PENGARUH KETERAMPILAN METAKOGNISI TERHADAP MOTIVASI DAN PENGUASAN KONSEP BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL)

(1)

PENGARUH KETERAMPILAN METAKOGNISI TERHADAP MOTIVASI DAN PENGUASAAN KONSEP BELAJAR SISWA

MELALUIMODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL)

Oleh

Made Topan Ari P

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Fisika

Jurusan Pendidikan Matematika Ilmu Pengetahuan Alam FakultasKeguruan dan IlmuPendidikanUniversitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDARLAMPUNG 2013


(2)

ABSTRAK

PENGARUH KETERAMPILAN METAKOGNISI TERHADAP MOTIVASI DAN PENGUASAN KONSEP BELAJAR SISWA

MELALUI MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL)

Oleh

MADE TOPAN ARI P

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan guru mata pelajaran IPA Fisika di SMP N I Way Jepara, diketahui bahwa pembelajaran yang dilakukan oleh guru terbatas pada menjelaskan materi, memberi contoh soal, dan latihan. Sehingga proses pembelajaran berjalan kurang maksimal. Guru kurang

membiasakan siswanya untuk mendiskusikan berbagai fenomena dalam keseharian yang berkaitan dengan materi pelajaran. Adapun solusi yang dapat dilaksanakan untuk menyikapi permasalahan yang berhubungan dengan pengaruh keterampilan metakognisi terhadap motivasi dan penguasaan konsep belajar siswa yaitu dengan menerapkan model PBL. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) Pengaruh keterampilan metakognisi terhadap motivasi belajar siswa melalui model PBL; (2) Pengaruh keterampilan metakognisi terhadap penguasaan konsep belajar siswa melalui model PBL. Penelitian ini dilakukan di SMP N1 Way Jepara, menggunakan satu kelas yaitu kelasVIIIB dengan jumlah sampel 32 siswa

dan menggunakan desain one-shot case study. Pada penelitian ini diperoleh data keterampilan metakognisi, data motivasi belajar dan penguasaan konsep belajar siswa yang berdistribusi normal. Kemudian untuk menguji pengaruh dilakukan uji


(3)

Made Topan Ari P korelasi, dan regresi linear sederhana antara data keterampilan metakognisi, motivasi, dan penguasaan konsep. Hasil analisis data dalam bentuk persamaan regresinya: (1) pengaruh keterampilan metakognisi terhadap motivasi belajar Y = 43,18 + 0,48X; (2) pengaruh keterampilan metakognisi terhadap penguasaan konsep belajar Y = 43,90+ 0,43X. Sehingga diperoleh kesimpulan: (1) terdapat pengaruh keterampilan metakognisi terhadap motivasi belajar siswa menggunakan model PBL sebesar 41%; (2) terdapat pengaruh keterampilan metakognisi

terhadap penguasaan konsep belajar siswa menggunakan model PBLsebesar 19%.

Kata kunci: keterampilan metakognisi, motivasi belajar, penguasaan konsep belajar, model PBL


(4)

(5)

(6)

(7)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL ... xvii

DAFTAR GAMBAR ... xix

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 3

C. Tujuan Penelitian ... 3

D. Manfaat Penelitian ... 3

E. Ruang Lingkup Penelitian ... 4

II. KERANGKA TEORITIS A. Tinjauan Pustaka ... 6

1. Model Problem Based Learning (PBL) ... 6

2. Keterampilan Metakognisi ... 10

3. Motivasi Belajar ... 12

4. Penguasaan Konsep ... 14

B. Kerangka Berpikir ... 16

C. Hipotesis ... 18

III. METODE PENELITIAN A. Populasi Penelitian ... 19

B. Sampel Penelitian ... 19

C. Variabel Penelitian ... 19


(8)

E. Instrumen Penelitian ... 20

F. Analisis Instrumen ... 21

1. Uji Validitas... 21

2. Uji Reliabilitas ... 22

G. Teknik Pengumpulan Data ... 24

1. Teknik Tes ... 24

2. Soal Metakognisi ... 24

3. Angket ... 24

H. Teknis Analisis Data dan Pengujian Hipotesis ... 25

1. Uji Normalitas ... 25

2. Uji Linieritas ... 25

3. Uji Korelasi... 25

4.Uji Regresi Linier Sederhana ... 26

5. Analisis Data Angket ... 27

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 28

1. Uji Instrumen Penelitian ... 28

a. Uji Validitas ... 28

b. Uji Reliabilitas ... 30

2. Tahap Pelaksanaan ... 31

3. Data Hasil Penelitian ... 32

a. Data Kuantitatif Keterampilan Metakognisi Siswa ... 32

b. Data Kuantitatif Motivasi Belajar Siswa ... 33

c. Data Kuantitatif Penguasaan Konsep Siswa ... 34

4. Hasil Uji Analisis Data ... 35

a. Hasil Uji Normalitas Data Keterampilan Metakognisi, Motivasi Belajar, Dan Penguasaan Konsep Belajar Siswa ... 36

b. Hasil Uji Linieritas Data Keterampilan Metakognisi, Motivasi Belajar, Dan Penguasaan Konsep Belajar Siswa ... 36

c. Hasil Uji Korelasi Data Keterampilan Metakognisi, Motivasi belajar, Dan Penguasaan Konsep Belajar Siswa ... 37 d. Hasil Uji Regresi Linear Sederhana Data Keterampilan


(9)

Metakognisi, Motivasi, dan Penguasaan Konsep belajar siswa ... 38

5. Keputusan Hipotesis ... 40

B. Pembahasan ... 41

1. Pengaruh Keterampilan Metakognisi Terhadap Motivasi Belajar Siswa Menggunakan Model Problem Based Learning(PBL) ... 41

2. Pengaruh Keterampilan Metakognisi Terhadap Penguasaan Konsep Belajar Siswa Menggunakan Model Problem Based Learning (PBL) ... 47

V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 50

B. Saran ... 50

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN 1. Pemetaan SK dan KD ... 56

2. Silabus ... 58

3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... 63

4. Lembar Kerja Kelompok Getaran ... 74

5. Lembar Kerja Kelompok Gelombang ... 78

6. Soal Keterampilan Metakognisi ... 82

7. Rubrik Penilaian Soal Keterampilan Metakognisi ... 89

8. Soal Posttest ... 90

9. Rubrik Posttest ... 97

10.Kisi – Kisi Posttest ... 98

11.Angket Motivasi ... 106

12.Kunci Angket Motivasi ... 109

13.Uji Instrumen Soal Keterampilan Metakognisi ... 110

14.Uji Instrumen Soal Penguasaan Konsep ... 111

15.Uji Validitas Dan Reliabilitas Keterampilan Metakognisi ... 112

16.Uji Validitas Dan Reliabilitas Penguasaan Konsep ... 115

17.Uji Soal Keterampilan Metakognisi ... 118


(10)

19.Uji Soal Penguasaan Konsep ... 121

20.Uji Normalitas ... 122

21.Uji Linearitas ... 123

22.Uji Korelasi ... 124

23.Uji Regresi Linear Sederhana ... 125


(11)

(12)

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam pembelajaran IPA Fisika, untuk tercapainya suatu tujuan pembelajaran guru memegang peranan penting. Seorang guru IPA Fisika selain menjelaskan konsep dan teori juga harus menumbuhkan keterampilan metakognisi dalam kondisi yang baik agar keterampilan metakognisi tersebut dapat berkembang.

Keterampilan metakognisi pada dasarnya sudah dimiliki pada diri manusia itu sendiri, manusia mempunyai alat dalam merefleksikan watak dan kemampuannya, manusia juga dengan aktif dan sadar mampu memutuskan suatu perilaku untuk mengoptimalkan kemampuannya dan memiliki kesadaran untuk belajar dari kesalahan yang telah dilakukannya. Sehingga yang dimaksud metakognisi adalah kemampuan seseorang dalam belajar, yang mencakup bagaimana sebaiknya belajar dilakukan, apa yang sudah dan belum diketahui, yang terdiri dari tiga tahapan yaitu perencaan mengenai apa yang harus dipelajari, pemantauan terhadap proses belajar yang sedang dilakukan, serta evaluasi terhadap apa yang telah direncanakan, dilakukan, serta hasil dari proses tersebut.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan guru mata pelajaran IPA Fisika di SMP N I Way Jepara khususnya kelas VIIIB, diketahui bahwa pembelajaran

yang dilakukan oleh guru terbatas pada menjelaskan materi, memberi contoh soal, dan latihan. Sehingga proses pembelajaran berjalan kurang maksimal. Guru kurang membiasakan siswanya untuk mendiskusikan berbagai fenomena dalam keseharian


(13)

2

yang berkaitan dengan materi pelajaran. Adapun solusi yang dapat dilaksanakan untuk menyikapi permasalahan yang berhubungan dengan pengaruh keterampilan metakognisi terhadap motivasi dan penguasaan konsep belajar siswa yaitu dengan menerapkan model PBL, yang mencirikan model pembelajaran ini adalah tujuan pembelajaran dirancang untuk dapat merangsang dan melibatkan siswa dalam pola pemecahan masalah. Sehingga siswa diharapkan mampu mengembangkan keahlian belajar dalam bidangnya secara langsung dalam mengidentifikasi masalah dan meningkatkan motivasi belajar siswa.

Motivasi belajar sangat penting dalam proses belajar siswa karena motivasi belajar siswa merupakan sesuatu yang dapat menggiatkan dan memberikan arah kepada siswa dalam proses belajar, sehingga tujuan belajar yang diinginkan dapat tercapai, yakni prestasi akademik yang tinggi.

Salah satu hal yang paling penting yang harus dimiliki oleh siswa dalam

pembelajaran IPA Fisika adalah keterampilan metakognisi. Siswa yang memiliki keterampilan metakognisi, diduga siswa akan mudah dalam mempelajari dan mendalami materi pembelajaran, sehingga dapat menambah motivasi siswa dalam pembelajaran dan meningkatkan penguasaaan konsep belajar siswa. Hal ini mengindikasikan bahwa keterampilan metakognisi yang masih rendah terhadap pembelajaran maka akan berdampak negatif pada motivasi dan penguasaan konsep belajar siswa. Salah satu model pembelajaran yang sesuai untuk mengatasi

persoalan tersebut adalah model PBL.

Oleh karena itu telah dilakukan penelitian Pengaruh Keterampilan Metakognisi Terhadap Motivasi dan Penguasaan Konsep Belajar Siswa Melalui Model Problem Based Learning (PBL)”.


(14)

3

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah

1. Apakah terdapat pengaruh keterampilan metakognisi terhadap motivasi belajar siswa melalui model PBL?

2. Apakah terdapat pengaruh keterampilan metakognisi terhadap penguasaan

konsep belajar siswa melalui model PBL?

C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah

1. Mengetahui pengaruh keterampilan metakognisi terhadap motivasi belajar siswa melalui model PBL.

2. Mengetahui pengaruh keterampilan metakognisi terhadap penguasaan konsep

belajar siswa melalui model PBL.

D. Manfaat Penelitian Manfaaat penelitian ini adalah:

1. Bagi siswa

Dapat meningkatkan motivasi dan penguasaan konsep belajar siswa melalui upaya memecahkan permasalahan serta dapat membuat produk sederhana, sehingga siswa dapat memantapkan konsep pengetahuan yang diperolehnya. 2. Bagi guru

Guru di SMP memperoleh tambahan pengetahuan tentang teknik merancang dan mengimplementasikan pembelajaran sains.


(15)

4

3. Bagi peneliti

Sebagai tambahan ilmu pengetahuan dan pengalaman mengajar sebagai bekal di masa mendatang.

E. Ruang LingkupPenelitian

Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah:

1. Model PBL merupakan model yang fokus pembelajaran ada pada masalah

sehingga pembelajaran tidak hanya mempelajari9 konsep-konsep yang berhubungan dengan masalah tetapi juga metode ilmiah untuk pemecahan masalah. Dalam penelitian ini model PBL memiliki sintak yaitu: Orientasi siswa kepada masalah, mengorganisasi siswa untuk belajar, membimbing penyelidikan individual maupun kelompok, mengembangkan dan menyajikan hasil karya serta menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. 2. Keterampilan metakognisi merupakan keterampilan tentang strategi-strategi

kognitif. Indikator pada keterampilan metakognisi, yaitu mengidentifikasi tugas yang sedang dikerjakan, mengawasi kemajuan pekerjaan, mengevaluasi

kemajuan pekerjaan, dan memprediksi hasil yang akan diperoleh.

3. Motivasi belajar merupakan kekuatan mental yang mendorong terjadinya

proses belajar. Motivasi yang diamati pada penelitian ini meliputi dua aspek yaitu motivasi intrinsik dan ekstrinsik.

4. Penguasaan konsep, yaitu kesanggupan atau kecakapan siswa dalam

menyelesaikan soal-soal tes yang memuat indikator penguasaan konsep dengan soal tes dalam bentuk pilihan jamak beralasan.

5. Objek penelitian ini adalah siswa kelas VIIIB SMP Negeri 1 Way Jepara


(16)

5

6. Materi yang dibelajarkan dalam penelitian ini adalah materi pokok getaran dan gelombang.


(17)

II. KERANGKA TEORITIS

A. Tinjauan Pustaka

1. Model Problem Based Learning (PBL)

Belajar merupakan peristiwa sehari-hari di sekolah. Belajar merupakan hal yang kompleks. Kompleksitas belajar tersebut dapat dipandang dari dua subjek, yaitu dari siswa dan dari guru. Dari segi siswa, belajar dialami sebagai suatu proses. Siswa mengalami proses mental dalam menghadapi bahan belajar. Bahan belajar tersebut berupa keadaan alam, hewan, tumbuh-tumbuhan, manusia dan bahan yang telah terhimpun dalam buku-buku pelajaran. Dari segi guru, proses belajar tersebut tampak sebagai perilaku tentang suatu hal (Dimyati dan Mudjiono; 2006)

Seperti dijelaskan oleh Stepien (1997) dikutip oleh Suchaini (2008) bahwa

PBL juga dapat mengubah pola proses belajar-mengajar tradisional di mana sebuah proses yang memberikan topik demi topik kepada siswa sehingga mereka terjadi proses asimilasi dan akomodasi bagian demi bagian pengetahuan untuk membantu siswa sampai ia menjadi profesional dalam bidang tertentu.

Selain itu menurut Nurhadi (2003: 56) pembelajaran PBL adalah:

Suatu pendekatan pengajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang cara berpikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensial dari materi pelajaran.

Model pembelajaran PBL, fokus pembelajaran ada pada masalah yang dipilih sehingga pembelajaran tidak saja mempelajari konsep-konsep yang berhubungan


(18)

7

dengan masalah tetapi juga metode ilmiah untuk memecahkan masalah tersebut. Oleh sebab itu, pembelajaran tidak saja harus memahami konsep yang relevan dengan masalah yang menjadi pusat perhatian tetapi juga memperoleh pengalaman belajar yang berhubungan dengan ketrampilan menerapkan metode ilmiah dalam pemecahan masalah dan menumbuhkan pola berpikir kritis.

Ismail (2000) mengungkapkan ciri utama PBL meliputi pengajuan pertanyaan atau masalah, memusatkan pada keterkaitan antar disiplin,penyelidikan autentik,

kerjasama dan menghasilkan karya atau hasil peragaan.

Pembelajaran berbasis masalah tidak dirancang untuk membantu guru memberikan informasi sebanyak-banyaknya kepada siswa. Pembelajaran berbasis masalah antara lain bertujuan untuk membantu siswa mengembangkan keterampilan berpikir dan keterampilan pemecahan masalah.

Dikutip dari Sulatra (2005), Ibrahim mengungkapkan ciri-ciri pembelajaran yang berbasis masalah, yaitu:

(1). Mengorientasikan siswa pada masalah-masalah autentik. (2).Suatu pemusatan antar disiplin pengetahuan.(3). Penyelidikan autentik. (4). Kerja sama.(5). Menghasilkan karya (publikasi hasil).

Ada beberapa cara menerapkan PBLdalam pembelajaran. Secara umum

penerapannya dimulai dengan adanya masalah yang harus dipecahkan oleh siswa. Masalah tersebut dapat berasal dari siswa atau pendidik. Siswa akan memusatkan pembelajaran di sekitar masalah tersebut, dengan arti lain, siswa belajar teori dan metode ilmiah agar dapat memecahkan masalah yang menjadi pusat perhatiannya. Pemecahan masalah dalam PBL harus sesuai dengan langkah-langkah metode


(19)

8

ilmiah. Dengan demikian siswa belajar memecahkan masalah secara sistematis dan terencana.

David Johnson and Johnson dalam edukasiana (2010) mengemukakan 5 langkah strategi PBL melalui kegiatan kelompok:

(1) Mendefinisikan masalah, yaitu merumuskan masalah dari peristiwa tertentu yang mengandung isu konflik, hingga siswa menjadi jelas masalah apa yang akan dikaji. Dalam kegiatan ini guru bisa meminta pendapat dan penjelasan siswa tentang isu-isu hangat yang menarik untuk dipecahkan. (2) Mendiagnosis masalah, yaitu menentukan sebab-sebab terjadinya masalah, serta menganalisis berbagai faktor yang bisa menghambat maupun faktor yang dapat mendukung dalam penyelesaian masalah. Kegiatan ini bisa dilakukan dalam diskusi kelompok kecil, hingga akhirnya peserta didik dapat mengurutkan tindakan-tindakan prioritas yang dapat dilakukan sesuai dengan jenis penghambat yang diperkirakan. (3) Merumuskan alternatif strategi, yaitu menguji setiap tindakan yang telah dirumuskan melalui diskusi kelas. Pada tahapan ini setiap siswa didorong untuk berpikir mengemukakan pendapat dan argumentasi tentang kemungkinan setiap tindakan yang dilakukan. (4) Menentukan dan menerapkan strategi pilihan, yaitu pengambilan keputusan tentang strategi mana yang dapat dilakukan. (5) Melakukan evaluasi, baik evaluasi proses maupun evaluasi hasil. Evaluasi proses adalah evaluasi terhadap seluruh proses pelaksanaan kegiatan, evaluasi hasil adalah evaluasi terhadap akibat dari penerapan strategi yang diterapkan.

Ibrahim dalam Sulatra (2005) menyusun langkah-langkah (sintaks) pembelajaran berdasarkan masalah, yaitu:

Tabel 2.1 Sintaks Pembelajaran Berbasis Masalah Menurut Ibrahim

TAHAP TINGKAH LAKU GURU

Tahap 1. Orientasi siswa terhadap masalah

Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang dibutuhkan,

mengajukan fenomena atau demostrasi (cerita) untuk memunculkan masalah, memotivasi siswa untuk terlibat dalam pemecahan masalah Tahap 2.

Mengorganisasikan siswa untuk belajar

Guru membantu siswa untuk mengidentifikasikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang

berhubungan dengan masalah tersebut.


(20)

9

Lanjutan Tabel 2.1 Sintaks Pembelajaran Berbasis Masalah Menurut Ibrahim

TAHAP TINGKAH LAKU GURU

Tahap 3. Membimbing penyelidikan individual lmaupun kelompok.

Guru memotivasi siswa untuk mengumpulkan informasi yng sesuai, melaksanakan eksperimen, untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah

Tahap 4. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya.

Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video dan model dan membantu mereka berbagi tugas dengan temannya

Tahap 5. Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah

Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan.

Menurut Dewey dalam edukasiana (2010), penyelesaian masalah dilakukan melalui 6 tahap yaitu:

Tabel 2.2 Sintaks Pembelajaran Berbasis Masalah Menurut Dewey

Tahap-Tahap Kemampuan yang diperlukan

Merumuskan masalah Mengetahui dan merumuskan masalah secara jelas

Menelaah masalah Menggunakan pengetahuan untuk memperinci,

menganalisis masalah dari beberapa sudut

Merumuskan hipotesis Berimajinasi dan menghayati ruang lingkup, sebab

akibat, dan alternative penyelesaian Mengumpulkan dan

mengelompokkan data sebagai bahan pembuktian hipotesis

Kecakapan mencari dan menyusun data, menyajikan data dalam bentuk diagram, gambar dan tabel.

Pembuktian hipotesi Kecakapan menelaah dan membahas data. Kecakapan

menghubung-hubungkan dan menghitung,

ketrampilan mengambil keputusan dan kesimpulan. Menentukan pilihan

penyelesaian

Kecakapan membuat alternative penyelesaian.

Kecakapan menilai pilihan dengan memperhitungkan akibat yang akan terjadi pada setiap pilihan.

Berdasarkan pendapat ahli, bahwa sintaks model pembelajaran PBL terdiri dari memberikan orientasi permasalahan kepada siswa, mendiagnosis masalah, pendidik membimbing proses pengumpulan data individu maupun kelompok,


(21)

10

mengembangkan dan menyajikan hasil karya, menganalisis dan mengevaluasi proses dan hasil.

2. Keterampilan Metakognisi

Metakognisi merupakan istilah yang dikenalkan oleh flavell pada tahun 1976 yang menimbulkan banyak perdebatan dalam mendifinisikannya. Namun demikian, pengertian metakognisi yang di kemukakan oleh peneliti bidang psikologi, pada umumnya memberikan penekanan pada kesadaran berpikir seseorang tentang proses berpikirnya sendiri.

Menurut pendapat Mulbar (2008) menyatakan bahwa metakognisi adalah pengetahuan (knowledge) dan regulasi (regulation) pada suatu aktivitas kognitif seseorang dalam proses belajarnya. Pengetahuan kognisi merupakan kesadaran seseorang tentang apa yang sesungguhnya diketahui dan apa yang tidak

diketahuinya. Sedangkan regulasi kognitif berkaitan dengan bagaimana seeorang mengatur aktivitas kognitifnya secara efektif.

Pengetahuan metakognisi melibatkan usaha monitoring dan refleksi pada pikiran seseorang pada saat sekarang. Menurut Tamalene (2010: 32) mengemukakan bahwa :

Aktivitas metakognisi terjadi saat siswa secara sadar menyesuaikan dan mengelola strategi pemikiran mereka pada saat memecahkan masalah dan memikirkan sesuatu tujuan.

Sehingga metakognisi bisa diterjemahkan secara bebas sebagai kesadaran berpikir, berpikir tentang apa yang dipikirkan dan bagaimana proses berpikirnya, yaitu aktivitas individu untuk memikirkan kembali apa yang telah terpikir serta berpikir dampak sebagai akibat dari buah pemikiran terdahulu.


(22)

11

Berdasarkan pendapat Muin (2005: 17) kegiatan metakognisi dibagi dalam tiga aktivitas, yaitu :

(1) Kesadaran (mengenal salah satu informasi baik implisit maupun eksplisit); (2) Monitoring/ pengamatan (mempertanyakan diri sendiri dan menguraikan dengan kata-kata sendiri untuk menstimulasi pemahaman); (3) Regulasi/ pengaturan (membandingkan dan membedakan solusi yang lebih memungkinkan untuk memecahkan masalah).

Berdasarkan pendapat ahli, maka keterampilan metakognisi siswa adalah suatu bentuk kemampuan siswa untuk melihat pada diri sendiri sehingga apa yang dilakukan oleh seseorang dapat terkontrol sehingga siswa diharapkan dapat memecahkan suatu masalah dalam pembelajaran dengan keterampilannya. Pendekatan keterampilan metakognisi menurut Suzana (2003: 29) yaitu :

Pendekatan keterampilan metakognisi sebagai pembelajaran yang menanamkan kesadaran bagaimana merancang, memonitor, serta

mengontrol tentang apa yang mereka ketahui; apa yang diperlukan untuk mengerjakan dan bagaimana melakukannya. Pembelajaran dengan pendekatan metakognisi menitikberatkan pada aktivitas belajar siswa; membantu dan membimbing siswa jika ada kesulitan; serta membantu siswa untuk mengembangkan konsep diri apa yang dilakukan saat belajar.

Sedangkan pendekatan keterampilan metakognisi menurut Wahyuni (2008: 14) adalah sebagai berikut :

(1) Pertanyaan pemahaman yaitu pertanyaan yang didesain untuk

mendorong siswa menterjemahkan konsep dengan kata-kata sendiri setelah membaca soal dan memahami; (2) pertanyaan strategi yaitu pertanyaan yang didesain untuk mendorong siswa mempertimbangkan strategi yang akan digunakan untuk memecahkan masalah besserta alasannya; (3) pertanyaan refleksi yaitu pertanyaan yang didesain untuk mendorong siswa melakukan evaluasi mengenai hasil pekerjaan.

Oleh karena itu, ternyata metakognisi memainkan peran yang sangat penting dalam kesuksesan belajar siswa. Mengembangkan pengetahuan metakognisi penting sekali untuk mempelajari aktivitas dan belajar untuk membantu siswa menentukan


(23)

12

bagaimana mereka dapat belajar lebih baik dalam memanfaatkan sumber daya kognitif mereka yaitu dengan cara meningkatkan keterampilan metakognisinya.

3. Motivasi belajar

Motivasi belajar dapat diartikan sebagai serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu, sehingga seseorang mau dan ingin melakukan sesuatu untuk dapat mencapai apa yang menjadi keinginan atau tujuanya.

Menurut Suryabrata (1990: 70) menyatakan bahwa motif adalah keadaan dalam pribadi orang yang mendorong individu untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu guna mencapai sesuatu tujuan.

Selanjutnya menurut Winkel (1983: 27):

Motif adalah daya penggerak dari dalam dan didalam subyek untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan. Motif merupakan suatu kindisi intern/disposisi (kesiap siagaan). Motivasi adalah daya penggerak yang telah menjadi aktif. Motif menjadi aktif pada saat-saat tertentu, bila kebutuhan untuk mencapai tujuan sangat dirasakan/dihayati. Menurut Mc.Donald yang dikutip oleh Soemanto (1990: 191)

Motivasi adalah sebagai suatu perubahan tenaga didalam diri/pribadi

seseorang yang ditandai oleh dorongan afektif dan reaksi-reaksi dalam usaha mencapai tujuan.

Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut bahwa motif adalah sesuatu yang menimbulkan motivasi.

Sedangkan menurut Sardiman (2004: 39) bahwa motivasi belajar merupakan keinginan atau dorongan untuk belajar. Motivasi yang ada pada setiap orang memiliki ciri-ciri sebagai berikut:


(24)

13

(1). Tekun menghadapi tugas. (2). Ulet menghadapi kesulitan.

(3).Menunjukkan minat terhadap berbagai masalah. (4). Lebih senang bekerja mandiri.(5). Cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin.(6).Memiliki frekuensi belajar yang tetap.(7). Dapat mempertahankan pendapatnya.(8). Tidak mudah melepaskan hal yang diyakini.(9). Senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal.

Sardiman (2004: 39) menambahkan apabila seseorang memiliki ciri-ciri tersebut, berarti seseorang itu telah memiliki motivasi yang cukup kuat. Adapun fungsi dari motivasi itu sendiri adalah:

(1). Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor dari suatu kegiatan.(2). Menentukan arah perbuatan, yakni ke arah tujuan yang hendak dicapai.(3). Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan

perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan untuk mencapai tujuan, dan menyisihkan.

Dari pendapat tersebut, bahwa motivasi adalah suatu kekuatan/keadaan dalam diri individu yang mendorong seseorang melakukan kegiatan untuk mencapai tujuan yang diharapkan/diinginkan. Dengan demikian motivasi belajar merupakan sesuatu yang dapat mendorong dan menggiatkan siswa dalam belajar untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

Motivasi menurut Davies (1991: 214) adalah kekuatan tersembunyi di dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk berkelakuan dan bertindak dengan cara yang khas. Kadang kekuatan itu berpangkal pada naluri, kadang pula pada suatu

keputusan rasional, tetapi lebih sering lagi hal itu merupakan perpaduan dari kedua proses tersebut.


(25)

14

Motivasi terbagi menjadi dua, menurut pandapat Sardiman (2004: 88) yaitu:

(1).Motivasi intrinsik yaitu motif-motif yang menjadi aktif/berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dorongan di dalam diri individu yang sudah ada.(2). Motivasi ekstrinsik yaitu motif-motif yang aktif /berfungsinya karena ada perangsang dari luar.

Berdasarkan uraian tersebut dapat dikemukakan bahwa motivasi seorang siswa untuk belajar akan mempengaruhi hasil belajar yang akan dicapainya. Dengan adanya motivasi belajar, seorang siswa akan bersemangat dalam belajarnya, sehingga hasil belajar yang diperolehnya juga akan lebih baik.

4. Penguasaan Konsep

Konsep merupakan prinsip dasar yang sangat penting dalam proses belajar. Konsep menunjukan pemahaman dasar yang mapu mengklasifikasikan kelompok benda tertentu.

Menurut abdurahman (2003: 254):

konsep menunjukan pada pemahaman dasar. Siswa mengembangkan konsep ketika mereka mampu mengklasifikasikan atau mengklompokan benda-benda atau ketika mereka ketika mereka dapat mengasosiasikan suatu nama dengan kelompok benda tertentu.

Konsep merupakan pemahaman dasar dari sebuah materi, dengan konsep yang dimiliki siswa mampu menyelesaikan persoalan-persoalan fisika.Konsep merupakan pemikiran dasar yang diperoleh dari fakta peristiwa, pengalaman melalui generalisasi dan berfikir abstrak. Jika seorang siswa telah memahami konsep secara keseluruhan maka ia akan mampu menguasai konsep.


(26)

15

Dalam proses pembelajaran, konsep juga memiliki kegunaan-kegunaan. Hamalik (2002: 164) menyatakan bahwa ada beberapa kegunaan konsep dalam suatu pembelajaran yaitu sebagai berikut:

(1) Konsep menbantu siswa untuk mengidentifikasi objek-objek yang ada disekitar mereka, (2) konsep dan prinsip untuk mempelajari sesuatu yang baru, lebih luas dan lebih maju, siswa tidak harus belajar secara konstan, tetapidapat menggunakan konsep-konsep yang telah

dimilikinya untuk mempelajari sesuatu yang baru, (3) konsep

mengarahkan kegiatan yang instrumental, (4) konsep memungkinkan pelaksanaan pengajaran.

IPA Fisika merupakan mata pelajaran yang tergolong sulit, sehingga diperlukan penguasaan konsep agar lebih mudah untuk mempelajari konsep-konsep

berikutnya.Dalam belajar menguasai konsep mempermudah kita memahami bentuk soal-soal IPAFisika, karena antara konsep yang satu dengan yang lainnya

berkaitan.

Seseorang belajar konsep jika belajar mengenal dan membedakan sifat-sifat dari objek kemudian membuat pengelompokan terhadap objek tersebut. Ada beberapa pengertian lainnya tentang konsep menurut para ahli diantaranya, Hudoyo (1979: 110) mendifinisikan pengertian konsep dalam matematika sebagai ide abstrak yang akan memungkinkan kita mengelompokan objek-objek ke dalam contoh dan bukan contoh. Sementara itu Hudoyo (1979) menyatakan bahwa konsep sebagai suatu idea tau gagasan yang dibentuk dengan memandang sifat yang sama dari sekumpulan eksemplar yang cocok.

Siswa dituntut untuk menguasai konsep atau pemahaman dasar dalam

pembelajaran, karena dengan menguasai konsep tersebut siswa mampu menguasai


(27)

16

tersebut dalam memecahkan berbagai permasalahan dalam berbagai pembelajaran IPA Fisika. Seperti dikemukakan oleh Slameto dalam Yusuf (2010: 16):

Jika sebuah konsep telah dikuasai siswa, maka ada dua kemungkinan untuk menggunakannya, yaitu (1) siswa dapat menggunakan konsep tersebut untuk memecahkan masalah (2) penguasaan konsep memudahkan siswa untuk mempelajari konsep – konsep lain.

Untuk mengetahui tingkat penguasaan konsep siswa, digunakan pedoman menurut arikunto (2008: 245).

Bila nilai siswa ≥ 66, maka dikategorikan baik.

Bila 55 ≤ nilai siswa ≥ 66, maka dikategorikan cukup baik.

Bila nilai siswa < 55, maka dikategorikan kurang baik.

Berdasarkan uraian tersebut, konsep digunakan untuk memecahkan masalah dalam

pembelajaran IPA Fisika dan memudahkan siswa untuk mempelajari konsep –

konsep lain. Kategori yang digunakan untuk mengetahui siswa yang memiliki

penguasaan konsep baik, cukup baik, dan kurang baik. Apabila nilai siswa ≥ 66,

maka dikategorikan baik, jika 55 ≤ nilai siswa ≥ 66, maka dikategorikan cukup baik, dan nilai siswa < 55, maka dikategorikan kurang baik.

B.Kerangka Berpikir

Untuk dapat berargumen, siswa harus mampu memberikan penjelasan kritis dan perlu berpikir kreatif. Hal tersebut didapatkan dengan melakukan pengamatan, bereksperimen, dan mengevaluasi bukti. Namun, perlu diingat bahwa siswa tak akan mampu merancang proses belajarnya sendiri. Guru harus membimbing dan mendampingi siswa dalam setiap aktivitas belajarnya untuk dapat membantu siswa dalam membangun sebuah konsep sains.


(28)

17

Oleh karena itu, model PBL dapat digunakan guru dalam membimbing aktivitas belajar siswa untuk mengamati, bereksperimen, dan mengevaluasi bukti yang didapatnya. Dalam pembelajaran sains, siswa harus mulai dibiasakan untuk membangun konsepnya sendiri tentunya dengan bimbingan guru. Dengan model pembelajaran ini, akan dirancang sebuah pembelajaran yang mengharuskan siswa untuk memberikan pemecahan masalah terhadap permasalahan yang dimunculkan saat proses belajar berlangsung. Berangkat dari sebuah permasalahan, menganalisis permasalahan, dan mengungkapkan pemecahan masalahnya tentang masalah tersebut dengan baik. Pembelajaran seperti ini diharapkan dapat meningkatkan keterampilan metakognisiterhadap motivasi dan penguasaan konsep belajar siswa.

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen yang menggunakan satu kelas. Pada penelitian ini dilakukan pengujian untuk mengetahui pengaruh keterampilan metakognisi terhadap motivasi dan penguasaan konsepbelajarsiswa. Pada

penelitian terdapat tiga bentuk variabel yaitu variabel bebas, variabel terikat, dan variabel moderator.keterampilan metakognisi (X) sebagai variabel bebas, motivasi belajar (�1) dan penguasaan konsep belajar (�2) sebagai variabel terikat, dan model PBL sebagai variabel moderator. Untuk mendapatkan gambaran yang jelas tentang pengaruh variabel-variabel tersebut, maka dapat dijelaskan dengan kerangka berpikir seperti berikut.

Gambar 2.1 kerangka berpikir

R1

X

�1

�2


(29)

18

Keterangan :

X : Keterampilan metakognisi �1 : Motivasi belajar siswa

�2 : Penguasaan konsep belajar siswa

�1 : Pengaruh keterampilan metakognisi terhadap motivasi belajar siswa

�2 : Pengaruh keterampilan metakognisi terhadap penguasaan konsep belajar siswa

C. Hipotesis Penelitian

Hipotesis dalam penelitian ini adalah:

1. Terdapat pengaruh keterampilan metakognisi terhadap motivasi belajar siswa melalui model PBL pada kelas VIIIB SMP Negeri 1 Way Jepara tahun pelajaran

2012/2013.

2. Terdapat pengaruh keterampilan metakognisi terhadap penguasaan konsep belajar siswa melalui model PBL pada kelas VIIIB SMP Negeri 1 Way Jepara


(30)

III. METODE PENELITIAN

A. Populasi Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Way Jepara Lampung Timur pada semester genap tahun pelajaran 2012/2013 yang terdiri dari delapan kelas yaitu VIIIA sampai VIIIH.

B. Sampel Penelitian

Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan tehnik Purposive Sampling, yaitu penentuan sampel dari anggota populasi dengan pertimbangan tertentu yang dilakukan dalam memilih satu kelas sebagai sampel adalah dengan melihat prestasi belajaranIPA Fisika siswa semester ganjil tahun pelajaran 2012/2013. Berdasarkan rata-rata prestasi siswa, siswa kelas VIIIB memiliki

prestasi yang lebih baik sehingga kelas VIIIB ditetapkan sebagai sampel.

C. Variabel Penelitian

Variabel penelitian ini terdiri dari satu variabel bebas (X) yaitu keterampilan metakognisi yang diukur dengan menggunakan soal metakognisi. Dua variabel terikat (Y1) yaitu motivasi belajar siswa yang diukur dengan menggunakan angket,

dan (Y2) yaitu penguasaan konsep belajar siswa yang diukur dengan soal pilihan


(31)

20

Keterangan:

O : Penguasaan konsep belajar siswa

X : Penerapan keterampilan metakognisi menggunakan model PBL

variabel bebas terhadap variabel terikat yang didukung dengan variabel moderator yaitu model PBL.

D. Desain Penelitian

Penelitian ini adalah studi eksperimen dengan menggunakan sebuah kelas yang menjadi sampel dalam penelitian yaitu kelas VIIIB. Penelitian ini terdiri dari satu

variabel bebas dan dua variabel terikat serta satu variabel moderator. Variabel bebas adalah keterampilan metakognisi, sedangkan variabel terikatnya adalah motivasi belajar siswa dan penguasaan konsep belajar siswa, dan variabel moderatornya adalah model PBL. Desain penelitian yang digunakan adalah one shot case stady yaitu desain yang digunakan untuk meneliti pada satu kelompok dengan diberi satu kali perlakuan dan pengukurannya di lakukan satu kali.

Desain ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 3.1 Desain eksperimen One-Shot-Case-Study Design

E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Ketererampilan metakognisi menggunakan instrumen observasi berbentuk soal

metakognisi. Digunakan pada saat proses pembelajaran berlangsung.


(32)

21

2. Motivasi belajar siswa menggunakan instrument berbentuk angket. Digunakan

pada saat akhir pembelajaran.

3. Penguasaan konsep belajar siswa menggunakan instrumen berbentuk soal

pilihan jamak beralasan yang digunakan pada saat akhir pembelajaran.

F. Analisis Instrumen

Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan oleh peneliti

dalammengumpulkan data penelitian. Persyaratan yang harus dipenuhi oleh suatu instrument penelitian minimal ada dua macam yaitu validitas dan realibilitas.

1. Uji Validitas

Validitas tes instrument menunjukan bahwa hasil dari suatu pengukuran

menggambarkan segi atau aspek yang diukur. Sebuah tes dikatakan valid jika tes tersebut mengukur apa yang hendak di ukur. Untuk mengetahui validitas dari suatu tes dapat menggunakan persamaan sebagai berikut:

= �Ʃ − Ʃ (Ʃ )

�Ʃ 2 − Ʃ 2 {�Ʃ 2 − Ʃ 2}

keterangan:

r = Koefisien korelasi yang menyatakan validitas X = Skor butir soal

Y = Skor total

n = Jumlah sampel xy


(33)

22 Dengan klasifikasi validitas sebagai berikut:

Tabel 3.1 Klasifikasi validitas butir soal Koefisien validitas Interpretasi

0,00-,019 Sangat rendah

0,20-0,39 Rendah

0,40-0,59 Sedang

0,60-0,79 Tinggi

0,80-1,00 Sangat tinggi

2. Uji Reliabilitas

Langkah selanjutnya adalah mencari harga reliabilitas instrument. Perhitungan reliabilitas ini dinyatakan bahwa untuk menghitung reliabilitas dapat digunakan rumus alpha, yaitu:

r11= n n-1

1-σi2

σt2 Keterangan:

r11 = reliabilitas yang dicari

σi2 = jumlah varians skor tiap-tiap soal

σt2 = varians total n = banyaknya soal

Dimana:

��2=

Xi2− Xi 2

N

N �

2= Yi

2 Yi 2

N N Keterangan:

Xi2 = kuadrat skor total tiap butir soal Xi = skor total tiap butir soal

Yi2 = kuadrat skor total tiap siswa Yi = skor total tiap siswa


(34)

23 Uji reliabilitas merupakan indeks yang menunjukkan sejauh mana alat

pengukurannya dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Instrumen dikatakan reliabel jika digunakan beberapa kali dalam waktu yang berbeda untuk mengukur obyek yang sama akan menghasilkan data yang relatif sama.

Reliabilitas instrumen diperlukan untuk mendapatkan data sesuai dengan tujuan pengukuran. Untuk mencapai hal tersebut, dilakukan uji reliabilitas dengan menggunakan program SPSS 17.0. Pada program ini digunakan metode Alpha Cronbach’s yang diukur berdasarkan skala Alpha Cronbach’s 0 sampai 1. Lembar observasi dinyatakan reliabel jika mempunyai nilai koefisien alpha yang lebih besar dari 0,6. Untuk menentukan besarnya koefisien alpha, maka digunakan ukuran kemantapan alpha yang diinterprestasikan sebagai berikut:

Tabel 3.2 Klasifikasi validitas butir soal Koefisien validitas Interpretasi

0,00-,020 Kurang reliable

0,21-0,40 Agak reliable

0,41-0,60 Cukup reliable

0,61-0,80 Reliable

0,81-1,00 Sangat reliable

Setelah instrumen valid dan reliabel, kemudian disebarkan pada sampel yang sesungguhnya. Skor total setiap siswa diperoleh dengan menjumlahkan bobot nilai alternatif jawaban yang dipilih.


(35)

24 G. Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah: 1. Teknik tes

Tes adalah suatu percobaan yang diadakan untuk mengetahui ada atau tidaknya hasil-hasil pelajaran tertentu pada seorang murid atau kelompok murid. Tes tertulis yang digunakan dalam bentuk soal

pilihanjamakberalasanuntukmengetahuipenguasaankonsepbelajarsiswa yang dilakukan satu kali test yaitu diakhir pertemuan.

2. Soal metakognisi

Soal metakognisi dalam penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui secara langsung keterampilan metakognisi siswa selama proses pembelajaran.

3. Angket

Angket adalah sebuah daftar pertanyaan yang harus diisi oleh orang yang akan diukur atau biasa disebut responden. Pada penelitian ini teknik pengambilan data yang digunakan untuk mendapatkan data motivasi yaitu berupa angket motivasi. Indikator skala motivasi belajar terhadap pelajaran IPA Fisika

disusun berupa angket skala likert yang terdiri dari beberapa uraian dan pilihan jawaban berupa (STS TS RR S SS) yang mempunyai bobot angka (5, 4, 3, 2, dan, 1). Jumlah pertanyaan disesuaikan dengan aspek yang diukur. Aspek-aspek yang diukurpada angket motivasi meliputi : motivasi intrinsik (dorongan untuk belajar, waktu belajar, mengerjakan pekerjaan rumah dan latihan soal, keaktifan di kelas dan di luar kelas, pemahaman materi), dan motivasi ekstrinsik (pujian hadiah, persaingan, pengaruh guru, fasilitas).


(36)

25 H. Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis

1. Uji Normalitas

Dasar pengambilan keputusan uji normalitas, dihitung menggunakan program SPSS 17.0 dengan metode kolmogrov smirnov berdasarkan pada besaran

probabilitas atau nilai �. �� 2− � , nilai � yang digunakan adalah 0,05

dengan demikian kriteria uji sebagai berikut: (1) jika nilai sig atau signifikan atau probabilitas < 0,05 maka Ho diterima dengan arti bahwa data tidak terdistribusi normal. (2) jika nilai sig atau signifikan atau probabilitas> 0,05 maka H1 diterima

dengan arti bahwa data terdistribusi normal.

2. Uji Linearitas

Uji linearitas digunakan sebagai prasyarat dalam analisis korelasi atau regresi linear yang bertujuan untuk mengetahui apakah dua variabel mempunyai hubungan yang linear atau tidak secara signifikan.

Pengujian dilakukan dengan menggunakan program SPSS 17.0 dengan metode Test for Linearity pada taraf signifikan 0,05.

Dua variabel dikatakan mempunyai hubungan yang linear bila signifikansi (Linearity) kurang dari 0,05.

3. Uji korelasi

Jika data terdistribusi normal, maka untuk menguji hipotesis dapat digunakan uji korelassi Product-Moment, dengan menggunakan persamaan berikut ini

= Ʃ � � − Ʃ � Ʃ � { Ʃ 2− Ʃ


(37)

26 Ketentuan bila rhitung lebih kecil dari rtabel, maka hipotesis diterima. Tetapi

sebaliknya bila rhitung lebih besar dari rtabel (rh> rt) maka hipotesis ditolak.

Pada penelitian ini untuk memudahkan dalam menguji hubungan antara variabel dilakukan dengan menggunakan program SPSS 17.0 dengan uji Korelasi Bivariate jika data terdistribusi normal. Namun jika tidak terdistribusi normal, dapat

menggunakan Korelaso Rho Spearman.

Agar dapat memberi interpretasi terhadap kuatnya hubungan itu, maka dapat digunakan pedoman seperti pada Tabel 3.3.

Tabel 3.3 Tingkat hubungan berdasarkan interval korelasi

Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0,00 – 0,199 0,20 – 0,399 0,40 – 0,599 0,60 – 0,799 0,80 – 1,00

Sangat Rendah Rendah

Sedang Kuat

Sangat Kuat

korelasi dapat dilanjutkan dengan menghitung koefesien determinasi, dengan cara mengkuadratkan koefesien yang ditemukan untu melihat pengaruh dalam bentuk persentase.

4. Uji Regresi Linier Sederhana

Uji regresi linier sederhana dilakukan untuk menghitung persamaan regresinya. Dengan menghitung persamaan regresinya maka dapat diprediksi seberapa tinggi nilai variabel terikat jika nilai variabel bebas diubah-ubah serta untuk mengetahui arah hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat apakah positif atau negatif.


(38)

27

= +

Dengan: = Ʃ Ʃ 2 − Ʃ Ʃ Ʃ 2 Ʃ 2

= Ʃ − Ʃ Ʃ

Ʃ 2 − Ʃ 2

(Priyatno, 2010:55)

Agar memudahkan dalam menguji hubungan antara variabel dilakukan dengan menggunakan program SPSS.17 dengan uji Regression Linear.

Pedoman pengambilan keputusan:

1. Nilai Sig. atau signifikasi < 0,05 maka model regresi adalah linier.. 2. Nilai Sig. atau signifikasi > 0,05 maka model regresi adalah tidak linier.

5. Analisis data angket

Pernyataan angket dibagi menjadi dua yaitu pernyataan positif dan pernyataan negative. Pernyataan tersebut dibuat berdasarkan aspek-aspek yang diteliti. Tujuan pembuatan angket adalah untuk mengetahui motivasi belajar siswa terhadap model pembelajaran PBL. Skor angket di interprestasikan sebagai berikut:

Table 3.4 Skor alternative jawaban angket motivasi

Alternative jawaban Skor pernyataan

Positif Negatif

Sangat setuju 5 1

Setuju Ragu-ragu

4 3

2 3

Tidak setuju 2 4


(39)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan data hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa: 1. Terdapat pengaruh keterampilan metakognisi terhadap motivasi belajar IPA

Fisika siswa menggunakan model PBLsebesar 41%.

2. Terdapat pengaruh keterampilan metakognisi terhadap penguasaan konsep

belajar IPA Fisika siswa menggunakan model PBLsebesar 19%.

B. Saran

Berdasarkan hasil pengamatan selama proses pembelajaran berlangsung dan juga analisis terhadap hasil belajar siswa, maka penulis memberikan saran sebagai berikut:

1. Pembelajaran menggunakan keterampilan metakognisi dengan model PBL

dapat dijadikan salah satu alternatif bagi guru di sekolah sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan motivasi dan penguasaan konsep belajar siswa sehingga siswa dapat benar-benar aktif dan termotivasi dalam proses pembelajaran.

2. Agar pembelajaran menggunakan keterampilan metakognisi dengan model

PBL dapat berjalan dengan baik, guru harus mempersiapkan diri dan perlengkapan secara matang. Dari mulai mempersiapkan perangkat


(40)

51

pengetahuan, alokasi waktu yang sesuai, serta siswa yang harus berada dalam kondisi yang kondusif, sehingga secara teknis seluruh proses pembelajaran akan berlangsung dengan lancar dan baik.


(41)

DAFTAR PUSTAKA

Abdurahman, Mulyono. 2003. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar.Rineka Cipta: Jakarta

Arikunto, Suharsini. 2008. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi).Bumi Aksara: Jakarta

Darmiyanti, Vera. 2013. Pengaruh Keterampilan Metakognisi Terhadap Penguasaan Konsep Dan Berpikir Kritis Melalui TPS.[Online].Diakses 7 mei 2013

darihttp://jurnal.fkip.unila.ac.id/index.php/JPF/article/view/696

Dimyati dan Mudjiono. 2002. Belajardan Pembelajaran. RinekaCipta: Jakarta Edukasiana. 2010. Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah. Artikel Pendidikan.

Edukasiana.Diakses 6 November 2012 dari http://edukasiana.com.GrafindoPersada

Hamalik, Oemar. 2002. Perencanaan Pengajaran Fisika Berdasarkan Pendekatan Sistem. Bumi Aksara: Jakarta

Ibrahim,MdanNur, M. 2003. Pengajaran Berdasarkan Masalah. University Press: Surabaya

Ismail. 2000. Pembelajaran Berdasarkan Masalah (Problem Based Instruction). Makalah. Depdiknas: Jakarta

Kuntjojo. 2009. Metodologi Penelitian. Diunduh 06 November 2012

darihttp://ebekunt.files.wordpress.com/2009/04/metodologi-penelitian.pdf Limarta, Lucky. 2012.Pengaruh Strategi Pembelajaran Problem Based Learning Dipadu Dengan Jigsaw Terhadap Metakognitif Dan Prestasi Belajar Siswa Kelas X Sman 1 Pandaan Pokok Bahasan Kalor. [Online]. Diakses 7 mei 2013 darihttp://karya-ilmiah.um.ac.id/index.php/biologi/article/view/22870

Matulessy, Andik. 2012. Hubungan antara metakognisi dan motivasi berprestasi dengan kreativitas. [Online].Diakses 7 mei 2013 dari

http://drmasda.wordpress.com/2012/06/14/hubungan-antara-metakognisi-dan-motivasi-berprestasi-dengan-kreativitas/


(42)

Meltzer, D. 2002. The relationship between mathematics preparation andconteptual

learning gains in physics : Advance Organizer possible “hidden Pembelajaran. Alfabet: Jakarta

Muin, A. 2005. Pendekatan Metakognitif untuk Meningkatkan Kemampuan Matematika Siswa SMA. Tesis. UPI Bandung : Bandung

Mulbar, A. 2008.Metakognisi dalam menyelesaikan masalah matematika. [online]. Diakses 4 November 2012 dari

http://usmanmulbar.files.wordpress.com/2008/04/makalah-seminar-nasional-di-bandung-usman-mulbar.doc

Nurhadi, Agus Gerrad 2003. Pembelajaran Konteksual dan penerapannya dalam KBK. Universitas Negeri Malang: Malang

Prayitno, Duwi. 2010. Paham Analisis Statistik Dengan Data SPSS.Mediakom: Yogyakarta

Romli, Muhammad. 2010. Strategi Membangun Metakognisi Siswa SMA dalam Pemecahan Masalah Matematika.[Online].Diakses 7 mei 2013 dari http://e-jurnal.ikippgrismg.ac.id

Ruseffendi. 2011. Statistika Dasar untuk Penelitian Pendidikan. Depdikbud: Bandung

Sardiman, A.M. 2004. Interaksidan Motivasi Belajar Mengajar. Raja: Jakarta Soemanto, Wasty. 1998. Psikologi Pendidikan. Rineka Cipta. Jakarta Suchaini. 2008. Pembelajaran Berbasis Masalah. Diakses 4 November 2012

darihttp://suchaini.wordpress.com

Suryabata, Sumadi. 1990. Psikologi Pendidikan. CV Rajawali. Jakarta

Suzana, Y. 2003. Meningkatkan Kemampuan Pemahaman dan Penalaran Matematik Siswa Menengah Umum Melalui Pembelajaran dengan Pendekatan

Metakognitif. Tesis. UPI Bandung : Bandung

Tamalene, H. (2010). Pembelajaran Matematika dengan Model CORE melaluiPendekatan Keterampilan Metakognitif untuk meningkatkan


(43)

Wahyuni, E. (2008). Pengaruh Pembelajaran Metakognitif terhadap

KemampuanKoneksi MatematikaSiswa SMA. Skripsi. UPI Bandung : Bandung

Winkel, W.S. 1983. Beberapa Pendekatan Dalam Pengajaran. IKIP Bandung: Bandung

Yusuf, Amiril. 2010. Peningkatan Minat, Aktivitas dan Penguasaan Konsep Fisika Siswa dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT (Team Games Tournaments). Skripsi. Universitas Lampung: Bandar Lampung.


(44)

55


(45)

56

PEMETAAN STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR Nama Sekolah : SMP Negeri 1 Way Jepara

Mata Pelajaran : IPATerpadu Kelas/Semester : VIII/ Genap TahunPelajaran : 2012/2013

Standar

Kompetensi Kompetensi Dasar

Tahap

Berpikir Indikator

Tahap Berpikir Materi Pokok Ruang Lingkup Alokasi Waktu Nilai Karakter 6. Memahami konsep dan penerapan getaran, gelombang dan optika dalam produk teknologi sehari-hari 6.1 Mendeskripsikan konsep getaran dan gelombang serta parameter-parameternya

C4 Produk:

 Mengidentifikasi gejala

getaran dan gelombang melalui percobaan

 Menyelidiki bahwa periode

tidak bergantung pada amplitudo, tetapi bergantung pada panjang tali.

 Mendeskripsikan hubungan

antara periode, amplitude dan frekuensi getaran

 Membedakan karakteristik

gelombang transversal dan longitudinal melalui percobaan

 Menganalisis hubungan cepat

rambat, frekuensi dan panjang gelombang dalam kehidupan sehari-hari

Proses :

Melakukan percobaan sederhana tentang konsep getaran dan gelombang, meliputi: C2 C3 C4 C3 C3 Getaran dan Gelomban g Getaran dan Gelombang 6x40 menit Pemahaman Teliti Teliti Teliti Berpikir Kritis Lampiran 1


(46)

57

 Melakukan percobaan konsep

getaran.

 Melakukan percobaan konsep

gelombang.

 Melakukan percobaan

menganalisis hubungan cepat rambat, frekuensi dan panjang gelombang.

Afektif:

1. Mengembangkan perilaku

berkarakter, meliputi :Jujur, Peduli, danTanggung jawab.

2. Mengembangkan keterampilan

sosial, meliputi :Bertanya dan berkomunikasi, menyumbang ide atau pendapat, dan menjadi pendengar yang baik.

C3

C3

C3

Berpikir kritis, teliti, dan kreatif

Peduli, bertanggung jawab dan jujur

Mengetahui, Bandarlampung, Februari 2013

Guru Mitra Peneliti

AsihSubekti, S.Pd. Made Topan Ari p

NIP 19750613 200604 2 017 NPM. 0913022097

Menyetujui;

KepalaSekolah SMP Negeri1 Way Jepara

Budoyo, S.Pd.,M.M.Pd. NIP. 19660303 199802 1 001


(47)

58

SILABUS

Sekolah : SMP Negeri 1 Way Jepara

Kelas : VIII (delapan)

Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Alam (Fisika)

Semester : II (Dua)

StandarKompetensi : 6. Memahami konsep dan penerapan getaran, gelombang dan optika dalam produk teknologi sehari-hari

Kompetensi Dasar

Materi Pembelajaran

Kegiatan

Pembelajaran Indikator

Penilaian

Alokasi Waktu

Sumber

Belajar Karakter

Teknik Bentuk Contoh

Instrumen 6.1 Mendeskripsi kan konsep getaran dan gelombang serta parameter-parameternya Getaran dan Gelombang Menyelidiki benda melakukan satu getaran. 1. Kognitif a. Produk  Mengidentifikasi gejala getaran dan gelombang dalam kehidupan sehari-hari melalui percobaan

Tes tulis Pilihan

ganda beralasan LP 1 (Lembar posttest) (1dan 2)

6x40’ E-book “ IPA Terpaduu ntuk SMP kelas VIII” Buku yang Relevan LKS  Alat-alatprakti kum Pemahaman Lampiran 2


(48)

59 Membedakan bahwa periode tidak bergantung pada amplitudo, tetapi bergantung pada frekuensi melalui percobaan. Menghitung periode dan frekuensi getaran Menyelidiki karakteristik gelombang transversal dan longitudinal melalui percobaaan.  Menyelidiki bahwa periode tidak bergantung pada amplitudo, tetapi bergantung pada panjang tali

 Mendeskripsikan hubungan antara periode, amplitudo dan frekuensi getaran  Menyelidiki karakteristik gelombang transversal dan longitudinal Testulis Tes Unjuk Kerja Testulis TesUnjuk Kerja Tes tulis TesUnjuk Pilihan ganda beralasan Uji Petik Kerja Pilihan ganda beralasan Uji Petik Kerja Pilihan ganda beralasan Uji Petik Kerja LP 1 (lembar posttest) (4) LKK Getaran LP 1 (Lembar posttest) (3) LKK Getaran LP 1 (Lembar postest) (7 dan 8) LKK Gelombang transversal dan longitudinal Teliti Membentuk kelompok kerja,aktif, dan kreatif. Berpikir Kritis Membentuk kelompok kerja,aktif, dan kreatif. Berpikir Kritis Membentuk kelompok kerja,aktif, dan kreatif.


(49)

60 Menganalisis hubungan antara cepat rambat gelombang, frekuensi gelombang dan panjang gelombang Merencanakan dan melakukan percobaan konsep getaran Merencanakan dan melakukan percobaan konsep gelombang Merencanakan dan melakukan percobaan menganalisis hubungancepat rambat, frekuensi dan panjang gelombang.  Menganalisis hubungan antara cepat rambat gelombang, frekuensi gelombang dan panjang gelombang. b. Proses  Melakukan percobaan konsep getaran.  Melakukan percobaan konsep gelombang.  Melakukan percobaan menganalisis hubungan cepat rambat, frekuensi dan panjang gelombang. Tes Tulis Tes Unjuk Kerja Observasi Observasi Observasi Pilihan ganda beralasan Uji Petik Kerja Lembar penilaian Lembar penilaian Lembar penilaian LP 1 (Lembar posttest) (9 dan10) LKK Gelombang transversal dan longitudinal LP keterampilan metakognitif Rubrik Penilaian keterampilan metakognitif Rubrik Penilaian keterampilan metaognitif Berpikir Kritis Membentuk kelompok kerja,aktif, dan kreatif. Membentuk kelompok kerja,aktif, dan kreatif. Membentuk kelompok kerja,aktif, dan kreatif. Membentuk kelompok kerja,aktif, dan kreatif.


(50)

61 Menganalisis data hasil percobaan Mengkomunikasi kan hasil percobaan melalui presentasi dan diskusi kelas  Melakukan tanya jawab seputar percobaan yang telah dilakukan untuk lebih memperdalam penguasaan materi  Menyampaikan pendapat mengenai percobaan yang telah dilakukan  Mengkomunikasi kan hasil percobaan melalui presentasi dan diskusi 2. Afektif a.Mengembangkan perilaku berkarakter, meliputi:  Jujur  Peduli

 Tanggung jawab

b.Mengembangkan keterampilan sosial, meliputi:

 Bertanya dan

berkomunikasi

 Menyumbang ide

dan berpendapat Tes Unjuk Kerja Observasi Observasi Observasi Uji Petik Kerja Lembar penilaian Lembar penilaian Lembar penilaian LKK LKK

LP Afektif 2

LP Afektif 3

Teliti dan Kreatif Telitidan Kreatif Bertanggung Jawab, Peduli, dan Jujur Berpikir logis, berpikir kritis


(51)

62

 Menjadi

pendengar yang baik

Mengetahui, Bandarlampung, Februari 2013

Guru Mitra Peneliti

AsihSubekti, S.Pd. Made Topan Ari P

NIP. 19750613 200604 2 017 NPM. 0913022097

Menyetujui;

KepalaSekolah SMP Negeri1 Way Jepara

Budoyo, S.Pd.,M.M.Pd. NIP. 19660303 199802 1 001


(52)

63

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

Satuan Pendidikan : SMP Negeri 1 Way Jepara

Mata Pelajaran : IPA Fisika

Kelas/Semester : VIII/2

PokokBahasan : Getaran dan Gelombang

Sub PokokBahasan : Getaran dan Gelombang

Alokasi Waktu : 6 jam pelajaran

STANDAR KOMPETENSI

6. Memahami konsep dan penerapan getaran, gelombang dan optika dalam produk teknologi sehari-hari

KOMPETENSI DASAR

6.1 Mendeskripsikan konsep getaran dan gelombang serta parameter-parameternya

A. Indikator Kognitif:

a. Produk

1) mengidentifikasi getaran dan gelombang dalam kehidupan sehari-hari melalui percobaan.

2) Menjelaskan bahwa periode suatu getaran tidak bergantung pada amplitudo, tetapi bergantung pada panjang tali.

3) Mendeskripsikan hubungan antara periode, amplitudo dan frekuensi getaran.

4) Menjelaskan perbedaan karakteristik gelombang longitudinal dan gelombang transversal.

5) Mendeskripsikan hubungan antara periode, frekuensi, cepa trambat gelombang, dan panjang gelombang.

b. Proses

Adapun proses yang dilakukan dalam pembelajaran getaran dan gelombang adalah:

a. merumuskan masalah,

b. menganalisis masalah,

c. melaksanakan eksperimen,

d. melakukan perhitungan,

e. melakukan analisis data,

f. merumuskan kesimpulan

Psikomotor:

Melakukan percobaan getaran dan gelombang.


(53)

64

Afektif

1. Mengembangkan perilaku berkarakter, meliputi:

a. jujur b. peduli

c. tanggung jawab

d. berpikirkritis

2. Mengembangkan keterampilan sosial, meliputi:

a. bertanya,

b. menyumbang ide atau berpendapat,

c. menjadi pendengar yang baik,

d. berkomunikasi

B. Tujuan Pembelajaran Kognitif

1.Produk:

1) Dengan kalimat sendiri, siswa secara tepat dapat mengidentifikasikan getaran dan gelombang dalam kehidupan sehari-hari.

2) Berdasarkan percobaan yang dilakukan, siswa secara teliti dapat menjelaskan bahwa periode suatu getaran tidak bergantung pada amplitudo, tetapi bergantung pada panjang tali.

3) Berdasarkan data hasil percobaan, siswa dengan cermat dapat mendeskripsikan hubungan antara periode, amplitude dan frekuensi getaran.

4) Berdasarkan demonstrasi yang dilakukan, siswa secara teliti dapat membedakan karakteristik gelombang longitudinal dan gelombang transversal.

5) Berdasarkan demonstrasi yang dilakukan, siswa secara cermat dapat mendeskripsikan hubungan antara periode, frekuensi, cepat rambat gelombang, dan panjang gelombang.

2. Proses

Diberikan LKK, siswa dapat melakukan percobaan getaran dan gelombang untuk memecahkan berbagai masalah sesuai dengan rincian tugas kinerja yang ditentukan di LP2: proses, meliputi: merumusan masalah, menganalisis masalah, melaksanakan eksperimen, melakukan perhitungan, melakukan analisis data, dan merumuskan kesimpulan.

Psikomotor:

Disediakan seperangkat alat percobaan, siswa terampil melakukan percobaan getaran dan gelombang.


(54)

65

Afektif

a.Terlibat aktif dalam pembelajaran dan menunjukkan karakter berpikir kreatif, kritis, dan logis; bekerja teliti, jujur, dan berperilaku santun sesuai LP: pengamatan perilaku berkarakter.

b.Bekerjasama dalam kegiatan praktik dan aktif menyampaikan pendapat, menjadi pendengar yang baik, dan menanggapi pendapat orang lain dalam diskusi sesuai LP: Ketrampilan sosial.

C. Materi Pembelajaran Pengertian Getaran

Sebuah benda dikatakan bergetar apabila benda tersebut mengalami gerak bolak-balik secara berkala melalui titik keseimbangannya.

Getaran

Getaran didefinisikan sebagai gerak bolak-balik melalui titik kesetimbangan. Titik kesetimbangan adalah titik dimana saat benda diam. Contoh getaran adalah gerak bandul atau ayunan, gendang yang dipukul, dan lain-lain.

Yang sering membuat kita bingung adalah apakah gerak jarum jam dan gerak kipas angin termasuk getaran? Jawabnya tidak karena gerak jarum jam dan gerak kipas angin tidak mempunyai titik kesetimbangan atau dalam arti titik

kesetimbangannya dapat diletakkan dimana saja. Gerak jarum jam dan gerak kipas angin termasuk gerak melingkar.

Ada beberapa besaran yang perlu diperhatikan dalam mempelajari getaran yaitu: 1. Frekuensi adalah banyaknya getaran yang terjadi tiap satuan waktu, atau

didefinisikan sebagai banyaknya getaran yang terjadi setiap satu sekon. Frekuensi dilambangkan dengan f dan bersatuan Hz (dibaca Hertz)

2. Periode adalah waktu yang dibutuhkan untuk melakukan satu kali getaran. Periode dilambangkan dengan T dan bersatuan sekon.

3. Simpangan adalah jarak yang ditempuh benda bergetar dan dihitung dari titik kesetimbangan. Simpangan dilambangkan dengan y dan bersatuan meter.

4. Amplitudo adalah simpangan maksimum yang ditempuh benda bergetar. Amplitudo dilambangkan dengan A dan bersatuan meter.

Untuk getaran pada bandul massa bandul dan amplitudo tidak mempengaruhi besarnya frekuensi dan periode. Tetapi massa mempengaruhi besarnya frekuensi dan periode pada getaran pegas (getaran selaras).


(55)

66

f = n/t sedangkan T = t/n. Bila kedua persamaan ini digabungkan maka akan diperoleh persamaan baru yaitu f = 1/T atau T = 1/f.

Hubungan diatas mempunyai arti bahwa antara frekuensi dan periode hubungannya berbanding terbalik yaitu bila frekuensi besar maka periodenya akan kecil, begitu juga sebaliknya bila periodenya besar maka frekuensinya akan kecil. Untuk melakukan sejumlah getaran. Sehingga periode dapat dihitung dengan membagi waktu getaran dengan jumlah getaran, dapat dirumuskan sebagai berikut: T = Nt dimanaT = Periode, t = lama benda bergetar, N = jumlah getaran

Waktu yang diperlukan benda untuk melakukan satu getaran penuh disebut periode getaran. Periode getaran dilambangkan dengan huruf T. Untuk menentukan periode getaran kita dapat mengukur langsung waktu yang diperlukan untuk melakukan satu getaran penuh.

Namun, cara mengukur semacam ini seringkali menimbulkan kesalahan karena satu getaran biasanya berlangsung sangat singkat. Oleh karena itu, biasanya untuk mengukur waktu yang diperlukan bend auntuk melakukan sejumlah getaran. Periode getaran dapat dihitung dari waktu yang tercatat dibagi jumlah getaran.

Keterangan :

T :periode getaran (sekon) n :jumlah getaran

t :waktu yang diperlukan untuk n kali getaran (sekon)

Bila pengukuran dilakukan dengan teliti didapatkan bahwa periode tidak bergantung pada amplitudo, artinya berapapun simpangan yang kita inginkan, waktu untuk melakukan satu getaran tetap sama. Misalkan kamu memukul drum atau beduk. Betapa pun kerasnya kamu memukul drum, waktu yang dibutuhkan kulit drum untuk bergetar satu kali tetap sama. Berarti periode tidak bergantung pada simpangan senar atau kulit drum.


(56)

67

Gelombang

Gelombang sering kita jumpai dalam kehidupan sehari– hari. Cahaya matahari, bunyi, adalah termasuk gelombang. Permukaan air yang tampak beriak

merupakan suatu gejala gelombang. Apabila sebutir kerikil dilempat kepermukaan air kolam yang tenang, maka pada permukaan air kolam timbul getaran. Getaran ini berbentuk lingkaran yang bergerak merambat menjauhi pusat getaran (tempat jatuhnya batu). Getaran yang merambat inilah yang disebut dengan gelombang. Gelombang berdasarkan mediumnya dibedakan menjadi 2 macam :

1. Gelombang elektromagnetik

Adalah gelombang yang dapat merambat dalam ruang hampa udara.

Contohnya : cahaya matahari, cahaya matahari dapat merambat di ruang hampa hingga sampai kepermukaan bumi secara radiasi.

2. Gelombang mekanik

Adalah gelombang yang memerlukan medium sebagai tempat perambatannya. Contohnya gelombang air, gelombang bunyi, dan gelombang pada slinki. Gelombang air merambat melalui medium, yaitu air. Gelombang bunyi merambat melalui medium, yaitu udara. Gelombang slinki merambat melalui medium, yaitu slinki

Gelombang berdasarkan arah rambatnya dibedakan menjadi 2 macam: Gelombang mekanik dapat dibagi menjadi 2 macam, yaitu gelombang transversal dan gelombang longitudinal. Pembagian ini didasarkan pada arah rambat

gelombang terhadap arah getaran.

1. Gelombang Transversal

Gelombang Transversal adalah gelombang yang arah rambatannya tegak lurus dengan arah getarannya. Contoh gelombang transversal adalah gelombang tali. Ketika kita menggerakan tali naik turun, tampak bahwa tali bergerak naik turun dalam arah tegak lurus dengan arah gerak gelombang.

Istilah- istilah yang berkaitan dengan gelombang transversal adalah

 Simpangan adalah jarak suatu titik pada gelombang terhadap posisi setimbang

 Gelombang adalah titik tertinggi pada gelombang


(57)

68

 Bukit gelombang adalah lengkungan yang berada di atas posisi setimbang

 Lembah gelombang adalah lengkungan yang berada di bawah posisi

setimbang

 Amplitudo adalah jarak puncak gelombang atau dasar gelombang terhadap

posisi setimbang

 Panjang gelombang ( ) adalah panjang satu gelombang yang terdiri dari

satu bukit dan satu lembah gelombang. 2. Gelombang longitudinal

Gelombang longitudinal adalah gelombang yang arah getarannya sejajar dengan arah rambatnya. Gelombang longitudinal berbentuk rapatan dan renggangan yang merambat sepanjang slinki.pada gelombang longitudinal tidak terdapat bukit dan lembah gelombang. Panjang satu gelombang untuk gelombang longitudinal terdiri dari satu rapatan dan satu renggangan.

D. Media Pembelajaran  Papan tulis, spidol  LKK

 Alat-alat praktikum E. SumberPembelajaran

Buku IPA Terpaduuntuk SMP kelas VIII F. AlokasiWaktu : 6 x 40 menit G. Model dan Metode Pembelajara:

Model Pembelajaran : problem based learning (PBL)

Metode Pembelajaran : ceramah, percobaan, diskusi

H. Kegiatan Pembelajaran

Pertemuan Pertama A. Pendahuluan

Kegiatan Model PBL Keterampilan

metakognisi


(58)

69

kognitif (produk, proses). 2. Motivasi:

Memotivasi siswa tentang pentingnya

mempelajari materi getaran dalam kehidupan sehari-hari.

3. Siswa dimintaoleh guru untuk menanggapi permasalahan dalam kehidupan sehari-hari, apakah yang terjadi jika senar gitar dipetik?

siswa terhadap masalah

B. Inti

Kegiatan Model PBL Keterampilan

metakognisi 1. Difasilitasi oleh guru, siswa diminta untuk

berkelompok. Masing-masing kelompok terdiri dari 4 orang siswa.

2. Guru memberikan suatu informasi mengenai

materi getaran, siswa dapat

mendemonstrasikan proses berpikir.

3. Siswa membuat catatan mengenai suatu

informasi yang telah siswa peroleh dari membaca materi getaran dan informasi yang diberikan oleh guru, dengan menggunakan bahasa sendiri.

4. Siswa diminta untuk mengidentifikasi gambar yang diberikan oleh guru.

5. Difasilitasi oleh guru, siswa diminta untuk memecahkan permasalahan yang diberikan guru secara berpasangan atau berkelmpok.

6. Setiap kelompok mengemukakan hasil

diskusi di depan kelas yang dimoderatori oleh guru, siswa lain dapat meregulasi diri selama proses diskusi.

7. Kelompok lain mengklasifikasi ide-ide yang terkait dengan permasalahan yang ada.

8. Guru memberi kesempatan siswa

menyelesaikan soal yang memiliki indikator metakognitif.

Tahap 2:

mengorganisasikan siswa untuk belajar

Tahap 3: membimbing penyelidikan individu maupun kelompok Tahap 4: mengembangkan dan menyajikan hasil karya Merencanakan (mengidentifik asi tugas yang sedang dikerjakan) Memprediksi hasil yang akan diperoleh Memantau diri (mengawasi kemajuan pekerjaannya) C. Penutup

Kegiatan Model PBL Keterampilan

metakognisi


(59)

70

menyimpulkan materi pelajaran yang baru saja disampaikan dan hasil yang mereka peroleh selama pembelajaran.

2. Guru memberikan waktu kepada siswa

untuk bertanya atau menyampaikan usulan agar pembelajaran berikutnya lebih baik

3. Guru memberikan posttest

menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah diri (mengevaluasi hasil kemajuan pekerjaannya)

Pertemuan kedua A. Pendahuluan

Kegiatan Model PBL Keterampilan

metakognisi

1. Mengkomunikasikan tujuan pembelajaran:

kognitif (produk, proses). 2. Motivasi:

Memotivasi siswa tentang pentingnya

mempelajari materi getaran dalam kehidupan sehari-hari.

3. Siswa dimintaoleh guru untuk menanggapi permasalahan mengenai getaran dalam kehidupan sehari-hari, apakah gerak jarum jam tertmasuk getaran? Jelaskan!

Tahap 1: orientasi siswa terhadap masalah

B. Inti

Kegiatan Model PBL Keterampilan

metakognisi 1. Difasilitasi oleh guru, siswa diminta untuk

berkelompok. Masing-masing kelompok terdiri dari 4 orang siswa.

2. Guru memberikan suatu informasi mengenai

materi getaran, siswa dapat

mendemonstrasikan proses berpikir.

3. Siswa diminta untuk mengidentifikasi LKK

1 yang diberikan oleh guru.

4. Difasilitasi oleh guru, siswa diminta untuk memecahkan permasalahan yang terdapat pada LKK 1 secara berpasangan atau berkelmpok.

5. Guru membimbing siswa dalam kelompok

selama proses diskusi

6. Setiap kelompok mengemukakan hasil

diskusi di depan kelas yang dimoderatori oleh guru, siswa lain dapat meregulasi diri selama proses diskusi.

Tahap 2:

mengorganisasikan siswa untuk belajar

Tahap 3: membimbing penyelidikan individu maupun kelompok Tahap 4: mengembangkan dan menyajikan hasil karya Merencanakan (mengidentifik asi tugas yang sedang

dikerjakan)

Memprediksih asil yang akandiperoleh


(60)

71

7. Kelompok lain mengklasifikasi ide-ide yang terkait dengan permasalahan yang ada.

8. Guru memberi kesempatan siswa

menyelesaikan soal yang memiliki indikator metakognitif. Memantau diri (mengawasi kemajuan pekerjaannya) C. Penutup

Kegiatan Model PBL Keterampilan

metakognisi

1. Guru membimbing siswa untuk

menyimpulkan materi pelajaran yang baru saja disampaikan dan hasil yang mereka peroleh selama pembelajaran.

2. Guru memberikan waktu kepada siswa

untuk bertanya atau menyampaikan usulan agar pembelajaran berikutnya lebih baik

3. Guru memberikanposttest

Tahap 5: menganalisisdanmen gevaluasi proses pemecahanmasalah Mengevaluasid iri (mengevaluasi hasilkemajuan pekerjaannya)

Pertemuan ketiga A. Pendahuluan

Kegiatan Model PBL Keterampilan

metakognisi

1. Mengkomunikasikan tujuan pembelajaran:

kognitif (produk, proses). 2. Motivasi:

Memotivasi siswa tentang pentingnya mempelajari materi gelombang dalam kehidupan sehari-hari.

3. Siswa dimintaoleh guru untuk menanggapi permasalahan sehari-hari,apakah yang terjadi ketika sebutir kerikil dilempar kepermukaan air yang tenang?

Tahap 1: orientasi siswa terhadap masalah

B. Inti

Kegiatan Model PBL Keterampilan

metakognisi 1. Difasilitasi oleh guru, siswa diminta untuk

berkelompok. Masing-masing kelompok terdiri dari 4 orang siswa.

2. Guru memberikan suatu informasi mengenai

materi getaran, siswa dapat

mendemonstrasikan proses berpikir.

Tahap 2:

Mengorganisasi-kan siswa untuk belajar

Merencanakan (mengidentifik asi tugas yang sedang


(61)

72

3. Siswa diminta untuk mengidentifikasi LKK 1 yang diberikan oleh guru.

4. Difasilitasi oleh guru, siswa diminta untuk memecahkan permasalahan yang terdapat pada LKK 1 secara berpasangan atau berkelompok.

5. Guru membimbing siswa dalam kelompok

selama proses diskusi

6. Setiap kelompok mengemukakan hasil

diskusi di depan kelas yang dimoderatori oleh guru, siswa lain dapat meregulasi diri selama proses diskusi.

7. Kelompok lain mengklasifikasi ide-ide yang terkait dengan permasalahan yang ada.

8. Guru memberi kesempatan siswa

menyelesaikan soal yang memiliki indikator metakognitif. Tahap 3: membimbing penyelidikan individu maupun kelompok Tahap 4: mengembangkan dan menyajikan hasil karya Memprediksi hasil yang akan diperoleh Memantau diri (mengawasi kemajuan pekerjaannya) C. Penutup

Kegiatan Model PBL Keterampilan

metakognisi

1. Guru membimbing siswa untuk

menyimpulkan materi pelajaran yang baru saja disampaikan dan hasil yang mereka peroleh selama pembelajaran.

2. Guru memberikan waktu kepada siswa untuk

bertanya atau menyampaikan usulan agar pembelajaran berikutnya lebih baik. 3. Guru memberikanposttest.

Tahap 5: menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah Mengevaluasi diri (mengevaluasi hasil kemajuan pekerjaannya)

I. Penilaian

1. Lembar penilaian keterampilan metakognitif 2. Lembar penilaian produk (posttest)


(62)

73

Daftar Pustaka

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan dasar dan Menengah. Nur, M. 2008. Pengajaran Langsung. Surabaya: PSMS Unesa. KTSP SMA

BINAAN FMIPA UNY

Mengetahui, Bandarlampung, Februari 2013

Guru Mitra Peneliti

AsihSubekti, S.Pd. Made Topan Ari P

NIP 19750614 200604 2 017 NPM. 0913022097

Menyetujui;

KepalaSekolah SMP Negeri1 Way Jepara

Budoyo, S.Pd.,M.M.Pd. NIP. 19660303 199802 1 001


(63)

74

LEMBAR KERJA KELOMPOK

TUJUAN PEMBELAJARAN

Setelah melakukan percobaan, siswa harus mampu :

1) Dengan kalimat sendiri, siswa secara teliti dapat menyelidiki bahwa periode suatu getaran tidak bergantung pada amplitudo, tetapi bergantung pada panjang tali.

2) Dengan kalimat sendiri, siswa dengan cermat dapat mendeskripsikan hubungan antara periode, amplitude dan frekuensi getaran.

Instruksi:

1. Setiap siswa harus harus membaca LKK ini dengan seksama.

2. Diskusiakn setiap pertanyaan dan permasalahan yang ada dalam LKS ini

melalui diskusi dengan anggota kelompok.

3. Jika ada pertanyaan atau hal yang tidak dimengerti mintalah bantuan guru unruk menjelaskannya.

Pendahuluan Getaran

Getaran didefinisikan sebagai gerak bolak-balik melalui titik kesetimbangan. Titik kesetimbangan adalah titik dimana saat benda diam. Contoh getaran adalah gerak bandul atau ayunan, gendang yang dipukul, dan lain-lain.

Ada beberapa besaran yang perlu diperhatikan dalam mempelajari getaran yaitu: 1. Frekuensi adalah banyaknya getaran yang terjadi tiap satuan waktu, atau

didefinisikan sebagai banyaknya getaran yang terjadi setiap satu sekon. Frekuensi dilambangkan dengan f dan bersatuan Hz (dibaca Hertz)

2. Periode adalah waktu yang dibutuhkan untuk melakukan satu kali getaran. Periode dilambangkan dengan T dan bersatuan sekon.

3. Simpangan adalah jarak yang ditempuh benda bergetar dan dihitung dari titik kesetimbangan. Simpangan dilambangkan dengan y dan bersatuan meter.

4. Amplitudo adalah simpangan maksimum yang ditempuh benda bergetar.

Amplitudo dilambangkan dengan A dan bersatuan meter.

GETARAN


(64)

75 Berikut ini hubungan antara frekuensi dengan periode

f = n/t sedangkan T = t/n. Bila kedua persamaan ini digabungkan maka akan diperoleh persamaan baru yaitu f = 1/T atau T = 1/f.

Contoh soal :

Sebuah benda bergerak bolak – balik melalui titik keseimbangannya sebanyak 60 kali dalam waktu 30 sekon. Berapakah periode getaran benda tersebut?.... Diketahui

Jumlah getaran (n) = 60 kali

Waktu yang diperlukan (t) = 30 sekon Ditanya

Periode getaran(T)?.... Jawab:

Jadi periode getaran tersebut adalh 0,5 sekon

Pertanyaan Awal

Getaran merupakan jenis gerak yang mudah kamu jumpai dalam kehidupan sehari-hari, baik alamiah maupun buatan manusia. Semua getaran memiliki ciri tertentu . Apakah ciri-ciri getaran itu?

Jawaban Sementara

... ... ...

Alat dan Bahan a. Benang b. Penggaris c. Gunting d. Bandul


(65)

76

e. Statif dan Klem f. Stopwatch

Prinsip percobaan

Bandul yang diikatkan pada benang digantungkan pada statip. Kemudian gunakan simpangan dan panjang tali yang berbeda untuk menentukan frekuensi dan

periode getaran. Langkah Kerja

a. Percobaan Menentukan Frekuensi dan Periode Getaran

Pengaruh Simpangan Terhadap Frekuensi dan Periode Getaran 1. Gunakan rangkaian alat dan bahan pada percobaan konsep getaran.

2. Simpangkan beban ke samping sejauh 5 cm, kemudian lepaskan!

3. Dengan memakai stopwatch hitung waktu yang diperlukan untuk melakukan

10 getaran!

4. Ulangi langkah 2 dan 3 dengan simpangan sebesar 10 dan 15 cm! 5. Catat hasil pengukuranmu dalam tabel berikut!

Tabel 1. Pengamatan Pengaruh Simpangan Terhadap Periode Getaran

No. Simpangan dalam cm Jumlah Getaran (n) Waktu (t) yang dibutuhkan dalam sekon (s) Frekuensi � � (Hz) Periode � � (sekon)

1. 5 cm 10

2. 10 cm 10

3. 15 cm 10

Pengaruh Panjang Tali Terhadap Frekuensi dan Periode Getaran 1. Gunakan rangkaian alat dan bahan pada percobaan konsep getaran.

2. Simpangkan beban yang digantung dengan panjang tali 10 cm ke samping

sejauh 10 cm, kemudian lepaskan!

3. Dengan memakai stopwatch hitung waktu yang diperlukan untuk melakukan

10 getaran!


(66)

77

5. Catat hasil pengukuranmu dalam tabel berikut!

Tabel 2. Pengamatan Pengaruh Panjang Tali Terhadap Periode Getaran

No. Panjang Tali dalam cm Jumlah Getaran (n) Waktu (t) yang dibutuhkan dalam sekon (s) Frekuensi � � (hz) Periode � � (sekon)

1. 10 cm 10

2. 20 cm 10

3. 30 cm 10

1. Pertanyaan Diskusi

a.Bagaimana kecenderungan besar waktu yang dibutuhkan untuk melakukan

10 kali getaran pada tabel tersebut?

……… ……… ………

b.Apakah waktu yang dibutuhkan untuk menempuh 10 kali getaran dipengaruhi oleh simpangan/ amplitudo dan panjang tali?

……… ……… ………

c.Apakah periode getaran juga dipengaruhi oleh simpangan/ amplitudo dan panjang tali? ……… ……… ……… 2. Kesimpulan ……… ……….… ……… ………


(1)

UJI NORMALITAS

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Metakognisi motivasi

penguasaan konsep

N 32 32 32

Normal Parametersa,,b Mean 77.5000 70.9375 78.0625

Std. Deviation 9.91903 13.10242 10.07692 Most Extreme

Differences

Absolute .193 .193 .107

Positive .119 .142 .080

Negative -.193 -.193 -.107

Kolmogorov-Smirnov Z 1.093 1.091 .608

Asymp. Sig. (2-tailed) .183 .185 .853

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.

Dari output di atas kita lihat pada kolom Kolmogorov-Smirnov dan dapat diketahui bahwa nilai signifikansi untuk ketrampilan metakognisi, motivasi, dan penguasan konsep Siswa masing-masing sebesar 1,092; 1,091 dan 0,608. Karena signifikansi untuk seluruh variabel lebih besar dari 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa populasi ketrampilan metakognisi, motivasi, dan penguasan konsep siswa berdistribusi normal.


(2)

123

Uji Linieritas

1. Uji linieritas keterampilan metakognisi dengan motivasi belajar

2. Uji linieritas keterampilan metakognisi dengan penguasaan konsep

Sum of

Squares df Mean Square F Sig. keterampilan

metkognisi * penguasaan konsep

Between Groups

(Combined) 1615.833 13 124.295 1.560 .188 Linearity 583.259 1 583.259 7.320 .014 Deviation

from Linearity

1032.575 12 86.048 1.080 .429

Within Groups 1650.952 1434.1

67

18 79.676

Total 3050.000 3050.0

00

31 Sum of

Squares df Mean Square F Sig. keterampilan

metkognisi * motivasi

Between roups

(Combined) 1399.048 7 199.864 2.905 .024 Linearity 1245.919 1 1245.919 18.112 .000 Deviation

from Linearity

153.129 6 25.521 .371 .890

Within Groups 1650.952 24 68.790

Total 3050.000 31


(3)

Uji korelasi

Correlations

metakognisi motivasi

penguasaan konsep

metakognisi Pearson Correlation 1 .639** .437*

Sig. (2-tailed) .000 .012

N 32 32 32

motivasi Pearson Correlation .639** 1 .415*

Sig. (2-tailed) .000 .018

N 32 32 32

penguasaan konsep Pearson Correlation .437* .415* 1

Sig. (2-tailed) .012 .018

N 32 32 32

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

Dari output di atas hasil uji korelasi dapat kita lihat pada Tabel Pearson Correlations yang memaparkan nilai koefisien korelasi sebesar 0,639 antara variabel ketrampilan metakognisi dengan variable motivasi belajar dan nilai koefisien korelasi sebesar 0,415 antara variabel ketrampilan metakognisi dengan variable penguasaan konsep belajar. Dan nilai signifikansinya kurang dari 0,05 yaitu 0,000 dan 0.018 maka Ho ditolak. Pada tabel tingkat hubungan berdasarkan interval korelasi, nilai koefisien korelasi ini

termasuk dalam interval koefisien 0,61 – 0,80 yang memiliki tingkat hubungan yang kuat antara variable ketrampilan metakognisi dengan variable motivasi belajar. Dan interval 0,41 – 0,60 memiliki hubungan yang cukup kuat antara variable ketrampilan metakognisi dengan variable penguasaan konsep belajar.


(4)

125

UJI REGRESI LINIER SEDERHANA

1. Hasil uji regresi linier sederhana metakognisi dengan motivasi

Variables Entered/Removedb

Model

Variables Entered

Variables

Removed Method

1 motivasia . Enter

a. All requested variables entered. b. Dependent Variable: metakognisi

Model Summary

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1 .639a .408 .389 7.75474

a. Predictors: (Constant), motivasi

ANOVAb

Model

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 1245.919 1 1245.919 20.718 .000a

Residual 1804.081 30 60.136

Total 3050.000 31

a. Predictors: (Constant), motivasi b. Dependent Variable: metakognisi


(5)

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) 43.177 7.664 5.634 .000

motivasi .484 .106 .639 4.552 .000

a. Dependent Variable: metakognisi

Dari output uji Regression Linear di atas dapat kita lihat padaTabel Model Summary menunjukkan nilai koefisien korelasi (R) yang menunjukkan tingkat hubungan antar variable yaitu 0,639. Sehingga R Square atau koefisien determinasi sebesar 0,408. Sedangkan pada Tabel ANOVA memaparkan tentang uji keliniearan, dapat kita lihat pada table bahwa diperoleh F hitung sebesar 20,718 lebih besar dari F tabel (N=32) , sehingga Ho ditolak. Dan nilai signifikansi kurang dari 0,05 yaitu 0,000. Jadi model linear antara ketrampilan metakognisi dan motivasi belajar signifikansi.

Pada Tabel Coefficients memaparkan nilai konstanta a dan b dari persamaan linear Y = 43,117 + 0,484x

2. Hasi luji regresi linier metakognisi dan penguasaan konsep Variables Entered/Removedb

Model

Variables Entered

Variables

Removed Method 1 penguasaanko

nsepa

. Enter a. All requested variables entered.

b. Dependent Variable: metakognisi

Model Summary

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1 .437a .191 .164 9.06778


(6)

127

ANOVAb

Model

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 583.259 1 583.259 7.093 .012a

Residual 2466.741 30 82.225

Total 3050.000 31

a. Predictors: (Constant), penguasaankonsep b. Dependent Variable: metakognisi

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) 43.898 12.718 3.452 .002

penguasaankonsep .430 .162 .437 2.663 .012

a. Dependent Variable: metakognisi

Dari output uji Regression Linear di atas dapat kita lihat pada Tabel Model Summary menunjukkan nilai koefisien korelasi (R) yang menunjukkan tingkat hubungan antar variable yaitu 0,437. Sehingga R Square atau koefisien determinasi sebesar 0,191. Sedangkan pada Tabel ANOVA memaparkan tentang uji keliniearan, dapat kita lihat pada table bahwa diperoleh Fhitung sebesar 7,093 lebih besar dari Ftabel (N=32) , sehingga Ho ditolak. Dan nilai signifikansi kurang dari 0,05 yaitu 0,012. Jadi model linear antara ketrampilan metakognisi dan penguasaan konsep belajar signifikansi.

Pada Tabel Coefficients memaparkan nilai konstanta a dan b dari persamaan linear Y = 43,898 + 0,430x