Pendekatan “Social Demand” Pendekatan “Man Power”

75 BAB VII KONDISI UNTUK KEBERHASILAN PERENCANAAN PENDIDIKAN Pendekatan dalam Perencanaan Pendidikan Pendekatan dalam perencanaan pendidikan menempati kedudukan penting karena pendekatan merupakan pilihan strategi dan falsafah dalam perencanaan yang dapat mewarnai corak dan nafas perencanaan. Pemahaman terhadap berbagai pendekatan, akan membantu perencana dalam menciptakan dan memahami kondisi perencana seperti apa yang dapat mendorong keberhasilan dari pelaksanaan rencana tersebut. Adapun pendekatan-pendekatan adalah sebagai berikut:

1. Pendekatan “Social Demand”

Pendekatan social demand adalah pendekatan dalam perencanaan pendidikan yang didasarkan atas tuntutan atau kebutuhan sosial akan pendidikan. Makna kebutuhan dan tuntutan sosial itu cukup banyak dan kadang menyesatkan. Masyarakat mana yang dijadikan ukuran? kebutuhan yang mana yang dimaksud? kebutuhan itu untuk sekarang atau yang akan datang? dan masa yang akan datang itu kapan?. Biasanya kebutuhan sisial itu menunjuk kepada kebutuhan yang bersifat populer. Kebutuhan itu terasa apabila terjadi jurang antara penyediaan dan kebutuhan. Memang kebutuhan itu dapat dipengaruhi oleh pemerintah, memang lebih gampang menaikkan kebutuhan daripada menurunkan kebutuhan masyarakat akan pendidikan. 76 Mengukur kebutuhan sosial akan pendidikan itu sangat sulit, bahkan kadang-kadang tidak mungkin, kecuali dengan data wajib belajar dan data demografi yang cukup akurat. Para ahli ekonomi keberatan dengan pendekatan “social demand” dengan alasan sebagai berikut: a. Pendekatan ini mengabaikan masalah alokasi sumber- sumber dalam skala nasional, dan secara implisit tidak mempersoalkan berapa besar sumber yang diperuntukkan bagi pendidikan, karena beranggapan bahwa penggunaan sumber-sumber bagi pendidikan itulah yang terbaik bagi pembangunan bangsa sebagai keseluruhan; b. Pendekatan ini mengabaikan ciri dan pola kebutuhan “man power” yang diperlukan di sektor ekonomi, dengan demikian akan cenderung menghasilkan tamatan yang kurang diperlukan dan justru akan kekurangan jenis tamatan yang dibutuhkan; c. Pendekatan ini cenderung terlalu menjawab tuntutan saja sehingga mengabaikan pertimbangan pembeayaan, sehingga pemerataan sumber-sumber itu menjadi sedemikian kecilnya, akibatnya ialah turunnya kualitas pendidikan, yang berarti pemborosan.

2. Pendekatan “Man Power”

Pendekatan ini sangat disukai oleh ahli-ahli ekonomi. Alasannya ialah bahwa pertumbuhan ekonomi itu merupakan dorongan bagi pembangunan bangsa secara keseluruhan, sebab itu harus dijadikan dasar pertimbangan dalam alokasi sumber- sumber. Pertumbuhan ekonomi tidak saja memerlukan sumber- sumber dan fasilitas fisik, melainkan juga manusia untuk mengorganisasi dan menggunakan semua itu. Perkembangan sumber-sumber manusia melalui sistem pendidikan itu penting 77 untuk pertumbuhan ekonomi, sebab itu modal yang baik menuntut diselenggarakannya pola dan mutu hasil pendidikan yang disesuaikan dengan kebutuhan “man power” yang diperlukan dalam kehidupan ekonomi. Pendekatan ini mempunyai kelemahan sebagai berikut: a. Pendekatan ini mempunyai peranan yang terbatas pada perencanaan pendidikan, pendekatan ini mengabaikan SD, karena dipandang sebagai tidak berhubungan dengan dunia kerja sehingga hanya mengutamakan pendidikan yang menghasilkan man power “tingkat tinggi” yang diperlukan oleh sektor dunia pekerjaan modern. Pada hal dimasa yang akan datang masih diperlukan tenaga-tenaga semi-skilled dan unskilled baik di kota-kota maupun di desa-desa; b. Pendekatan ini menggunakan klasifikasi dan ratio man power misal dokter, juru rawat, insinyur, tukang dan sebagainya yang didasarkan atas keadaan masyarakat yang telah mencapai taraf ekonomi industri, dengan demikian tidak sesuai dengan kenyataan-kenyataan di negara berkembang. Akibatnya terjadi pendidikan yang salah yang dipersiapkan untuk jabatan-jabatan tertentu; c. Tidak mungkin membuat “fore casting” yang dapat dipercaya mengenai kebutuhan man power yang diperlukan bagi perencanaan pendidikan, karena adanya ketidak pastian ekonomi, tehnologi, dan lain-lain, lebih- lebih di negara berkembang. Makin terperinci jabatan- jabatan itu dan makin panjang jangka waktu yang dimasukkan dalam perencanaan itu, makin tidak dapat dipercaya perencanaan tersebut, pasaran kerja sangat labil, bergerak dari keadaan serba kurang ke serba ada. 78

3. Pendekatan “ Rate of Return”