Menyebarkan Keadilan dan Tidak Memaksa Umat Lain Masuk Islam Sebagai Karakter

10 Orang tersebut lalu menjawab, “Saya akan menceritakannya seolah-olah Anda melihatnya. Mereka adalah para prajurit di siang hari, dan pendeta di malam hari. Mereka tidak mengambil dari orang-orang yang ditaklukkannya kecuali dengan membayar harganya jizyah. Tidak ke suatu negeri kecuali dengan membawa kedamaian. Mereka memerangi musuh-musuh mereka sehingga mereka menaklukkannya.” Mendengar itu, Heraklius lalu berkata, “Jika yang engkau sampaikan benar, sungguh, mereka nanti akan menguasai tempat aku berdiri ini.” 48 BEBERAPA FOREIGN POLICY UMAR BIN KHATHTHAB Sejak menjabat sebagai khalifah, Umar bin Khaththab telah menggariskan beberapa target dan menjalankan kebijakan politik luar negerinya. Di antara foreign policy terpenting Umar yaitu:

1. Menyebarkan Keadilan dan Tidak Memaksa Umat Lain Masuk Islam Sebagai Karakter

Penaklukan Islam Umar bin Khaththab menyadari bahwa hak mendapat keadilan merupakan hak setiap orang, termasuk orang-orang yang ditaklukkan. Bagi Umar, menaklukkan suatu bangsa tidak bertujuan untuk menzalimi penduduknya; sebaliknya untuk menyeru dan menyentuh hati mereka agar tertarik kepada Islam dengan menyebarkan keadilan yang diusung oleh Islam. Umar sadar bahwa hanya menaklukkan fisik suatu bangsa tanpa berusaha memenangkan hati dan pikiran mereka agar tertarik kepada Islam tidak banyak memberi kemaslahatan bagi Islam. Karena dengan hanya menaklukkan fisik, justru suatu saat mereka akan berbalik menyerang tatkala kondisi politik umat Islam lemah. Apalagi dengan rencana penaklukan yang besar, Umar sangat memerlukan pasukan tambahan dari bangsa lain yang ditaklukkan lantaran ketertarikan mereka pada Islam. Sebagian pakar sejarah orientalis berusaha keras untuk memutarbalikkan fakta tentang 48 Ibid, jilid. 3, hal. 602-603. penaklukan yang dilakukan pasukan Islam pada masa Khulafa` Rasyidin. Mereka menuduh bahwa penaklukan Islam merupakan perang yang berkedok agama. Mereka mengatakan bahwa pasukan Islam memang memiliki ideologi akidah, akan tetapi mereka berinteraksi dengan fanatisme buta. Menurut mereka, pasukan Islam menyuruh bangsa lain untuk tunduk pada prinsip Islam dengan kekerasan dan pemaksaan. Mereka memperjuangkan prinsip tersebut dengan menumpahkan darah; tanpa belas kasihan. Mereka membawa Al-Qur`An di salah satu tangan mereka dan membawa pedang di tangan lainnya. Mereka juga berusaha menyudutkan Islam dengan mengatakan bahwa eksistensi Islam dapat dipertahankan dengan meneruskan rencana permusuhan, mengharuskan umat lain masuk Islam secara kaffah di bawah tajamnya pedang, atau paling tidak Islam memperluas kontrol globalnya. Tidak ada satu pun agama yang mendorong para pengikutnya untuk berperang di salah satu tahapan dalam hidupnya, namun beginilah keadaannya dalam Islam. Inti tuduhan para orientalis adalah bahwa Islam disebarkan hanya dengan kekuatan yang dimilikinya. Atau pasukan Islam adalah orang yang paling banyak permusuhannya dibanding agama lain. 49 Akan tetapi, ada beberapa yang juga dari kalangan orientalis yang menjawab tuduhan- tuduhan tersebut. Mereka mendiskripsikan bahwa pembebasan dalam Islam sebagai pembebasan yang ideal dan penuh dengan karakter yang mulia. Mereka dengan jujur mengatakan bahwa pasukan Islam senantiasa menggunakan etika yang mulia saat berperang. Rasul mereka melarang untuk membunuh pendeta, perempuan, anak-anak, dan orang buta, sebagaimana ia melarang pasukan Islam membakar ladang-ladang pertanian, dan memotong pepohonan. Pasukan Islam selalu menaati perintah Rasul mereka dengan teliti tiada tandingnya. Mereka tidak pernah melanggar kehormatan para wanita, tidak pernah menghanguskan tanaman-tanaman 49 Ash-Shallabi, Fashl Al-Khitab ... , hal. 599. 11 di sekitar medan peperangan. Ketika bangsa Romawi melempari mereka dengan anak panah beracun, pasukan Islam tidak membalas mereka dengan balasan serupa. Pasukan Romawi suka menjarah desa-desa dan selalu membakarnya; baik ketika datang maupun pergi. Sementara ketika pasukan Islam membebaskan sebuah kota, mereka senantiasa menjaga akhlak mereka yang mulia dan tidak mencoba untuk melakukan hal itu sama sekali. Orientalis jujur lainnya mengatakan bahwa kota-kota Islam berkembang dengan perluasan, yang menyeru kepada akidahnya dengan mendiskusikan tentang gerakan-gerakan pemikiran yang sudah ada. Lebih dari itu, Islam mau berkembang dan menghapus semua sekat pemisah klasik seperti bangsa, bahasa, dan adat istiadat. Kesempatan langka ini terpenuhi untuk seluruh bangsa dan masyarakat sipil untuk memulai kehidupan dengan pemikiran baru berasaskan persamaan mutlak, dan dengan spirit bersaing dan bebas. 50 Fakta sejarah menunjukkan bahwa pasukan Islam tidak pernah memaksa seorang pun untuk memeluk Islam. Ini karena mereka konsisten dengan firman Allah k yang menerangkan bahwa tidak ada paksaan dalam menganut agama Islam. 51 Sedangkan penerimaan masyarakat terhadap Islam disebabkan mereka menyentuh Islam itu sendiri, hakikat bahwa Islam merupakan anugerah yang besar buat mereka. Ketika mereka berinterkasi dengan pasukan dan umat Islam yang berperilaku dengan akhlak mulai, senantiasa konsisten terhadap hukum, perintah, dan larangan dalam Islam. Mereka juga tersentuh dengan Islam setelah menyaksikan sendiri bagaimana para panglima dan pasukan Islam yang selalu berdakwah dengan perbuatan yang nyata. Sikap-sikap mereka merupakan sikap yang mulia yang dikenal oleh sejarah dunia. Saat itu, para khalifah dan para panglima pasukan senantiasa memerintahkan pasukannya untuk meminta pertolongan Allah dan bertakwa, lebih mementingkan urusan akhirat daripada dunia, 50 Ibid, hal. 599-600. 51 QS. Al-Baqarah: 256. ikhlas dalam berjihad, mengharap keridhaan Allah dalam beramal, dan menjauhi setiap perbuatan dosa. Dalam diri mereka terdapat keinginan kuat untuk membebaskan bangsa dan individu dari menyembah makhluk untuk selanjutnya beribadah kepada Allah Yang Maha Pencipta, memindahkan mereka dari kehidupan dunia yang sempit menuju kehidupan akhirat yang luas. Para panglima pasukan Islam memimpin pasukan di garda depan dan merasakan berbagai macam hantaman pertama di medan jihad. Banyak di antara mereka yang akhirnya menemui syahid. Sementara saat kondisi aman, para panglima tersebut berjalan di belakang prajuritnya. Mereka menjadi sahabat bagi para prajuritnya ketika pulang dan kembali dari medan perang, serta ikut menanggung beban dan menolong yang lemah. Para panglima Islam tersebut juga merangkap sebagai juru dakwah di barisan pertama. Mereka menerapkan aturan-aturan perang dalam Islam secara sempurna. Sebenarnya, umat Islam senantiasa berpartisipasi dalam perang di jalan Allah, bukan seperti peperangan yang dilakukan oleh bangsa lain.

2. Tepat dalam Memilih Gubernur dan Panglima Perang serta Mengevaluasi Kinerja Mereka