Perang Namariq 13 H634 M — 6 2. Perang Saqathiya [13 H634 M] — 6 Menyebarkan Keadilan dan Tidak Memaksa Umat Lain Masuk Islam Sebagai Karakter Penaklukan Tepat dalam Memilih Gubernur dan Panglima Perang serta Mengevaluasi Kinerja Mereka — 11 Memerhatikan

1 MERUNTUHKAN HEGEMONI PERSIA DAN ROMAWI Foreign Policy Khalifah Umar Bin Khaththab P restasi yang berhasil ditoreh Umar bin Khaththab tatkala menjabat khalifah terasa cukup unik dan mengesankan. Umar bin Khaththab yang dijuluki oleh Rasulullah n sebagai Al-Faruq langsung menjabat sebagai khalifah pengganti Abu Bakar setelah kematiannya pada tahun 13 Hijriah. Jika Abu Bakar adalah khalifah yang berjasa mengokohkan politik Islam dan membuka jalan bagi pembebasan negeri-negeri di sekitarnya dengan foreign policy kebijakan luar negeri yang diambilnya, terkhusus Irak dan Syam, maka dapat dikatakan bahwa Umar bin Khaththab adalah penyempurna foreign policy Abu Bakar. Sejarah mencatat, dalam rentang waktu selama sepuluh tahun lebih masa khilafahnya, Umar berhasil meruntuhkan hegemoni DAFTAR ISI ————————— BIOGRAFI UMAR BIN KHATHTHAB — 2 UMAR DILANTIK SEBAGAI KHALIFAH — 3 MERUNTUHKAN HEGEMONI DAN EKSISTENSI PERSIA — 5 1. Perang Namariq 13 H634 M — 6 2. Perang Saqathiya [13 H634 M] — 6 3. Perang Barosma [13 H634 M] — 6 4. Perang Jisr Jembatan [13 H634 M] — 6 5. Perang Buwaib [13 H634 M] — 6 6. Perang Qadisyah [14 H635 M] — 7 7. Perang Nahawand [21 H] — 7 MERUNTUHKAN HEGEMONI ROMAWI — 7 1. Penaklukan Damaskus [14 H635 M] — 8 2. Peperangan di Fihl [13 H634 M] — 8 3. Penaklukan Baisan dan Thabariyah — 8 4. Pertempuran Qanasrin — 8 5. Peperangan Homs [15 H636 M] — 9 6. Pembebasan Al-Quds [15 H637 M] — 9 BEBERAPA FOREIGN POLICY UMAR BIN KHATHTHAB — 10

1. Menyebarkan Keadilan dan Tidak Memaksa Umat Lain Masuk Islam Sebagai Karakter Penaklukan

Islam — 10

2. Tepat dalam Memilih Gubernur dan Panglima Perang serta Mengevaluasi Kinerja Mereka — 11

3. Memerhatikan Batas-Batas Wilayah Kekuasaan Islam — 18

4. Membangun Pola Hubungan dengan Penguasa Persia dan Romawi — 19

Kesimpulan — 19 ABOUT US ————————— Laporan ini merupakan sebuah publikasi dari Lembaga Kajian SYAMINA LKS. LKS merupakan sebuah lembaga kajian independen yang bekerja dalam rangka membantu masyarakat untuk mencegah segala bentuk kezaliman. Publikasi ini didesain untuk dibaca oleh pengambil kebijakan dan dapat diakses oleh semua elemen masyarakat. Laporan yang terbit sejak tahun 2013 ini merupakan salah satu dari sekian banyak media yang mengajak segenap elemen umat untuk bekerja mencegah kezaliman. Media ini berusaha untuk menjadi corong kebenaran yang ditujukan kepada segenap lapisan dan tokoh masyarakat agar sadar realitas dan peduli terhadap hajat akan keadilan. Isinya mengemukakan gagasan ilmiah dan menitik-beratkan pada metode analisis dengan uraian yang lugas dan tujuan yang legal. Pandangan yang tertuang dalam laporan ini merupakan pendapat yang diekspresikan oleh masing-masing penulis. Untuk komentar atau pertanyaan tentang publikasi kami, kirimkan e-mail ke: lk.syaminagmail.com. Seluruh laporan kami bisa diunduh di website: www. syamina.org 2 Persia dan Romawi, terkhusus di wilayah Irak, Syam, Mesir dan Jazirah Arab. Bahkan tidak hanya berhasil meruntuhkan hegemoni Persia, Umar bin Khaththab juga tuntas melenyapkan eksistensi Persia. BIOGRAFI UMAR BIN KHATHTHAB Dilahirkan 13 tahun setelah Tahun Gajah, 1 ia diberi nama Umar oleh orang tuanya, Khaththab. Garis keturunannya bertemu dengan Rasulullah n pada kakek yang kedelapan, yaitu Ka’ab bin Luayy bin Ghalib. 2 Sementara ibunya adalah Hantamah binti Hisyam bin Al-Mughirah, dari bani Makhzum, kakak dari Abu Jahal bin Hisyam. 3 Jika Abu Bakar berasal dari bani Taim, maka Umar bin Khaththab juga berasal dari keluarga terpandang bangsa Quraisy, bani ‘Adi. Kakeknya, Nufail bin Abdul Uzza termasuk orang yang diminta pertimbangan oleh bangsa Quraisy jika terjadi pertikaian. 4 Umar menghabiskan sebagian hidupnya pada masa jahiliah dan tumbuh berkembang seperti kebanyakan anak-anak bangsa Quraisy pada umumnya. Hanya saja karena berasal dari keluarga terpandang, Umar termasuk salah seorang pemuda Quraisy yang bisa membaca dan menulis pada saat itu. Suatu keterampilan yang dapat dibilang cukup langka untuk bangsa Arab pada masa itu. 5 Semasa kecil, Umar sudah memikul tanggung jawab dan tugas yang bisa dibilang cukup berat. Ia tumbuh dalam kehidupan sangat keras yang tidak mengenal kemewahan. Dengan sikap keras dan kasar, ayahnya, Khaththab, menyuruhnya ke padang pengembalaan untuk mengembalakan unta miliknya. 6 Bahkan, Umar tidak hanya mengembala ternak milik ayahnya saja, namun 1 As-Suyuthi, Tarikh Al-Khulafa’ , Maktabah Nizar Mushthafa Al-Baz, 2004, hal. 89. 2 Muhammad Husain Heikal, Umar bin Khaththab, terj Ali Audah, Litera Antar Nusa, Bogor, 2002, hal. 8. 3 Inilah pendapat yang benar mengenai nama dan nasab ibu Umar bin Khaththab. Lihat Muhammad bin Shamil as-Sulami, Al-Bidayah wan Nihayah: Masa Khalafa`ur Rasyidin , terj Abu Ihsan Al-Atsari, Darul Haq, 2004, hal. 168. 4 Ali Muhammad Ash-Shallabi, Fashl Al-Khitab i Sirah Ibn Al-Khaththab Amir Al-Mukminin ‘Umar bin Al-Khaththab: Syakhshiyyatuhu wa ‘Ashruhu , Maktabah Shahabah, 2002, hal. 16. 5 Muhammad Husain Heikal, Umar bin Khaththab, hal. 11. 6 Ibid, hal. 9. juga pernah berkerja mengembala beberapa ternak milik bibinya dari pihak ibu. 7 Selain berprofesi sebagai penggembala, Umar juga terlibat dalam perdagangan dan mendapatkan keuntungan darinya, meski ia tidak menjadi salah seorang konglomerat di Mekah. Dari aktivitas perdagangan ini, ia mendapatkan berbagai macam pengetahuan dari negara yang disinggahinya saat berdagang. Umar menempati posisi yang menonjol pada masyarakat Mekah Jahiliah dan secara efektif memberi sumbangsih pada peristiwa di Mekah. Ia terbantu oleh sejarah mulia nenek moyangnya. Interaksi Umar dengan kakeknya dan latar belakang keluarganyalah yang pada akhirnya memberi pengalaman, ilmu dan pengetahuan mengenai kondisi-kondisi orang Arab dan kehidupan mereka. Apalagi dengan kepandaian dan kecerdasannya, orang-orang Arab selalu merujuk pada Umar bin Khaththab untuk menguraikan perselisihan mereka. 8 Pada fase hidupnya, Umar pernah menjalani hidup pada masa jahiliah, mengukur kedalamannya, memahami hakikatnya, tradisinya, adat istiadatnya, dan membelanya dengan segenap kekuatan yang dimilikinya. Oleh karenanya, ketika ia memeluk Islam, kemudian memahami keindahannya, hakikatnya, dan meyakini perbedaan antara kebenaran dan kebatilan, dan juga antara keimanan dan kekufuran, maka keislamannya begitu bermakna pada dirinya. Tidaklah mengherankan jika ia pernah berujar, “Sesungguhnya, ikatan Islam akan terlepas ikat demi ikat, apabila seseorang tumbuh dalam Islam yang tidak mengenal jahiliah.” 9 Umar memeluk Islam pada saat berusia 27 tahun. 10 Saat itu, enam tahun setelah Rasulullah n diangkat sebagai seorang Nabi. Ia tercatat sebagai laki-laki ke 40 yang menyatakan keislaman mereka. Sejarawan mencatat bahwa keislamannya 7 Ash-Shallabi, Fashl Al-Khitab ... , hal. 18. 8 Ibid, 19. 9 Perkataan Umar bin Khaththab ini disebutkan oleh Ibnu Taimiyyah dalap Majmu’ Al-Fatawanya, jilid. 10, hal. 301. 10 Muhammad Shamil, Al-Bidayah wan Nihayah: Masa Khalafa`ur Rasyidin, hal. 170. 3 hanya berjarak tiga hari setelah keislaman paman Rasulullah n, Hamzah bin Abdul Muthallib. 11 Sebelum keislamannya, Umar bahkan sempat berkeinginan untuk membunuh Rasulullah n. Namun, hidayah Allah lebih dahulu menyelinap dalam hatinya kemudian malah berbalik mencintai Rasululullah n. 12 Keislaman Umar, bagaimanapun, tidak terlepas dari peran doa Rasulullah n: “Ya Allah Kuatkanlah Islam dengan salah satu dari dua orang yang paling Engkau cintai; Abu Jahal bin Hisyam atau Umar bin Khaththab.” 13 Keislaman Umar memberi pengaruh besar terhadap dakwah Islam. Umar lah yang mengusulkan kepada Rasulullah n untuk mendakwahkan Islam secara terang-terangan dan dikabulkan oleh Rasulullah n, sehingga untuk pertama kalinya umat Islam bisa terang-terangan masuk ke Masjidil Haram secara berombongan. Umarlah yang berani terang-terangan menyatakan keislamannya di hadapan para tokoh bangsa Quraisy. 14 Selain itu, ketika umat Islam lainnya sembunyi-sembunyi berhijrah ke Yatsrib Madinah, justru Umar menantang bangsa Quraisy, yaitu siapa di antara mereka yang berani menghalanginya berhijrah ke Yatsrib. 15 UMAR DILANTIK SEBAGAI KHALIFAH Pengalaman selama sekitar 17 tahun mendampingi Rasulullah n dan sekitar 2 tahun lebih ikut serta membantu Abu Bakar Ash-Shiddiq dalam menjalankan roda kekhalifahan merupakan bekal paling berharga yang dimiliki Umar bin Khaththab sebagai khalifah. Segala aspek yang berkaitan tentang khilafah telah ia kuasai dengan baik. Ia tahu betul pekerjaan apa saja yang telah, sedang, dan yang belum dilakukan dan belum tercapai pada masa Abu Bakar. Visi dan misi kekhalifahan yang dipahami Abu Bakar dan diwarisi dari Rasulullah n, telah mendarah daging dalam diri Umar. Tidaklah mengherankan jika 11 Shafiyyurahman Al-Mubarakfuri, Ar-Rahiq Al-Makhtum, hal. 93. 12 Ash-Shallabi, Fashl Al-Khitab ... , hal. 28. 13 Doa Rasulullah n ini diriwayatkan Imam Ahmad dalam Musnad- nya, no hadits. 5696. 14 Shafiyyurahman Al-Mubarakfuri, Ar-Rahiq Al-Makhtum, hal. 93-94. 15 Ash-Shallabi, Fashl Al-Khitab ... , hal. 28-31. selama sepuluh tahunan menjabat sebagai khalifah banyak terobosan yang telah ia lakukan. Tidak sebagaimana Abu Bakar, yang saat dibaiat dan dilantik sebagai khalifah yang diawali dengan ketegangan antara pihak Muhajirin dan Anshar, proses pengangkatan Umar bin Khaththab berlangsung dengan kesepakatan dan kerelaan para tokoh Muhajirin dan Anshar. 16 Tatkala merasa sakit yang dideritanya semakin parah, Abu Bakar dengan sigap berusaha mencari penggantinya sepeninggalnya kelak. Abu Bakar pun bermusyawarah dengan para sahabat. Semua sahabat berusaha menolak masalah kepemimpinan dari diri sendiri dan menyerahkannya kepada saudaranya yang dipandang lebih baik dan lebih layak. Oleh karena itu, mereka kembali menemui Abu Bakar seraya berkata, “Wahai Khalifah Rasulullah Kami akan berpendapat seperti pendapatmu.” Abu Bakar lantas menanggapinya, “Biarkan aku sejenak hingga aku melihat masalah ini, demi kepentingan Allah, agama, dan hamba- hamba-Nya.” Abu Bakar pun memanggil beberapa sahabat senior dari kalangan Muhajirin dan Anshar untuk meminta pendapat mereka tentang Umar bin Khaththab. Di antaranya yaitu Abdurrahman bin Auf, Utsman bin Affan, Usaid bin Khudair, Sa’id bin Zaid, dan Thalhah bin Ubaidillah. Mereka semuanya sependapat bahwa Umar bin Khaththab adalah orang terbaik setelah Abu Bakar dan setuju apabila nanti ditunjuk sebagai pengganti Abu Bakar sebagai khalifah, kecuali Thalhah bin Ubaidillah yang agak keberatan lantaran sikap Umar yang keras. Abu Bakar pun lantas menjelaskan sebab sikap keras Umar kepada mereka, “Hal itu karena ia melihat aku bersikap lembut. Jika saja masalah kekhalifahan ini diserahkan padanya, niscaya ia akan meninggalkan watak dirinya.” 17 Abu Bakar menulis wasiat yang dibacakan kepada penduduk Madinah dan di berbagai kota melalui para panglima pasukan. Teks wasiat tersebut berbunyi, 16 Mengenai proses pengangkatan Umar bin Khaththab sebagai pengganti Abu Bakar, lihat Ibnu Atsir, Al-Kamil i at-Tarikh, Darul Kutub Al-‘Arabi, Beirut, 1997, jilid. 2, hal. 226. 17 Ibnu Atsir, Al-Kamil i at-Tarikh, jilid. 2, hal. 266-267. 4 “Bismillahirrahmanirrahim. Inilah yang diamanatkan oleh Abu Bakar bin Abu Quhafah di akhir masanya di dunia yang akan ditinggalkannya, dan di awal masanya di akhirat yang akan di masukinya. Yaitu tempat orang kafir akan beriman, pendosa akan yakin dan pendusta akan berkata jujur. Dengan pertimbangan matang aku mengangkat pemimpin untuk kalian setelahku, yaitu Umar bin Khaththab. Dengarkanlah ia dan patuhilah. Aku belum mampu mendatangkan kebaikan bagi Allah, Rasul-Nya, agama-Nya, dan kalian semua. Jika ia berlaku adil, hal itu sesuai persangkaanku dan pengetahuanku tentangnya. Apabila ia berlaku zalim, tiap-tiap orang akan mendapatkan dosa. Hanya kebaikanlah yang aku harapkan. Aku tidak mengetahui perkara yang gaib. ‘Dan orang yang zalim itu kelak akan mengetahui ke tempat mana mereka akan kembali QS. Asy-Syu’ara: 227.” 18 Setelah mendengar wasiat itu, Umar menemui Abu Bakar dan mengutarakan keberatan dan keenggenannya menerima wasiat tersebut. Akan tetapi, pilihan dan keputusan Abu Bakar sudah final dan tidak bisa diganggu-gugat. Tidak ada pilihan lain, kecuali Umar harus menerimanya. 19 Abu Bakar menugaskan Utsman bin Affan untuk membacakan surat amanat kepada orang- orang dan kelak melakukan baiat terhadap Umar bin Khaththab sebelum Abu Bakar meninggal dunia dan setelah distempel. 20 Abu Bakar kemudian bertemu empat mata dengan Umar bin Khaththab untuk memberikan beberapa rekomendasi dan nasihat. Berikut nasihat tersebut: “Bertakwalah pada Allah, Wahai Umar Ketahuilah bahwa di sisi Allah terdapat amalan pada siang hari tetapi tidak diterima oleh Allah pada malam harinya, dan amalan di malam hari tetapi tidak diterima Allah pada siang harinya. Allah tidak menerima amalan sunah sebelum amalan wajib ditunaikan. Orang yang berat timbangan amalnya pada hari kiamat adalah yang mengikuti kebenaran di dunia. Orang yang ringan timbangan amalnya 18 Adz-Dzahabi, Tarikh Al-Islam, Maktabah at-Taufiqiyyah, jilid. 3, hal. 11. 19 Ash-Shallabi, Fashl Al-Khitab ... , hal. 92. 20 Ibnu Sa’ad, Ath-Thabaqat Al-Kubra, Dar Shadir, Beirut, 1968, jilid. 3, hal. 199. pada hari kiamat adalah yang mengikuti kebatilan di dunia. Allah k menyebutkan penghuni surga, menyebutkan amal perbuatan terbaik mereka dan mengampuni keburukannya. Jika engkau mengingat mereka katakanlah, ‘Aku takut jika tidak bertemu mereka.’ Allah k menyebutkan penghuni neraka, menyebutkan amal perbuatan terburuk mereka dan menolak kebaikannya. Apabila engkau mengingat mereka, katakanlah, ‘Aku berharap tidak bersama dengan mereka’. Hendaklah seorang hamba berharap dan takut, tidak berandai-andai terhadap Allah, serta tidak berputus asa akan rahmat-Nya. Apabila engkau menjaga wasiatku ini, janganlah sesuatu yang gaib menjadi yang lebih engkau cintai daripada kematian. Karena kematian pasti menghampirimu. Jika engkau menyia-nyiakan wasiatku ini, janganlah sesuatu yang gaib menjadi yang lebih engkau benci daripada kematian. Karena engkau tidak akan bisa membuat kematian tidak berdaya.” 21 Dari proses pengangkatan Umar bin Khaththab jelaslah bahwa pencalonan Umar oleh Abu Bakar tidak memiliki kekuatan secara syar’i selama tidak berpijak pada kerelaan mayoritas umat Islam terhadap Umar. Abu Bakar tidak menetapkan pencalonan Umar kecuali setelah berkonsultasi dengan para tokoh sahabat. Abu Bakar bertanya kepada setiap mereka secara pribadi. Ketika kesepakatan mereka sudah kuat, baru Abu Bakar mengumumkan pencalonan Umar. 22 Pada Senin, 21 Jumadal Tsani 13 Hijriah, setelah Magrib, Abu Bakar meninggal dunia. 23 Sejak saat itu, Umar bin Khaththab langsung menggantikan dan melaksanakan tugas-tugas dengan sebaik-baiknya sebagai khalifah. Setelah resmi menjabat sebagai khalifah, Umar bin Khaththab lantas berpidato di hadapan umat Islam, “Sesungguhnya, Allah menguji kalian dengan aku, dan mengujiku dengan kalian setelah sahabatku Abu Bakar. Demi Allah Tidak datang 21 Ibnul Jauzi, Shifah ash-Shafwah, Darul Hadits, Kairo, 2000, jilid. 1, hal. 100. 22 Ash-Shallabi, Fashl Al-Khitab ... , hal. 93. 23 Ibnu Katsir, Al-Bidayah wa An-Nihayah, Dar Hajr, 2003, jilid. 9, hal. 574. 5 kepadaku suatu perkara kalian kemudian perkara itu ditangani oleh seseorang selain aku. Tidak seorang absen dari hadapanku, lalu ia tidak melakukan pembagian dan amanah. Demi Allah Jika mereka berbuat baik, pasti aku akan berbuat baik kepadanya. Apabila mereka berbuat buruk, niscaya aku akan menjauhinya.” 24 Dalam riwayat lain disebutkan bahwa pidato perdana Umar bin Khaththab, setelah ia memuji Allah k dan menyanjung-Nya, yaitu, “Bacalah Al-Qur`An, pahami dan amalkanlah, maka engkau akan menjadi ahlinya. Evaluasilah diri kalian sebelum kalian dievaluasi. Berhiaslah untuk pertunjukan yang besar, di hari di mana kalian dihadapkan kepada Allah. Tiada sesuatu pun dari keadaanmu yang tersembunyi bagi Allah. Sesungguhnya, orang yang memiliki hak tidak dipatuhi jika ia bermaksiat kepada Allah. Ingatlah bahwa aku memosisikan diriku tentang harta Allah seperti posisi seorang wali anak yatim. Jika sudah berkecukupan, aku akan menahan diri. Apabila membutuhkan, aku akan memakan dengan cara yang baik.” 25 Dalam riwayat lainnya disebutkan bahwa setelah dua hari diangkat sebagai khalifah, orang- orang berbicara tentang ketakutan mereka kepada kekerasan Umar bin Khaththab. Umar menyadari bahwa ia sendiri yang harus menjelaskan permasalahan ini. Umar pun berpidato di hadapan mereka. Umar menyebutkan sebagian sikapnya bersama Nabi n dan Khalifah Abu Bakar, dan sebagaimana mereka berdua meninggal dunia dalam keadaan ridha kepadanya. Umar bin Khaththab berkata, “Kemudian aku telah mengurusi masalah kalian, wahai manusia. Ketahuilah bahwa kekerasan itu telah melemahkanku. Ketahuilah bahwa kekerasan itu hanya aku tujukan kepada orang-orang zalim dan melampaui batas. Aku tidak akan membiarkan seseorang berbuat zalim kepada siapa pun, atau melebihi batas, hingga aku meletakkan pipinya di atas tanah dan meletakkan kakiku di atas pipi 24 Ibnu Sa’ad, Ath-Thabaqat Al-Kubra, jilid. 3, hal. 275. 25 Muttaqi Hindi, Kanz Al-‘Ummal i Sunan Al-Aqwal wa Al-Af’al, Muassasah Risalah, 1981, jilid. 16, hal. 166. lainnya, hingga ia mendengarkan kebenaran. Setelah sikap kerasku ini, aku akan meletakkan pipiku pada orang-orang yang memiliki harga diri dan kesucian dan merasa cukup dengan rezeki yang diperolehnya. Aku mempunyai kewajiban untuk berakhlak seperti yang telah aku ucapkan. Tuntunlah aku agar konsekuen terhadap akhlak tersebut. Kewajibanku terhadap kalian, aku tidak akan menggunakan sedikitpun pajak bumi kalian, begitu juga seluruh harta rampasan fa`i yang diberikan Allah kepada kalian, kecuali sesuai dengan ketentuan-Nya. Kewajibanku terhadap kalian, jika terjadi sesuatu di hadapanku, ia tidak akan keluar kecuali hak- haknya terpenuhi. Kewajibanku terhadap kalian, aku akan menambah bantuan dan rezeki kalian— insyaallah—dan memenuhi kebutuhan kalian di perbatasan. Kewajibanku terhadap kalian, aku tidak menjerumuskan kalian pada kebinasaan, tidak menampatkan kalian selamanya di perbatasan. Jika kalian sedang dalam ekspedisi pasukan, akulah yang akan menanggung keluarga kalian hingga kalian kembali kepada mereka. Bertakwalah kepada Allah, wahai hamba- hamba Allah Bantulah aku untuk menjaga diri kalian dengan cara menahan diri kalian. Bantulah aku untuk menjaga diriku dengan cara beramar makruf dan nahi mungkar, menasihati aku dalam urusan kalian yang diamanatkan kepadaku. Aku mengatakan ucapanku ini dan meminta ampun kepada Allah untuk diriku dan diri kalian.” 26 Dalam riwayat lain disebutkan, “Orang Arab tidak lain seperti unta jinak yang mengikuti penuntunnya. Hendaklah ia melihat penuntunnya ke mana pun ia menuntunnya. Adapun aku, demi Rabb Ka’bah, akan membawa kalian di atas jalan- Nya.” 27 MERUNTUHKAN HEGEMONI DAN EKSISTENSI PERSIA Setelah menjadi khalifah, foreign policy pertama yang diambil oleh Umar bin Khaththab adalah mengirim pasukan tambahan ke Irak yang 26 Ash-Shallabi, Fashl Al-Khitab ... , hal. 102. Dinukil dari Al-Idarah Al- ‘Asykariyyah i ‘Ahd Al-Faruq, hal. 101. 27 Ath-Thabari, Tarikh ar-Rusul wa Al-Muluk , jilid. 3, hal. 433. 6 saat itu berada di bawah kekuasaan Persia. Pada kesempatan itu, Umar menunjuk Abu Ubaid bin Mas’ud Ats-Tsaqafi sebagai komandan perang, yang didampingi oleh Sa’ad bin Ubaid dan Salith bin Qais.

1. Perang Namariq