Pembebasan Al-Quds [15 H637 M]

9 sengit. Pasukan Islam mengalami kemenangan. Sementara banyak dari pasukan Romawi yang terbunuh, termasuk komandan mereka, Maynas. 43 5. Peperangan Homs [15 H636 M] Abu Ubaidah meneruskan pengejaran terhadap Romawi yang melarikan diri ke Homs. Setelah tiba di sana, ia pun berdiam di sekeliling Homs dan mengepungnya. Khalid bin Walid pun menyusul dari Qinasra dan bersama-sama melakukan pengepungan. Saat pengepungan ini terjadi, cuaca di Homs sedang musim dingin. Setelah musim dingin berakhir, pengepungan pun semakin diperketat. Akhirnya penduduk Homs meminta perdamaian sehingga berakhirlah pengepungan Homs. Abu Ubaidah menurunkan di Homs pasukan yang banyak, bersama para komandan perang. Kemudian Abu Ubaidah mengirim surat kepada Umar mengabarkan bahwa Heraklius telah membendung sungai di sekitarnya sehingga kadang mengalir dan kadang tidak mengalir. Kemudian Umar pun membalasnya dan memerintahkannya untuk menduduki negerinya. 44 6. Pembebasan Al-Quds [15 H637 M] Palestina dipimpin oleh seorang panglima Romawi bernama Arthabun. Ia merupakan panglima agung yang mewakili Emperatur Romawi. Ia juga seorang yang cerdik, pandangannya jauh ke depan, namun paling jahat perbuatannya. Ia menempatkan pasukannya yang besar di Ramalla dan Elia Al-Quds. Panglima pasukan Islam yang ditunjuk oleh Umar pada pembebasan ini adalah Amr bin Al-Ash. Peperangan di Al-Quds secara praktis telah terkobar sebelum Perang Ajnadain II 15 H karena Arthabun sudah menempatkan pasukan yang besar di Ramalla dan Elia. Sementara jarak antara dan Elia hanya berjarak 18 mil. Ramalla adalah ibukota Palestina saat itu, sementara Elia adalah kota terbesarnya. 43 Ibid, hal. 558-559. 44 Ibid, hal. 558. Untuk menaklukkan Al-Quds, Umar berusaha memecah konsentrasi Romawi dengan menyerang beberapa sisa-sisa wilayah yang masih dikuasai Romawi di wilayah Syam. Umar memerintahkan Muawiyah bin Abi Sufyan untuk menyerang Qisarya guna menyibukkan penjaganya dari pasukan Amr bin Al-Ash. Umar juga mengirim Alqamah bin Hakim Al-Farisi dan Masruq bin Fulan Al-Makki untuk memimpin pasukan guna menyibukkan Romawi di Elia. Selain itu, Umar juga mengirim surat kepada Abu Ayyub Al-Maliki untuk memimpin pasukan lain untuk menyibukkan pasukan Romawi di Ramalla. 45 Ath-Thabari menyebutkan bahwa ketika Abu Ubaidah mendatangi Baitul Maqdis, penduduknya meminta damai seperti yang dilakukan kota-kota laim di Syam. Mereka juga meminta hendaknya yang melakukan perjanjian adalah Umar bin Khaththab sendiri. Abu Ubaidah pun menyampaikan hal itu pada Umar. Kemudian berangkatlah Umar dari Madinah dengan menjadikan Ali bin Abi Thalib sebagai pemimpin Madinah. 46 Merupakan kebiasaan Heraklius tatkala hendak meninggalkan Baitul Maqdis ia senantiasa berkata, “Salam untukmu, wahai Suriah. Salam dari orang yang akan berpisah denganmu, tapi sebentar lagi ia akan datang kembali.” Ketika Heraklius sudah bertekad untuk meninggalkan Syam dan sampai di kota ar-Raha, ia meminta keluarganya untuk menemaninya ke Roma. Tetapi, mereka menjawab, “Tinggalnya kami di sini lebih baik bagimu daripada kami pergi ikut bersamamu”, lalu ia pun meninggalkan mereka. Tatkala tiba di Syimsyath, Heraklius naik ke dataran tinggi di sana lalu menghadap ke arah Baitul Maqdis dan berkata, “Salam atasmu, wahai Suriah. Salam yang tidak akan kembali lagi.” 47 Kemudian Heraklius berjalan hingga tiba di Konstantinopel, wilayah kerajaannya. Ia bertanya kepada salah seorang pengikutnya yang pernah ditawan oleh pasukan Islam, “Ceritakanlah kepadaku tentang mereka pasukan Islam” 45 Ibid, hal. 559-560. 46 Ath-Thabari, Tarikh ar-Rasul wa Al-Muluk , jilid. 4, hal. 64-66. 47 Ibid, jilid. 3, hal. 603. 10 Orang tersebut lalu menjawab, “Saya akan menceritakannya seolah-olah Anda melihatnya. Mereka adalah para prajurit di siang hari, dan pendeta di malam hari. Mereka tidak mengambil dari orang-orang yang ditaklukkannya kecuali dengan membayar harganya jizyah. Tidak ke suatu negeri kecuali dengan membawa kedamaian. Mereka memerangi musuh-musuh mereka sehingga mereka menaklukkannya.” Mendengar itu, Heraklius lalu berkata, “Jika yang engkau sampaikan benar, sungguh, mereka nanti akan menguasai tempat aku berdiri ini.” 48 BEBERAPA FOREIGN POLICY UMAR BIN KHATHTHAB Sejak menjabat sebagai khalifah, Umar bin Khaththab telah menggariskan beberapa target dan menjalankan kebijakan politik luar negerinya. Di antara foreign policy terpenting Umar yaitu:

1. Menyebarkan Keadilan dan Tidak Memaksa Umat Lain Masuk Islam Sebagai Karakter