Perang Nahawand: Puncak Runtuhnya Hegemoni dan Eksistensi Persia [21 H] Penaklukan Damaskus [14 H635 M]
7
sengit antara pasukan Islam dan Persia pun tak terelakkan. Pada perang ini pasukan Islam berhasil
mengalahkan tentara Persia. Pasukan Persia yang terbunuh sekitar 100.000 personil.
35
6. Perang Qadisyah [14 H635 M]
Setelah mengalami beberapa kekalahan, Persia lalu menggalang kekuatan di bawah raja mereka
yang baru, Yazdegerd. Ketika Umar mengetahui hal itu, ia pun memerintahkan wajib militer
karena kondisinya menuntut hal itu, yaitu dengan memerintahkan Mutsanna melihat kabilah-kabilah
yang mampu berperang dan mengikutsertakan mereka, baik suka atau tidak.
Selain itu, Umar juga mengajak kabilah- kabilah lain di Jazirah Arab untuk berjihad ke
Irak. Umar lalu menunjuk Sa’ad bin Abi Waqqash sebagai komandan pasukan yang diberangkatkan
dari Madinah untuk bergabung dengan Mutsanna di Irak. Pasukan tersebut berjumlah 4.000 personil.
Ketika Sa’ad tiba di Zarwad, Mutsanna sedang sakit keras yang berakhir dengan kematiannya. Dengan
demikian, Sa’ad pun lantas ditunjuk menjadi panglima perang menggatikan Mutsanna.
Sebelum terjadi pertempuran di Qadisiyah, Sa’ad—atas perintah Umar—sempat mengutus
utusan untuk berdialog dengan Kisra dan Rustum. Namun, hal ini ditanggapi tidak baik oleh Kisra.
Akhirnya, peperangan antara dua pasukan pun tidak terhindarkan, 120.000 pasukan Persia beradu pedang
dengan 39.000 pasukan Islam. Pertempuran sengit yang terjadi selama empat hari ini berakhir dengan
kemenangan di pihak pasukan Islam. Persia sendiri menganggap Perang Qadisiyah merupakan perang
penentuan. Penentuan apakah mereka akan tetap bertahan sebagai sebuah kerajaan dan imperium
atau bubar tanpa negara akibat kekalahan.
36
Setelah kemenangan di Qadisiyah, tidak lama berselang pasukan Islam berhasil membebaskan
beberapa kota Persia, seperti: Madain Shafar 16 H637 M, Tikrit dan Mosul Jumadal Ula 16 H 637
M, Jalula Dzulqa’dah 16 H637 M, Ramhurmuz, Tastar, dan Junday Satur.
35 Ash-Shallabi, Fashl Al-Khitab ...
, hal. 439-441. 36
Muhammad Ridha, Umar bin Khaththab, hal. 159-220.
7. Perang Nahawand: Puncak Runtuhnya Hegemoni dan Eksistensi Persia [21 H]
Pasukan Islam telah memenangkan pertempuran atas Persia berkali-kali secara
berturut-turut, dan mereka masih mengusir sisa- sisa tentara Persia tanpa memberi kesempatan
mereka untuk mengambil nafas. Terutama sejak pertempuran di Qadisiyah hingga pertempuran
Nahawand yang berjarak sekitar empat tahun. Kekalahan bertubi-tubi tersebut membuat para
pemimpin Persia murka dan marah sehingga mereka pun mengirim surat kepada Raja Persia
Yazdegerd untuk bangkit kembali memulai peperangan baru. Yazdegerd pun menyambut
usulan tersebut dan mulai membangun kembali kekuatan mereka di sisa-sisa benteng mereka.
Sa’ad mengetahui kabar itu dan segera mengirim surat kepada Umar. Lalu Umar bermusyawarah
di majlis syuranya dan memutuskan bahwa yang memimpin pasukan-pasukan Islam di Nahawand
adalah Nu’man bin Muqarrin dan khalifah meletakkan rencana untuk memobilisasi umat
Islam.
37
Lagi-lagi pasukan Persia yang berjumlah sekitar 150.000 personil yang dipimpin oleh Fairazan
kembali mengalami kekalahan. Para sejarawan menyebut perang Nahawand dengan fathul
futuh pembebasan penentuan karena setelah penaklukannya tidak ada lagi peperangan yang
berarti dengan Persia, dan setelah peperangan ini bangsa Persia tidak mampu bangkit kembali.
Nu’man bin Muqarrin menemui syahid pada perang ini. Ketika berita mengenai penaklukan dan
syahidnya Nu’man sampai kepada Umar, ia pun pilu atasnya.
38
MERUNTUHKAN HEGEMONI ROMAWI
Selain berhasil meruntuhkan hegemoni Persia, pasukan Islam pada masa Umar bin Khaththab
juga sukses meruntuhkan hegemoni Romawi dalam waktu yang hampir bersamaan. Runtuhnya
hegemoni Romawi terjadi setelah mereka mengalami berbagai kekalahan secara berturut-
37 Ash-Shallabi, Fashl Al-Khitab ...
, hal. 521. 38
Muhammad Ridha, Umar bin Khaththab, hal. 385.
8
turut, seperti dalam perang Damaskus, Fihl, Baisan, Thabariyah, Homs, dan Al-Quds Elia.
1. Penaklukan Damaskus [14 H635 M]
Penaklukan-penaklukan di negeri Syam pada masa Umar bin Khaththab merupakan periode
kedua penaklukan pasukan Islam pasca penaklukan pada masa Abu Bakar, yaitu setelah berakhirnya
Perang Yarmuk dan kalahnya pasukan Romawi. Kemudian datanglah kabar kepada Abu Ubaidah,
panglima perang Yarmuk, bahwa pasukan Romawi telah berkumpul di Fihl, sementara pasukan
tambahan juga telah datang dari Homs untuk memperkuat Damaskus.
Abu Ubaidah bigung, apakah menyerang Damaskus dahulu atau menyerbu Fihl, atau negeri
lainnya. Untuk itu, ia mengirim utusan kepada Umar. Kemudian Umar pun menginstruksikannya
untuk menyerang Damaskus terlebih dahulu karena ia merupakan benteng Syam dan pusat
Kekaisaran Romawi. Kemudian baru menaklukkan Fihl, lalu Homs.
Abu Ubaidah berangkat ke Damaskus tanpa menghadapi perlawanan yang berarti karena
pasukan Romawi mengandalkan penduduk pribumi di wilayah sebelum masuk kota Damaskus
untuk menghadang langkah pasukan Islam. Hanya saja mereka tidak memiliki semangat dan
keberanian untuk mengadakan perlawanan. Ketika pasukan Islam tiba di Ghuthah, Damaskus,
istana-istana Romawi dan rumah-rumah di sana sudah kosong karena penduduknya mengungsi ke
Damaskus.
Lantaran Damaskus merupakan kota yang memang dipersiapkan dalam waktu yang panjang
oleh Romawi maka benteng pertahanannya pun cukup kuat. Akhirnya pasukan Islam pun
mengepung Damaskus selama lebih dari empat bulan.
Dengan menggunakan berbagai strategi akhirnya Damaskus berhasil dibebaskan oleh
pasukan Islam pada Dzulqa’dah 14 H. Dalam penaklukan Damaskus, sebagian bentengnya
ditaklukkan dengan pertempuran sengit, sementara benteng lainnya dengan perdamaian.
Jumlah pasukan Romawi pada perang Damaskus berjumlah sekitar 60.000, sementara pasukan Islam
berjumlah 40.000 personil.
39
2. Peperangan di Fihl [13 H634 M]