Program Kebertahanan Evolusi Sosiokultural

36 siaran yang sama namun dalam frekuensi FM. Kualitas dan kejernihan suara radio berfrekuensi FM lebih bagus ketimbang radio yang masih dalam frekuensi AM. Tahun 2005 Radio Leonard kembali berganti nama dan format program, dari Radio POP AM menjadi Radio Qolbu. Sesuai namanya, ini adalah radio muslim pertama di Salatiga. Manajemen melakukan kebijakan ini karena sudah mulai adanya kompetisi radio yang menggunakan format musik dangdut dan juga ketika zaman itu merupakan saat-saat dimana kebangkitan islam 2 . Radio Qolbu hanya dapat bertahan dalam kurun waktu satu tahun saja karena terlalu tersegmen sehingga untuk pemutaran iklan yang merupakan sumber utama dari radio ini menjadi terbatas. Tidak semua iklan bisa diputar di Radio Qolbu, hanya iklan-iklan bernuansa Islami dan sesuai ajaran Islam. Radio Qolbu kembali menjadi radio dangdut dengan nama awal yaitu Radio Leonard 774 AM Salatiga. Untuk kebijakan gelombang yang masih berada di AM berasal dari CPP RADIONET itu sendiri. Pusat CPP RADIONET tetap mempertahankan dalam gelombang AM dikarenakan terdapat kelas iklan di radio berjaringan di CPP RADIONET. Kelas 1 merupakan iklan-iklan yang tentunya berani membayar harga tinggi guna mempromosikan produknya. Iklan kelas 1 ini akan diputar di radio-radio yang bergelombangkan FM. Sedangkan iklan kelas 2 merupakan pengiklan yang hanya membayar rendah untuk beriklan, maka dari itu akan diberikan ke radio AM. CPP RADIONET mengambil Radio Leonard yang berada dalam gelombang AM karena salah satu misinya yaitu memiliki satu radio bergelombang AM di setiap kota dan Radio Leonard merupakan satu-satunya radio AM di kota Salatiga.

5.1.1 Program

Pengorganisasian Radio Leonard ketika awal terbentuk lebih banyak didominasi anak muda karena para pengurus radio pada saat ini kebanyakan para 2 Hasil wawancara dengan bapak Paulus Mahendra, mantan penyiarkepala bag. penyiaranwakil direksi periode 1982-1996 dan BSOkepala radio periode 1996-2005 Radio Leonard, 26 Agustus 2012, pukul 16.15 WIB 37 mahasiswa dari UKSW. Hampir seluruh program siaran di Radio Leonard memutarkan lagu barat karena anak muda pada saat itu lebih condong untuk mendengarkan lagu barat. Apalagi lagu-lagu yang bernuansakan cinta dan kenangan dari para pendengar. a. Format Siaran: Dalam pembuatan program, manajemen Radio Leonard berpatokan dengan musim atau sesuatu yang sedang digandrungi atau digilai oleh anak muda pada saat itu, yang berhubungan dengan musik dan seni pertunjukan. Biasanya manajemen melihat hal-hal yang berhubungan dengan musik dari majalah, koran, atau televisi, apa saja yang sedang tren pada saat itu. Setelah itu mencoba merealisasikan dan mendengar bagaimana tanggapan pendengar dengan program yang telah dibuat. Usulan program dari pendengar pun tidak seluruhnya direalisasikan, hanya dengan menambah atau mengganti beberapa segmen di setiap program dan tentunya ada hubungannya dengan program yang sedang diputar. b. Rekrutmen: Perekrutan penyiar didasari dengan kemampuan individu dalam pengetahuannya soal dunia musik, dikarenakan ketika menjadi penyiar nanti, inidividu tidak hanya menyampaikan siapa penyanyi dan judul lagu apa yang akan diputar, namun setidaknya memahami sedikit latar belakang dari penyanyi atau berceritakan tentang apa lagu yang akan diputar. Melihat ketika era 80-an akses internet tidak semudah saat ini sehingga pengetahuan calon penyiar harus banyak dan luas, mencakup seluruh lagu yang diputar di Radio Leonard baik itu lagu Indonesia atau lagu mancanegara. Seiring dengan mulai banyak radio-radio bermunculan di Salatiga, manajemen sudah tidak mengutamakan pengetahuan dunia musik sebagai kemampuan utama calon penyiar. Hal terpenting adalah gaya ocehan individu dalam membawakan program siaran atau kecerewetan calon penyiar lah yang lebih penting. Dulunya yang membuat menarik adalah lagu-lagu yang diputarkan tetapi sekarang penyiar juga dapat membuat menarik dengan “banyak 38 omo ng”-nya tadi sehingga program yang dibawakan sang penyiar bisa memperoleh banyak pendengar.

5.1.2 Keuangan