Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pegawai Negeri Sipil menurut UU No.5 tentang Aparatur Sipil Negara adalah warga negara Indonesia yang memenuhi syarat tertentu, diangkat sebagai pegawai Anggota Sipil Negara secara tetap oleh pejabat pembinaan kepegawaian untuk menduduki jabatan pemerintahan. Pegawai Negeri Sipil yang bekerja pada suatu instansi pemerintah sebagai abdi masyarakat perlu meningkatkan pengabdian dan kesetiaannya kepada bangsa dan negara. Upaya meningkatkan hal tersebut dapat dilihat dari hasil kinerja Pegawai Negeri Sipil. Diperlukan pegawai yang terampil dan sesuai dengan keahlian yang dibutuhkan dibidangnya, untuk itu perlu diadakan pengembangan dan evaluasi pelatihan bagi pegawai sebagai salah satu usaha meningkatkan kinerja dalam organisasi pemerintahan. Kinerja merupakan hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dapat dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugas sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya Mangkunegara, 2005. Kinerja yang baik adalah kinerja yang optimal dilaksanakan oleh pegawai untuk mendukung tercapainya tujuan organisasi atau instasinya. Ketika kinerja naik atau menurun maka akan berpengaruh terhadap pengembangan karir pegawai. Balai Kota Yogyakarta merupakan komplek pemerintahan dan perkantoran Walikota Yogyakarta. Kompleks Balai Kota Yogyakarta berada di Jalan Kenari No.56 Yogyakarta. Di kompleks ini terdapat sebanyak 22 instansidinas yang biasa disebut SKPD Satuan Kerja Perangkat Daerah Kinerja Pegawai Negeri Sipil Kota Yogyakarta sendiri dinilai menurut Peraturan Walikota Yogyakarta No.23 th 2007 Tentang Penilaian Kinerja Pegawai Kota Yogyakarta. Kinerja ini dinilai dari aspek kepemimpinan, ketrampilan, prakarsa, capaian kerja, kerjasama, ketaatan, dan hubungan kemasyarakatan. Penurunan kinerja Pegawai Negeri Sipil Kota Yogyakarta diindikasikan belum optimalnya evaluasi pelatihan dan pengembangan karir di Balai Kota Yogyakarta. Menurunnya kinerja Pegawai Negeri Sipil ini diindikasikan karena pegawai bekerja selama 8 jam yaitu dari pukul 7.30–15.30 dan dibeberapa SKPD kurang mendapat jam istirahat. Indikasi lainnya adalah target pencapaian kinerja dari laporan yang terselesaikan masih ada yang terlambat, adanya penurunan kegiatan pelatihan dan jumlah peserta yang mengikuti pada tahun 2013 terdapat 16 kegiatan pelatihan sedangkan pada tahun 2014 sebanyak 15 pelatihan. Jumlah Pegawai Negeri Sipil yang mengikuti diklat pada tahun 2014 sebanyak 771 orang dari target 1.055 orang, sedangkan pada tahun 2013 sebesar 1.339 orang dari target 1.302 orang. Indikasi lain menurunnya kinerja Pegawai Negeri Sipil Kota Yogyakarta adalah lingkungan kerja yang tidak kondusif dengan ruangan yang kurang pencahayaan, apalagi di gedung yang sudah lama. Ruangan yang cukup namun penataan meja kerja kurang rapi dengan berkas dokumen sehingga membuat terlihat kurang rapi. Padahal kerapian merupakan salah satu factor pemicu semangat untuk bekerja lebih giat sehingga akan mempengaruhi kinerja. Berdasar hasil wawancara yang saya lakukan di Badan Kepegawaian Daerah BKD, pelatihan yang diberikan ada 10 macam dan setiap tahunnya berbeda pelatihan yang diberikan. Pelatihan di sini merujuk pada pelatihan yang dilaksanakan secara umum seperti pelatihan pelayanan prima, diklat barang dan jasa, pelatihan komputer, dan pelatihan Bahasa Inggris. Pelatihan akan diberikan sesuai kebutuhan teknis pegawai untuk meningkatkan kompetensinya. Kenaikan jabatan diadakan pelatihan sendiri untuk meningkatkan kompetensi kepemimpinan Pegawai Negeri Sipil tersebut. Permasalahan dari Pegawai Negeri Sipil Kota Yogyakarta yang telah mengikuti pelatihan dan pendidikan ini adalah kegiatan evaluasi pasca diklat belum dilaksanakan secara optimal. Selain itu, dengan adanya Permenpan-RB Nomor 6 Tahun 2015 tentang Pedoman Pembatasan Pertemuan atau Rapat di Luar Kantor maka pihak manajemen pelatihan kesulitan mencari ruangan yang hanya bisa dilakukan di kompleks dinas yang terbatas. Ruangan yang seharusnya digunakan untuk rapat digunakan untuk pelatihan dan itu terlihat sangat sempit. Kemudian dua meja untuk 3 orang dan berdesak-desakkan membuat kurang nyaman. Sarana prasarana toilet dan mushola juga kurang memadai. Permasalahan lainnya adalah adanya Pegawai Negeri Sipil yang setelah mengikuti pelatihan dipindah oleh atasannya ke SKPD Satuan Kerja Perangkat Daerah lain dengan alasan pelatihan tidak sesuai dengan posisi yang ditempati. Padahal perencanaan pengusulan peserta tugas belajar sudah sesuai dengan analisa jabatan dan analisa formasi kebutuhan akan pelatihan tersebut. Produk dari pelatihan adalah output alumni peserta pelatihan dan manfaatnya adalah outcome atau pengaruh pelatihan terhadap kinerja. Oleh karenanya diadakan evaluasi pelatihan untuk mengetahui manfaat atau hasil nyata dari pelatihan yang dilaksanakan untuk mengetahui berhasil atau tidaknya suatu program pelatihan. Efisien dan efektivitas pelatihan juga dapat diketahui dari evaluasi pelatihan yang digunakan untuk memberi masukan apakah program pelatihan masih dapat dilanjutkan atau tidak. Pada umumnya, evaluasi pelatihan menurut Kirkpatrick dilakukan melalui 4 tahap yaitu, reaction, learning, behavior, dan result. Berikut adalah hasil evaluasi diklat tahun 2014 yang penulis peroleh dan pada saat itu baru hasil diklat evaluasi pengelolaan keuangan yang sudah ada laporannya. Tabel.1. Hasil evaluasi diklat Pengelolaan Keuangan 2014 No. Kategori Hasil 1. Tingkat relevansi materi diklat Cukup 2. Tingkat peningkatan kompetensi alumni Rendah 3. Tingkat pendayagunaan alumni Rendah 4. Tingkat penerapan Tinggi Sumber : Laporan Kegiatan BKD 2014 Pengembangan karir menurut Kadarisman 2013, pengembangan karier merupakan upaya-upaya pribadi seorang karyawan untuk mencapai suatu rencana karier. Disusunlah perencanaan karier untuk menaikkan jenjang karirnya, namun sebagai Pegawai Negeri Sipil pengembangan karir bersifat struktural seperti adanya golongan, pangkat, kesetiaan masa kerja, pendidikan, dan lain-lain, menuntut waktu yang 4 tahun untuk naik golongan. Pengembangan karir merupakan hal yang dapat meningkatkan kinerja pegawai karena mereka merasa mendapatkan penghargaan atas hasil kerja mereka dan itu akan memberikan mereka semangat untuk kinerja yang lebih baik lagi. Pengembangan karir terjadi ketika pengisian kekosongan jabatan struktural maupun fungsional, agar penempatan jabatan sesuai dengan kompetensi maka diadakan tes kompetensi dan tes psikologi. Indikasi menurunnya pengembangan karir Pegawai Negeri Sipil Yogyakarta dapat dilihat dari anggaran kegiatan dari tahun 2013 sebanyak 94,41 kemudian menurun pada tahun 2014 sebanyak 87,3 . Tabel.2. Hasil Pra Survey 20 Responden Mengenai Faktor yang Mendukung Kinerja Pegawai Negeri Sipil Kota Yogakarta No Faktor yang dapat memengaruhi kinerja karyawan Jumlah jawaban Persentase 1 Beban kerja 4 13

2 Pengembangan Karir

8 27 3 Reward 5 17 4 Evaluasi Pelatihan 10 33 5 Lingkungan Kerja 3 10 Sumber : survey tahun 2015 Setiap 15 responden memilih dua jawaban mengenai faktor-faktor yang memepengaruhi kinerja Pegawai Negeri Sipil Kota Yogyakarta. Responden dalam pra survey hanya memilih dua jawaban karena penelitian ini ingin memfokuskan dua faktor yang paling berpengaruh terhadap kinerja. Hasil pra survey dari 15 responden menunjukkan bahwa faktor tertinggi adalah evaluasi pelatihan, yaitu sebesar 33 atau sebanyak 10 responden. Selanjutnya diikuti oleh faktor pengembangan karir sebesar 27 atau sebanyak 8 responden. Faktor paling kecil yang mendukung kinerja pegawai adalah lingkungan kerja yaitu sebesar 10 atau sebanyak 3 responden. Menurut Simanungkalit 2011 pelatihan dan pengembangan karir secara simultan bersama-sama memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja. Penelitian Harlie 2012 Pengaruh Disiplin Kerja, Motivasi dan Pengembangan Karier terhadap Kinerja Pegawai Negeri Sipil pada Pemerintah Kabupaten Tabalong di Tanjung Kalimantan Selatan menyatakan bahwa pengembangan karir berpengaruh nyata secara parsial terhadap kinerja. Berdasar latar belakang di atas maka penting dilakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Evaluasi Pelatihan dan Pengembangan Karir Terhadap Kinerja Pegawai Negeri Sipil Kota Yogyakarta”.

B. Identifikasi Masalah