PENGARUH SIKAP KONSUMEN TERHADAP KEPUTUSAN MEMBELI DI PASAR TRADISIONAL TUGU BANDAR LAMPUNG

(1)

ABSTRAK

PENGARUH SIKAP KONSUMEN TERHADAP KEPUTUSAN

MEMBELI DI PASAR TRADISIONAL TUGU BANDAR LAMPUNG

Oleh

TOMMY ARISANDY

Kemunculan pengecer-pengecer modern pada suatu sisi menguntungkan pelanggan karena dihadapkan pada berbagai pilihan jenis sementara pada sisi lain muncul kekhawatiran dari pada pedagang tradisional yang merasa terancam karena kehadiran pengecer-pengecer modern tersebut.Kekhawatiran tersebut muncul karena perasaan tidak adanya keseimbangan kekuatan antara pengecer tradisional dengan pengecer modern, sehingga munculnya pengecer modern akan mematikan pengecer tradisional yang rata-rata sudah muncul lebih dahulu.

Tidak terkecuali untuk pasar tradisional Tugu di Kota Bandar Lampung terjadi situasi yang sama, standar layanan konsumen sangat rendah namun ketika muncul pesaing yang mampu merespon tuntutan konsumen lebih baik justru di tentang pemain lain dalam pasar eceran tersebut. Oleh karena itu dalam penelitian ini, Sikap konsumen pada pasar Tugu di Bandar Lampung akan diukur pada faktor: Harga, Kenyamanan, Kelengkapan produk, kejujuran dan Jarak tempuh. Untuk itu, maka dapat dirumuskan permasalahan Apakah Sikap Konsumen berpengaruh positif terhadap keputusan membeli di pasar Tugu Bandar Lampung.


(2)

pasar tradisional dianggap masih wajar (baik) oleh konsumen dalam arti lebih praktis, mudah, adanya kebebasan untuk tawar menawar. Sikap konsumen tentang kenyamanan di pasar tradisional bersifat positif. Maksudnya, bahwa konsumen menganggap pasar tradisional masih nyaman untuk berbelanja, hal ini mungkin karena kesederhanaan tempat berbelanjanya. Sikap konsumen tentang kelengkapan produk bersifat positif. Maksudnya, bahwa barang di pasar tradisional dianggap konsumen dapat memenuhi kebutuhannya terutama yang akan digunakan untuk berdagang kembali. Sikap konsumen tentang kejujuran para pedagang. Secara statistik variabel ini memiliki keberartian terhadap minat untuk berbelanja di pasar tradisional. Hal ini dapat dimengerti karena kejujuran adalah hal yang relatif, terlebih bagi para pedagang yang bertujuan untuk memperoleh keuntungan dengan mengenyampingkan kepuasan pelanggan. Dan ini telah menjadi stigma untuk pedagang di pasar tradisional yang belum memahami konsep pemasaran secara utuh.

Diharapkan para pedagang di pasar tradisional tetap memegang atau menjaga hubungan emosional dengan para pelanggannya. Hubungan tersebut seperti adanya tawar menawar, kesan kesederhanaan pasar tradisional, keramahan yang memang dimiliki bukan karena dibuat-buat.


(3)

PENGARUH SIKAP KONSUMEN TERHADAP KEPUTUSAN MEMBELI DI PASAR TRADISIONAL TUGU BANDAR LAMPUNG

Oleh

TOMMY ARISANDY

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi

Pada

Jurusan Manajemen

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2016


(4)

PENGARUH SIKAP KONSUMEN TERHADAP KEPUTUSAN

MEMBELI DI PASAR TRADISIONAL TUGU BANDAR LAMPUNG

(Skripsi)

Oleh

TOMMY ARISANDY

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2016


(5)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Kreteria Validitas pada Analisis Faktor ... 3

2. Validitas Sikap Konsumen (Xi) ... 41

3. Validitas Keputusan Membeli (Y) ... 41

4. Reliabilitas Sikap Konsumen dan Keputusan Membeli ... 42

5. Tabulasi Silang Jenis Kelamin dan Pekerjaan Pelanggan ... 43

6. Tabulasi Silang Pekerjaan Pelanggan dan Usia ... 43

7. Tabulasi Silang Pendidikan dan Pekerjaan Pelanggan ... 44

8. Tabulasi Silang Pendidikan dan Penghasilan Pelanggan ... 45

9. Tabulasi Silang Pendidikan dan Pengeluaran Pelanggan ... 45

10.Tabulasi Silang Penghasilan dan Pengeluaran Pelanggan ... 46

11.Hasil Jawaban Responden tentang Sikap Harga ... 47

12.Hasil Jawaban Responden tentang Sikap Tata Letak ... 48

13.Hasil Jawaban Responden tentang Sikap Kenyamanan ... 50

14.Hasil Jawaban Responden tentang Kelengkapan Produk ... 51

15.Hasil Jawaban Responden tentang Kejujuran Penjualan ... 53

16.Hasil Jawaban Responden tentang Jarak Tempuh ... 55

17.Nilai t-Hitung dan t-Tabel ... 61


(6)

(7)

(8)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar lampung pada tanggal 21 Desember 1983, sebagai anak pertama dari tiga bersaudara, dari pasangan Bapak Zulkarnain dan Ibu Yulia Ida.

Penulis menyelesaikan Sekolah Dasar di SD Budi Bakhti Persit Bandar Lampung pada tahun 1996, Sekolah Menengah Pertama di SLTP Negeri 3 Teluk Betung Bandar Lampung pada tahun 1999, Sekolah Menengah Umum di SMU Arjuna Bandar Lampung pada tahun 2002.

Tahun 2006, penulis terdaftar sebagai Mahasiswa Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unila.


(9)

(10)

SANWACANA

Puji syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia dan nikmat berupa ilmu kepada hambaNya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

Skripsi dengan judul “Pengaruh Sikap Konsumen Terhadap Keputusan Membeli di Pasar Tradisional Tugu Bandar Lampung ” adalah salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Lampung.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Hi. Satria Bangsawan, S.E., M.Si. selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.

2. Ibu Dr. Hj. Rr. Erlina, S.E., M.Si. selaku Ketua Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.

3. Ibu Yuningsih S.E., M.M. Selaku Sekretaris Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.

4. Bapak Aripin Ahmad S.E., M.Si. selaku dosen Pembimbing Pertama Skripsi. 5. Bapak Dr. Ribhan, S.E., M.Si. selaku dosen Pembimbing Kedua skripsi 6. Ibu Hj. Aida Sari, S.E., M.Si. selaku dosen Penguji.

7. Seluruh dosen pengajar pada Fakultas Ekonomi Universitas Lampung.

8. Istriku (Mama Epi tersayang), Anakku (M. Raffa Azizan tersayang), Adikku (Ricky dan Tyas) dan adikku (Robby).


(11)

9. Sahabat-sahabatku : Keluarga Besar Dinas Pengairan dan Pemukiman Provinsi Lampung (Subbag Perencanaan) dan semua teman-teman angkatan 2006 yang tidak tercantum.

Semoga Allah SWT membalas atas segala kontribusi dan bantuan yang telah diberikan. Amin.

Bandarlampung, Penulis


(12)

Halaman

1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Permasalahan ... .. 10

1.3 Tujuan Penelitian ... 10

1.4 Kerangka Pemikiran ... 11

1.5 Hipotesis ... ……… 15

2. KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pentingnya Pemasaran dan Konsep Pemasaran ... 16

2.2 Pengambilan Keputusan………...…. 19

2.3 Perilaku Konsumen dan Kepuasan Pelanggan ... 28

3. METODE PENELITIAN 3.1 Metode Pengumpulan Data ... 35

3.2 Metode Pengambilan Sampel ... 35

3.3 Definisi Operasional Variable ... 36

3.4 Uji Coba Alat Ukur ... 37

3.5 Metode Alat Ukur ... 39

4. MINAT BERBELANJA KONSUMEN DI PASAR TRADISIONAL 4.1 Uji Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur ... 40

4.2 Identitas Konsumen ... 43

4.3 Hasil Tabulasi Data ... 47

4.4 Hasil Perhitungan Regresi ... 57

5. SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ... 65

5.2 Saran ... 66

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(13)

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang.

Besar kecilnya laba yang diperoleh perusahan akan menentukan kelangsungan hidup perusahaan baik dalam jangka panjang maupun jangka pendek. Salah satu faktor untuk menunjang tercapainya tujuan perusahaan tersebut adalah kegiatan pemasaran. Kegiatan pemasaran perusahan harus juga dapat memberikan kepuasan kepada konsumen jika menginginkan usahanya berjalan terus dan konsumen mempunyai pandangan baik terhadap perusahaan.

Keadaan tersebut sebagaimana dikemukakan oleh Alex S. Nitisemito (2009:14) keberhasilan suatu perusahaan adalah tergantung dari efektifitas dan efisiensi dalam melaksanakan kegiatan pemasaran, hanya dengan pemasaran yang tepat dan baik perusahaan akan dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya secara lebih terarah. Bahwa tidak ada suatu perusahaan yang mampu bertahan bila mana perusahaan tersebut tidak mampu memasarkan atau menjual barang-batang atau jasa yang dihasilkan. Oleh karena itu bilamana suatu perusahaan dimisalkan tubuh manusia, maka kegiatan pemasaran dapat diumpamakan sebagai jantungnya lain apabila jantungnya terganggu, maka akan meninggal manusia tersebut.

Dewasa ini dapat terlihat perkembangan yang begitu pesat baik dibidang teknologi maupun ekonomi, sehingga mendorong perkembangan dunia usaha untuk semakin meningkatkan usahanya. Perkembangan tersebut memungkinkan lahirnya


(14)

perusahaan-perusahaan baru dengan tepat dalam bidang usaha yang sama. Hal ini menimbulkan persaingan diantara sesama perusahaan pesaing sebagai penghasil barang subtitusi, sehingga baik secara langsung maupum tidak langsung mengakibatkan menurunnya tingkat volume penjualan perusahaan, termasuk para pelaku kegiatan penjualan di tempat/lokasi pasar tradisional yang telah mendapat persaingan dengan pasar moderen(super market).

Perkembangan pasar modern dalam beberapa tahun terakhir ini relatif sangat pesat. Beberapa sumber menyatakan bahwa hal itu bermula dari Keppres No. 96/2000 tentang bidang usaha yang tertutup dan terbuka bagi penanaman modal asing. Dalam regulasi tersebut, usaha perdagangan eceran merupakan salah satu bidang usaha yang terbuka bagi pihak asing. Bagi pedagang besar internasional, kebijakan tersebut jelas merupakan peluang yang sangat menjanjikan, karena Indonesia mempunyai pasar yang sangat potensial. Oleh karena itu, setelah diintroduksir kebijakan itu, lambat namun pasti perkembangan pasar modern skala

Menghadapi persaingan yang semakin ketat, suatu perusahaan perlu memahami perilaku konsumen agar perusahaan mampu bersaing dengan perusahaan lainnya. Pemahaman tentang perulaku konsumen itu mempunyai arti penting karena sesungguhnya semua kegiatan perusahaan ditujukan untuk memberikan kepuasan kepada konsumen. Perusahaan retail tentunya sadar bahwa dalam era globalisasi pemasaran merupakan kunci dan factor penting untuk mencapai sukses.

Pemasaran memusatkan perhatian pada konsumen karena dengan tercapainya kebutuhan dan kepuasan konsumen akan memberikan keuntungan yang layak dalam jangka panjang. Tujuan kegiatan pemasaran itu sendiri adalah


(15)

3

mempengaruhi konsumen untuk membeli barang dan jasa perusahaan pada saat itu juga para pembeli butuhkan. Harapan konsumen atau pembeli biasanya dibentuk oleh pengalaman pembelian terdahulu, komentar teman dan janji atau informasi pemasaran dan saingannya. Untuk memenuhi kebutuhan dan memberikan kepuasan tersebut, banyak usaha bisnis kecil-kecilan (usaha pertokoan) berubah menjadi usaha bisnis yang menjadi lebih besar ( swalayan atau supermarket).

Mulanya perusahaan beranggapan bahwa dorongan seseorang konsumen dalam melakukan pembelian suatu produk itu adalah konsumen berpendapat bahwa mutu atau kualitas dari produk yang dipilihnya dianggap sudah paling baik atau mungkin juga karena harga produk yang dimintai itu paling murah. Dalam kenyataannya, seringkali pertimbangan pembelian itu tidak hanya dipengaruhi oleh faktor harga dan kualitas saja. Adakalanya pembelian juga dipengaruhi oleh dorongan lain yang menimbulkan keputusan-keputusan dalam membeli produk tertentu, seperti misalnya karena kepuasan diri, prestise, karena lingkungan sosial dan lain sebagainya.

Seringkali pula pertimbangan-pertimbangan yang bersifat emosional tersebut kadang-kadang justru lebih dominan, sehingga apabila diketahuui faktor-faktor kunci dari motif apa yang mendorong seorang konsumen itu melakukan pembelian barang maupun jasa yang dihasilkan perusahaan, maka hal ini dapat berarti perusahaan telah mempunyai suatu senjata ataupun metode yang dapat mendorong konsumen untuk memilih barang atau jasa tertentu.

Sebelum kegiatan pemasaran dilakukan maka seorang pemasar atau pejual sudah seharusnya memahami perilaku konsumen dari produk yang dihasilkan berserta


(16)

variabel-variabel yang sekiranya dapat dipergunakan untuk memahami perilaku konsumen. Apabila dikaitkan dengan suatu produk, hal ini tentu sangat penting artinya konsumen maupun antisipasi terhadap variabel-variabel yang dapat dipergunakan untuk memahami perilakunya yang sangat berarti bagi perusahaan karena dapat memberikan (1) informasi dan masukan tentang suatu cara yang paling tepat guna mendorong konsumen melakukan pemilihan terhadap produk yang ditawarkan perusahaan (2) kegiatan pemasaran yang tepat guna memanfaatkan kesempatan-kesempatan baru yang belum terpenuhinya kebutuhan konsumen maupun pengidentifikasiannya guna mengadakan segmentasi pasar.

Beberapa tahun ini apabila diamati di sekitar lingkungan/masyarakat semakin banyak pengecer-pengecer modern (mini market) yang muncul mulai dari tempat-tempat yang menjadi pusat kegiatan masatarakat hinggga ke perumahan-perumahan. Kemunculan pengecer-pengecer modern pada suatu sisi menguntungkan pelanggan karena dihadapkan pada berbagaia pilihan jenis sementara pada sisi lain muncul kekhawatiran dari pada pedagang tradisional yang merasa terancam karena kehadiran pengecer-pengecer modern tersebut.

Kekhawatiran tersebut sebagian besar muncul karena perasaan tidak adanya keseimbangan kekuatan antara pengecer tradisional dengan pengecer modern, sehingga munculnya pengecer modern akan mematikan pengecer tradisional yang rata-rata sudah muncul lebih dahulu.

Kebijakan yang mengatur pengelolaan pasar di Kota Bandar Lampung telah diwadahi dalam Perda No. 19 Tahun 1984 tentang Pengelolaan Pasar di Kota Bandar Lampung yang telah diperbaharui dengan Perda No 21 Tahun 2010.


(17)

5

Namun, perda ini belum memuat konsep pengelolaan pasar secara komprehensif. Masih banyak permasalahan dalam pengelolaan pasar yang belum diatur dalam perda ini, misalnya pengaturan mengenai batas radius pasar modern dengan pasar tradisional; bongkar-muat komoditi; kemitraan swasta dan pedagang tradisional; pengaturan mengenai perdagangan informal yang masih bergabung dengan pasar tradisional yang maupun ketentuan standar kualitas komoditi yang akan dijual. Sebagai akibat dari longgarnya pengelolaan pasar tersebut berdampak pada munculnya masalah persaingan yang tidak seimbang antara pasar tradisional dengan pasar modern. Pasar tradisional telah kalah segala-galanya, diantaranya penerapan harga, kenyamanan tempat, dan kelengkapan produk yang ditawarkannya. Pada sisi lain, pasar modern semakin melengkapi diri dengan segala fasilitas yang memudahkan dan membuat konsumen nyaman. Selain itu tentu saja kemampuan modal pasar modern yang kuat membuat mereka mampu menekan harga jual pada konsumen.

Pemerintah Daerah sebenarnya telah berupaya memperbaiki penampilan pasar tradisional yang selama kondisinya kumuh dan semrawut. Pemerintah Kota Bandar Lampung merenovasi bangunan pasar untuk menarik kembali minat pembeli untuk berbelanja di pasar tradisional.

Dengan menjalin kerjasama bersama investor, Pemerintah Kota telah melakukan renovasi fisik di sejumlah pasar tradisional, seperti Pasar Bambu Kuning, Pasar Kebon Kangkung Teluk Betung, Pasar Panjang termasuk Pasar Tugu agar terlihat lebih modern. Namun, upaya ini ternyata berujung pada permasalahan baru karena banyak pedagang lama yang tersingkir akibat tidak mampu membeli kios baru.


(18)

Ada pula pedagang yang memilih berjualan di luar kompleks pasar karena di dalam tidak laku, terutama di pasar yang bangunannya lebih dari satu lantai.

Alih-alih meningkatkan daya saing para pedagang tradisional, kenyataannya program renovasi pasar tradisional justru menyebabkan para pedagang tradisional menjadi semakin termarginalkan di tengah derasnya arus kapitalisme. Kondisi inilah yang melatarbelakangi perlunya pengkajian mengenai kebijakan pengelolaan pasar yang dilakukan Pemerintah Kota Bandar Lampung. Carut marutnya permasalahan pengelolaan pasar di Kota Bandar Lampung tidak terlepas dari kondisi normatif yang telah ada. Oleh karena itu penting kiranya untuk melihat bagaimana evaluasi terhadap kebijakan pengelolaan pasar di Kota Bandar Lampung. Sementara itu, saat ini diperlukan suatu model alternatif yang dapat memberikan solusi agar pasar tradisional dapat terevitalisasi, sehingga mereka mampu bersaing di tengah-tengah keberadaan pasar modern.

Perlu dipahami sebagian besar bahwa pasar (market) selalu akan terbagi atas beberapa segmen baik secara geografis, psikologis, psikografis, sosiokultural. bahkan kemudian berkembang. Semakin tingkat kompetisi, maka pasar juga akan semakin tersegmentasi. Kejelian pelaku pasar sering kali memunculkan produk dan layanan baru dari segmen yang tidak terpikirkan sebelumnya. Setiap segmen pelanggan memiliki pola perilaku yang berbeda satu sama lain. Bahkan sekalipun pada produk yang masih dimonopoli sebenarnya terdiri atas beberapa segmen pelanggan, hanya saja karena ketiadaan pilihan maka semua membeli produk yang sama dari penyedia yang sama pula.


(19)

7

Sebagai produsen tidak mudah dan memerlukan sumber daya yang besar untuk dapat memenuhi keinginan pelanggan yang beragam dan berasal dari segmen berbeda. Hal yang sama berlaku pada industri pengecer, pelanggan terdiri dari beberapa segmen yang berbeda sehingga pengecer-pengecer yang telah ada maupun yang baru muncul tidak serta merta akan saling berkompetisi langsung (head to head ) karena bisa jadi antar mereka berada pada pasar yang berbeda. Antara pengecer tradisional dan modern, kecil kemungkinan akan berkompetisi pada segmen pasar yang sama, justru kompetisi head to head yang mungkin terjadi adalah antar pengecer modern sendiri.

Berdirinya pengecer modern yang secara geografis berdekatan dengan pasar tradisonal dalam beberapa kasus dapat mengurangi pendapatan dari pengecer tradisonal, namun tidak tepat apabila keduanya dikatakan saling berkompetisi sebab yang terjadi : Pertama adalah pembagian segmen pelanggan secara alamiah. Mengapa demikian? Di beberapa wilayah dari segi pendapatan pelanggan terdiri atas berbagai kelompok segmen namun karena pasar pasar yang tersedia hanya pasar tradisonal maka pelanggan dari segmen yang berbeda ini berbelanja di tempat yang sama.

Segmen tertentu tidak merasa puas dengan layanan, akses maupun pilihan produk yang ada namun karena tidak memiliki pilihan lain mereka terpaksa berbelanja di tempat itu. Ketika pengecer modern beroperasi maka segmen yang tidak puas ini akan beralih ke pengecer tersebut, dengan demikian maka masing-masing segmen akan terlayani sesuai kebutuhannya. Kedua, beberapa pelanggan beralih ke pengecer modern hanya sekedar ingin mencoba namun hal ini tidak akan


(20)

berlangsung lama karena memang mereka adalah segmen yang merupakan target market sesungguhnya dari pasar tradisional.

Pasar tradisonal masih memiliki potensi dan pangsa pasar untuk dapat terus beroperasi sekalipun muncul pengecer modern. Apa yang masih menjadi kekuatan pasar tradisional? Budaya dan perilaku konsumen Indonesia yang gemar tawar menawar adalah faktor penting yang bahkan bisa dikatakan sebagai keunggulan kompetitif dari pasar tradisonal, sebab hal ini hampir tidak mungkin diterapkan di pengecer-pengecer modern. Keunggulan lain adalah kedekatan antara yang biasanya ada di pengecer tradisional jarang ditemukan di pengecer modern sekalipun mereka sering mengatasi dengan database pelanggan namun tidak terasa alami sebagaimana hubungan yang dibangun antara penjual dan pembeli di pasar tradisional.

Persepsi pelanggan terhadap harga di pasar tradisonal yang lebih murah juga menjadi faktor lain, belum lagi di pasar tradisional pelanggan juga bisa membeli sesuai jumlah (minimum) yang duperlukan sedangkan di pengecer modern sudah dikemas dengan ukuran-ukuran standar. Intinya pengecer modern dan tradisional memiliki segmen pelanggan yang berbeda sehingga tidak dapat dikatakan saling berkompetisi.

Sekalipun memiliki potensi dan pangsa pasar namun tetap ada beberapa hal yang perlu dilakukan oleh pengecer tradisional agar tetap mendapat tempat di hati pelanggan :


(21)

9

• Peningkatan kualitas pelayanan pada pelanggan. Seringkali pengecer tradisional kurang ramah dalam melayani pelanggan atau sambil mengobrol dengan pedagang lain.

• Menciptakan tempat berdagang yang bersih dan tidak berbau. Terkadang suasana nyaman bagi pelanggan. Suasana nyaman ini bisa diciptakan antara lain dengan mnciptakan tempat berdagang yang bersih dan tidak berbau terkadang pedagang tradisional juga bertengkar dengan sesama atau keluarga di tempat berdagang, hal ini dapat menimbulkan ketidaknyamanan bagi pelanggan.

• Tidak mengambil keuntungan sesaat, ada kalanya pedagang tradisional bersepakat dengan sesama pedagang mengambil keuntungan dalam jumlah besar untuk barang-barang tertentu dalam waktu tertentu. Keuntungan sesaat semacam ini dapat merugikan pelanggan dan merusak hubungan jangka panjang dengan pelanggan.

• Pilihan produk yang lebih baik, perhatikan kondisi produk apakah masih layak konsumsi atau tidak.

Persaingan usaha senantiasa dapat terus meningkat dari waktu ke waktu, dengan demikian para pengusaha hendaknya senantiasa kreatif dan inovatif untuk menghadapi persaingan. Hampir setiap jenis usaha akan merasakan akan terjadinya persaingan, tidak hanya industri pengecer. Tidak terkecuali untuk pasar tradisional TUGU di Kota Bandar Lampung terjadi situasi yang sama, standar layanan konsumen sangat rendah namun ketika muncul pesaing yang mampu merespon tuntutan konsumen lebih baik justru di tentang pemain lain dalam pasar


(22)

eceran tersebut. Oleh karena itu dalam penelitian ini, setiap konsumen pada pasar Tugu di Bandar Lampung akan diukur pada faktor :

a. Harga

b. Layout / Tata letak c. Kenyamanan

d. Kelengkapan produk e. Kejujuran

f. Jarak tempuh

Memperhatikan uraian-uraian di atas, maka penulis tertarik untuk menulis Skripsi dengan melakukan penelitian tentang: Pengaruh Sikap Konsumen terhadap keputusan membeli di pasar Tugu Bandar Lampung.

1.2. Permasalahan

Berdasarkan penjelasan pada latar belakang sebelumnya, terlihat bahwa semakin ketatnya persaingan dagang eceran terutama pengecer moderen seperti Alfamart, Indomart, sehingga berdampak kepada sikap konsumen untuk berbelanja. Untuk itu, dapat dirumuskan permasalahan skripsi ini yaitu Apakah Sikap Konsumen berpengaruh positif terhadap keputusan membeli di pasar Tugu Bandar Lampung.

1.3. Tujuan Penelitian:

1. Ingin mengetahui pengaruh sikap konsumen berbelanja di pasar Tugu Bandar Lampung dalam keputusan membeli.

2. Ingin mengetahui tentang sikap konsumen dalam keputusan berbelanja di pasar Tugu Bandar Lampung.


(23)

11

1.4. Kerangka Pikir

Untuk mendukung tujuan perusahaan dalam menarik dan mengetahui keinginan pelanggannya, maka perusahaan harus dapat mengetahui dengan pasti bagaimana sikap konsumen dalam membeli produk mereka. Seorang konsumen tentunya akan mempertimbangkan berbagai evaluasi untuk merealisir pembeliannya.

Sikap konsumen untuk membeli merupakan proses yang nyata. Pada tahap ini, konsumen harus mengambil keputusan apakah membeli atau tidak. Bila konsumen memutuskan untuk membeli, ia akan dihadapkan pada serangkaian keputusan yang harus diambil yaitu mengenai jenis produk, merek, jumlah, waktu pembelian, cara pembayarannya,dan lain-lain.

Menurut Allport yang menggunakan dua pendekatan komponen, sikap didefinisikan sebagai suatu kondisi mental dan neural tentang kesiapan, terorganisasi melalui pengalaman, mengupayakan suatu yang terarah dan dinamis pada respon individu terhadap semua objek dari situsi yang terkait. Sedangkan menurut Himmelfarb dan Eagly yang menggunakan pendekatan tiga komponen, sikap merupakan suatu organisasi (himpunan) yang relative tahan lama tentang keyakiana, perasan dan tendensi keperilakukan terhadap objek-objek, kelompok, kejadian, atau simbol yang signifikan secara sosial. Allport dalam Basu Swastha DH (2008: 85) juga memandang sikap tersebut sebagai suatu perasaan atau evaluasi umum (positif dan negatip) tentang orang, objek atau persoalan.

Konsep sikap tersebut didasarkan pada sikap manusia secara umum yang kenyatannya juga di aplikasikan pada konsumen sebagai pengguna atau pembeli


(24)

suatu produk. Para peneliti melakukan penelitian sikap untuk memperolah kepastian apakah sikap itu dapat menjadi prediktor yang akurat terhadap perilaku.

Fungsi Sikap

Sikap memiliki berbagai fungsi dan pendekatan-pendekatan yang paling sedikit mempunyai satu asumsi tujuan yang implisit. Sebagai contoh, Katz dalam Basu Swastha DH (2008: 87) telah mengusulkan berbagai macam sikap yang masing-masing mempunyai fungsi yang berbeda. Fungsi yang dimaksud adalah:

1. Fungsi pengetahuan. Sikap dapat bertindak sebagai standar yang membantu orang untuk mamahami dunianya. Untuk memberikan arti pada dunia yang belum dikenalnya, orang akan terbantu dengan adanya sikap. Konsumen memilih informasi yang masuk, dan informasi yang tidak relevan disingkirkan. Fungsi pengetahuan ini juga dapat mengurangi ketidakpastian dan kebingungan. Sebagai contoh adalah kampanye periklanan yang didasarkan pada informasi bahwa Minuman Coca Cola adalah bebas kafein merupakan penggambaran tentang fungsi pengetahuan.

2. Fungsi Instrumentalitas atau fungsi manfaat. Fungsi ini menunjukkan konsep bahwa orang menggungkapkan perasaannya untuk memperoleh suatu tertentu dan menghindari sesuatu yang lain. Sikap dapat memandu konsumen untuk memenuhi kebutuhannya. Misalnya, seorang konsumen yang mengutamakan keselamatan dan kesembuhan yang cepat sebagai kriteria penting dalam memilih obat sakit kepala akan terarahkan ke merek-merek yang dapat memuaskan kebutuhan ini. Jadi, fungsi ini mengindikasikan suatu alat untuk suatu tujuan.


(25)

13

3. Fungsi pertahanan diri. Fungsi pertahan diri diturunkan dari pendekatan psikoanalitik. Dalam hal ini, sikap berfungsi suatu makanisme pembelaan atau pertahanan. Sikap dapat melindungi ego dari ancaman dan kegelisahan. Produk seperti obat kumur, misalnya dibeli untuk menghilangkan bau mulut yang tidak sedap, bukan dimaksudkan untuk penyembuhan. Jadi, konsumen mengembangkan sikap positif terhadap merek-merek yang berkaitan dengan penerimaan masyarakat. Dengan kata lain sikap ini berfungsi untuk memproteksi harga diri seseorang.

4. Fungsi penggambaran nilai. Fungsi penggambaran nilai juga berakar dari pemikiran psikoanalitik. Sikap juga merupakan konsep yang mengekpresikan konsep diri dari sistem nilai. Kesan diri dari seseorang yang membeli sebuah mobil sport, misalnya, mungkin adalah orang yang suka berkendaraan kencang dan keras sifatnya. Agresivitas dapat menjadi cerminan dalam pembelian mobil yang cocok dengan kesan ini. Jadi, sikap ini memungkinkan orang memperlihatkan nilai-nilai yang ada pada dirinya yang mengidentifikasikan dan mendefinisikan secara unik.

Menurut H.A.S Moenir (2002: 272), pelayanan adalah proses pemenuhan kebutuhan melalui aktivitas orang lain dengan melakukan serangkaian kegiatan. Dengan demikian pelayanan ini dapat dikatakan sebagai suatu proses. Sebagai proses pelayanan kelangsungan secara rutin dan berkesinambungan meliputi seluruh kehidupan orang dalam masyarakat.


(26)

Pelayanan akan dapat telaksana dengan baik dan memuaskan apabila didukung dengan beberapa faktor yaitu meliputi:

1. Kesadaran para pegawai

2. Adanya peraturan yang memadai

3. Organisasi dengan mekanisme sistem yang dinamis

4. Pendapatan pegawai yang cukup memenuhi kebutuhan hidup minimum. 5. Kemampuan dan keterampilan yang sesuai dengan tugas atau pekerjaan

yang dapat dipertanggungjawabkan

6. Tersedianya pelayanan sesuai dengan jenis dan bentuk tugas atau pekerjaan pelayanan.

Berbagai definisi diberikan untuk menjelaskan tentang jasa sebagai suatu pelayanan. Kotler (2004: 428) mendefinisikan jasa pelayanan adalah suatu perbuatan dimana seseorang atau suatu kelompok menawarkan pada kelompok atau orang lain yang sesuatu pada dasarnya tidak berwujud dan produksinya berkaitan atau tidak berkaitan dengan fisik produk.

Dengan adanya pelayanan yang baik kepada konsumen, maka diharapkan konsumen akan memiliki sikap yang positif terhadap barang atau jasa yang dibeli. Begitu pula diharapkan terhadap sikap konsumen yang berbelanja di pasar tradisional Tugu Kedaton Bandar Lampung mempunyai sikap yang positif tentang: Harga, Layout/Tata letak, Kenyamanan, Kelengkapan produk, Kejujuran, Jarak tempuh terhadap keputusan membeli.


(27)

15

S I K A P :

Harga

Layout / Tata letak

Kenyamanan PUTUSAN MEMBELI

Kelengkapan produk Kejujuran

Jarak tempuh

Gambar 1: Kerangka Pemikiran

1.5 Hipotesis

Berdasarkan penjelasan pada latar belakang sebelumnya dan kerangka pemikiran, maka dapat dirumuskan hipotesis dalam penelitian ini yaitu:

Sikap Konsumen berpengaruh positif terhadap keputusan membeli di pasar Tugu Bandar Lampung.


(28)

Umumnya setiap perusahaan bertujuan agar perusahaannya mendapatkan keuntungan yang maksimal. Tujuan tersebut dapat tercapai apabila perusahaan tidak memandang rendah kegiatan pemasaran, karena pemasaran merupakan salah satu kegiatan yang memegang peranan penting dalam suatu perusahaan. Oleh karena itu jika perusahaan menginginkan agar usaha dapat berjalan lancar dan konsumen berpandangan baik terhadap perusahaan, maka kegiatan pemasaran perusahaan harus dapat memberikan kepuasan kepada konsumen.

Pengertian pemasaran pada mulannya di fokuskan kepada barang, kepada lembaga-lembaga yang melaksanakan proses pemasaran, dan terakhir pada fungsi-fungsi yang dilaksanakan dalam transaksi-transaksi pemasaran. Menurut Kotler (2004: 7) definisi pemasaran adalah sebagai berikut.

Pemasaran adalah suatu proses sosial dan managerial dengan mana individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan serta mempertukarkan produk yang bermanfaat satu sama lainnya

Sedangkan menurut Stanton (2009: 8) memberikan definisi pemasaran yaitu:

Pemasaran adalah suatu system totatlitas dari kegiatan bisnis yang dirancang untuk merencanakan produk, menentukan harga, mempromsikan dan mendistribusikan barang-barang yang dapat memuaskan keinginan dan jasa baik kepada konsumen saat ini maupun kepada konsumen potensial


(29)

17

Memperhatikan dari beberapa pengertian definisi pemasaran tersebut, bahwa pemasaran adalah pelaksanaan kegiatan perusahaan yang mengarahkan atau mengendalikan arus barang dan jasa dari produsen kepada konsumen atau pembeli.

Definsi konsep pemasaran menurut Stanton (2009 : 181) adalah sebagai berikut. Konsep pemasaran adalah suatu falsafah bisnis yang menyatakan bahwa pemuasan kebutuhan konsep merupakan syarat ekonomi dan sosial bagi kelangsungan hidup perusahaan.

Konsep pemasaran berpendapat bahwa kunci untuk mencapai tujuan-tujuan organisasi terdiri dari penentuan kebutuhan dan keinginan pasar sasaran dan penyerahan produk yang memuasakan secara lebih efektif dan lebih efisien dibandingkan dengan para pesaing.

Berdasarkan definisi di atas, dapat diterangkan bahwa konsep pemasaran ternyata mempunyai arti yang sangat penting dalam berbisnis. Hal ini dikarenakan konsep pemasaran berorientasi kepada konsumen. Masalah ini harus benar-benar di perhatikan, sebab kebutuhan konsumen merupakan syarat ekonomi dan sosial bagi kelangsungan hidup perusahaan.

Ada tiga unsur pokok yang terkandung dalam konsep pemasaran, menurut Stanton (2009: 183) yaitu :

1. Orientasi Konsumen

Dalam usahanya memperhatikan konsumen, perusahan harus melakukan:

a. Menentukan kebutuhan pokok konsumen yang akan dilayani oleh perusahaan.


(30)

b. Menentukan kelompok konsumen yang akan dijadikan pasar sasaran penjualan produk perusahaan, karena perusahaan tidak mungkin dapat memenuhi kebutuhan seluruh kelompok konsumen tersebut.

c. Menentukan produk dan program pemasarannya, artinya untuk memenuhi kebutuhan yang berbeda-beda kelompok konsumen yang dipilih sebagai sasaran, perusahaan dapat menghasilkan barang atau jasa dengan tipe yang berlainan dan di pasarkan dengan program pemasaran yang berlainan pula. d. Mengadakan penelitian terhadap konsumen untuk mengatur, menilai dan

menafsirkan kebutuhan dan keinginan, sikap, serta perilaku konsumen. e. Menentukan dan melaksanakan strategi yang paling baik, misalnya strategi

yang menitik beratkan pada mutu, harga yang murah atau model yang menarik.

2. Penyusunan Kegiatan Pemasaran secara Integral

Penyusunan ini meliputi koordinasi setiap personal dan setiap bagian dalam perusahaan beserta unsur bauran pemasaran agar dapat memberi kepuasan kepada konsumen yang menjadi sasaran perusahaan sehingga dapat merealisir tujuan perusahaan.

3. Kepuasan Konsumen

Perusahaan harus mendapatkan keuntungan dengan cara memberi kepuasan yang menjadi sasaran perusahaan agar dapat merealisir tujuan perusahaan. Akan tetapi, dengan adanya perkembangan di dalam masyarakat dan teknologi, maka konsep pemasaran mengalami perkembangan. Dengan konsep baru inilah perusahaan akan memberikan kepuasan kepada para konsumen.


(31)

19

Konsep pemasaran tersebut akan lebih baik jika ditunjang pula oleh adanya penelitian pasar, sehingga akan dapat diperoleh informasi dari kebutuhan dan keinginan konsumen terhadap barang dan jasa yang dipertukarkan.

Esensi konsep pemasaran adalah kepuasan konsumen. Usaha perusahan untuk mengetahui kepuasan konsumen terhadap produk suatu perusahaan adalah dengan penelitian pasar atau marketing research. Penelitian pasar, dalam rangka untuk mengetahui dan memenuhi kepuasan konsumen, perusahaan perlu mengetahui seberapa besar penawaran produk yang harus dilakukan. Selain itu, melalui penelitian pasar akan memberikan kesempatan kepada perusahaan untuk terus mempertahankan atau membuat produk jenis yang baru, mengubah produk, melengkapi produk yang sudah ada sehingga dapat memaksimalkan kepuasan konsumen.

2.2 Pengambilan Keputusan

Dalam perkembangannya perilaku konsumen dalam pembelian dipengaruhi oleh beberapa faktor, yang sebagian besar tidak dapat dikendalikan oleh pemasar, namun harus diperhitungkan semuanya.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen. 1. Faktor Kebudayaan

a. Kebudayaan

Kebudayaan didefinisikan Swastha dan Handoko (2000:107) sebagai:

Simbul dan fakta yang komplek, yang diciptakan oleh manusia, diturunkan dari generasi ke generasi sebagai penentu dan pengatur tingkahlaku manusia dalam masyarakat yang ada.


(32)

Jadi dalam kenyataannya perilaku manusia yang ditentukan oleh kebudayaan akan berubah setiap waktu sesuai dengan kemajuan atau perkembangan jaman dari masyarakat tersebut.

b. Sub-budaya

Setiap budaya mempunyai kelompok-kelompok sub-budaya yang lebih kecil, yang merupakan identifikasi dan sosialisasi yang khas untuk perilaku anggotanya.

c. Kelas Sosial

Kotler mendefinisikan kelas sosial (2004: 245) adalah pembagian masyarakat yang relatif homogen dan permanen, yang tersusun secara hierarkis yang anggotanya menganut nilai-nilai, minat dan perilaku serupa.

Kelas sosial menunjukkan perbedaan pilihan produk dan merek dalam suatu bidang tertentu seperti pakaian, perabot rumah tangga, aktivitas waktu senggang, dan mobil.

2. Faktor-Faktor Sosial

Perilaku seorang konsumen juga dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial, seperti kelompok referensi, keluarga, status dan peranan sosial.

a. Kelompok Referensi Kecil

Kelompok referensi kecil, yang termasuk didalamnya adalah serikat buruh, tim atletik, perkumpulan agama, lingkungan tetangga dan sebagainya. Di mana masing-masing kelompok mempunyai pelopor opini (opinion leader) yang dapat mempengaruhi anggota-anggotanya dalam membeli sesuatu.


(33)

21

b. Keluarga

Dalam kehidupan pembeli, keluarga merupakan sumber orientasi yang terdiri dari orang tua, yang menjadi sumber orientasi terhadap agama,

politik, ekonomi, ambisi pribadi, harga diri serta cinta kasih. Sedangkan sebagai sumber keturunan yakni pasangan suami istri beserta anak-anaknya, dan masing-masing anggota dapat berbuat hal yang berbeda untuk membeli sesuatu. Oleh sebab itu, ada beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu:

• Siapa yang mempunyai inisiatip untuk membeli

• Siapa yang mempengaruhi keputusan untuk membeli

• Siapa yang membuat keputusan untuk membeli

• Siapa yang melakukan pembelian

• Siapa pemakai produk

Kelima hal tersebut dapat dilakukan oleh orang yang berbeda, atau dapat pula dilakukan oleh satu atau beberapa orang.

c. Peranan dan Status

Sepanjang kehidupannya, seseorang terlibat dalam beberapa kelompok, yaitu keluarga, klub dan organisasi, dimana kedudukan seseorang dalam kelompok dapat ditentukan dengan peranan dan status.

3. Faktor Pribadi

Keputusan seorang pembeli juga dipengaruhi oleh ciri-ciri kepribadiannya, termasuk usia dan daur hidupnya, pekerjaannya, kondisi ekonomi, gaya hidup, kepribadian dan konsep diri.


(34)

a. Usia dan Tahap Daur hidup

Orang membeli suatu barang dan jasa akan selalu berubah-ubah selama hidupnya, seperti makanan bayi berbeda dengan makanan yang dimakan orang dewasa. Selera orang pun dalam pakaian, perabot dan rekreasi berhubungan dengan usia.

b. Pekerjaan

Pola konsumsi seseorang juga dipengaruhi oleh pekerjaannya, dimana seorang pekerja kasar akan membeli pakaian kerja, sepatu kerja, kotak makanan. Sedangkan seorang manajer perusahaan akan membeli pakaian yang lebih baik dan mahal, rekreasi dengan pesawat terbang, menjadi anggota perkumpulan (country club).

b. Keadaan ekonomi

Keadaan ekonomi seseorang akan besar sekali pengaruhnya terhadap pilihan produk.

c. Gaya Hidup

Gaya hidup seseorang adalah pola hidup seseorang dalam kehidupan sehari-hari yang dinyatakan dalam kegiatan, minat dan pendapat (opini) yang bersangkutan.

e. Kepribadian dan Konsep diri

Setiap orang mempunyai kepribadian yang berbeda yang akan mempengaruhi perilaku pembeli.

Kepribadian menurut Swastha dan Handoko (2000 : 112) didefinisikan sebagai pola sifat individu yang dapat menentukan tangggapan untuk bertingkah-laku.


(35)

23

Kepribadian seseorang biasanya digambarkan dalam istilah seperti: percaya diri, gampang mempengaruhi, berdiri sendiri, menghargai orang lain, bersifat sosial, sifat membela diri.

Konsep diri merupakan cara bagi seseorang untuk melihat dirinya sendiri, dan pada saat yang sama mempunyai gambaran tentang diri orang lain. Konsep diri ini dibedakan menjadi dua yaitu konsep diri yang sesungguhnya dan konsep diri yang ideal (cara yang dicita-citakan untuk melihat dirinya sendiri).

4. Faktor Psikologis a. Persepsi

Seseorang yang termotivasi siap untuk melakukan suatu perbuatan, bagaimana seseorang yang termotivasi berbuat sesuatu adalah dipengaruhi oleh persepsinya terhadap situasi yang dihadapinya. Dua orang yang mengalami keadaan dorongan yang sama dan tujuan situasi yang sama mungkin akan berbuat sesuatu yang berbeda karena menanggapi situasi secara berbeda.

b. Proses belajar

Terjadi apabila pembeli ingin menanggapi dan memperoleh suatu kepuasan, atau sebaliknya, terjadi apabila pembeli merasa dikecewakan produk yang kurang baik. Contoh, penggunaan teori belajar dalam program pemasaran biasanya meliputi: pemberian contoh barang secara cuma-cuma dan penjualan barang dengan hadiah.

c. Sikap dan Kepercayaan

Merupakan faktor yang ikut mempengaruhi pandangan dan perilaku pembelian. Sikap didefinisikan oleh Swastha dan Handoko (2000: 114) sebagai suatu kecenderungan yang dipelajari untuk bereaksi terhadap penawaran produk dalam


(36)

masalah yang baik ataupun kurang baik secara konsisten. Jadi dengan mempelajari sikap seseorang diharapkan dapat menentukan apa yang akan dilakukan.

Pengambilan keputusan oleh konsumen untuk melakukan pembelian suatu produk diawali oleh adanya kesadaran atas pemenuhan kebutuhan dan keinginan yang oleh Assel disebutneed arousal,(Sutisna, 2001:15).

Pemahaman terhadap proses pembelian lima tahap sangat menentukan keberhasilan penyusunan strategi pemasaran termasuk didalamnya analisis mengenai bagaimana konsumen dan calon konsumen menyadari kebutuhan yang belum terpenuhi, mencari informasi mengenai produk-produk yang dapat memenuhi kebutuhannya, memilih diantara beberapa alternative yang ada dan proses-proses yang dilaluinya sebelum dan setelah menjatuhkan pilihan tersebut. Gambar 2 berikut ini menggambarkan proses pembelian lima tahap konsumen, (Kotler, 2004: 204).

Gambar 2. Proses Pembelian Model Lima Tahap

Pengenalan masalah/kebutuhan dan keinginan

Pencarian berbagai informasi

Evaluasi berbagai alternatif merk produk Umpan Balik

Pilihan atas merk produk untuk dibeli

Evaluasi pasca pembelian


(37)

25

Menurut Estudiantina (2002:1) konsumen melakukan pembelian disebabkan oleh beberapa faktor-faktor, yaitu:

1. Adanya perasaan takut.

2. Adanya keinginan untuk tampil sempurna dan lebih baik dari orang lain. 3. Sesuai dengan kebutuhan.

4. Membeli kualitas dan nilai. 5. Membeli karena kegunaannya. 6. Dilatarbelakangi emosi bukan rasio.

Hal-hal yang perlu diperhatikan untuk mengetahui keputusan pembelian konsumen terhadap pembelian suatu produk, adalah siapa sajakah yang mempengaruhi keputusan pembelian produk tersebut, jenis dari keputusan pembelian, dan langkah-langkah yang dilalui dalam proses pembelian.

Dalam menentukan siapa yang mempengaruhi keputusan pembelian terhadap suatu produk maka dapat dibedakan ada 5 peran dalam keputusan pembelian, yaitu:

Initiator (pencetus) yaitu seseorang yang memberikan ide terhadap pembelian suatu produk atau jasa.

Influecer (pemberi pengaruh) yaitu seseorang yang pandangan atau sarannya mempengaruhi keputusan pembelian tersebut.

Decider (pengambil keputusan) yaitu seseorang yang mengambil keputusan untuk setiap komponen keputusan pembelian seperti apakah membeli, tidak membeli, bagaimana membeli, dan di mana akan membeli.

Buyer (pembeli) yaitu orang yang melakukan pembelian sesungguhnya.

User(pemakai) yaitu seseorang yang mengkonsumsi atau menggunakan produk atau jasa tersebut.


(38)

Meneliti Proses Keputusan Pembelian

Perusahan yang pintar akan meneliti proses keputusan membeli yang melibatkan kategori produk yang dihasilkannya. Perusahaan akan menanyakan kepada konsumen kapan konsumen pertama kali mengenal kategori produk dan merek dari perusahaan, apa kepercayaan merek, seberapa keterlibatan dengan merek, bagaimana konsumen membuat pilihan merek dan seberapa puas konsumen setelah pembelian dilakukan.

Keadaan tersebut terjadi karena konsumen berbeda dalam cara membeli suatu produk tertentu. Dalam pembelian sebuah komputer beberapa konsumen akan banyak menghabiskan waktu dalam mencari informasi dan membuat perbandingan, yang lain mungkin langsung pergi ke toko komputer dan membeli suatu merek yang direkomendasi. Dengan demikian kosnsumen dapat disegmentasikan atau dikelompokkan menurut gaya pembelian misalnya, pembeli yang berhati-hati versus pembeli yang infulsip dan starategi pemasaran yang berbeda dapat diarahkan kepada masing-masing segmen.

Bagaimana para pemasar dapat mempelajari tahap-tahap khusus dalam proses pembelian untuk suatu produk tertentu. Perusahaan dapat mengintropeksi mengenai perilakunya sendiri yang mungkin (metode introsfektif). Perusahaan juga dapat mewawancarai sejumlah kecil pembeli terakhir, meminta konsumen untuk mengingat kembali kejadian-kejadian yang mendorong pembeliannya (metode

retrosfektif).

Perusahan dapat mencari konsumen yang merencanakan membeli produknya dan meminta konsumen untuk memikirkan bagaimana konsumen melewati proses


(39)

27

pembelian (metode prosfektif). Dapat juga perusahaan meminta konsumen untuk menjelaskan cara yang ideal untuk membeli suatu produk (metodepreskriptif).

Hubungan antara faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku pembeli menurut model Howard Seith dalam Mangkunegara (1998: 48) terdiri dari empat elemen pokok, yaitu:

1. Bahan atau input

Berupa dorongan dari sumber pemasaran (termasuk periklanan) yang berkaitan dengan berbagai macam merk seperti harga, kualitas, ketersedian dan pelayanan dan lingkungan sosial (kelas-kelas sosial). Hasil utama dari model ini adalah keputusan pembeli.

2. Proses Intern

Digolongkan dalam dua bagian, yaitu pengamatan dan pembelajaran, di mana pembeli dapat belajar dari suatu pengamatan terlebih dahulu atau dari pengalaman orang lain.

3. Hasil atau output

Hasil dari Model Howard-Seith adalah keputusan untuk membeli, tidak hanya sekali saja, tetapi juga untuk waktu-waktu mendatang.

4. Pengaruh eksogen

Variabel eksogen yang mempengaruhi perilaku pembeli meskipun pengaruhnya tidak begitu besar, seperti: pentingnya pembelian, sifat kepribadian, status keuangan, batasan waktu, faktor sosial dan organisasi, kelas sosial dan kebudayaan.

Dengan demikian model ini menitikberatkan pada pembelian ulang dan menggambarkan dinamika perilaku pembelian selama satu periode, yang


(40)

memperlihatkan bahwa pembeli memiliki motif, pandangan dan mengambil keputusan melalui proses belajar.

Beberapa hal yang harus diperhatikan perusahaan untuk dapat mempertahankan konsumen, antara lain:

a. Perusahaan dituntut untuk menawarkan derajat kepuasan yang memenuhi harapan atau bahkan melampauinya.

b. Perusahan harus dapat mengantisipasi ancaman dari pesaing yang mungkin melakukan hal yang sama, atau bahkan melampaui apa yang diberikan perusahan kepada pelanggan.

c. Perusahaan harus memperhatikan kemampuan intern dalam menghadapi perubahan-perubahan.

2.3. Perilaku Konsumen dan Kepuasan Pelanggan 2.3.1. Perilaku konsumen pada produk jasa

Definisi perilaku konsumen telah dikemukakan oleh beberapa ahli perilaku konsumen diantaranya yaitu :

1. Tindakan langsung terlibat dalam mendapatkan, mengkonsumsi, dan menghabiskan produuk jasa, termasuk proses keputusan yang mendahului dan menyusul tindakan ini (Engel et al, 2008;3).

2. Proses pengambilan keputusan dan aktifitas individu secara fisik yang dilibatkan dalam mengevaluasi, memperoleh, mnggunakan atau dapat menggunakan barang-barang dan jasa (Loudon dan Bitta, 1998;6).

3. Tindakan, proses, dan hubungan sosial yang dilakukan oleh indivisu, kelompok, dan organisasi dalam mendapatkan, menggunakan suartu produk atau lainnya


(41)

29

sebagai suatu akibat dari pengalamannya dengan produk, pelayanman, dan sumber-sumber lainnya (Zaltman dan Wallendorf, 1999;6).

Berdasarkan pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa perilaku konsumen adalah tindakan-tindakan yang dilakukan oleh konsumen baik perorangan maupun kelompok yang berhubungan dengan pengambilan keputusan dalm proses mendapatkan barang-barang atau jasa yang dapat dipengaruhi oleh lingkungan.

Umar (2000;50) menyatakan bahwa perilaku konsumen terbagi du bagian yaitu perilaku yang tampak dan yang tidak tampak. Perilaku yang tampak termasuk ke dalamnya adalah variabel-variabel jumlah pembelian, waktu, karena siapa, dengan siapa, dan bagaimana konsumen melakukan pembelian. Perilaku yang tidak tampak variabel-varabel yang termasuk kedalamnya adalah persepsi, ingatan, terhadap informasi, dan perasaan kepemilikan konsumen. Terdapat dua faktor utama yang mempengaruhi perilaku konsumen yaitu, kebudayaan, budaya khusus, kelas sosial, kelompok sosial dan referensi keluarga. Faktor lain adalah faktor psikologis yang terdiri dari atas motivasi, persepsi, proses belajar, kepercayaan dan sikap.

Konsep pemasaran menakankan perusahaaan mengenal dan merumuskan keinginan konsumennya. perusahaan dalam melaksanakan kegiatan pemasarannya haruslah didasarkan pada kebutuhan konsumen yang tercermin melalui perilakunya dalam merealisasikan pembelian. Umumnya konsumen akan menunjukkan perilaku gembira atau merasa puas apabila produk yang dibeli sesuai dengan kebutuhan dan harapannya.


(42)

2.3.2. Nilai Pelanggan dan Kepuasan Pelanggan

Sebelum lebih lanjut membahsa kepuasan pelanggan, terlebih dahulu harus diketahui siapakah pelanggan dan nilai pelanggan. Pelanggan (customer) menurut Lupiyoadi (2001;143) adalah sesorang yang secara kontinyu berulang kali datang ke suatu tempat yang sama untuk memuaskan keinginnya dengan memiliki suatu produk atau mendapat suatu jasa.

Menurut Kotler (2004;49) nilai terhantar pada pelanggan dengan jumlah biaya yang harus dikeluarkan oleh pelanggan untuk memperoleh produk tersebut. Nilai pelanggan adalah sekelompok keuntungan yang diharapkan pelanggan dari barang atau jasa tertentu. Sehingga dengan demikian pelanggan akan membuat penilaian pada suatu produk dan mengambil suatu keputusan berdasarkan pada penilaian maksimal yang mungkin akan diperoleh yang dapat diberikan suatu produk dengan sumber daya yang dimiliknya.

Perusahaan agar dapat unggul bersaing dalam pemasaran dan bertahan hidup harus menerapkan filosofi pemasaran yang berwawasan pelanggan. Implikasi dari konsep ini adalah memaksimalkan nilai terhantar bagi pelanggan untuk mencapai kepausan pelanggan (customer satisfaction).

Kotler (2004: 246) menyatakan kepuasan pelanggan atau ketidak puasan pelanggan adalah respon pelanggan terhadap evaluasi ketidaksesuaian yang dirasakan antara harapan sebelumnya dan kinerja aktual produk yang dirasakan setelah penggunaan produk. Engel (2008: 156) memberi batasan kepuasan pelanggan sebagai evaluasi purna beli dimana alternatif yang dipilih sekurang-kurangnya memberikan hasil


(43)

31

sama atau bahkan melebihi harapan pelanggan, sedangkan ketidakpuasan timbul akibat hasil yang diperoleh tidak memenuhi harapan pelanggan (Tjiptono;2001;146).

Definisi kepuasan pelanggan menurut Kotler (2004; 52) adalah tingkat perasaan seseorang setelah membandingkan kinerja (hasil) yang dirasakan dengan harapannya. Sedangkan menurut Widjaja (2001;7) menyatakan kepuasan pelanggan adalah sejauh mana anggapan kinerja produk memenuhi harapan pembeli. Bila prestasi sesuai dengan harapan maka pembeli puas dan sebaliknya.

Tujuan kegiatan pemasaran suatu produk adalah untuk mencapai kepuasan kepada pelanggan. Jawaban dari pertanyaan ini tidak sedarhana, karena setiap pelanggan berbeda-beda dan kompleks. Sebagian merasa puas bila mendapatkan barang yang diinginkan. Sebagian merasa puas apabila mendapatkan barang yang sangat diinginkan. Sebagian lagi apabila menemukan produk harga yang murah dibandingkan dengan yang lain. sebagian lagi karena dapat memiliki produk yang tidak bisa dimiliki orang lain/simbol status. Tetapi ada juga yang semakin puas bila semakin banyak orang yang memiliki barang tersebut (Kasali, 2000 : 56).

Kesadaran perusahaan terhadap nilai pelanggan dan kepuasan pelanggan dapat memberikan keuntungan terhadap peusahaan. Keuntungan tersebut menyebabkan perusahaan akan mengalami pertumbuhan yang baik atas keberhasilan perusahaan memperoleh keunggulan bersaing (competitive advantage) sebagai hasil upaya perwujudan kepuasan pelanggan (Faisal, 2000;35). Sedangkan perusahaan yang lalai memperhatikan kepuasan pelanggannya akan mengalami kerugian, karena


(44)

pelanggan akan beraluih menjandi pelanggan pesaing seningga akan menurunkan penjualan dan pada gilirannya akan menurunkan laba (Supranto ; 2000 ; 2).

Definisi kepuasan pelanggan, secara konseptual menurut Tjiptono (2001;147) dapat digambarkan seperti pada Gambar berikut.

Gambar 3 Konsep Kepuasan Pelanggan

Tujuan Perusahaan Kebutuhan dan Keinginan Pelanggan PRODUK

Nilai Produk bagi Harapan Pelanggan Pelanggan terhadap Produk

Tingkat Kepuasan Pelanggan Sumber: Tjiptono 2001, 147

Lebih lanjut Kartajaya (2000;46-50) dalam suatu konsep pemasaran, perusahaaan selain memperhatikan perusahaannya (shareholder), pelanggan (customer), juga harus memperhatikan masyarakat (people) atau yang dikenal dengan suatu konsep

stakeholder. Manfaat yang diperoleh dari penerapan konsep stakeholder adalah dapat diraihnya sustainable satisfaction oleh ketiga pihak yaitu perusahaan, pelanggan dan masyarakat.

2.3.3. Kesenjangan Antara Harapan dan Kepuasan Pelanggan

Kepuasaan pelanggan akan terpenuhi apabila proses penyampaian jasa sesuai dengan apa yang dipersepsikan, tetapi perbedaaan persepsi antara pelanggan dengan


(45)

33

perusahaan sering terjadi. Ketidakpuasaan terjadi karena adanya gap atau kesenjangan antara persepsi konsumen dengan proses penyampaian jasa oleh perusahaan.

Menurut Tjiptono (2001 ; 159) penyebab ketidakpuasan menurut asalnya dapat dibedakan menjadi dua yaitu :

a. Faktor internal, yang berasal dari dalam perusahaan dan relatif dapat dikendalikan misalnya tingkah laku karyawan, ketepatan waktu, prosedur, dan lain-lain.

b. Faktor eksternal, berasal dari luar kendali perusahaan, seperti gangguan cuaca, bencana alam dan sebagainya.

Menurut Zeithaml dan Bitner (1996;37) persepsi pelanggan (perceived) adalah

subjective assassments of actual service experience”, dan harapan pelanggan

(expected customer) adalah “the standar of or refence points for performance againts which service experience are compare, and are often formulated in terms of what customer believes should be happen”.

Ketidak puasaan terjadi akibat adanya kesenjangan (gap) antara jasa yang diperoleh dengan persepsi pelanggan.

Menurut Porter (dalam Umar, 2000; 55) terdapat lima macam kesenjangan yaitu : 1. Kesenjangan antara harapan pelanggan dan persepsi manajemen. Terjadi karena

manajemen perusahaan tidak memahami dengan benar bagaimana jasa yang menjadi keinginan pelanggan sehingga desain dan standar jasa tidak layak. 2. Kesenjangan antara persepsi manajemen tentang harapan pelanggan dan

spesifikasi kualitas jasa. Pada dasarnya perusahaan telah melakukan pelayanan yang mereka percayai memenuhi standar keinginan pelanggan, namun


(46)

sebetulnya belum akurat karena hanya berfokus pada kualitas teknis dan mengabaikan segi pelayanan.

3. Kesenjangan antara spesifikasi kualitas jasa yang disajikan. Terjadi karena para petugas yang mungkin tidak terlatih dan tidak mampu melakukan pelayanan yang memenuhi standar atau keinginan pelanggan.

4. Kesenjangan antara penyampaian jasa aktual dan komunikasi eksternal kepada konsumen. Terjadi karena persepsi yang disampaikan kepada pelanggan tidak sesuai dengan fakta yang dijanjikan perusahaan.

5. Kesenjangan antara jasa yang diharapkan dan jasa aktual yang diterima pelanggan.

Kesenjangan ini mencerminkan adanya perbedaan kinerja aktual yang diterima pelanggan dengan kinerja yang diharapkan pelanggan. Kesenjangan antara jasa yang diharapkan dan jasa yang aktual yang diterima pelanggan dapat dipengaruhi oleh informasi dari orang lain atau komunikasi dari mulut ke mulut, pengalaman masa lalu dalam menggunakan produk tersebut.


(47)

III. METODE PENELITIAN

3.1 Metode Pengumpulan Data

1. Penelitian Pustaka, penelitian ini dilakukan dengan mempelajari literatur-literatur dan sumber-sumber pustaka lainnya yang berkaitan dengan penelitian ini.

2. Angket, yaitu pengumpulan data yang dilakukan melalui daftar pertanyaan yang telah disusun sebelumnya.

3. Wawancara,yaitu pengumpulan data dengan tanya jawab kepada perespon yang berpedoman dengan daftar pertanyaan (angket) yang telah dipersiapkan sebelumnya.

4. Dokumentasi, yaitu pengumpulan data yang dilakukan dengan mencatat sesuai dengan dengan dokumentasi-dokumentasi yang tersedia dengan baik yang disediakan oleh perusahaan/tempat penelitian.

3.2 Metode Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan secara sengaja (purposive) mengingat populasi (jumlah konsumen pasar Tugu ) pada Bandarlampung bersifat tidak terbatas dan tidak diketahui. Untuk itu sampel yang digunakan sebagai responden sesuai dengan kemampuan, waktu dan biaya yang


(48)

penulis miliki akan ditentukan sebanyak 70 sampel (responden). Menurut Malhotra (2008) minimal unit sampel sebanyak 4 atau 5 kali jumlah variabel yang diteliti. Jumlah variabel penelitian ini termasuk variabel terikat adalah sebanyak 7.

3.3 Definisi Operasional Variabel

1. Variabel terikat keputusan membeli/berbelanja maksudnya merupakan serangkaian tindakan konsumen dalam berbelanja dari alternatif-alternatif yang ada seperti tentang Harga, Kenyamanan, Kelengkapan produk, Kejujuran, Jarak tempuh dari rumah ke pasar.

2. Sikap konsumen terhadap harga di pasar tradisional merupakan tanggapan konsumen terhadap harga barang yang memberikan pengaruh langsung terhadap perilaku seseorang yaitu seperti harga yang murah, adanya tawar menawar, dapat menghutang

3. Kenyamanan merupakan ketenangan dan keamanan berbelanja dalam perilakunya sehingga terlihat bahwa individu-individu tersebut memiliki ketenangan dan keamanan dalam berbelanja di pasar tradisional

4. Kelengkapan produk merupakan proses penafsiran atas informasi dan stimulus untuk menciptakan gambaran tentang aspek-aspek lingkungannya seperti penilaian terhadap produk, kemudahan-kemudahan yang akan diperoleh, seperti barang dapat ditukar.

5. Kejujuran merupakan perilaku seseorang individu yang mencerminkan kepercayaan, keterbukaan, apa adanya

6. Jarak tempuh merupakan waktu yang dibutuhkan konsumen menuju pasar tempat berbelanja.


(49)

37

3.4 Uji Coba Alat Ukur

3.4.1 Uji Validitas

Uji validitas digunakan untuk mengukur valid atau tidaknya suatu kuesioner. Kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut (Ghozali, 2006:40).

Uji validitas instrument dilakukan dengan menguji validitas konstruk melalui penggunaan analisis faktor. Validitas konstruk menunjukan seberapa valid hasil yang diperoleh dari penggunaan suatu pengukur atau indikator sesuai dengan konsep teori yang digunakan.

Penggunaan analisis faktor dilakukan, pertama-tama melihat nilai KMO-MSA

(Kaiser-Mayer-Olkin Measure of Sampling Adequasi), dan nilai signifikansi

Barlett.s Test of Sphericitykurang dari 0,05, untuk menilai atau menguji bahwa alat ukur yang digunakan memadai. Nilai MSA menurut Sarwono (2006:208) bahwa angka MSA adalah 0-1 dengan ketentuan:

• Jika MSA = 1 maka variabel tersebut dapat diprediksi tanpa kesalahan.

• Jika MSA≥ 0,5 maka variabel tersebut masih dapat diprediksi dan dianalisis lebih lanjut.

• Jika MSA < 0,5 maka variabel tersebut tidak dapat diprediksi dan dianalisi lebih lanjut sehingga harus dibuang.

Langkah analisis faktor berikutnya, adalah melihat faktor loading dari masing-masing item pertanyaan atau indikator. Validitas instrument dinilai berdasarkan kriteria nilai faktor loading item minimal 0,4 (Hair et al, 1998:648) dan Comrey


(50)

dalam Jogiyanto (2007:124) menyatakan bahwa suatu indikator atau item membentuk suatu konstruk dengan valid dan benar, maka indikator atau item tersebut harus memuat skor yang tinggi atau nilai faktor loadingmemberikan nilai besar. Beberapa kriteria alat ukur dikatakan valid menurut Comery, yaitu:

Table 1 Kriteria Validitas pada Analisis Faktor

No Nilai FaktorLoading Kriteria

1 < 0,45 Tidak Valid

2 0,45-0,55 Cukup Valid

3 0,56-0,62 Valid

4 0,63-0,71 Sangat Valid

5 > 0,71 Memuaskan atau sangat sangat valid atau

validitas sangat tinggi Sumber: Jogiyanto (2007:124)

3.4.2 Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah alat untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan indikator dari variabel atau konstruk. Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban seseorang terhadap pernyataan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Adapun cara yang digunakan untuk menguji reliabilitas kuesioner dalam penelitian ini adalah mengukur reliabilitas dengan uji statistik Cronbach Alpha. Untuk mengetahui kuesioner tersebut sudah reliabel akan dilakukan pengujian reliabilitas kuesioner. Kriteria penilaian uji reliabilitas adalah

• Apabila hasil koefisien Alpha lebih besar dari taraf signifikansi 60% atau 0,6 maka kuesioner tersebut reliabel.

• Apabila hasil koefisien Alpha lebih kecil dari taraf signifikansi 60% atau 0,6 maka kuesioner tersebut tidak reliabel.


(51)

39

3.5 Metode Analisis

Untuk mengetahui sikap konsumen di pasar Tugu Bandar Lampung dalam hubungannya dengan minat membeli penulis menggunakan metode statistik

Multiple regressionsebagai berikut.

Yj= α + β1X1+ β2X2+ β3X3j+ β4X4j+ β5X5j+ej Dimana:

Y = Putusan Beli

α= Konstanta

βj = Koefisien regressi, dimana j = 1,2, 3, …….n

X1= sikap terhadap harga.

X2= Sikap terhadap kenyamanan.

X3= Sikap terhadap kelengkapan produk

X4= Sikap terhadap kejujuran

X5= Sikap terhadap jarak tempuh


(52)

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pemahasan sebelumnya, maka dapat disimpulkan beberapa hal yaitu: 1. Sikap konsumen di pasar tradisional tentang harga adalah negatif. Ini berarti harga

barang di pasar tradisional dianggap masih wajar (baik) oleh konsumen dalam arti lebih praktis, mudah, adanya kebebasan untuk tawar menawar.

2. Sikap konsumen tentang kenyamanan di pasar tradisional bersifat positip. Maksudnya, bahwa konsumen menganggap pasar tradisional masih nyaman untuk berbelanja, hal ini mungkin karena kesederhanaan tempat berbelanjanya.

3. Sikap konsumen tentang kelengkapan produk bersifat positif. Maksudnya, bahwa barang di pasar tradisional dianggap konsumen dapat memenuhi kebutuhannya terutama yang akan digunakan untuk berdagang kembali.

4. Sikap konsumen tentang kejujuran para pedagang. Secara statistik variabel ini tidak memiliki keberartian terhadap minat untuk berbelanja di pasar tradisional. Hal ini dapat dimengerti karena kejujuran adalah hal yang relatif, terlebih bagi para pedagang yang bertujuan untuk memperoleh keuntungan dengan mengenyampingkan kepuasan pelanggan. Dan ini telah menjadi stigma untuk pedagang di pasar tradisional yang belum memahami konsep pemasaran secara utuh.

5. Sikap Konsumen tentang jarak tempuh ke pasar. Variabel ini mempunyai arti bahwa tempat pasar tradisional akan menjadi minat bagi konsumen yang memiliki jarak tempuh yang dekat dengan tempat tinggalnya atau masih dalam satu jalur dengan


(53)

66

kendaraan angkutan. Semakin dekat lokasi pasar tradisional, maka semakin berminatlah konsumen berbelanja di pasar tradisional.

5.2 Saran

1. Diharapkan para pedagang di pasar tradisional tetap memegang atau menjaga hubungan emosional dengan para pelanggannya. Hubungan tersebut seperti adanya tawar menawar, kesan kesederhanaan pasar tradisional, keramahan yang memang dimiliki bukan karena dibuat-buat.

2. Diharapkan adanya pembinaan dari Pengurus/Pengelola Pasar Tugu khususnya dan Dinas Pasar Kota Bandar Lampung umumnya kepada para pedagang tradisional seperti selalu menjaga kualitas produk, atau penetapan harga jual produk yang bersaing dengan di pasaar modern.

3. Diharapkan adanya penelitian yang mendalam dan meluas terhadap sikap konsumen di pasar tradisional dibandingkan dengan pasar modern.


(54)

Arikunto, Suharsimi, 2009, Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktis, Rineka Cipta, Jakarta.

Basu Swastha DH dan T. Hani Handoko, 2007, Manajemen pemasaran, Analisa Perilaku Konsumen,Liberty, Jogyakarta.

Engel, James F., Blackwell, Roger D., dan Miniard Paul W. 2008.Perilaku Konsumen. Jilid I. Bina Rupa Aksara. Jakarta.

Estudiantina. 2002.Bagaimana Mempertahanklan Konsumen. Satu lelaki com.

Husein Umar, 2002,Riset Pemasaran dan Perilaku Konsumen, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Kotler, Philip, 2004, Manajemen Pemasaran, Analisis Perencanaan, Implementasi dan Pengendalian,Salemba Empat, Jakarta.

Kasali, Rhenald. 2000 Membidik Pasar Indonesia. Segmentasi, Targetting, dan Positioning. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Kartajaya, Hermawan. 2000 Marketing Plus 2000 siasat Memenangkan Persaingan Global. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Loudon and Bitta 1998. Consumer Behavior; Concept and Applications. By Mccgraw Hill, Inc. The United State of America.

Lupiyoadi, Rambat. 2001. Manajemen Pemasaran Jasa.Teori dan Praktik Penerbit Salemba empat. Jakarta.

Mangkunegara, A. Anwar Prabu, 2008,Perilaku Konsumen, PT Eresco, Bandung. Natawijaya, Rohman, 2008,Pengolahan Data Statistik, IKIP, Bandung.

Nasir, Moh.,2009,Metode Penelitian, Ghalia Indonesia, Jakarta.

Nyoman, Ni Rusmianti, 2002,Manajemen Pemasaran Parktis,Alumni, Bandung. Sigit, Soehardi, 2007,Manajemen Pemasaran Praktis, Liberty, Jogyakarta. Soedjana, 2002,Metode Statistik, Tarsito, Bandung

Stanton, William J., 2009,Prinsip Pemasaran, Alih Bahasa Y. Lamarto, Erlangga, Jakarta Supranto, Johanes. 2000.Statistik Teori dan Aplikasi.Jilid II. Penerbit PT Airlangga. Jakarta. Sutisna, 2001,Manajemen Pemasaran, Gajah Mada Press, Yogyakarta.


(55)

Tjiptono, Fandy. 2001. Manajemen Jasa. Edisi kedua, cetakan kedua. Penerbit Andi Offset. Yogyakarta.

Trioso Purnawarman, 2001,Manajemen Pemasaran,Ghalia Indonesia, Jakarta.

Umar, Husein. 2000. riset Pemasaran dan Perilaku Konsumen. Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama dan JBRC. Jakarta

Widjaja. 2001. Tanaya Jawab Manajemen Pemasaran Kontemporer. Penerbit Havarindo. Jakarta.

Winardi, 1999,Manajemen Pemasaran, Alumni, Bandung.

Zaltman, Wallendorf, 1999. Consumer Behavior. Basic Finding and Management Implications.The United State of America.


(1)

dalam Jogiyanto (2007:124) menyatakan bahwa suatu indikator atau item membentuk suatu konstruk dengan valid dan benar, maka indikator atau item tersebut harus memuat skor yang tinggi atau nilai faktor loadingmemberikan nilai besar. Beberapa kriteria alat ukur dikatakan valid menurut Comery, yaitu:

Table 1 Kriteria Validitas pada Analisis Faktor

No Nilai FaktorLoading Kriteria

1 < 0,45 Tidak Valid

2 0,45-0,55 Cukup Valid

3 0,56-0,62 Valid

4 0,63-0,71 Sangat Valid

5 > 0,71 Memuaskan atau sangat sangat valid atau validitas sangat tinggi

Sumber: Jogiyanto (2007:124)

3.4.2 Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah alat untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan indikator dari variabel atau konstruk. Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban seseorang terhadap pernyataan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Adapun cara yang digunakan untuk menguji reliabilitas kuesioner dalam penelitian ini adalah mengukur reliabilitas dengan uji statistik Cronbach Alpha. Untuk mengetahui kuesioner tersebut sudah reliabel akan dilakukan pengujian reliabilitas kuesioner. Kriteria penilaian uji reliabilitas adalah

• Apabila hasil koefisien Alpha lebih besar dari taraf signifikansi 60% atau 0,6 maka kuesioner tersebut reliabel.

• Apabila hasil koefisien Alpha lebih kecil dari taraf signifikansi 60% atau 0,6 maka kuesioner tersebut tidak reliabel.


(2)

39

3.5 Metode Analisis

Untuk mengetahui sikap konsumen di pasar Tugu Bandar Lampung dalam hubungannya dengan minat membeli penulis menggunakan metode statistik Multiple regressionsebagai berikut.

Yj= α + β1X1+ β2X2+ β3X3j+ β4X4j+ β5X5j+ej Dimana:

Y = Putusan Beli α= Konstanta

βj = Koefisien regressi, dimana j = 1,2, 3, …….n X1= sikap terhadap harga.

X2= Sikap terhadap kenyamanan.

X3= Sikap terhadap kelengkapan produk X4= Sikap terhadap kejujuran

X5= Sikap terhadap jarak tempuh E =error term


(3)

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pemahasan sebelumnya, maka dapat disimpulkan beberapa hal yaitu: 1. Sikap konsumen di pasar tradisional tentang harga adalah negatif. Ini berarti harga

barang di pasar tradisional dianggap masih wajar (baik) oleh konsumen dalam arti lebih praktis, mudah, adanya kebebasan untuk tawar menawar.

2. Sikap konsumen tentang kenyamanan di pasar tradisional bersifat positip. Maksudnya, bahwa konsumen menganggap pasar tradisional masih nyaman untuk berbelanja, hal ini mungkin karena kesederhanaan tempat berbelanjanya.

3. Sikap konsumen tentang kelengkapan produk bersifat positif. Maksudnya, bahwa barang di pasar tradisional dianggap konsumen dapat memenuhi kebutuhannya terutama yang akan digunakan untuk berdagang kembali.

4. Sikap konsumen tentang kejujuran para pedagang. Secara statistik variabel ini tidak memiliki keberartian terhadap minat untuk berbelanja di pasar tradisional. Hal ini dapat dimengerti karena kejujuran adalah hal yang relatif, terlebih bagi para pedagang yang bertujuan untuk memperoleh keuntungan dengan mengenyampingkan kepuasan pelanggan. Dan ini telah menjadi stigma untuk pedagang di pasar tradisional yang belum memahami konsep pemasaran secara utuh.

5. Sikap Konsumen tentang jarak tempuh ke pasar. Variabel ini mempunyai arti bahwa tempat pasar tradisional akan menjadi minat bagi konsumen yang memiliki jarak tempuh yang dekat dengan tempat tinggalnya atau masih dalam satu jalur dengan


(4)

66

kendaraan angkutan. Semakin dekat lokasi pasar tradisional, maka semakin berminatlah konsumen berbelanja di pasar tradisional.

5.2 Saran

1. Diharapkan para pedagang di pasar tradisional tetap memegang atau menjaga hubungan emosional dengan para pelanggannya. Hubungan tersebut seperti adanya tawar menawar, kesan kesederhanaan pasar tradisional, keramahan yang memang dimiliki bukan karena dibuat-buat.

2. Diharapkan adanya pembinaan dari Pengurus/Pengelola Pasar Tugu khususnya dan Dinas Pasar Kota Bandar Lampung umumnya kepada para pedagang tradisional seperti selalu menjaga kualitas produk, atau penetapan harga jual produk yang bersaing dengan di pasaar modern.

3. Diharapkan adanya penelitian yang mendalam dan meluas terhadap sikap konsumen di pasar tradisional dibandingkan dengan pasar modern.


(5)

Arikunto, Suharsimi, 2009, Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktis, Rineka Cipta, Jakarta.

Basu Swastha DH dan T. Hani Handoko, 2007, Manajemen pemasaran, Analisa Perilaku Konsumen,Liberty, Jogyakarta.

Engel, James F., Blackwell, Roger D., dan Miniard Paul W. 2008.Perilaku Konsumen. Jilid I. Bina Rupa Aksara. Jakarta.

Estudiantina. 2002.Bagaimana Mempertahanklan Konsumen. Satu lelaki com.

Husein Umar, 2002,Riset Pemasaran dan Perilaku Konsumen, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Kotler, Philip, 2004, Manajemen Pemasaran, Analisis Perencanaan, Implementasi dan Pengendalian,Salemba Empat, Jakarta.

Kasali, Rhenald. 2000 Membidik Pasar Indonesia. Segmentasi, Targetting, dan Positioning. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Kartajaya, Hermawan. 2000 Marketing Plus 2000 siasat Memenangkan Persaingan Global. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Loudon and Bitta 1998. Consumer Behavior; Concept and Applications. By Mccgraw Hill, Inc. The United State of America.

Lupiyoadi, Rambat. 2001. Manajemen Pemasaran Jasa.Teori dan Praktik Penerbit Salemba empat. Jakarta.

Mangkunegara, A. Anwar Prabu, 2008,Perilaku Konsumen, PT Eresco, Bandung. Natawijaya, Rohman, 2008,Pengolahan Data Statistik, IKIP, Bandung.

Nasir, Moh.,2009,Metode Penelitian, Ghalia Indonesia, Jakarta.

Nyoman, Ni Rusmianti, 2002,Manajemen Pemasaran Parktis,Alumni, Bandung. Sigit, Soehardi, 2007,Manajemen Pemasaran Praktis, Liberty, Jogyakarta. Soedjana, 2002,Metode Statistik, Tarsito, Bandung

Stanton, William J., 2009,Prinsip Pemasaran, Alih Bahasa Y. Lamarto, Erlangga, Jakarta Supranto, Johanes. 2000.Statistik Teori dan Aplikasi.Jilid II. Penerbit PT Airlangga. Jakarta. Sutisna, 2001,Manajemen Pemasaran, Gajah Mada Press, Yogyakarta.


(6)

Tjiptono, Fandy. 2001. Manajemen Jasa. Edisi kedua, cetakan kedua. Penerbit Andi Offset. Yogyakarta.

Trioso Purnawarman, 2001,Manajemen Pemasaran,Ghalia Indonesia, Jakarta.

Umar, Husein. 2000. riset Pemasaran dan Perilaku Konsumen. Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama dan JBRC. Jakarta

Widjaja. 2001. Tanaya Jawab Manajemen Pemasaran Kontemporer. Penerbit Havarindo. Jakarta.

Winardi, 1999,Manajemen Pemasaran, Alumni, Bandung.

Zaltman, Wallendorf, 1999. Consumer Behavior. Basic Finding and Management Implications.The United State of America.