ANALISIS PENGETAHUAN DAN SIKAP KONSUMEN DALAM MEMBELI SUSU KEDELAI ECERAN DI BANDAR LAMPUNG

(1)

ANALISIS PENGETAHUAN DAN SIKAP KONSUMEN DALAM MEMBELI SUSU KEDELAI ECERAN

DI BANDAR LAMPUNG

Oleh Rizki Ramadhan

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui (1) karakteristik (2) pola dan tahap keputusan pembelian, (3) pengetahuan serta (4) sikap konsumen susu kedelai eceran. Penelitian dilakukan menggunakan metode survei di empat pasar tradisional di empat wilayah Kota Bandar Lampung yaitu Pasar Pasir Gintung (Tanjung Karang Pusat), Pasar Tugu (Tanjung Karang Timur), Pasar Way Halim (Kedaton), Pasar Kangkung (Teluk Betung Selatan). Sampel penelitian ini terdiri dari 100 orang. Data penelitian dikumpulkan melalui wawancara dengan responden menggunakan kuesioner dan dianalisis secara deskriptif dan analisis Model Sikap Multiatribut Fishbein. Hasil penelitian menunjukkan (1) karakteristik konsumen susu kedelai eceran adalah laki-laki dan perempuan dengan rentang usia 21-60 tahun. Sebagian besar pendidikan terakhir konsumen adalah lulusan SMA (59 %). Pekerjaan konsumen terbanyak adalah sebagai Ibu rumah tangga (56 %). Sebagian besar (30 %) konsumen memiliki tingkat pendapatan keluarga sebesar Rp2.000.000,00-Rp3.000.000,00 per bulan. (2) Pola pembelian konsumen adalah membeli susu kedelai eceran dengan volume 240 ml. Frekuensi pembelian sebagian besar konsumen adalah sebanyak 12 kali per bulan. Keputusan pembelian susu kedelai eceran melalui tahap pengenalan kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternatif, keputusan pembelian dan evaluasi pasca pembelian. (3) Pengetahuan konsumen terhadap seluruh atribut susu kedelai berada pada kategori sedang. Konsumen umumnya telah memiliki pengetahuan yang baik mengenai harga, kesegaran, volume, dan kandungan gizi kalsium. (4) Atribut yang paling disukai dan dipercayai oleh konsumen adalah kemudahan memperoleh produk dan manfaat susu kedelai. Skor sikap konsumen terhadap susu kedelai eceran sebesar 9,50 berada pada kategori positif dan sangat disukai oleh konsumen.


(2)

ANALYSIS OF KNOWLEDGE AND ATTITUDE OF CONSUMERS ON THE PURCHASING OF RETAIL SOY MILK

IN BANDAR LAMPUNG

By

Rizki Ramadhan

The purposes of this research were to know the characteristics, the pattern and purchase decision phases, the knowledge and attitude of consumers towards retail soy milk. The reseach was conducted by survey method in the four traditional markets at four areas of Bandar Lampung namely Pasir Gintung, Tugu, Way Halim, and Kangkung. The research samples consisted of 100 people, in which data was collected through interviews with respondents using questionnaires. The data was analyzed by descriptive and Attitude Model of Multi-attribute Fishbein. The results of the research showed thatthe consumers of retail soy milk were men and women of 21- 60 years old, most of them were graduated from senior high school (59%). Most consumers were housewife (56%), in which familly income was Rp2.000.000,00-Rp3.000.000,00 per month. The consumers had purchase pattern of retail soy milk packed in 240 ml volume about 12 times per month. Purchasing decisions of the retail soy milk through stages of the need recognation, information search, evaluation of alternative, purchase, and post-purchase evaluation. The knowledge of consumer on all attributes of retail soy milk was in middle category. In general, consumers had good knowledge of soy milk attributes about the price, freshness, volume and calcium content of retail soy milk. The attributes most preferred and trusted by consumers was the easy of obtaining the product and the benefits of soy milk. The attitude score (Ao) of retail soy milk was 9.50; this was in the positive category and also highly favored by consumers.


(3)

(4)

(5)

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Tangerang, pada tanggal 31 Maret 1992, sebagai anak kedua dari dua bersaudara buah hati dari Ayahanda Chairuddin Astim dan Ibunda Komaisah. Pendidikan formal yang ditempuh penulis adalah: (1) Taman Kanak-Kanak (TK) Sunan Bonang yang diselesaikan pada tahun 1998, (2) Sekolah Dasar (SD) Negeri 2 Beringin Raya yang diselesaikan pada tahun 2004, (3) Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 14 Bandar Lampung yang diselesaikan pada tahun 2007, dan (4) Sekolah Menengah Umum (SMU) Negeri 7 Bandar Lampung yang diselesaikan pada tahun 2010.

Tahun 2010 penulis diterima di Jurusan/Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Selama kuliah, penulis juga pernah menjadi anggota bidang III (Pengembangan minat dan bakat) HIMASEPERTA periode 2010/2011. Pada tahun 2013 Penulis melaksanakan Praktik Umum (PU) di PT Perkebunan Nusantara VII Unit Usaha Way Lima di Pesawaran.


(7)

SANWACANA

Bismillahirrohmanirrohim

Alhamdullilahirobbil ‘alamin, puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya. Sholawat serta salam senantiasa tercurah kepada Baginda Muhammad SAW, juga kepada keluarga, dan para sahabatnya. sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Analisis Pengetahuan dan Sikap Konsumen dalam Membeli Susu Kedelai Eceran di Bandar Lampung“.

Dengan selesainya skripsi ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada pihak-pihak yang turut berperan dalam penyelesaian skripsi ini, antara lain :

1. Dr. Ir. Yaktiworo Indriani, M.Sc. dan Ir. Umi Kalsum, M.S. selaku pembimbing pertama dan kedua yang telah banyak memberikan pengarahan, ilmu, bimbingan, dukungan, motivasi dan semangat kepada penulis. Terima kasih atas bimbingan, saran, serta nasehat dalam penulisan skripsi ini.

2. Dr. Ir. Wuryaningsih Dwi Sayekti, M. S. selaku pembahas yang telah memberikan kritik, nasehat dan saran demi perbaikan skripsi.

3. Ani Suryani, S.P., M.Sc selaku Pembimbing Akademik yang telah memberikan motivasi dan dukungannya selama kuliah dan dalam penulisan skripsi.


(8)

Saudara ku tercinta Sita Dewi S.Pd, serta seluruh keluarga besar yang selalu memberikan kasih dan sayang yang tak terhingga dalam kehidupanku. 5. Sahabat-sahabat tercinta : Kholis meizari, Ludy, Fitri kusumawati, Ova lestari

Asih mityas, Marcela yuniati, Maulina tunjung sari, Dany imam, Sastra, Terisia, Vega dan Jeny, terimakasih atas kerjasama, bantuan, dukungan dan semangat yang telah diberikan kepada penulis.

6. Teman-teman Agribisnis 2010 tercinta: Rahmat, Debby, Dimash, Reza, Yoandra, Danni, Wayan, Septa, Tania, Triyunita, Ervina, Aya, Neno, Seta, Kahfindra, Hasni, Dwi, Hani, Sinta, Wida, Vanesa, Nita, Iqbal dan seluruh teman-teman Agribisnis’ 10 yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, Terimakasih atas dukungan dan semangat yang telah diberikan kepada penulis.

7. Produsen atau pedagang susu kedelai Bapak Sayuti, Denny, Agus dan Ibu Linda, terimakasih atas bantuan dan kerjasama yang telah diberikan kepada penulis dalam pelaksanaan penelitian ini.

8. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, yang telah membantu penulis hingga terselesaikannya skripsi ini.

Semoga ALLAH SWT melimpahkan balasan atas kebaikan dan perhatian yang diberikan kepada penulis, serta semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat. Amin.

Bandar Lampung, Oktober 2014


(9)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR

I. PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang dan Masalah... 1

B. Tujuan Penelitian... 8

C. Kegunaan Penelitian... 8

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN.... 9

A. Tinjauan Pustaka... 9

1. Susu Kedelai... 9

2. Manfaat Susu Kedelai... 10

3. Konsumen... 11

4. Pola Konsumsi Pangan... 12

5. Perilaku Konsumen... 13

6. Proses Pengambilan Keputusan Pembelian... 14

7. Atribut Produk... 17

8. Pengetahuan Konsumen... 19

9. Sikap... 20

10. Model Multiatribut Fishbein... 22

B. Kerangka Pemikiran... 24

III. METODE PENELITIAN... 28

A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional... 28

B. Lokasi, Waktu, dan Sampel Penelitian... 36

C. Metode Pengumpulan Data dan Jenis Data... 40

D. Analisis Data... 41 1. Uji Validitas dan Uji Reliabilitas...

2. Analisis Deskriptif... 3. Analisis Model Multiatribut Fishbein...

41 45 47


(10)

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 50

A. Gambaran Umum Daerah Penelitian... 50

B. Karakteristik Pedagang Susu Kedelai Eceran... 53

C. Karakteristik Konsumen Susu Kedelai Eceran... 56

D. Pola Pembelian Susu Kedelai Eceran... 58

E. Proses Keputusan Pembelian Susu Kedelai Eceran... 61

1. Pengenalan Kebutuhan... 61

2. Pencarian Informasi... 65

3. Evaluasi Alternatif... 68

4. Keputusan Pembelian... 71

5. Pasca Pembelian... 73

F. Pengetahuan Konsumen... 76

1. Pengetahuan Produk... 77

2. Pengetahuan Pembelian... 84

3. Pengetahuan Pemakaian... 85

4. Tingkat Pengetahuan Konsumen Susu Kedelai Eceran.. 89

G. Sikap Konsumen... 91

1. Evaluasi Atribut (ei) Susu Kedelai Eceran... 92

2. Kepercayaan Atribut (bi) Susu Kedelai Eceran... 94

3. Sikap (Ao) Terhadap Atribut Susu Kedelai Eceran... 95

4. Sikap Konsumen Berdasarkan Skor Maksimum Sikap (Ao Maks)... 105

V. KESIMPULAN DAN SARAN... 108

A. Kesimpulan... 108

B. Saran... 110

DAFTAR PUSTAKA... 111

LAMPIRAN... 114

Tabel 27-37... 115-138 Kuesioner Penelitian... 139


(11)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Perkembangan konsumsi sumber protein 2005-2010 ... 2 2. Komposisi zat-zat gizi dalam 100 gram kedelai ... 3 3. Perbandingan komposisi susu kedelai dan susu sapi per

100 gram ... 5 4. Ringkasan konsep dasar dan batasan operasional ... 36 5. Jumlah penduduk, luas wilayah, dan kepadatan penduduk per

kecamatan di kota bandar lampung... 37 6. Hasil uji validitas evaluasi atribut (ei) dan kepercayaan atribut (bi)

konsumen susu kedelai eceran di Bandar Lampung... 43 7. Hasil uji reliabilitas evaluasi atribut (ei) dan kepercayaan

atribut (bi) konsumen susu kedelai eceran di Bandar Lampung... 45 8. Ketentuan unsur kepercayaan atribut (bi) susu kedelai eceran

di Bandar Lampung... 49 9. Penduduk Kota Bandar Lampung menurut kelompok umur dan

jenis kelamin tahun 2012... 51 10. Jenis pasar dan jumlah pasar menurut lokasi di Kota Bandar

Lampung tahun 2012... 52 11. Karakteristik pedagang susu kedelai di Kota Bandar Lampung

berdasarkan pasar yang dijadikan tempat penelitian... 54 12. Karakteristik konsumen susu kedelai eceran di Bandar Lampung

berdasarkan jenis kelamin, usia, pendidikan terakhir, pekerjaan responden, pekerjaan pasangan responden dan pendapatan


(12)

14. Frekuensi dan rata-rata volume pembelian susu kedelai eceran... 60

15. Sebaran responden berdasarkan pengenalan kebutuhan dalam keputusan pembelian susu kedelai eceran... 62

16. Sebaran responden berdasarkan sumber informasi dalam keputusan pembelian susu kedelai eceran... 65

17. Sebaran responden berdasarkan fokus perhatian dalam keputusan pembelian susu kedelai eceran... 67

18. Sebaran responden berdasarkan evaluasi alternatif dalam keputusan pembelian susu kedelai eceran... 69

19. Sebaran responden berdasarkan tempat pembelian, alasan, dan pihak yang mempengaruhi dalam membeli susu kedelai eceran... 72

20. Sebaran responden berdasarkan cara membeli susu kedelai eceran... 73

21. Sebaran responden berdasarkan pasca pembelian susu kedelai eceran... 74

22. Skor evaluasi (ei) terhadap atribut susu kedelai eceran... 93

23. Skor kepercayaan (bi) terhadap atribut susu kedelai eceran... 95

24. Skor sikap (ao) terhadap atribut susu kedelai eceran... 96

25. Skor maksimum sikap (ao maks) terhadap atribut susu kedelai eceran... 106

26. Sikap konsumen susu kedelai eceran berdasarkan skor maksimum sikap (ao maks)... 107

27. Skor uji validitas atribut ei (evaluasi produk)... 115

28. Skor uji validitas atribut bi (kepercayaan produk)... 117

29. Hasil uji validitas evaluasi atribut (ei) susu kedelai eceran di Kota Bandar lampung... 119

30. Hasil uji validitas kepercayaan atribut (bi) susu kedelai eceran di Kota Bandar Lampung... 122


(13)

Kota bandar lampung... 125

32. Hasil uji reliabilitas kepercayaan atribut (bi) susu kedelai eceran di Kota bandar lampung... 125

33. Pembelian susu kedelai eceran di Kota Bandar Lampung... 126

34. Skor pengenalan kebutuhan... 131

35. Skor pencarian informasi... 132

36. Skor keputusan pembelian... 132


(14)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman 1. Proses pengambilan keputusan pembelian... 15

2. Kerangka fikir analisis pengetahuan dan sikap konsumen dalam

membeli susu kedelai eceran di Kota Bandar Lampung... 27 3. Grafik distribusi responden berdasarkan pengetahuan konsumen

tentang produk susu kedelai eceran di Kota Bandar Lampung... 77 4. Grafik distribusi responden berdasarkan pengetahuan konsumen

tentang pemakaian susu kedelai eceran di Kota Bandar Lampung... 86 5. Grafik distribusi responden berdasarkan tingkat pengetahuan

konsumen susu kedelai eceran di Kota Bandar Lampung... 91 6. Grafik nilai pengetahuan dan sikap konsumen terhadap atribut susu


(15)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kebutuhan dasar paling utama bagi manusia adalah kebutuhan pangan. Pangan diartikan sebagai segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun yang tidak diolah. Pangan yang sudah diolah dan siap untuk dimakan disebut makanan. Makanan adalah bahan pangan yang telah diolah, biasanya berasal dari hewan atau tumbuhan yang dimakan oleh makhluk hidup untuk memberikan tenaga dan gizi. Makanan yang dikonsumsi oleh tubuh manusia akan memberikan pengaruh yang besar terhadap kemampuan tubuh dalam melakukan aktivitas sehari-hari (Indriani, 2007).

Makanan yang menyehatkan harus memiliki kandungan zat gizi di dalamnya. Zat gizi adalah ikatan kimia yang diperlukan tubuh untuk melakukan

fungsinya, yaitu menghasilkan energi, membangun dan memelihara jaringan serta mengatur proses-proses kehidupan (Almatsier, 2003). Zat gizi

digolongkan ke dalam enam kelompok utama yaitu karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral, dan air. Keenam zat gizi tersebut dapat digolongkan menjadi dua golongan, yaitu zat gizi makro (karbohidrat, protein, dan lemak) dan zat gizi mikro (vitamin dan mineral).


(16)

Protein merupakan salah satu zat gizi sumber energi selain karbohidrat yang diperlukan yang sangat dibutuhkan oleh tubuh. Fungsi utama protein sangat penting yaitu untuk perkembangan setiap sel dalam tubuh dan juga untuk menjaga kekebalan tubuh. Berdasarkan sumbernya protein dapat dibedakan menjadi protein nabati dan protein hewani. Sumber protein nabati di

antaranya terdiri dari kacang kedelai, kacang-kacangan, biji-bijian, dan polong-polongan. Protein hewani di antaranya terdiri dari ikan, daging, dan susu. Perkembangan konsumsi sumber protein di masyarakat Indonesia dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Perkembangan konsumsi sumber protein tahun 2005 –2010

S u m

ber : Data Susenas 2005-2010, BPS diolah BKP 2012

Kacang kedelai termasuk tanaman pangan sekunder yang dikonsumsi masyarakat Indonesia. Kontribusi kacang kedelai sebagai sumber protein nabati cukup tinggi dalam mencukupi konsumsi pangan di Indonesia. Konsumsi kacang kedelai lebih tinggi dibandingkan dengan jenis kacang-kacangan lainnya. Konsumsi kacang kedelai pada masyarakat Indonesia juga melebihi sumber protein hewani seperti daging ruminansia, daging unggas, telur dan susu.

No Jenis Pangan Kontribusi Konsumsi (% AKP)

2005 2006 2007 2008 2009 2010

1

Daging

ruminansia 4,6 4,3 5,1 5,3 5,3 5,5

2 Daging unggas 10,3 8,8 11,0 11,1 11,0 11,9

3 Telur 9,2 9,1 9,3 9,1 9,7 10,5

4 Susu 3,7 4,0 5,4 5,4 5,3 5,2

5 Ikan 42,3 42,2 38,6 42,2 41,7 41,3

6 Kedelai 23,8 27,2 24,7 22,4 23,2 21,7

7 Kacang tanah 3,7 2,6 4,0 2,7 2,3 2,5

8 kacang hijau 1,9 1,5 1,5 1,4 1,1 1,0


(17)

Kehidupan yang selalu berkembang memberikan dampak yang besar terhadap pola makan masyarakat. Pola makan yang tidak sehat akan memberikan dampak negatif terhadap aktivitas tubuh dalam menjalankan fungsinya. Sebaliknya pola makan yang sehat akan memberikan dampak yang baik bagi kesehatan tubuh. Salah satu bahan makanan bergizi tinggi dan mengandung protein yang sering dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia adalah kedelai.

Kedelai termasuk ke dalam famili Leguminosae atau kacang-kacangan memiliki nilai gizi tinggi. Kandungan zat-zat gizi yang ada pada kedelai sangat membantu dalam memenuhi gizi manusia yaitu berguna dalam perbaikan jaringan tubuh manusia. Komposisi zat-zat gizi yang terkandung dalam kedelai dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Komposisi zat-zat gizi dalam 100 gram kedelai

Bahan Energi

(kal) Kada r air (%) Protein (%) Lemak (%) Serat kasar (%) Karbohidr at (%) Kedelai (biji hitam) Kedelai (biji kuning) 385 400 12,3 10,2 33,3 35,1 15,6 17,7 4,3 4,2 35,4 32,0 Sumber : Ginting, 2010

Kacang kedelai biji hitam dan kacang kedelai biji kuning memiliki

kandungan gizi yang hampir sama. Kadar gizi tertinggi yang ada di dalam kedelai biji kuning maupun hitam adalah protein dan karbohidrat.

Kandungan zat gizi yang tinggi pada kedelai dapat memberikan manfaat bagi tubuh manusia dalam melakukan berbagai macam aktivitas.


(18)

Berbagai macam kandungan gizi yang tinggi pada kedelai membuat kacang kedelai dan olahannya sangat dianjurkan untuk dikonsumsi oleh masyarakat. Bentuk olahan dari kedelai yang selalu dikonsumsi oleh masyarakat adalah tempe dan tahu. Selain tempe dan tahu kedelai juga dapat diolah dalam bentuk olahan susu yaitu susu kedelai. Susu merupakan salah satu minuman kesehatan yang baik dikonsumsi oleh manusia karena di dalam susu terdapat kandungan gizi yang lengkap sehingga susu sangat dianjurkan untuk dikonsumsi setiap hari.

Indonesia tergolong negara dengan tingkat kosumsi susu sapi yang rendah apabila dibandingkan dengan negara Asia lainnya yaitu sekitar 11,84 liter per tahun. Pada tahun 2012 konsumsi susu masyarakat Indonesia masih rendah sebesar 14,6 liter per kapita per tahun. Negara Asia lainnya seperti Malaysia dan Filipina mencapai 22,1 liter per kapita per tahun,Thailand 33,7 liter per kapita per tahun, dan India mencapai 42,08 liter per kapita per tahun (Direktorat Jendral Peternakan dan Kesehatan Hewan, 2012)

Rendahnya konsumsi susu sapi masyarakat Indonesia disebabkan oleh daya beli masyarakat dan budaya minum susu masyarakat Indonesia yang rendah. Salah satu pertimbangan masyarakat sebagai konsumen dalam membeli susu adalah harga susu. Harga susu yang tinggi akan menurunkan daya beli masyarakat terhadap produk susu. Penurunan daya beli

masyarakat terhadap susu ini, selanjutnya akan memberikan dampak yang negatif terhadap status gizi masyarakat Indonesia. Dengan kata lain harus ada alternatif susu hewani atau susu sapi yang mempunyai kandungan dan


(19)

manfaat yang hampir sama seperti susu sapi dalam memenuhi kebutuhan gizi dan daya beli masyarakat.

Susu kedelai merupakan susu yang berasal dari kacang kedelai yang memiliki banyak manfaat bagi kesehatan tubuh manusia. Kedelai

mengandung 35 persen protein dan lemak sekitar 20 persen, lemak lecithine

dalam jumlah yang banyak dan kadar tersebut sangat mendekati kebutuhan tubuh. Jumlah kandungan mineral dalam susu juga sangat melimpah di antaranya adalah kalium, kalsium, fosfor dan beberapa sejumlah vitamin yaitu vitamin A, B1 dan sedikit vitamin C (Wijayakusuma, 2007). Protein susu kedelai memiliki susunan asam amino yang hampir sama dengan susu sapi sehingga susu kedelai seringkali digunakan sebagai pengganti susu sapi bagi mereka yang alergi terhadap protein hewani. Perbandingan komposisi susu kedelai dengan susu sapi dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Perbandingan komposisi susu kedelai dan susu sapi Per 100 gram

Komponen Gizi Susu Kedelai Susu Sapi

Energi (kkal) 41,00 61,00

Protein (g) 3,50 3,20

Lemak (g) 2,50 3,50

Karbohidrat (g) 5,00 4,30

Kalsium (mg) 50,00 143,00

Fosfor (mg) 45,00 60,00

Besi (mg) 0,70 1,70

Vitamin A (SI) 200,00 130,00

Vitamin B1 (mg) 0,08 0,03

Vitamin C (mg) 2,00 1,00

Air (g) 87,00 88,30

Sumber: Direktorat Gizi, Depkes RI dalam Koswara, 2006

Komponen gizi pada susu kedelai hampir sama dengan komponen gizi pada susu susu sapi. Kandungan lemak yang dimiliki susu kedelai lebih rendah dibandingkan dengan kandungan lemak pada susu sapi sehingga lebih aman


(20)

untuk dikonsumsi oleh masyarakat. Selain itu, kandungan polisakarida

yang terdapat pada susu kedelai mampu menekan kadar gula. Salah satu keuntungan dalam mengonsumsi susu kedelai adalah kandungan

polisakarida yang terdapat pada susu kedelai dapat membantu mengendalikan gejala penyakit gula seperti diabetes melitus.

Kota Bandar Lampung merupakan pusat pemerintahan dan perekonomian Provinsi Lampung. Sebagai pusat perekonomian Provinsi Lampung penduduk Kota Bandar Lampung sangat berpotensi dalam mengeluarkan pendapatannya untuk membeli makanan dan minuman bergizi termasuk mengonsumsi susu kedelai cair. Susu kedelai adalah minuman yang bergizi tinggi dan terjangkau oleh semua kalangan, karena itu sangat berpotensi untuk dikonsumsi oleh masyarakat Bandar Lampung. Selain itu, proses pembuatan susu kedelai relatif mudah dengan biaya produksi yang murah, sehingga memudahkan industri skala rumah tangga dalam memproduksi dan menawarkan susu kedelai ke sekitar masyarakat seperti pasar tradisional, pedagang keliling, sekolah, dan lainnya.

Susu kedelai eceran tanpa merek yang ditawarkan oleh pedagang sekitar pasar dan pedagang keliling yang berada di Bandar Lampung biasanya dijual dengan volume 240-350 ml dengan harga Rp1.000,00 - Rp2.000,00 sedangkan harga susu sapi cair murni dengan volume 250 ml dijual dengan harga Rp3.500,00 - Rp4.000,00. Infomasi harga susu kedelai dan susu sapi cair murni ini diperoleh melalui pedagang susu kedelai di pasar, pedagang keliling, swalayan dan warung. Susu kedelai eceran relatif murah sehingga dapat dikonsumsi oleh berbagai macam kalangan masyarakat.


(21)

Penduduk Bandar Lampung selaku konsumen produk susu kedelai cair memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Perbedaan karakteristik

konsumen tersebut akan memperlihatkan adanya perbedaan perilaku dalam membeli dan mengonsumsi suatu produk. Perilaku konsumen mencakup pengetahuan dan sikap konsumen dalam menentukan hasil akhir keputusan pembelian yang akan dilakukan oleh konsumen. Konsep sikap sangat terkait dengan dengan kepercayaan (belief) dan perilaku (behavior). Mowen dan Minor (1998) dalam Sumarwan (2003) menyatakan kepercayaan

konsumen adalah pengetahuan konsumen mengenai suatu objek atributnya, dan manfaatnya. Maka pengetahuan konsumen sangat terkait dengan dengan sikap karena pengetahuan konsumen adalah kepercayaan konsumen. Perbedaan sikap konsumen dapat didukung oleh pemerolehan informasi dan pengetahuan mengenai suatu produk. Menanggapi hal tersebut diperlukan pemahaman mengenai pengetahuan dan sikap konsumen terhadap produk susu kedelai di Kota Bandar Lampung.

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah penelitian, yaitu:

(1) bagaimana karakteristik konsumen produk susu kedelai eceran di Bandar Lampung ?,

(2) bagaimanakah pola dan tahap pengambilan keputusan pembelian susu kedelai eceran di Bandar Lampung ?,

(3) bagaimana pengetahuan konsumen terhadap produk susu kedelai eceran di Bandar Lampung ? , dan

(4) bagaimanakah sikap konsumen terhadap produk susu kedelai eceran di Bandar Lampung ?


(22)

B. Tujuan

Berdasarkan perumusan masalah yang telah dikemukakan, maka tujuan penelitian adalah untuk mengetahui dan menganalisis :

(1) karakteristik umum konsumen produk susu kedelai eceran di Bandar Lampung,

(2) pola dan tahap pengambilan keputusan pembelian susu kedelai eceran masyarakat Bandar Lampung,

(3) pengetahuan konsumen terhadap produk susu kedelai eceran di Bandar Lampung, dan

(4) sikap konsumen terhadap produk susu kedelai eceran di Bandar Lampung.

C. Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat bagi :

(1) Produsen dan penjual, sebagai tambahan wawasan tentang pengetahuan dan sikap konsumen terhadap susu kedelai eceran sehingga dapat dijadikan pertimbangan dalam penyusunan strategi pemasaran. (2) peneliti selanjutnya, sebagai informasi dan pertimbangan dalam


(23)

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

A. Tinjauan Pustaka

1. Susu kedelai

Susu kedelai merupakan minuman menyehatkan yang sudah ada di Cina sejak abad II SM. Dalam pengobatan Tiongkok susu kedelai dimanfaatkan untuk menetralkan keracunan pada ibu hamil dengan ditandai gejala keracunan seperti tekanan darah meningkat, tubuh membengkak, kejang sekujur tubuh, dan sebagainya. Manfaat yang ada pada susu kedelai menjadikan susu kedelai berkembang di Jepang dan mulai masuk ke Asia Tenggara setelah perang dunia ke II (Wijayakusuma, 2007).

Susu kedelai merupakan sari kedelai yang diperoleh dengan cara

menghancurkan biji kedelai dalam air dingin atau air panas. Bahan yang sering digunakan adalah kedelai kuning. Susu kedelai mempunyai dua bentuk yaitu cair dan bubuk. Bentuk cair lebih banyak dibuat dan

diperdagangkan. Susu kedelai dapat disajikan dalam bentuk murni artinya tanpa penambahan gula dan cita rasa baru. Dapat juga ditambah gula atau flavor lain seperti moka, pandan, panili, coklat, atau strawberry


(24)

Susu kedelai mempunyai beberapa keunggulan yaitu tidak mengandung laktosa, rendah lemak, bebas kolesterol, teknologi pembuatanya relatif lebih mudah dan biaya produksi lebih murah, dan proteinya tidak menimbulkan alergi. Susu kedelai merupakan salah satu produk olahan kedelai yang dicampur air kemudian disaring dan dipanaskan. Susunan asam amino pada protein susu kedelai mirip dengan susu sapi sehingga sangat baik digunakan sebagai pengganti susu sapi, terutama bagi mereka yang alergi terhadap susu sapi (Astawan, 2004).

2. Manfaat susu kedelai

Susu kedelai mempunyai senyawa lesitin yang mengandung asam lemak tak jenuh, yang mempunyai fungsi sangat baik di dalam tubuh, terutama untuk keseimbangan metabolisme. Adanya kandungan lesitin pada susu kedelai mempunyai peran yang baik di dalam pengendalian kandungan glukosa darah dan kolesterol darah (Suriawiria, 2002).

Kedelai yang diolah menjadi susu merupakan sumber protein yang

mengandung isoflafon dan ginistein yang merupakan senyawa fitoestrogen

yang berkhasiat menghambat pertumbuhan sel tumor atau kanker. Sejumlah vitamin yang terdapat dalam kandungan susu kedelai seperti vitamin A, B1, B2, dan B12 mempunyai manfaat dalam merangsang fungsi-fungsi kekebalan tubuh, dan sangat bermanfaat bagi peningkatan kualitas kecantikan dan kebugaran. Sejumlah mineral dalam kacang kedelai berfungsi mengendalikan komposisi cairan tubuh, konstituen tulang dan


(25)

gigi, serta membantu membangun enzim dan protein. Fosfor berperan dalam proses pemberian energi untuk metabolisme hidrat arang dan lemak, serta membantu menyeimbangkan asam-basa tubuh. Selain itu susu Dengan mengonsumsi susu kedelai secara rutin, maka akan menambah insulin dalam kuantitas yang besar bagi tubuh. Selain kedelai dalam bentuk olahan susu dapat menurunkan kolesterol dalam tubuh (Wijayakusuma, 2007).

3. Konsumen

Sumarwan (2003), membagi dua jenis konsumen, yaitu konsumen individual dan konsumen organisasi. Konsumen individu meliputi konsumen yang membeli barang dan jasa untuk digunakan secara pribadi maupun digunakan oleh anggota keluarga yang lain, barang dan jasa tersebut dapat juga diberikan kepada orang lain sebagai hadiah atau pemberian. Jenis konsumen organisasi yaitu meliputi organisasi bisnis, yayasan, lembaga sosial, kantor pemerintah, dan lembaga lainnya. Organisasi ini membeli produk peralatan dan jasa-jasa lainnya untuk menjalankan seluruh kegiatan organisasinya.

Pengertian konsumen menurut Kotler (2000), adalah semua individu dan rumah tangga yang membeli atau memperoleh barang atau jasa untuk dikonsumsi pribadi. Konsumen dibedakan menjadi dua, yaitu konsumen antara dan konsumen akhir. Konsumen antara adalah konsumen yang menggunakan barang dan jasa dengan tujuan komersial, yaitu bukan secara


(26)

langsung untuk digunakan tetapi melalui proses pengolahan kemudian akan diperdagangkan, contohnya distributor, agen dan pengecer.

Konsumen akhir adalah setiap orang yang mendapatkan dan menggunakan barang atau jasa untuk dirinya sendiri dengan tujuan memenuhi kebutuhan hidupnya pribadi, atau keluarga, dan tidak untuk diperdagangkan kembali.

4. Pola konsumsi pangan

Harper, Deaton, dan Driskel (1985) dalam Indriani (2007), menyatakan bahwa pola pangan atau kebiasaan makan adalah cara seseorang untuk memilih dan memakan makanan sebagai reaksi dari pengaruh fisiologis, psikologis, sosial dan budaya. Pangan yang dikonsumsi secara teratur oleh suatu kelompok penduduk dalam jumlah yang cukup banyak untuk

menyediakan bagian terbesar dari konsumsi energi total yang dihasilkan oleh makanan disebut dengan makanan pokok.

Pola konsumsi pangan dinilai secara kualitatif dan kuantitas. Secara kualitas mencakup apa yang dimakan sedangkan, secara kuantitas meliputi jumlah, jenis dan frekuensi yang dimakan. Pangan merupakan bagian dari makhluk hidup umumnya dan manusia khususnya yang merupakan

kebutuhan pokok yang harus dipenuhi agar dapat mempertahankan hidup dan melaksanakan kewajiban dalam kehidupan. Berbeda dengan

kebutuhan hidup lainnya, kebutuhan pangan hanya dibutuhkan secukupnya sebab kelebihan dan kekurangan pangan akan menimbulkan masalah gizi dan penyakit (Suhardjo, 1989).


(27)

5. Perilaku konsumen

Menurut Prasetijo dan Ihalauw (2005), perilaku konsumen adalah tindakan seseorang dalam mencari, membeli, menggunakan,

mengevaluasi, dan bertindak pasca konsumsi produk, jasa maupun ide yang diharapkan bisa memenuhi kebutuhan hidupnya. Menurut Engel, Blackwell, dan Miniard (1994), perilaku konsumen dipengaruhi dan dibentuk oleh tiga faktor yaitu, pengaruh lingkungan (budaya, kelas sosial, pengaruh pribadi, keluarga dan situasi), perbedaan individu (sumber daya konsumen, motivasi, dan keterlibatan, pengetahuan, sikap,

kepribadian, gaya hidup dan demografi), dan proses psikologis (pengolahan informasi, pembelajaran, perubahan sikap dan perilaku).

Studi perilaku konsumen adalah suatu studi mengenai bagaimana seorang individu membuat keputusan untuk mengalokasikan sumber daya yang tersedia (waktu, uang, usaha, dan energi). Secara sederhana, studi perilaku konsumen meliputi hal-hal yaitu apa yang dikonsumsi konsumen,

mengapa konsumen membeli, kapan konsumen membeli, di mana konsumen dapat membeli, dan berapa sering konsumen dalam mengonsumsi suatu barang atau jasa (Sumarwan, 2003).

Yulisa (2013), melakukan penelitian tentang perilaku konsumen kopi bubuk instan siap saji. Sampel dalam penelitian adalah mahasiswa Universitas Lampung. Hasil penelitian menunjukkan bahwa manfaat utama yang dicari oleh konsumen dalam mengonsumsi susu bubuk instan adalah sebagai penghilang rasa kantuk. Mayoritas responden sudah


(28)

mengonsumsi kopi bubuk instan selama lebih dari tiga bulan dengan menghabiskan lebih dari 12 bungkus per bulan. Responden sebagian besar membeli kopi instan siap saji di toko atau warung dengan alasan dekat dengan rumah. Merek kopi instan siap saji yang sering dikonsumsi oleh konsumen adalah merek Torabika, Luwak White Coffe, Good Day, Nescafe, ABC, Kapal Api, dan Indocafe

Penelitian lain, oleh Noviana (2013), mengkaji tentang perilaku konsumen tanaman hias di Kecamatan Pekalongan Kabupaten Lampung Timur. Sampel penelitian sebanyak 75 responden laki-laki dan perempuan yang memenuhi kriteria sampel, yaitu pernah membeli tanaman hias. Keputusan pembelian konsumen tanaman hias melalui tahap pengenalan kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternatif, keputusan pembelian dan evaluasi pasca pembelian. Hasil menunjukkan bahwa jenis tanaman hias yang banyak diminati konsumen adalah mawar, pucuk merah, kalifa kuning, asoka, anggrek dan sambang dara. Manfaat yang diharapkan mayoritas responden dari membeli tanaman hias adalah sebagai hiasan. Sebagian besar responden membeli tanaman hias di pedagang hias (nursery). Mayoritas responden akan membeli tanaman hias apabila tanaman hiasnya telah mati.

6. Proses pengambilan keputusan pembelian

Konsumen dalam memutuskan untuk membeli suatu produk melalui lima urutan tahap-tahap proses keputusan pembelian (Kotler, 2000). Lima


(29)

tahap proses pembelian sangat relevan terhadap keputusan pembelian yang kompleks. Proses pengambilan keputusan pembelian dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Proses pengambilan keputusan pembelian (Kotler, 2000)

Pengenalan kebutuhan adalah tahap awal dalam pengambilan keputusan. Tahap ini terjadi pada saat individu menyadari adanya perbedaan situasi yang ada dengan situasi yang diharapkan. Ketika ketidaksesuaian melebihi tingkat atau ambang tertentu, kebutuhan baru dikenali dan seseorang tersebut akan berusaha memenuhi kebutuhannya. Kebutuhan dapat timbul karena adanya rangsangan baik yang berasal dari dalam maupun dari luar.

Setelah merasakan kebutuhan, maka timbul minat dari konsumen yang mendorong mereka untuk mencari informasi lebih banyak. Sumber-sumber informasi konsumen dapat dikelompokkan menjadi empat kelompok, yaitu : (1) sumber pribadi yang meliputi keluarga, teman, tetangga, dan kenalan; (2) sumber komersial, meliputi iklan, tenaga penjualan, kemasan, dan pameran; (3) sumber umum, yaitu media massa dan organisasi konsumen; (4) sumber pengalaman, di mana konsumen pernah menangani, menguji, dan menggunakan produk.

Pengenalan kebutuhan

Pencarian informasi

Evaluasi alternatif

Keputusan pembelian

Pasca pembelian


(30)

Tahap ketiga dalam proses pengambilan keputusan pembelian adalah proses evaluasi alternatif. Pada tahap ini individu akan mengambil pilihan dari berbagai alternatif yang ada. Penentuan evaluasi tertentu yang akan digunakan oleh konsumen selama pengambilan keputusan akan

bergantung pada beberapa faktor, diantaranya adalah pengaruh situasi, kesamaan alternatif pilihan, motivasi, keterlibatan, dan pengetahuan (Engel et al., 1994).

Tahap keempat adalah keputusan pembelian. Pada tahap ini konsumen harus mengambil keputusan kapan membeli, di mana membeli dan bagaimana membeli suatu barang atau jasa. Akan tetapi ada pula faktor lain yang mempengaruhi, yaitu sikap orang lain dan faktor-faktor keadaan yang tidak terduga (Engel et al., 1994).

Tahap kelima adalah tahap pasca pembelian di mana kepuasan konsumen sangat dipengaruhi oleh barang dan jasa yang telah digunakan setelah pembelian. Apabila produk tersebut memenuhi harapan, maka konsumen akan merasa puas dan memberi kemungkinan untuk membeli lagi produk tersebut (Simamora, 2002).

Penelitian dilakukan oleh Chasanah (2010), tentang perilaku konsumen dalam membeli produk susu instan di pasar modern. Sampel penelitian adalah konsumen susu instan di Kota Surakarta. Alat analisis yang digunakan adalah model tipe perilaku konsumen menurut Henry Assael. Hasil analisis terhadap keterlibatan konsumen menunjukkan bahwa konsumen mempunyai keterlibatan yang tergolong tinggi dalam proses


(31)

pengambilan keputusan pembelian susu instan di Pasar Modern Kota Surakarta. Adapun hasil analisis terhadap beda antar merek susu instan menunjukkan konsumen melihat banyak perbedaan antar merek susu instan. Tipe perilaku konsumen susu instan di Kota Surakarta adalah perilaku pembelian komplek.

7. Atribut produk

Atribut merupakan karakteristik yang membedakan suatu merek atau produk dari yang lain. Atribut produk dibedakan ke dalam atribut fisik dan atribut abstrak. Atribut fisik menggambarkan ciri-ciri fisik suatu produk, sedangkan atribut abstrak menggambarkan karakteristik subjektif dari suatu produk berdasarkan persepsi konsumen (Sumarwan, 2003). Atribut meliputi dimensi-dimensi yang terkait dengan produk atau merek, seperti performance, conformance, daya tahan, keandalan, desain, gaya, reputasi dan lain-lain (Simamora, 2002).

Model sikap multiatribut menggambarkan ancangan yang berharga untuk memeriksa hubungan di antara pengetahuan produk yang dimiliki

konsumen dan sikap terhadap produk berkenaan dengan ciri atau atribut produk. Manfaat dari analisis multi atribut adalah untuk pengembangan produk baru dan untuk meramalkan bagian pasar dari produk baru (Engel


(32)

Yulita (2013), melakukan penelitian tentang tingkat kepuasan dan loyalitas konsumen produk susu cair dalam kemasan KPBS di Bandung. Atribut yang digunakan adalah rasa, aroma, desain kemasan, kandungan gizi, kandungan pengawet, kondisi kemasan, Izin BPOM, tanggal kadaluarsa, volume kemasan, lokasi, kemudahan memperoleh produk, harga dan promosi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa atribut yang harus diperbaiki sesuai dengan hasil Importance Performence Analysis (IPA) yaitu promosi, desain kemasan yang menarik, dan kandungan nilai gizi. Konsumen menilai atribut yang perlu dikembangkan oleh produsen adalah desain kemasan dan kandungan gizi. Atribut yang harus dipertahankan oleh KPBS di Bandung adalah kejelasan tanggal kadaluarsa, jaminan halal dan izin Depkes, kondisi kemasan pada saat konsumsi dan harga. Atribut lainnya yang dianggap tidak terlalu penting untuk diperbaiki dalam waktu dekat adalah lokasi pembelian, kandungan bahan pengawet, variasi rasa, kemudahan memperoleh produk, dan aroma yang khas.

Penelitian lain dilakukan oleh Yutanti (2005), mengkaji tentang perilaku konsumen rumah tangga terhadap pembelian teh di Kota Bandar Lampung. Hasil analisis terhadap atribut teh celup menunjukkan bahwa

atribut-atribut yang dipertimbangkan oleh konsumen dalam pembelian teh celup adalah rasa yang nikmat, ukuran, warna seduh, harga, merek, kemasan, bau, dan yang terakhir adalah tekstur. Atribut-atribut yang

dipertimbangkan oleh konsumen dalam pembelian teh bubuk adalah bau seduh, rasa, warna, harga, merek, ukuran, dan yang terakhir adalah tekstur.


(33)

8. Pengetahuan konsumen

Menurut Sumarwan (2003), pengetahuan konsumen adalah semua

informasi yang dimiliki konsumen mengenai berbagai macam produk dan jasa serta pengetahuan lainya yang terkait dengan produk dan jasa tersebut dan informasi yang berhubungan dengan fungsinya sebagai konsumen. Untuk bidang pemasaran dibutuhkan pembagian pengetahuan yang lebih aplikatif dan tepat. Pembagian pengetahuan dapat dibagi menjadi tiga macam yaitu pengetahuan tentang produk, pengetahuan pembelian, pengetahuan pemakaian (Engel et al., 1995).

Pengetahuan produk adalah kumpulan berbagai macama informasi mengenai produk. Pengetahuan ini meliputi katagori produk, merek, terminologi produk atribut atau fitur produk, harga produk dan kepercayaan mengenai produk (Sumarwan, 2003). Pengetahuan

pembelian mencakup berbagai informasi yang dimiliki konsumen untuk memperoleh produk, misalnya tempat pembelian dan waktu pembelian, sedangkan pengetahuan pemakaian merupakan pengetahuan informasi yang melekat pada suatu produk, meliputi nilai-nilai gizi yang dapat dikonsumsi dan cara penggunaan produk (Engel et al., 1994).

Penelitian tentang motivasi, pengetahuan, dan sikap konsumen terhadap atribut buah apel dilakukan oleh Sadeli (2012). Sampel pada penelitian ini adalah konsumen buah apel di wilayah Bandung. Hasil analisis deskriptif menunjukkan bahwa Pengetahuan konsumen yang paling tinggi tentang atribut produk buah apel lokal maupun apel impor adalah faktor kesegaran


(34)

buah. Artinya konsumen wilayah Bandung merasa pengetahuannya tentang kondisi fisik kesegaran buah apel cukup tinggi dan selanjutnya dapat menjadi salah satu faktor pertimbangan konsumen dalam memilih buah apel apa yang akan dibeli atau dikonsumsi.

9. Sikap

Menurut Sumarwan (2003), sikap (attitude) merupakan faktor penting yang dapat mempengaruhi keputusan konsumen. Konsep sikap sangat terkait dengan konsep kepercayaan (belief) dan perilaku (behavior). Menurut Prasetijo dan Ihalaw (2004), sikap terbagi atas tiga komponen yaitu komponen kognitif, komponen afektif dan komponen konatif.

Komponen kognitif adalah pengetahuan dan persepsi yang diperoleh melalui kombinasi dari pengalaman langsung dengan obyek sikap dan informasi terkait yang didapat dari sumber. Komponen afektif adalah emosi dan perasaan yang timbul terhadap suatu produk atau merek tertentu. Komponen konatif adalah kecendrungan seseorang untuk melaksanakan suatu tindakan dan perilaku dengan cara tertentu terhadap suatu obyek sikap.

Shiffman dan Kanuk dalam Sumarwan (2003), mengemukakan empat fungsi sikap yaitu fungsi utilitarian, fungsi mempertahankan ego, fungsi ekspresi nilai, dan fungsi pengetahuan. Fungsi utilitarian seseorang menyatakan sikapnya terhadap objek atau produk karena ingin


(35)

Fungsi mempertahankan ego sikap berfungsi untuk melindungi seseorang (citra diri) dari keraguan yang muncul dari dalam dirinya sendiri atau dari faktor luar yang mungkin menjadi ancaman bagi dirinya. Fungsi ekspresi nilai sikap berfungsi untuk menyatakan nilai-nilai, gaya hidup dan

identitas sosial dari seseorang. Fungsi pengetahuan keingintahuan adalah salah satu karakter konsumen yang penting. Ia selalu ingin tahu banyak hal, merupakan kebutuhan konsumen.

Dewi (2009), melakukan penelitian sikap konsumen produk susu kedelai cair murni tanpa merek dengan pembanding susu sapi di Kota Jakarta. Sampel penelitian konsumen pembeli susu kedelai tanpa merek dan susu sapi di pusat perbelanjaan. Berdasarkan hasil analisis model

multiatributFishbein terhadap susu kedelai cair tanpa merek, sikap konsumen bernilai positif yang artinya konsumen memiliki sikap mendukung terhadap produk susu kedelai cair. Skor sikap (Ao) yang diperoleh susu kedelai cair lebih tinggi dibandingkan dengan susu sapi cair yaitu 14,05 dan 8,18 yang artinya susu kedelai cair lebih disukai oleh konsumen daripada susu sapi cair.

Penelitian lain dilakukan Kilamanca (2008), terhadap sikap konsumen susu kedelai di pasar swalayan Kota Surakarta. Hasil analisis

menggunakan model sikap angka ideal menunjukkan bahwa,

sikap konsumen terhadap produk susu kedelai cair teknologi sederhana adalah sangat baik. Adapun sikap konsumen terhadap produk susu kedelai cair UHT, susu kedelai cair impor dan susu kedelai bubuk adalah baik.


(36)

10. Model multiatribut Fishbein

Model multiatribut Fishbein merupakan model untuk melihat sikap terhadap suatu obyek (Prasetijo dan Ihalaw, 2005). Analisis model sikap Fishbein digunakan untuk menunjukkan hubungan diantara pengetahuan produk yang dimiliki konsumen dan sikap terhadap produk berkenaan dengan ciri atau atribut produk (Engel, et al, 1994). Model multiattribut Fishbein dapat dirumuskan sebagai berikut:

Ao = ei. bi � �=1 Keterangan :

Ao =skor sikap terhadap susu kedelai

bi = kekuatan kepercayaan bahwa merk ‘X’ memiliki atribut i

ei = evaluasi mengenai atribut ke-i

n =jumlah atribut

i = atribut ke-I (1,2,3,…,n)

Penilaian dengan analisis Fishbein ini diambil dari perhitungan nilai rataan masing-masing atribut untuk seluruh responden, lalu diformulasikan ke dalam metode Fishbein dan hasilnya berupa nilai sikap Fishbein untuk setiap produk atau merek ‘X’ (Ao) yang ditampilkan dalam suatu tabel. Analisis multiatribut Fishbein telah digunakan dalam penelitian Mulyana (2007), dalam meneliti sikap dan perilaku konsumen susu kental manis Indomilk. Hasil menunjukkan bahwa atribut yang diyakini konsumen ada pada produk susu kental manis coklat Indomilk secara berurutan adalah


(37)

sebagai berikut rasa sesuai selera, warna menarik, manfaat bagi kesehatan, lebih lezat, lebih murah, tidak ada zat berbahaya dan mengandung nilai gizi dan ukuran cukup ideal. Berdasarkan nilai evaluasi atas masing-masing atribut, dapat diurutkan berdasarkan ranking tertinggi (yang paling disukai) hingga terendah (bukan alasan utama dalam membeli) yakni sebagai berikut lebih murah, rasa sesuai selera, mengandung nilai gizi, lebih lezat, tidak ada zat berbahaya, warna menarik, ukuran cukup ideal dan manfaat bagi kesehatan.

Dewi (2009), telah melakukan penelitian tentang sikap konsumen terhadap susu kedelai dan susu sapi. Hasil menunjukkan atribut yang harus

dipertahankan produsen dalam memproduksi susu kedelai cair adalah kandungan gizi dalam susu, rasa, aroma dan kesegaran produk saat sampai ditangan konsumen. Atribut tersebut memberikan kepuasan khususnya bagi konsumen yang tidak dapat mengonsumsi susu sapi cair.

Ketersediaan produk susu kedelai cair juga sudah cukup memuaskan konsumen.

Penelitian lain dilakukan Prabowo (2009), yang meneliti tentang sikap konsumen teh botol Sostro. Hasil analisis multiatribut Fishbein

menunjukkan bahwa berdasarkan keyakinan dan evalusai oleh responden maka diperoleh hasil sikap mahasiswa S1 Fakultas Pertanian Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Universitas Brawijaya lebih banyak yang netral terhadap Teh Botol Sosro.


(38)

B. Kerangka Pemikiran

Kebutuhan akan pangan merupakan kebutuhan yang sangat utama yang harus dipenuhi oleh manusia. Terpenuhinya pangan yang bergizi akan memberikan energi dan zat gizi lain bagi manusia untuk menjalankan aktivitas hidup. Makanan merupakan bentuk dari olahan pangan yang selalu dikonsumsi oleh manusia. Makanan harus memiliki zat gizi yang beragam dan seimbang agar bermanfaat bagi tubuh.

Enam kelompok zat gizi yang diperlukan tubuh adalah karbohitrat, protein, mineral, lemak, vitamin, dan air. Salah satu zat gizi yang berguna dalam

membentuk jaringan tubuh manusia adalah protein. Protein digolongkan menjadi dua yaitu protein hewani dan protein nabati. Protein nabati dapat diperoleh dengan mengonsumsi kedelai dan hasil olahannya. Salah satu bentuk olahan kedelai yang sering dikonsumsi dan dijumpai di pasar-pasar tradisional selain tahu dan tempe adalah susu kedelai eceran.

Perkembangan kehidupan yang selalu berkembang memberikan dampak yang besar terhadap pola makan masyarakat. Masyarakat kini mulai mengerti pentingnya memiliki pola hidup sehat dengan mengonsumsi makanan dan minuman yang bergizi salah satunya adalah susu kedelai. Susu kedelai memiliki gizi yang tinggi dan manfaat yang hampir sama dengan susu sapi. Selain itu susu kedelai mempunyai harga yang lebih murah dibandingkan dengan susu sapi. Harga yang relatif murah dan kandungan gizi yang hampir sama dengan susu sapi membuat susu kedelai dapat dikonsumsi dan diterima oleh banyak kalangan masyarakat. Produk susu kedelai memiliki atribut yang dapat menjadi


(39)

pertimbangan konsumen dalam menilai produk tersebut. Atribut yang

dipertimbangkan dalam penelitian ini meliputi harga, volume, kondisi kemasan, kemudahan memperoleh produk, kesegaran, kandungan gizi, manfaat, rasa, aroma, warna susu, dan informasi kadaluarsa. Atribut tersebut dijadikan pertimbangan dalam penelitian ini berdasarkan rujukan penelitian terdahulu mengenai produk susu kedelai, sapi dan produk lainya yang berhubungan dengan penelitian ini.

Kota Bandar Lampung merupakan pusat pemerintahan dan perekonomian Provinsi Lampung. Sebagai pusat perekonomian Provinsi Lampung penduduk Kota Bandar Lampung dapat diasumsikan memiliki banyak konsumen susu kedelai dengan karakteristik yang berbeda-beda. Karakteristik yang berbeda-beda akan mempengaruhi pola konsumsi susu kedelai eceran. Pola konsumsi pangan atau kebiasaan makan adalah cara seseorang atau kelompok memilih makanan dan memakannya sebagai tanggapan dari pengaruh fisiologis, psikologis, budaya dan sosial

Keputusan konsumen dalam mengonsumsi susu kedelai eceran dapat dikaji dengan mengetahui pola konsumsi konsumen terhadap susu kedelai eceran. Pola konsumsi susu kedelai eceran dalam penelitian ini dijadikan sebagai pola

pembelian susu kedelai eceran dengan asumsi bahwa konsumen yang

mengonsumsi susu kedelai eceran adalah konsumen yang membeli susu kedelai eceran secara langsung. Pada penelitian ini pola pembelian yang dikaji meliputi jumlah susu kedelai yang dibeli dalam kemasan dalam satuan mililiter (ml), harga per satuan dalam rupiah (Rp), frekuensi dan jumlah pembelian dalam satu bulan.


(40)

Pengetahuan dan sikap konsumen memiliki keterkaitan dalam tahapan

pengambilan keputusan pembelian konsumen. Pengetahuan konsumen terhadap produk akan memberikan pengaruh terhadap keputusan pembelian dari konsumen. Sikap dapat mencerminkan pengetahuan konsumen terhadap suatu produk.

Pengetahuan yang lebih banyak terhadap suatu produk akan mempengaruhi sikap konsumen dan dapat mengurangi resiko pembelian konsumen. Sikap konsumen menggambarkan kepercayaan konsumen terhadap atribut dan manfaat yang diperoleh dari produk susu kedelai. Kepercayaan dan sikap akan membentuk perilaku dalam menentukan pengambilan keputusan pembelian.

Penelitian mengenai perilaku konsumen terhadap susu kedelai telah dilakukan oleh Kilamanca (2008) dengan mengkaji sikap konsumen swalayan terhadap susu kedelai. Lebih lanjut Dewi (2009) telah mengkaji sikap susu kedelai tanpa merek di Kota Jakarta. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah pada cakupan penelitian yang terdapat pengetahuan konsumen. Pada penelitian ini pengetahuan dan sikap konsumen adalah objek utama yang akan diteliti.

Perbedaan lain terdapat pada sampel penelitian di mana sampel pada penelitian ini adalah konsumen yang melakukan pembelian susu kedelai eceran di empat pasar di empat wilayah Kota Bandar Lampung. Pada penelitian juga mengkaji tentang karakteristik konsumen, pola dan tahap pengambilan keputusan pembelian. Dengan mengetahui pengetahuan, sikap konsumen, tahapan keputusan pembelian dan pola pembelian yang dilakukan konsumen, akan memudahkan produsen dalam menyediakan produk sesuai dengan apa yang diinginkan konsumen. Berdasarkan penjelasan di atas maka dibuat suatu skema kerangka pemikiran penelitian yang dapat dilihat pada Gambar 2.


(41)

Gambar 2. Kerangka fikir analisis pengetahuan dan sikap konsumen dalam membeli susu kedelai eceran di Bandar Lampung Sikap Konsumen

Tahap pengambilan keputusan pembelian :

1. Pengenalan kebutuhan 4. Keputusan pembelian 2. Pencarian informasi 5. Pasca pembelian 3. Evaluasi alternatif

Atribut susu kedelai:

1. Harga 7. Manfaat

2. Volume 8. Rasa

3. Kondisi kemasan 9. Aroma

4. Kemudahan memperoleh 10. Warna susu

produk 11. Informasi kadaluarsa 5. Kesegaran

6. Kandungan gizi

Nabati Hewani

Pola hidup sehat

Pengetahuan konsumen terhadap susu kedelai eceran

Kebutuhan zat gizi (karbohidrat, protein, lemak,

vitamin, mineral, dan air)

Pola pembelian susu kedelai

Rekomendasi bagi produsen/penjual susu kedelai eceran


(42)

III. METODELOGI PENELITIAN

A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional

Konsep dasar dan definisi operasional mencakup semua pengertian dan pengukuran yang dipergunakan untuk mendapatkan data yang akan dianalisis sesuai dengan tujuan penelitian. Konsep dasar dan batasan operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

Susu kedelai eceran adalah biji kedelai murni yang diekstrak dalam bentuk cair dengan penambahan bahan makanan seperti gula, dan bahan penambah cita rasa lainnya dijual dalam bentuk eceran dalam kemasan plastik tanpa merek.

Konsumen adalah masyarakat Bandar Lampung dengan rentang usia 15-64 tahun yang mengonsumsi susu kedelai cair eceran minimal dua kali dalam satu bulan.

Pola konsumsi pangan atau kebiasaan makan adalah cara seseorang atau kelompok memilih makanan dan memakannya. Pada penelitian ini diasumsikan bahwa konsumen yang membeli susu kedelai eceran adalah konsumen yang membeli susu kedelai eceran secara langsung, sehingga konsumen yang membeli susu kedelai eceran sama dengan mengoonsumsi


(43)

susu kedelai eceran. Pola pembelian susu kedelai eceran pada penelitian ini meliputi jumlah susu kedelai yang dibeli dalam kemasan dalam satuan kantong per mililiter (ml), harga susu kedelai eceran per satuan dalam rupiah (Rp), frekuensi dan jumlah pembelian dalam satu bulan.

Perilaku konsumen adalah suatu tindakan konsumen dalam mendapatkan, mengonsumsi serta proses pengambilan keputusan pembelian terhadap susu kedelai eceran.

Tahap pengenalan kebutuhan adalah keadaan responden menyadari kebutuhan akan manfaat dan pentingnya mengonsumsi susu kedelai. Tahap ini diukur menggunakan kuesioner melalui pertanyaan mengenai manfaat yang didapatkan responden dari pembelian susu kedelai sehingga

menimbulkan motivasi untuk melakukan pembelian.

Tahap pencarian informasi adalah tindakan pencarian informasi oleh responden, tahap ini diukur menggunakan kuesioner melalui pertanyaan mengenai sumber informasi utama yang digunakan responden, media

informasi yang paling berpengaruh, aspek informasi yang menarik perhatian, dan fokus perhatian responden terhadap informasi.

Tahap evaluasi alternatif adalah tindakan responden menilai dan

membandingkan informasi tentang berbagai macam atribut yang dimiliki susu kedelai. Tahap ini diukur menggunakan kuesioner melalui pertanyaan

mengenai kriteria yang menjadi pertimbangan responden saat membeli susu kedelai.


(44)

Tahap pembelian adalah tindakan responden dalam mengambil keputusan mengenai produk yang dibeli, kapan membeli, di mana membeli, dan bagaimana membeli. Tahap ini diukur menggunakan kuesioner melalui pertanyaan kapan membeli, di mana membeli, bagaimana cara memutuskan, dan pengaruh keluarga pihak yang mempengaruhi responden dalam

pembelian susu kedelai.

Tahap perilaku pasca pembelian adalah tindakan responden dalam menilai susu kedelai yang telah dibelinya. Tahap ini diukur menggunakan kuesioner melalui pertanyaan mengenai tingkat kepuasan yang diperoleh responden setelah membeli susu kedelai tersebut, serta tindakan konsumen setelah membeli susu kedelai, apakah akan membeli kembali atau tidak.

Pengetahuan Konsumen adalah informasi yang dimiliki konsumen tentang susu kedelai. Pengetahuan konsumen ini meliputi pengetahuan konsumen produk, pengetahuan terhadap pembelian, dan pengetahuan pemakaian terhadap susu kedelai eceran. Diukur dengan mengumpulkan hasil jawaban responden yang benar terhadap16 pertanyaan yang diajukan dalam kuesioner dalam bentuk persentase (%). Kemudian dilanjutkan dengan menganalisis jawaban tersebut secara deskriptif.

Pengetahuan produk adalah kumpulan berbagai macam informasi

mengenai produk. Pada penelitian ini pengetahuan terhadap produk meliputi harga (Rp), volume (ml), kondisi kemasan, rasa , aroma, warna susu susu kedelai, kesegaran.


(45)

Pengetahuan pembelian mencakup berbagai informasi yang dimiliki konsumen untuk memperoleh produk. Pada penelitian ini pengetahuan pembelian meliputi kemudahan memperoleh produk.

Pengetahuan pemakaian merupakan pengetahuan informasi yang melekat pada suatu produk. Pada penelitian ini pengetahuan pemakaian meliputi kandungan nilai gizi, manfaat, informasi kadaluarsa.

Sikap konsumen adalah faktor yang berpengaruh dalam keputusan konsumen. Dalam pengukuran ini konsep sikap yang berkaitan dengan konsep

kepercayaan (belief) dan perilaku (behavior). Dalam penelitian ini sikap konsumen akan diukur dengan menggunakan analisis model multiatribut Fishbein dengan cara mencari skor sikap konsumen (Ao) dengan mengalikan skor evaluasi atribut (ei) dengan kekuatan kepercayaan atribut (bi).

Aribut susu kedelai adalah karakteristik yang melekat pada produk susu kedelai eceran. Pada penelitian ini atribut susu kedelai digunakan untuk mengukur sikap konsumen dan dijadikan acuan untuk menguji pengetahuan terhadap susu kedelai eceran di Bandar Lampung.

Harga adalah sejumlah uang yang dikeluarkan responden dalam melakukan pembelian susu kedelai yang diukur dengan menggunakan satuan rupiah (Rp). Dalam penelitian ini atribut harga digunakan dalam mengukur sikap konsumen dengan cara memberikan skor (2), (1), (0), (-1), (-2), untuk

evaluasi produk skor (2) “sangat suka” hingga skor (-2) “sangat tidak suka”.


(46)

mahal”. Atribut harga juga digunakan dalam acuan pernyantaan benar dan

salah mengenai pengetahuan konsumen terhadap produksusu kedelai eceran.

Volume adalah banyaknya susu kedelai yang ada pada suatu kemasan saat konsumen membeli susu kedelai pada pedagang yang diukur dalam satuan mililiter (ml). Dalam penelitian ini atribut volume digunakan dalam

mengukur sikap konsumen dengan cara memberikan skor (2), (1), (0), (-1),

(-2), untuk evaluasi produk skor (2) “sangat suka” hingga skor (-2) “sangat

tidak suka”. Kepercayaan produk skor (2) “sangat banyak” hingga skor (-2)

“sangat sedikit”. Atribut volume juga digunakan dalam acuan pernyantaan

benar dan salah mengenai pengetahuan konsumen terhadap produk susu kedelai eceran.

Kondisi kemasan adalah tingkat kelayakan fisik luar bungkus produk susu kedelai dalam penelitian itu kemasan dalam bentuk plastik tanpa merek. Dalam penelitian ini atribut kondisi kemasan digunakan dalam mengukur sikap konsumen dengan cara memberikan skor (2), (1), (0), (-1), (-2), untuk

evaluasi produk skor (2) “sangat suka” hingga skor (-2) “sangat tidak suka”.

Kepercayaan produk skor (2) “sangat bersih” hingga skor (-2) “sangat

kotor”. Atribut kondisi kemasan juga digunakan dalam acuan pernyantaan

benar dan salah mengenai pengetahuan konsumen tentang produk susu kedelai eceran.

Rasa adalah tanggapan indera pengecap saat mengonsumsi susu kedelai seperti pahit, manis, asam, asin. Dalam penelitian ini atribut rasa digunakan dalam mengukur sikap konsumen dengan cara memberikan skor (2), (1), (0),


(47)

(-1), (-2), untuk evaluasi produk skor (2) “sangat suka” hingga skor (-2)

“sangat tidak suka”. Kepercayaan produk skor (2) “sangat enak” hingga skor

(-2) “sangat tidak enak”. Atribut rasa juga digunakan dalam acuan

pernyantaan benar dan salah mengenai pengetahuan konsumen tentang produk susu kedelai eceran.

Aroma adalah bau yang khas pada susu kedelai. Dalam penelitian ini atribut aroma digunakan dalam mengukur sikap konsumen dengan cara memberikan skor (2), (1), (0), (-1), (-2), untuk evaluasi produk skor (2) “sangat suka” hingga skor (-2) “sangat tidak suka”. Kepercayaan produk skor (2) “sangat

khas kedelai” hingga skor (-2) “sangat tidak khas kedelai”. Atribut aroma

juga digunakan dalam acuan pernyantaan benar dan salah mengenai pengetahuan konsumen tentang produk susu kedelai eceran.

Warna adalah kesan yang didapatkan konsumen saat melihat susu kedelai. Dalam penelitian ini atribut warna digunakan dalam mengukur sikap

konsumen dengan cara memberikan skor (2), (1), (0), (-1), (-2), untuk

evaluasi produk skor (2) “sangat suka” hingga skor (-2) “sangat tidak suka”.

Kepercayaan produk skor (2) “sangat putih pekat” hingga skor (-2) “sangat

tidak putih pekat”. Atribut warna juga digunakan dalam acuan pernyantaan

benar dan salah mengenai pengetahuan konsumen tentang produk susu kedelai eceran.

Kesegaran adalah rasa segar yang didapatkan konsumen setelah

mengonsumsi susu kedelai. Dalam penelitian ini atribut kesegaran digunakan dalam mengukur sikap konsumen dengan cara memberikan skor


(48)

(2), (1), (0), (-1), (-2), untuk evaluasi produk skor (2) “sangat suka” hingga skor (-2) “sangat tidak suka”. Kepercayaan produk skor (2) “sangat segar” hingga skor (-2) “sangat tidak segar”. Atribut kesegaran juga digunakan dalam acuan pernyantaan benar dan salah mengenai pengetahuan konsumen tentang produk susu kedelai eceran.

Kemudahaan memperoleh produk adalah akses yang dapat dijangkau oleh konsumen dalam mengonsumsi susu kedelai. Dalam penelitian ini atribut kemudahan memperoleh produk digunakan dalam mengukur sikap konsumen dengan cara memberikan skor (2), (1), (0), (-1), (-2), untuk evaluasi produk

skor (2) “sangat suka” hingga skor (-2) “sangat tidak suka”. Kepercayaan

produk skor (2) “sangat mudah memperoleh” hingga skor (-2) “sangat sulit

diperoleh”. Atribut kemudahan memperoleh produk juga digunakan dalam acuan pernyantaan benar dan salah mengenai pengetahuan konsumen tentang pembelian susu kedelai eceran.

Kandungan gizi adalah zat gizi utama yang terkandung dalam susu kedelai meliputi protein, kalsium, fosfor, besi, vitamin A, lemak dan zat gizi lainnya yang terkandung dalam susu kedelai. Dalam penelitian ini atribut kandungan nilai gizi digunakan dalam mengukur sikap konsumen dengan cara

memberikan skor (2), (1), (0), (-1), (-2), untuk evaluasi produk skor (2)

“sangat suka” hingga skor (-2), “sangat tidak suka”. Kepercayaan produk

skor (2) “sangat lengkap” hingga skor (-2) “sangat tidak lengkap”. Atribut


(49)

salah mengenai pengetahuan konsumen tentang pemakaian produk susu kedelai eceran.

Manfaat adalah kegunaanyang terdapat dalam susu kedelai eceran yang dapat dirasakan konsumen setelah mengonsumsi susu kedelai eceran. Dalam penelitian ini atribut manfaat digunakan dalam mengukur sikap konsumen dengan cara memberikan skor (2), (1), (0), (-1), (-2), untuk evaluasi produk

skor (2) “sangat suka” hingga skor (2) “sangat tidak suka”. Kepercayaan

produk skor (2) “sangat bermanfaat” hingga skor (-2) “sangat tidak

bermanfaat”. Atribut manfaat juga digunakan dalam acuan pernyantaan

benar dan salah mengenai pengetahuan konsumen tentang pemakaian produk susu kedelai eceran.

Informasi kadaluarsa adalah informasi yang diterima konsumen tentang lama susu kedelai dapat dikonsumsi. Dalam penelitian ini atribut informasi kadaluarsa digunakan dalam mengukur sikap konsumen dengan cara memberikan skor (2), (1), (0), (-1), (-2) untuk evaluasi produk skor (2)

“sangat suka” hingga skor (-2) “sangat tidak suka”. Kepercayaan produk

skor (2) “sangat jelas” hingga skor (-2) “sangat tidak jelas”. Atribut

informasi kadaluarsa juga digunakan dalam acuan pernyantaan benar dan salah mengenai pengetahuan konsumen tentang pemakaian produk susu kedelai eceran.

Adapun ringkasan mengenai cakupan dalam penelitian yaitu pengetahuan dan sikap konsumen yang akan digunakan dalam penelitian ini disajikan dalam Tabel 4.


(50)

Tabel 4. Ringkasan konsep dasar dan batasan operasional

Cakupan Definisi Atribut Cara Pengukuran

Pengetahuan produk Pengetahuan pembelian Pengetahuan pemakaian kumpulan berbagai macam informasi mengenai produk. mencakup berbagai informasi yang dimiliki konsumen untuk memperoleh produk. merupakan pengetahuan informasi yang melekat pada suatu produk.

1. Harga (Rp) 2. Volume (ml) 3. Kondisi kemasan 4. Rasa 5. Aroma 6. Warna 7. Kesegaran 1. Kemudahan memperoleh produk

1. Kandungan gizi 2. Manfaat 3. Informasi

kadaluarsa

Pengetahuan konsumen di ukur dengan memberikan 16 pernyantaan benar dan salah. Skor 1 diberikan untuk jawaban benar dan skor 0 diberikan untuk jawaban salah dengan kriteria tingkatan pengetahuan sebagai berikut :

a. Baik : >80% b. Sedang : 60%-80% c. Kurang :< 60%

Faktor yang berpengaruh dalam keputusan konsumen.

Sikap Dalam pengukuran

ini konsep sikap yang berkaitan dengan konsep kepercayaan (belief) dan perilaku (behavior).

1. Harga (Rp) 2. Volume (ml) 3. Kondisi kemasan 4. Rasa 5. Aroma 6. Warna 7. Kesegaran 8. Kemudahan memperoleh produk

9. Kandungan nilai gizi 10. Manfaat 11. Infomasi kadaluarsa Variabel ei menggambarkan evaluasi atribut-atribut yang terdapat pada susu kedelai eceran yang diukur dengan skor satu (-2) untuk sangat sangat tidak suka sampai dengan skor lima (2) untuk sangat suka. Skor pengukuran terhadap bi sama dengan pengukuran skor ei yaitu (2), (1), (0), (-1), (-2).

B. Lokasi, Waktu dan Sampel Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di empat wilayah Kota Bandar Lampung. Penelitian dilakukan di empat pasar tradisional yaitu Pasar Pasir Gintung


(51)

(Tanjung Karang Pusat), Pasar Perumnas Way Halim (Kedaton), Pasar Kangkung (Teluk Betung Selatan) dan Pasar Tugu (Tanjung Karang Timur). Pemilihan lokasi tersebut dilakukan secara sengaja (purposive) dengan

pertimbangan bahwa empat pasar traditional tersebut berada di empat wilayah dengan jumlah penduduk terbesar di Kota Bandar Lampung. Jumlah

penduduk, luas wilayah, dan kepadatan penduduk per kecamatan di Kota Bandar Lampung tahun 2012 dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Jumlah penduduk, luas wilayah, dan kepadatan Penduduk per kecamatan di Kota Bandar Lampung tahun 2012.

Kecamatan Jumlah Luas Wilayah Kepadatan

Penduduk Km2 Penduduk

Teluk Betung Barat 61.210 20,99 2.916

Teluk Betung Timur

Teluk Betung Selatan 93.665 10,07 9.301

Bumi Waras

Panjang 64.925 21,16 3.068

Tanjung Karang Timur 90.812 21,11 4.302

Kedamaian

Teluk Betung Utara 63.935 10,38 6.159

Tanjung Karang Pusat 74.586 6,68 11.166

Enggal

Tanjung Karang Barat 65.124 15,14 4.301

Kemiling 72.582 27,65 2.625

Langkapura

Kedaton 89.695 10,88 8.244

Rajabasa 45.848 13,02 3.521

Tanjung Seneng 42.279 11,63 3.635

Labuhan Ratu

Sukarame 72.751 16,87 4.312

Sukabumi 65.473 11,64 5.625

Way Halim

Sumber : BPS, 2013

Keempat pasar tradisional tersebut terpilih berdasarkan pertimbangan bahwa pasar-pasar tersebut merupakan pasar-pasar besar yang ada di Kota Bandar Lampung dan mewakili empat wilayah dengan jumlah penduduk terbesar yang ada di Kota Bandar Lampung. Selain itu, pasar-pasar tersebut berada di


(52)

pusat perkotaan, sehingga mudah diakses oleh masyarakat kota Bandar Lampung, beroperasi setiap hari, dan terdapat penjual susu kedelai eceran sehingga diduga karakteristik responden sangat beragam dari berbagai kalangan dan dapat mewakili konsumen susu kedelai yang berada di daerah Bandar Lampung.

Pemilihan Kota Bandar Lampung sebagai tempat penelitian didasarkan pertimbangan bahwa Kota Bandar Lampung merupakan pusat pemerintahan dan pusat perekonomian Provinsi Lampung, di mana karakteristik

masyarakatnya sangat beragam dari sisi sosial, budaya dan ekonomi, sehingga dianggap telah mewakili masyarakat yang ada di Kota lain di Provinsi Lampung. Pengambilan data dilakukan pada bulan Februari sampai dengan Maret 2014.

Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan metode Convenience Sampling (pengambilan sample secara kemudahan) yang termasuk ke dalam teknik pengambilan sampel non peluang. Dalam metode ini sampel diambil berdasarkan ketersediaan elemen dan kemudahan untuk mendapatkannya. Sampel pada penelitian ini didasarkan pada konsumen susu kedelai eceran yang membeli dan mengonsumsi susu kedelai eceran di Kota Bandar

Lampung. Penentuan jumlah sampel dilakukan dengan menggunakan rumus

Slovin (Simamora, 2002).

�= N

1 + N e2

Keterangan :


(53)

N = Jumlah populasi di kota Bandar Lampung tahun 2012 untuk usia 15 sampai 64 tahun adalah 629.403 (BPS Kota Bandar Lampung 2013) e = Nilai kritis atau batas ketelitian yang digunakan (persen kelonggaran

penelitian karena kesalahan pengambilan sampel populasi dengan asumsi 10 persen) Sehingga :

�= 629.403

1 + 629.403 10%)2 = 99,98≈ 100 orang

Seluruh jumlah sampel dalam penelitian ini sama dengan jumlah responden yang akan diteliti, dikarenakan sampel dan responden dari penelitian ini adalah sama yaitu konsumen susu kedelai yang membeli susu kedelai di empat pedagang di empat pasar yang telah ditetapkan. Selanjutnya 100 responden baik laki-laki maupun perempuan terpilih tersebut dibagi berdasarkan empat pedagang yang berada di empat pasar tradisional yang telah ditentukan sehingga jumlah responden yang diambil dari masing-masing pedagang berjumlah 25 responden.

Syarat-syarat konsumen yang akan dijadikan responden adalah penduduk kota bandar lampung dengan rentang usia 15 tahun hingga 64 tahun yang membeli susu kedelai cair minimal dua kali dalam satu bulan terakhir. Pada rentang usia 15-64 tahun sudah mewakili responden dengan usia remaja, usia dewasa maupun lansia yang masih produktif maupun tidak. Dengan usia responden yang beragam dapat membuktikan bahwa susu kedelai dapat mencakup hampir semua kalangan umur masyarakat


(54)

C. Metode Pengumpulan Data dan Jenis Data

Penelitian ini dilakukan dengan metode survei dan populasinya adalah

masyarakat Kota Bandar Lampung dengan rentang usia 15 sampai dengan 64 tahun yang membeli dan mengonsumsi susu kedelai eceran. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan cara wawancara langsung dengan responden berdasarkan daftar pertanyaan (kuesioner) yang telah dipersiapkan. Data sekunder diperoleh secara tidak langsung melalui buku, jurnal, skripsi, instansi terkait, maupun internet yang berhubungan dengan konsep dan permasalahan yang diteliti.

D. Analisis Data

Analisis data merupakan bagian yang penting dalam metode ilmiah karena dengan menganalisis data, maka kita dapat memberikan makna yang bermanfaat di dalam memecahkan masalah penelitian serta dapan

menghasilkan suatu ide untuk pengembangan ke depan. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif kuantitatif.

Pengolahan data menggunakan Microsoft Office Excel 2007 dan Statistical Package for the Social Sciences (SPSS 16).

1. Uji validitas dan reliabilitas

Sebelum melakukan analisis terhadap sikap konsumen terhadap susu kedelai eceran, terlebih dahulu dilakukan uji validitas dan reliabilitas. Uji


(55)

validitas dan uji reliabilitas digunakan untuk menguji atribut susu kedelai eceran pada kuesioner yang telah diisi oleh 30 responden pertama. Pengujian responden dilakukan untuk mengetahui sejauh mana atribut-atribut susu kedelai dalam kuesioner telah tepat dan dapat digunakan dalam penelitian.

a. Uji validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen (Arikunto, 2002). Menurut Sugiyono (2009), hasil penelitian yang valid bila terdapat kesamaan antara data yang terkumpul dengan data yang sesungguhnya terjadi. Uji validitas dilakukan untuk mengukur pernyataan yang ada dalam

kuesioner.

Pada penelitian ini uji validitas dilakukan pada 30 responden pertama untuk mengetahui apakah atribut-atribut yang dianggap penting oleh responden sudah dapat diandalkan atau belum. Validitas suatu data tercapai jika pernyataan tersebut mampu mengungkapkan apa yang akan diungkapkan. Uji validitas dilakukan dengan mengkorelasikan masing-masing pernyataan dengan jumlah skor untuk masing-masing variabel. Rincian skor uji validitas disajikan pada Tabel 27 dan 28 (lampiran).

Uji validitas dilakukan berdasarkan tabel nilai korelasi Product Moment


(56)

atribut dengan r-tabel. Nilai r tabel dapat diperoleh melalui tabel r dengan df (degree of freedom)=n-2 dengan signifikansi 5 %. Uji validitas dilakukan terhadap 30 responden (n=30) pertama, sehingga diperoleh r-tabel dengan n= 30-2= 28 dan signififikansi 5 % adalah 0,312 (Sujarweni 2012). Arikunto (2002), menyatakan bahwa validitas variabel dihitung berdasarkan korelasi antara skor masing-masing pertanyaan dengan skor total rumus sebagai berikut:

r hitung = � � � − �

×( �)

(� 2)−( �)2 × (� 2)−( �)2

Keterangan :

r = koefisien korelasi (validitas) X = skor pada atribut item n Y = skor total atribut

XY = skor pada atribut item n dikalikan skor total n = banyaknya atribut

Dasar pengambilan keputusan adalah sebagai berikut.

1) Jika r hitung > r tabel, maka variabel tersebut dinyatakan valid. 2) Jika r hitung < r tabel, maka variabel tersebut dinyatakan tidak

valid.

Pada penelitian ini atribut-atribut yang akan di uji validitas adalah Atribut-atribut yang terdapat pada produk susu kedelai yaitu rasa, aroma , kesegaran, volume, warna susu, harga, kandungan nilai gizi, manfaat, informasi kadaluarsa, kemudahan mendapatkan produk,


(57)

kondisi kemasan. Hasil uji validitas atribut-atribut susu kedelai eceran di Bandar Lampung disajikan pada Tabel 6.

Tabel 6. Hasil uji validitas evaluasi atribut (ei) dan kepercayaan atribut (bi) konsumen susu kedelai eceran di Bandar Lampung

Atribut yang di uji ei

(r-hitung1)

bi (r-hitung2)

Keterangan

Harga 0,531 0,416 Valid

Volume 0,649 0,509 Valid

Kondisi Kemasan 0,587 0,650 Valid

Kemudahan memperoleh produk 0,683 0,513 Valid

Kesegaran 0,466 0,583 Valid

Kandungan gizi 0,536 0,465 Valid

Manfaat 0,421 0,662 Valid

Rasa 0,637 0,694 Valid

Aroma 0,688 0,574 Valid

Warna susu 0,408 0,403 Valid

Informasi kadaluarsa 0,098 0,204 Tidak Valid

Berdasarkan hasil uji validitas terhadap terhadap evaluasi atribut (ei) dan kepercayaan atribut (bi) menunjukkan bahwa atribut harga, volume, kondisi kemasan, kemudahan memperoleh produk, kesegaran, kandungan gizi, manfaat, rasa, aroma, dan warna susu memiliki nilai hasil uji validitas di atas angka 0,312 sehingga dapat diartikan bahwa terdapat sepuluh atribut yang dinyatakan valid. Atribut yang memiliki angka di bawah 0,312 adalah informasi kadaluarsa sehingga atribut ini dinyatakan tidak valid., artinya informasi kadaluarsa bukan merupakan karakter yang ada pada susu kedelai eceran. Setelah dinyatakan valid sepuluh atribut kemudian di uji reliabilitasnya. Rincian hasil uji validitas evaluasi produk (ei) dan kepercayaan produk (bi) dapat dilihat pada Tabel 29 dan 30 (lampiran).


(58)

b. Uji reliabilitas

Setelah dilakukan uji validitas terhadap atribut-atribut susu kedelai kemudian dilanjutkan dengan melakukan uji reliabilitas. Suatu alat disebut reliabel apabila dalam beberapa kali pelaksanaan pengukuran terhadap kelompok subjek diperoleh hasil yang relatif sama selama aspek yang diukur belum berubah. Uji Realibilitas diukur

menggunakan rumus Cronbach’sAlpha (Arikunto, 2002) sebagai berikut.

α = 

  

 2

2

1

1 i

i k

k

 

Keterangan :

α = koefisien reliabilitas alpha

k = banyaknya butir pertanyaan (10 atribut valid)

σi = jumlah varians (ei =12,48, bi =16,33) σi2= jumlah varians butir (ei =4,50, bi= 5,70)

Keseluruhan pertanyaan (atribut) dikatakan reliabel di mana jika nilai alpha:

(a) 0,8-1,0 = Reliabilitas baik (b) 0,6-0,799 = Reliabilitas diterima (c) < 0,6 = Reliabilitas kurang baik

Uji reliabilitas dilakukan setelah menghilangkan atribut susu kedelai eceran yang tidak valid sehingga hanya atribut-atribut yang memiliki nilai valid yang di uji reliabilitas. Hasil uji reliabilitas atribut-atribut susu kedelai eceran di Bandar Lampung disajikan pada Tabel 7.


(59)

Tabel 7. Hasil uji reliabilitas evaluasi atribut (ei) dan kepercayaan atribut (bi) konsumen susu kedelai eceran di Bandar Lampung

Hasil uji reliabilitas menunjukkan bahwa nilai Croanbach’s Alpha pada evaluasi atribut (ei) sebesar 0,766 dan kepercayaan terhadap atribut (bi) sebesar 0,750. Nilai tersebut berada pada rentang 0,6-0,799 artinya reliabilitas semua pertanyaan yang diajukan dalam kuesioner diterima. Dengan demikian data yang dihasilkan layak untuk dianalisis. Rincian hasil uji reliabilitas evaluasi produk (ei) dan kepercayaan produk (bi) dapat dilihat pada Tabel 31 dan 32 dalam lampiran.

2. Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif digunakan untuk menjawab tujuan pertama, kedua, dan tiga. Untuk menjawab tujuan pertama analisis deskriptif digunakan untuk mengetahui karakteristik umum konsumen produk susu kedelai eceran di Bandar Lampung meliputi usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, pendapatan, perbedaan individu, pengaruh lingkungan serta proses keputusan pembelian (pengenalan kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternatif, proses pembelian, evaluasi hasil) yang dikumpulkan melalui kuesioner yang kemudian akan dianalisis secara deskriptif. Tujuan dua yaitu mengetahui pola pembelian dan tahap pengambilan keputusan pembelian konsumen terhadap susu kedelai eceran. Pola

Atribut Nilai cronbach’s

alpha

Keterangan

Evaluasi atribut (ei) 0,766 Reliabel


(60)

pembelian konsumen di analisis dengan cara memberikan pertanyaan melalui kuesioner tentang jumlah pembelian, harga per satuan pembelian dan frekuensi pembelian susu kedelai selama satu bulan. Kemudian data kuesioner tersebut dikumpulkan kemudian diidentifikasi dan dianalisis secara deskriptif.

Tujuan ketiga tentang pengetahuan konsumen terhadap susu kedelai eceran di Bandar Lampung di analisis secara deskriptif dengan memberikan enam belas pertanyaan dengan pilihan benar atau salah kepada responden

melalui kuesioner tentang pengetahuan konsumen terhadap atribut-atribut yang ada pada susu kedelai eceran. Pernyataan tersebut diantaranya mengenai enam pernyataan benar dan salah tentang kandungan gizi, dan masing-masing satu pernyataan benar dan salah mengenai rasa, aroma, kesegaran, volume, warna, manfaat, kemudahan mendapatkan produk, kadaluarsa, kondisi kemasan, dan harga yang terdapat pada susu kedelai eceran. Setiap pernyataan mampu dijawab dengan benar oleh responden akan mendapatkan skor (1), sedangkan jawaban yang dianggap salah diberikan skor (0). Apabila semua pernyataan mampu dijawab dengan benar maka nilai tertinggi yang diperoleh adalah sebesar 16.

Indikator pengukuran pengetahuan konsumen pada penelitian ini

berdasrkan Khomsan (2000), yaitu apabila skor jawaban responden >80% dari nilai tertinggi maka tingkat pengetahuan adalah baik, skor jawaban responden 60%-80% dari nilai tertinggi maka tingkat pengetahuan adalah


(61)

sedang dan apabila skor jawaban responden < 60% dari nilai tertinggi maka tingkat pengetahuan adalah kurang.

3. Analisis Model Multiatribut Fishbein

Analisis model multiatributFishbein digunakan untuk menjawab tujuan keempat yaitu mengetahui sikap konsumen terhadap produk susu kedelai eceran di Bandar Lampung. Metode Fishbein digunakan dalam

menganalisis sikap dan preferensi konsumen yang diformulasikan sebagai berikut:

Ao = ei. bi

� �=1

Keterangan :

Ao =skor sikap terhadap susu kedelai eceran

ei =evaluasi mengenai atribut ke-i

bi = kekuatan kepercayaan bahwa atribut susu kedelai eceran memiliki atribut ke-i

n = Jumlah atribut

i = atribut ke-I (1, 2, 3,…,n)

Variabel Ao merupakan sikap konsumen terhadap produk (dalam hal ini adalah susu kedelai eceran), yang diperoleh melalui hasil perkalian setiap skor evaluasi (ei) dengan skor kepercayaan (bi) konsumen terhadap atribut susu kedelai eceran.


(1)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Karakteristik konsumen susu kedelai eceran di Kota Bandar lampung adalah laki-laki dan perempuan dengan rentang usia 21-60 tahun. Sebagian besar konsumen adalah perempuan. Konsumen susu kedelai eceran memiliki jenjang pendidikan SD hingga Sarjana. Pekerjaan konsumen sebagian besar adalah ibu rumah tangga sebanyak 56 persen. Pekerjaan pasangan didominasi oleh wiraswasta dan pegawai swasta. Sebagian besar pendapatan keluarga konsumen adalah sebesar

Rp2.000.000,00-Rp3.000.000,00 per bulan.

2. Pembelian konsumen susu kedelai eceran di Kota Bandar Lampung sangat beragam. Umumnya pola konsumsi konsumen dalam pembelian susu kedelai eceran adalah membeli susu kedelai eceran kemasan plastik 240 ml atau setara dengan satu gelas. Sebagian besar konsumen melakukan pembelian susu kedelai eceran dengan frekuensi 12 kali per bulan. Perilaku konsumen dalam memutuskan pembelian susu kedelai eceran melalui lima tahapan pengambilan keputusan pembelian. Manfaat yang utama yang diharapkan konsumen dalam membeli susu kedelai eceran adalah menyehatkan tubuh. Sebagian besar konsumen mengetahui


(2)

informasi mengenai susu kedelai eceran melalui anggota keluarga. Pertimbangan konsumen dalam membeli susu kedelai eceran adalah manfaat dan kandungan gizi. Sebagian besar konsumen membeli susu kedelai eceran di pasar tradisional. Pembelian yang dilakukan konsumen dengan cara terencana.

3. Rata-rata tingkat pengetahuan konsumen susu kedelai eceran berada pada kategori sedang yaitu sebesar 76,5 persen terhadap 16 pernyataan yang diajukan. Pengetahuan konsumen yang sedang menandakan tidak semua konsumen memiliki pengetahuan yang baik terhadap atribut yang ada pada susu kedelai. Namun umumnya dalam membeli susu kedelai eceran konsumen telah memiliki pengetahuan yang baik mengenai harga, kesegaran, kandungan gizi dan manfaat.

4. Hasil analisis sikap menunjukkan atribut yang paling disukai dan dipercayai oleh konsumen adalah kemudahan memperoleh produk dan manfaat susu kedelai. Berdasarkan skor sikap (Ao) atribut kemudahan memperoleh produk mendapatkan nilai tertinggi yaitu 2,02 kemudian diikuti dengan atribut manfaat dengan 1,75. Atribut konsisi kemasan merupakan atribut yang memperoleh skor sikap terendah dibandingkan atribut lainnnya. Skor sikap (Ao) susu kedelai eceran sebesar 9,50 berada pada kategori positif dan sangat disukai oleh konsumen.


(3)

110 B. Saran

1. Produsen hendaknya memperhatikan kondisi kemasan karena atribut tersebut memperoleh nilai sikap terendah dan dianggap belum

sepenuhnya bersih (cukup bersih) oleh konsumen. Sehubungan dengan hal tersebut maka produsen harus memulai mengemas susu kedelai dalam bentuk kemasan lebih terjamin kebersihannya. Salah satunya dengan menggunakan gelas cup tertutup atau menggunakan kemasan yang telah memiliki label mengenai keterangan kadaluarsa maupun informasi lainnya. Konsumen akan merasa lebih aman dalam mengkonsumssi susu kedelai eceran apabila kondisi kemasan susu kedelai eceran dalam keadaan bersih.

2. Sebaiknya penjual susu kedelai eceran melakukan promosi terhadap produk susu kedelai eceran yang dijualnya, karena belum seluruh konsumen mengetahui tempat pembelian susu kedelai. Penjual dapat melakukan promosi sederhana dengan menggunakan media periklanan seperti menggunakan spanduk/banner pada tempat mereka berjualan.

3. Melihat pada penelitian ini jenis susu kedelai yang diteliti adalah susu kedelai cair eceran, maka perlu dilakukan penelitian jenis susu kedelai yang lebih beragam seperti susu kedelai cair atau bubuk bermerek untuk memperoleh informasi yang lebih komprehensif tentang susu kedelai. Tentunya susu kedelai yang bermerek telah memiliki kondisi kemasan yang lebih baik dari pada yang dijual secara eceran.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Almatsier, S. 2003. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta. EGC. Arikunto, S. 2002. Metodologi Penelitian. Rineka Cipta. Jakarta. Astawan, M. 2004. Tetap Sehat dengan Produk Makanan Olahan. Tiga

Serangkai. Solo.

Badan Ketahanan Pangan. 2012. Roadmap Diversivikasi Pangan 2011-2015. Badan Ketahanan Pangan Kementrian Pertanian RI. Jakarta.

BPS (Badan Pusat Statistik). 2013. Kota Bandar Lampung Dalam Angka. Badan Pusat Statistik Kota Bandar Lampung. Bandar Lampung.

Chasanah, N. 2010. Analisis perilaku konsumen dalam membeli produk susu instan di pasar modern Kota Surakarta . Skripsi. Fakultas Pertanian. Universitas Sebelas Maret. Surakarta

Dewi, A.L. 2009. Analisis sikap konsumen terhadap produk susu kedelai cair murni tanpa merek di Kota Jakarta. Skripsi. Jurusan Agribisnis, Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor

Direktorat Jendral Peternakan dan Kesehatan Hewan. 2012. Bersama membangun persusuan nasional. Diakses tanggal 13 Desember 2013.

ditjennak.deptan.go.id

Engel, J.F, Roger D.B, Paul W.M. 1994. Perilaku Konsumen. Jilid I. Binarupa Aksara. Jakarta.

Ginting, E. 2010. Petunjuk Teknis, Produk Olahan Kedelai (Materi Pelatihan Agribisnis Bagi KMPH). Balai Penelitian Kacang Kacangan dan Umbi Umbian. Malang.

Indriani, Y. 2007. Gizi dan Pangan (Buku Ajar). Universitas Lampung. Bandar Lampung.


(5)

112 Koswara, S. 2006. Susu Kedelai Tak Kalah Dengan Susu Sapi. Ebookpangan.

com. Diakses pada tanggal 14 Januari 2014.

Kotler, P. 2000. Manajemen Pemasaran. Jilid 1 dan 2. Bumi Aksara. Jakarta. Kilamanca, M.C. 2008. Sikap konsumen pasar swalayan terhadap produk susu

kedelai di Kota Surakarta. Skripsi. Jurusan Agribisnis, Fakultas Pertanian. Universitas Negri Sebelas Maret. Surakarta

Lamina. 1989. Kedelai dan Pengembangannya. CV Simplex. Jakarta Mulyana dan Syarif. 2007. Analisis sikap dan perilaku konsumen terhadap

pembelian produk (studi kasus produk susu kental manis coklat Indomilk pada konsumen Jakarta). Jurnal Ilmiah Kesatuan. Vol. 9, No. 2.

Noviana, A. 2013. Perilaku konsumen dalam pembelian tanaman hias di Kecamatan Pekalongan Kabupaten Lampung Timur. Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Prabowo. 2009. Analisis sikap konsumen teh botol sosro berdasarkan atribut-atribut produk. AGRISE. Vol IX, No. 1 Januari 2009, ISSN: 1412-1425. Prasetijo, R dan Ihalauw, J. 2005. Perilaku Konsumen. Andi Offset.

Yogyakarta.

Sadeli. 2012. Motivasi, pengetahuan, dan sikap konsumen terhadap atribut komoditas apel lokal dan apel impor: (studi kasus pada konsumen buah apel lokal dan apel impor di wilayah kota bandung). Sosiohumaniora. Vol. 14, No. 2, Juli 2012 : 142 - 154 14.

Setiavani, G. 2012. Inovasi Pembuatan Susu Kedelai Tanpa Rasa Langu. http:// www.Stppmedan.ac.id. Diakses pada tanggal 15 Juni 2014.

Setiadi, N.J. 2010. Edisi Revisi. Perilaku Konsumen : Perspektif Kontemporer Pada Motif, Tujuan, dan Keinginan Konsumen. Kencana. Jakarta. 422 halaman.

Simamora, B. 2002. Panduan Riset Perilaku Konsumen. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Sujarweni W dan Endrayanto P. 2012. Statistik Untuk Penelitian. Graha Ilmu. Yogyakarta

Suriawiria, U. 2002. Ikan dan Kedelai Sebagai Obat Jantung dan Diabetes. Rapas Sinar Sinanti : Jakarta.


(6)

Sugiyono, 2008. Metode Penelitian Bisnis. Cetakan Kedua Belas. Bandung. Alfabeta.

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Alfabeta. Bandung.

Suhardjo. 1989. Perencanaan Pangan dan Gizi. Bumi Aksara. Jakarta Sumarwan, U. 2003. Perilaku Konsumen, Teori Dan Penerapannya Dalam

Pemasaran. Ghalia Indonesia. Jakarta.

Wardani, K.N. 2011. Analisis sikap dan perilaku pembaca surat kabar terhadap iklan susu kedelai (studi terhadap pembaca surat kabar di Kelurahan Ketawang Gede, Malang). Naskah Publikasi Jurnal. Jurusan Agribisnis, Fakultas Pertanian. Universitas Brawijaya. Malang

Wijayakusuma, H.M. 2007. Penyembuhan Dengan Kedelai. Sarana Pustaka Afiat. Jakarta

Yulisa, L. 2013. Perilaku konsumsi kopi bubuk instan siap saji oleh mahasiswa Universitas Lampung. Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Yulita, M. 2013. Tingkat kepuasan dan loyalitas konsumen produk susu cair dalam kemasan KPBS di Bandung. Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Yutanti, L. 2005. Perilaku konsumen rumah tangga terhadap pembelian teh di Kota Bandar Lampung. Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Bandar Lampung.