atau budaya yang dianut tanpa memerhatikan kebenaran citra tersebut. Misalnya stereotip masyarakat Jawa adalah lemah lembut dan lamban dalam melakukan sesuatu. Stereotip tersebut tidak selalu benar, karena tidak semua orang Jawa memiliki sifat tersebut. Ahmadi (2007 : 94).

Masalah sikap merupakan masalah yang cukup menarik, terutama bila di tinjau dari segi psikologi. Hal ini disebabkan karena alasan bahwa dengan memahami sikap seseorang pada umumnya, orang akan dapat memahami tingkah lakunya, karena tingkah laku seseorang di latarbelakangi oleh sikapnya. Selain itu, sikap juga merupakan salah satu aspek perilaku dan unsur kepribadian seseorang. Sikap hanya akan


(42)

ada artinya bila ditunjukkan dalam bentuk pernyataan prilaku, baik prilaku lisan maupun prilaku perbuatan contohnya saling tolong menolong, bertanggung jawab dalam melaksana tugas, peduli antar sesama mahluk sosial maupun lingkungan, bekerjasama antar kelompok sosial, disiplin dalam menjalankan kewajiban, dan saling menghargai anatar sesama manusia. Sikap sosial adalah kesadaran individu yang menemukan perbuatan yang nyata terhaap obyek sosial atau yang berhubungan dengan pergaulan hidup atau lapangan masyarakat.

Menurut W.A. Gerungan (1991 : 3) “sikap sosial dinyatakan oleh cara-cara kegiatan yang sama dan berulang-ulang terhadap obyek sosial dan menyebabkan terjadinya cara-cara tingkah laku yang dinyatakan berulang-ulang terhadap obyek sosial, dan biasanya sikap sosial itu dinyatakan tidak hanya oleh seorang saja, melainkan juga oleh orang-orang lainnya sekelompok atau masyarakat”.

Berdasarkan pendapat para ahli diatas disimpulkan bahwa sikap sosial merupakan kesadaran individu yang menemukan perbuatan yang nyata terhaap obyek sosial yang dinyatakan oleh cara-cara kegiatan yang sama dan berulang-ulang dan biasanya sikap sosial itu dinyatakan tidak hanya oleh seorang saja, melainkan juga oleh sekelompok orang atau masyarakat.


(43)

B.Kerangka Pikir

Kegiatan Ekstrakurikuler Palang Merah Remaja (PMR) merupakan wadah bagi siswa yang memeiliki minat dalam hal kemanusiaan dibidang kesehatan ataupun siaga bencana. Melalui bimbingan dan pelatihan guru, kegitan ekstrakurikuler Palang Merah Remaja mempengaruhi timbulnya sikap positif yang dapat membentuk nilai karakter siswa tersebut, diantaranya adalah sikap sosial siswa terhadap sesama manusia serta saling bekerjasama, berempati, dan berinteraksi. Sejauh mana pengaruh intensitas kegiatan ekstrakurikuler palang merah remaja terhadap perubahan sikap sosial siswa dapat di lihat dalam bagan berikut :

Variabael X Variabel Y

Gambar: Bagan Kerangka Pikir

Perubahan Sikap Sosial

- Kerjasama - Solidaritas - Tenggang Rasa Intensitas Kegiatan

Ekstrakurikuler Palang Merah Remaja

1. Kesehatan umum. 2. Pertolongan Pertama

Pada Kecelakaan (P3K) 3. Siaga bencana


(44)

C.Hipotesis

Berdasarkan latar belakang masalah, teori dan kerangka pikir maka hipotesis yang peneliti ajukan adalah:

1. Ada pengaruh intensitas kegiatan ektrakurikuler palang merah remaja (PMR) terhadap perubahan sikap sosial siswa SMAN 1 Kotaagung Kabupaten Tanggamus Tahun Pelajaran 2012/2013.

2. Tidak ada pengaruh intensitas kegiatan ektrakurikuler palang merah remaja (PMR) terhadap perubahan sikap sosial siswa SMAN 1 Kotaagung Kabupaten Tanggamus Tahun Pelajaran 2012/2013.


(45)

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Setiap penelitian diperlukan adanya suatu metode terhadap masalah yang diteliti, sehingga memperoleh hasil yang diharapakan. metode sangat diperlukan untuk menentukan data penelitian, menguji kebenaran, menemukan dan mengembangkan suatu pengatahuan, cara mengkaji kebenaran suatu pengatahuan.

Sesuai dengan masalah dan tujuan penelitian, maka metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Metode deskriptif adalah suatu metode yang digunakan dalam meneliti suatu kelompok, suatu objek, suatu kondisi, suatu sistem pemikiran, atau suatu kelas peristiwa masa sekarang. Muhammad Masir (1988 : 63).

Berdasarkan pendapat di atas yang dimaksud dengan metodologi penelitian deskriptif adalah metode yang yang bertujuan memecahkan masalah yang ada pada masa sekarang dengan cara mengumpulkan data kemudian menganalisa data yang telah terkumpul dari responden. Dengan menggunakan metode penelitian deskriptif ini penulis ingin memaparkan data-data dan menganalisis data secara objektif serta menggambarkan pengaruh intensitas kegiatan


(46)

ekstrakurikuler Palang Merah Remaja (PMR) terhadap perubahan sikap sosial siswa SMA Negeri 1 Kotaagung Tahun Pelajaran 2012/2013.

B. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Menurut Sugianto (2008 : 80) “populasi adalah wilayah generalitas yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian di tarik kesimpulanya”. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa-siswi kelas X dan XI SMA Negeri 1 Kotaagung Tahun Pelajaran 2012/2013:

Tabel 1. Data Jumlah Siswa kelas X dan XI SMA Negeri 1 Kotaagung Tahun Pelajaran 2012/2013

No Kelas Laki-Laki Perempuan Jumlah Siswa

1. X 1 10 23 33

2. X 2 6 29 35

3. X 3 12 20 32

4. X 4 10 21 31

5. X 5 9 23 32

6. X 6 12 21 33

7. X 7 11 19 30

8. XI IPA 1 5 28 33

9. XI IPA 2 14 18 32

10. XI IPA 3 11 22 33

11. XI IPS 1 12 18 30

12. XI IPS 2 11 16 27

13. XI IPS 3 11 19 30

14. XI IPS 4 10 20 30

Jumlah 144 297 441


(47)

Data siswa-siswi kelas X dan XI SMA Negeri 1 Kotaagung tahun pelajaran 2012/2013 yang mengikuti ekstrakurikuler Palang Merah Remaja berjumlah 35 orang, lebih rinci lagi digambarkan oleh tabel berikut:

Tabel 2. Data Jumlah siswa yang mengikuti ekstrakurikuler Palang Merah Remaja SMA Negeri 1 Kotaagung Tahun 2012/2013

No Kelas Jumlah Siswa

1. X 1 2

2. X 2 1

3. X 3 3

4. X 4 9

5. X 5 5

6. X 6 1

7. X 7 1

8. XI IPA 1 1

9. XI IPA 2 2

10. XI IPA 3 4

11. XI IPS 1 4

12. XI IPS 2 2

13. XI IPS 3 0

14. XI IPS 4 0

Jumlah 35

Sumber : TU dan Pembina PMR SMA Negeri 1 Kotaagung, 2012

2. Sampel

Penelitian ini adalah penelitian populasi. Menurut Suharsimi Arikunto (1986 : 120) “bila subjeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semuanya sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi”. Berdasarkan teori di atas, maka diperoleh sampel 35 siswa dari kelas X dan XI SMAN 1 Kotaagung yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler Palang Merah Remaja.


(48)

Untuk sampel pembanding maka diambil melalui Purposive Sample yaitu pengambilan sampel dengan cara mengambil subjek bukan didasarkan pada strata, random, atau daerah tetapi didasarkan atas adanya tujuan tertentu Suharsimi Arikunto (2010 : 183). maka sampel pembanding diambil 35 orang dari 406 siswa yang tidak mengikuti kegiatan PMR.

C. Variabel Penelitian

Di dalam suatu variabel penelitian terkandung konsep yang dapat dilihat dan diukur. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah intensitas kegiatan ekstrakurikuler Palang Merah Remaja (PMR) ( X).

2. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah perubahan sikap sosial siswa (Y).

D. Definisi Konseptual

1. Pengaruh Ekstrakurikuler

Ekstrakurikuler adalah kegiatan pembelajaran yang diselenggarakan di luar jam pelajaran yang disesuaikan dengan kebutuhan penegetahuan, pengembangan, bimbingan, dan pembiasaan siswa agar memiliki kemampuan dasar penunjang.

2. Palang Merah Remaja

Palang Merah Remaja atau PMR adalah organisasi kepemudaan binaan dari Palang Merah Indonesia yang berpusat di sekolah-sekolah dan bertujuan memberitahukan pengetahuan dasar kepada siswa sekolah


(49)

dalam bidang yang berhubungan dengan kesehatan umum dan Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K) maupun bencana.

3. Sikap Sosial

Koentjaraningrat (1976 : 20) mengemukakan “sikap sosial adalah kecenderungan tindakan seseorang terhadap sesama di suatu lingkungan tertentu”.

E. Definisi Operasional

1. Ektrakurikuler Palang Merah Remaja (PMR)

Intensitas kegiatan ekstrakurikuler Palang Merah Remaja (PMR) adalah penilaian intensitas kegiatan tambahan di luar jam sekolah, dimana dalam kegiatan tersebut sebagai wadah pembinaan dan pengembangan anggota remaja yang dilaksanakan oleh Palang Merah Indonesia yang berhubungan dengan kesehatan umum, Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K) serta siaga bencana.

2. Sikap Sosial

Sikap sosial adalah kecenderungan tindakan seseorang terhadap sesama di suatu lingkungan tertentu. Sikap sosial tersebut meliputi indikator kerjasama yaitu hubungan saling bantu membantu dari orang-orang atau kelompok orang dalam mencapai suatu tujuan selanjutnya aspek solidaritas yaitu kecenderungan arah perubahan sikap seseorang dalam melihat ataupun memperhatikan keadaan orang lain dan aspek tenggang rasa yaitu sikap selalu menjaga perasaan atau saling menghargai antar sesama.


(50)

F. Pengukuran Variabel

Dalam penelitian ini variabel yang diukur adalah:

1. Pengaruh Intensitas Kegiatan Ekstrakurikuler PMR (X) : a. Selalu

b. Sering

c. Kadang-kadang

2. Perubahan sikap sosial siswa SMAN 1 Kotaagung (Y) meliputi : a. Positif

b. Netral c. Negatif

G. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas: 1. Teknik Pokok

a. Angket/Kuesioner

Teknik ini digunakan untuk memperoleh data tentang pengaruh intensitas kegiatan ekstrakurikuler Palang Merah Remaja (PMR) terhadap perubahan sikap sosial siswa di SMAN 1 Kotaagung Kabupaten Tanggamus. Skala pengukuran untuk data ini adalah interval sehingga kuisioner yang digunakan berbentuk semantic differential.

Teknik angket atau kuisioner merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan cara membuat pertanyaan yang diajukan kepada responden dengan maksud menjaring data dan informasi langsung dari responden yang bersangkutan. sasaran angket adalah siswa yang mengikuti


(51)

ekstakurikuler Palang Merah Remaja di SMAN 1 Kotaagung Kabupaten Tanggamus.

Responden memilih jawaban yang telah disediakan sesuai dengan keadaan subjek. Setiap item memiliki tiga alternatif jawaban yang masing-masing mempunyai skor bobot berbeda-beda,yaitu:

a) Alternatif jawaban yang setuju diberi skor 3

b) Alternatif jawaban yang kurang setuju diberi skor 2 c) Alternatif jawaban yang tidak setuju diberi skor 1

2. Teknik Penunjang

a. Wawancara

Teknik ini digunakan untuk mendapatkan data langsung dari responden serta untuk melengkapi data yang belum legkap atau terjawab melalui angket. Wawancara langsung dilakukan kapada responden.

b. Dokumentasi

Dokumentasi digunakan untuk memperoleh data sekunder yang berupa keterangan, catatan, laporan, yang berkaitan dengan masalah yang akan diteliti.

H. Uji Persyaratan Instrumen 1. Uji Validitas

Untuk mengatasi uji validitas angket diadakan melalui kontrol langsung terhadap teori-teori yang melahirkan indikator-indikator variabel yang


(52)

disesuaikan dengan maksud dan isi butir soal yang dilakukan melalui korelasi angket dengan berkonsultasi kepada pembimbing.

2. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas angket dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut : a) Melakukan uji coba angket kepada 10 orang di luar responden. b) Hasil uji coba dikelompokkan menjadi item ganjil dan item genap. c) Hasil item ganjil dan genap dikorelasikan dengan rumus Product

Moment, yaitu :

                   N Y Y N X X N Y X XY rxy 2 2 2

2 ( ) ( )

) )( (

Keterangan :

rxy = Koefisien Korelasi Antara Gejala X dan Y x = Variabel Bebas

y = Variabel Terikat

N = Jumlah Sampel Yang Diteliti Suharimi Arikunto (2009 : 72)

Kemudian untuk mengetahui reliabilitas angket digunakan rumus Spearman Brown, sebagai berikut :

) ( 1 ) ( 2 gg gg r r rxy  


(53)

Keterangan :

rxy = Koefisien Korelasi Antara Gejala X dan Y

Rgg = koefisien korelasi item ganjil dan item genap

Sutrisno Hadi (1987 : 37).

Hasil analisis kemudian dibandingkan dengan tingkat reliabilitas sebagai berikut :

0,90 – 1,00 = Reliabilitas Tinggi 0,50 – 0,89 = Reliabilitas Sedang 0,00 – 0,49 = Reliabilitas Rendah Manase Malo (1985: 139)

I. Teknik Analisis Data

Tindak lanjut dari pengumpulan data adalah menganalisis data. Setelah data terkumpul selanjutnya data di analisis dengan menggunakan rumus yang dikemukakan oleh Sutrisno Hadi dalam Nafilah (2005: 39) yaitu:

I =

K NR NT

Dimana:

I = Interval

NT = Nilai Tertinggi


(54)

K = Kategori

Penentuan tingkat persentase digunakan rumus yang dikemukakan oleh Ali (1984: 184) sebagai berikut :

% 100 X N F P Keterangan

P = Besarnya presentase

F = Jumlah skor yang diperoleh diseluruh item N = Jumlah berkalian seluruh item dengan responden

Untuk menafsirkan banyaknya presentase yang diperoleh digunakan kriteria Suharsimi Arikunto (1986: 196) sebagai berikut:

76%-100% = Baik 56%-75% = Cukup 40%-55% = Kurang Baik 0-39% = Tidak Baik

Pengujian keeratan hubungan dilakukan dengan menggunakan rumus Chi Kuadrat sebagai berikut :



    b i k j Eij Eij Oij x 1 1 2 2 Keterangan : 2

x : Chi Kuadrat.

b

i1


(55)

k

j 1

: Jumlah kolom.

Oij : Banyaknya data yang diharapkan. Eij : Banyaknya data hasil pengamatan.

Sudjana (1996 : 280)

Selanjutnya data akan diuji dengan menggunakan rumus koefisien korelasi, hal ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel X terhadap sikap sosial siswa, yaitu :

n x

x c

2 2

Keterangan :

c : koefisien kontigensi

X2 : chi kuadrat

n : jumlah sampel

Sudjana (1996 : 280)

Agar harga C yang diperoleh dapat digunakan untuk menilai derajat asosiasi faktor-faktor, maka harga C dibandingkan dengan koefisien kontingensi maksimum yang bisa terjadi. Harga C maksium ini dapat dihitung dengan rumus :

C maks

M M 1


(56)

Keterangan :

C maks : koefisien kontigensi maksimum.

M : harga minimum antara banyak baris dan kolom dengan kreteria uji hubungan “makin dekat harga C pada Cmaks, makin besar derajat asosiasi antara faktor”.


(57)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

a. Kesimpulan

Berdasarkan analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan bahwa: terdapat pengaruh intensitas kegiatan ekstrakurikuler palang merah remaja (PMR) terhadap perubahan sikap sosial siswa SMA Negeri 1 Kotaagung Kabupaten Tanggamus Tahun Pelajaran 2012/2013.

Pengaruh intensitas kegiatan ekstrakurikuler palang merah remaja (PMR) terhadap perubahan sikap sosial siswa SMA Negeri 1 Kotaagung berada pada kategori sedang. Hal ini berarti dengan adanya kegiatan ekstrakurikuler Palang Merah Remaja (PMR) berpengaruh terjadinya perubahan sikap sosial siswa namun berjalan lamban dan membutuhkan waktu untuk mencapainya.

b. Saran

Penelitian ini disertai dengan saran dari penulis bagi pihak-pihak yang terkait dengan penelitian ini.


(58)

dalam lingkungan sekolah dengan cara memberikan perhatian yang lebih kepada siswa yang belum mengaplikasikan nilai karakter dalam lingkungan sekolah juga agar dapat memfasilitasi berbagai macam kegiatan yang terdapat di sekolah demi tercapainya nilai karakter yang ada pada diri para siswa.

2. Bagi guru atau pembina kegitan ekstakurikuler sekolah, agar dapat memaksimalkan penanaman nilai-nilai karakter dalam diri siswa agar siswa dapat mengaplikasikan nilai karakter dalam kehidupan sehari-hari terutama di lingkungan sekolah dengan cara mengarahkan para siswanya agar lebih aktif dalam mengikuti kegiatan ekstrakurikuler.

3. Bagi siswa, diharapkan agar dapat mengembangkan potensi dan kemampuan yang dimilikinya dengan cara mengikuti kegiatan ekstrakurikuler yang terdapat di sekolah.


(59)

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu. 2000. Psikologi Sosial. Jakarta: PT. Rineka cipta.

Ali, M. Asrori. 2008. Psikologi Remaja Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Bumiakasara.

Amal, A.A. 2005. Mengembangkan Kreatifitas Anak. Jakarta: Pustaka Al Kautsar. Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka

cipta.

Azwar, Saifudin. 2002. Sikap Manusia, Teori dan Pengukuranya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

---.2005.Penyusunan Skala Pesikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hadi, Sutrisno. 1989. Metode Penelitian Sosial. Jakarta: Kurnia.

Harbert H.G. dan Ray G.G. 1995. Organisasi Teori dan Tingkah Laku. Jakarta: Bumiaksara.

Jacobs K and Manzi T. 2000. Evaluating the social contitutions paradigm in housing reaserch Housing Theory and Society. No. 1. Vol 17. Tasmania University Australia.

KEMENDIKNAS (Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia) Nomor 125/U/2002 tentang Kalender Pendidikan dan Jam Belajar Efektif di Sekolah Bab V pasal 9 ayat 2. Fokusmedia: Jakarta.

Koentjaraningrat. 1976. Kebudayaan Mentalitet dan Pembangunan. Jakarta: Gramedia.

Malo, Manasse. 1985.Metode Penelitian Sosial. Universitas Terbuka: Jakarta. Masir, Muhammad. 1988. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia. Nawawi, Hadori. 2000. Intereksi Sosial. Jakarta : Gunung Agung


(60)

PEMENDIKNAS (Peraturan Menteri Pendididikan Nasional) No. 39 Tahun 2008. Fokusmedia: Jakrata.

Peraturan AD/ART Palang Merah Indonesia 2008.

Purwanto, Heri. 1998. Pengantar Perilaku Manusia untuk Keperawatan. Jakarta: EGC.

Retno, U. Hapsari. 2010. Hubungan Antara Minat Mengikuti Kegiatan Ekstrakurikuler dengan Intensi Delinkuensi Remaja pada Siswa Sekolah Menengah Kejuruan (Smk) Di Kota Semarang. (Jurnal). Universitas Diponegoro. Semarang.

Soetjipto dan Sjaefieoden. 1994. Metodologi Ilmu Sosial. Jakarta: Gramedia. Us, Sudjana. 2002. Metode Statistika. Jakarta: Tarsito.

Utami, Munandar. 2004. Pengembangan Kreativtas Anak Berbakat. Jakarta: PT Rineka Cipta.

W.A, Gerungan. 1991. Psikologi Sosial. Bandung: Eresco.

Wexler, Philip. 1998. Review of holy parts: Social Theory, Educations, and Religion. Union thecnologycal seminary.ST. Martins press: New york.


(61)

(1)

55

Keterangan :

C maks : koefisien kontigensi maksimum.

M : harga minimum antara banyak baris dan kolom dengan kreteria uji hubungan “makin dekat harga C pada Cmaks, makin besar derajat asosiasi antara faktor”.


(2)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

a. Kesimpulan

Berdasarkan analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan bahwa: terdapat pengaruh intensitas kegiatan ekstrakurikuler palang merah remaja (PMR) terhadap perubahan sikap sosial siswa SMA Negeri 1 Kotaagung Kabupaten Tanggamus Tahun Pelajaran 2012/2013.

Pengaruh intensitas kegiatan ekstrakurikuler palang merah remaja (PMR) terhadap perubahan sikap sosial siswa SMA Negeri 1 Kotaagung berada pada kategori sedang. Hal ini berarti dengan adanya kegiatan ekstrakurikuler Palang Merah Remaja (PMR) berpengaruh terjadinya perubahan sikap sosial siswa namun berjalan lamban dan membutuhkan waktu untuk mencapainya.

b. Saran

Penelitian ini disertai dengan saran dari penulis bagi pihak-pihak yang terkait dengan penelitian ini.


(3)

1. Bagi pihak sekolah, diharapkan lebih mampu mengontrol atau mengawasi perkembangan nilai karakter yang diaplikasikan siswa dalam lingkungan sekolah dengan cara memberikan perhatian yang lebih kepada siswa yang belum mengaplikasikan nilai karakter dalam lingkungan sekolah juga agar dapat memfasilitasi berbagai macam kegiatan yang terdapat di sekolah demi tercapainya nilai karakter yang ada pada diri para siswa.

2. Bagi guru atau pembina kegitan ekstakurikuler sekolah, agar dapat memaksimalkan penanaman nilai-nilai karakter dalam diri siswa agar siswa dapat mengaplikasikan nilai karakter dalam kehidupan sehari-hari terutama di lingkungan sekolah dengan cara mengarahkan para siswanya agar lebih aktif dalam mengikuti kegiatan ekstrakurikuler.

3. Bagi siswa, diharapkan agar dapat mengembangkan potensi dan kemampuan yang dimilikinya dengan cara mengikuti kegiatan ekstrakurikuler yang terdapat di sekolah.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu. 2000. Psikologi Sosial. Jakarta: PT. Rineka cipta.

Ali, M. Asrori. 2008. Psikologi Remaja Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Bumiakasara.

Amal, A.A. 2005. Mengembangkan Kreatifitas Anak. Jakarta: Pustaka Al Kautsar. Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka

cipta.

Azwar, Saifudin. 2002. Sikap Manusia, Teori dan Pengukuranya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

---. 2005. Penyusunan Skala Pesikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hadi, Sutrisno. 1989. Metode Penelitian Sosial. Jakarta: Kurnia.

Harbert H.G. dan Ray G.G. 1995. Organisasi Teori dan Tingkah Laku. Jakarta: Bumiaksara.

Jacobs K and Manzi T. 2000. Evaluating the social contitutions paradigm in housing reaserch Housing Theory and Society. No. 1. Vol 17. Tasmania University Australia.

KEMENDIKNAS (Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia) Nomor 125/U/2002 tentang Kalender Pendidikan dan Jam Belajar Efektif di Sekolah Bab V pasal 9 ayat 2. Fokusmedia: Jakarta.

Koentjaraningrat. 1976. Kebudayaan Mentalitet dan Pembangunan. Jakarta: Gramedia.

Malo, Manasse. 1985. Metode Penelitian Sosial. Universitas Terbuka: Jakarta. Masir, Muhammad. 1988. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia. Nawawi, Hadori. 2000. Intereksi Sosial. Jakarta : Gunung Agung


(5)

Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Pendidikan dan Prilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka. Cipta.

PEMENDIKNAS (Peraturan Menteri Pendididikan Nasional) No. 39 Tahun 2008. Fokusmedia: Jakrata.

Peraturan AD/ART Palang Merah Indonesia 2008.

Purwanto, Heri. 1998. Pengantar Perilaku Manusia untuk Keperawatan. Jakarta: EGC.

Retno, U. Hapsari. 2010. Hubungan Antara Minat Mengikuti Kegiatan Ekstrakurikuler dengan Intensi Delinkuensi Remaja pada Siswa Sekolah

Menengah Kejuruan (Smk) Di Kota Semarang. (Jurnal). Universitas

Diponegoro. Semarang.

Soetjipto dan Sjaefieoden. 1994. Metodologi Ilmu Sosial. Jakarta: Gramedia. Us, Sudjana. 2002. Metode Statistika. Jakarta: Tarsito.

Utami, Munandar. 2004. Pengembangan Kreativtas Anak Berbakat. Jakarta: PT Rineka Cipta.

W.A, Gerungan. 1991. Psikologi Sosial. Bandung: Eresco.

Wexler, Philip. 1998. Review of holy parts: Social Theory, Educations, and Religion. Union thecnologycal seminary. ST. Martins press: New york.


(6)

Dokumen yang terkait

PERANAN PALANG MERAH REMAJA (PMR) DALAM PEMBINAAN SIKAP KEMANUSIAAN SISWA (STUDI DESKRIPTIF PALANG MERAH REMAJA SEKOLAH MENENGAH ATAS/SEDERAJAT DI KOTA BANDA ACEH)

0 5 1

PENGARUH KOMUNIKASI ANTARBUDAYA TERHADAP SIKAP KESETIAKAWANAN SOSIAL SISWA DI SMA NEGERI 1 PUNDUH PEDADA PESAWARAN TAHUN PELAJARAN 2012/2013

1 13 84

PENGARUH KETERLIBATAN SISWA DALAM ORGANISASI EKSTRAKURIKULER TERHADAP BUDI PEKERTI SISWA SMA NEGERI 15 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013

12 145 86

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 1 KAMPUNG KOTAAGUNG KABUPATEN TANGGAMUS TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 5 34

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MINAT SISWA MELANJUTKAN STUDI KE PERGURUAN TINGGI SISWA SMA NEGERI 1 TALANG PADANG TANGGAMUS TAHUN PELAJARAN 2012/2013

3 65 63

PENGARUH PEMANFAATAN SARANA DAN PRASARANA BELAJAR SEKOLAH DAN AKTIVITAS DALAM KEGIATAN EKSTRAKURIKULER PRAMUKA SISWA TERHADAP HASIL BELAJAR EKONOMI SISWA KELAS XI IPS SEMESTER GANJIL SMA NEGERI 1 PAGELARAN TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 8 112

PENGARUH INTENSITAS KEGIATAN EKSTRAKURIKULER PALANG MERAH REMAJA (PMR) TERHADAP PERUBAHAN SIKAP SOSIAL SISWA SMA NEGERI 1 KOTAAGUNG KABUPATEN TANGGAMUS TAHUN PELAJARAN 2012/2013

1 11 61

PENGARUH KEMANDIRIAN DAN SIKAP BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR IPS TERPADU SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 PUNGGUR TAHUN PELAJARAN 2012/2013

6 71 68

PENGARUH METODE BELAJAR RESITASI TERHADAP HASIL BELAJAR SEJARAH SISWA KELAS X IPA SMA NEGERI 1 KOTAAGUNG TAHUN PELAJARAN 2013-2014

0 8 68

PENGARUH PARTISIPASI PADA KEGIATAN ORGANISASI SISWA INTRA SEKOLAH (OSIS) TERHADAP SIKAP DEMOKRATIS SISWA DI SMA NEGERI 1 SEPUTIH MATARAM KABUPATEN LAMPUNG TENGAH TAHUN PELAJARAN 2014/2015

0 11 67