Kota Lasem HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

19

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Kota Lasem

Lasem adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Rembang, Jawa Tengah, Indonesia. Kecamatan ini merupakan salah satu kecamatan di pesisir pantai Laut Jawa di Kabupaten Rembang, berjarak lebih kurang 12 km ke arah timur dari ibukota kabupaten Rembang, dengan batas-batas wilayah meliputi: sebelah utara berbatasan dengan Laut Jawa, sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Sluke, sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Pancur, sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Rembang. Kecamatan Lasem mempunyai luas wilayah mulai dari pesisir Laut Jawa hingga ke selatan. Di sebelah timur terdapat Gunung Lasem. Wilayahnya seluas 4.504 ha di mana 505 ha digunakan sebagai pemukiman, 281 ha sebagai lahan tambak, 624 ha sebagai hutan milik negara. Lasem merupakan kota terbesar kedua di Kabupaten Rembang setelah Kota Rembang. Lasem dikenal juga sebagai Tiongkok kecil karena Lasem merupakan kota awal pendaratan orang Tionghoa di tanah Jawa dan selain itu juga terdapat perkampungan Tionghoa yang sangat banyak. Di Lasem juga terdapat patung Buddha terbaring yang berlapis emas. Lasem juga dikenal sebagai kota santri, kota pelajar dan salah satu daerah penghasil buah jambu dan mangga, selain hasil dari laut seperti garam dan terasi William Kwan,dkk. 2010 : 5. Dahulu Lasem dikenal sebagai salah satu kota pelabuhan yang banyak disinggahi kapal-kapal pedagang. Letaknya yang dilewati oleh jalur pantai utara 20 pantura, menjadikan kota ini sebagai tempat yang strategis dalam perdagangan. Kecamatan ini merupakan salah satu kecamatan di pesisir pantai laut utara Jawa, berada di tengah-tengah jalan utama yang menghubungkan Semarang ibu kota Provinsi Jawa Tengah dan Surabaya ibu kota Provinsi Jawa Timur. Pada zaman kolonial status Lasem adalah sebuah kabupaten. Tetapi sejak tahun 1750, kabupaten dipindahkan ke Rembang, diikuti dengan pindahnya benteng VOC dari kota tersebut pada tahun itu. Sejak tahun 1751 Lasem merupakan sebuah Kecamatan sampai saat ini Sumijati Atmosudiro dan Septi Indrawati Kusumaningsih, tt : 15. Lasem merupakan satu dari delapan mandala daerah bawahan atau kerajaan kecil otonom yang terletak di delapan lokapala penjuru dari kerajaan Majapahit. Dapat ditelusuri dari tiga sumber data, yaitu kitab Negarakertagama, kitab Pararaton dan Carita Sejarah Lasem dalam kitab Serat Badra Santi. Lasem diperintah oleh seorang kerabat puteri dari kerajaan Majapahit yang diberi gelar Bhre Lasem. Menurut kitab Serat Badra Santi, wilayah kekuasaan Lasem pada waktu masa Dewi Indu meliputi wilayah yang terbentang dari Pacitan sampai muara Bengawan Silugangga di Pangkah Sedayu, sedangkan wilayah sebelah timur Bengawan beserta pulau-pulau lainnya masuk dalam daerah kekuasaan raja Hayam Wuruk. Keraton Dewi Indu terdapat di Bumi Kriyan. Lokasi kraton tersebut diperkirakan berada di sekitar Pasar Lasem saat ini, yaitu dipertigaan jalan Jatirogo dan jalan raya Lasem. Banyak bagian dari Majapahit, penguasa Lasem memeluk agama Hindu- Buddha. Hal ini berlangsung sampai masa pemerintah Adipati Wiranagara, cucu 21 Bi Nang Ti. Wiranagara kemudian memeluk agama Islam setelah menikah dengan Puteri Maloka, anak dari Sunan Ampel dan kakak perempuan Sunan Bonang. Sejak masa inilah, penguasa Lasem beragama Islam. Hal ini berlangsung sampai masa runtuhnya kerajaan Majapahit. Pengaruh kekuasaan Lasem terus merosot seusai runtuhnya kerajaan Majapahit. Namun, Lasem tetap menjadi sebuah daerah bebas sampai ditaklukkan oleh Sultan Agung dari Kerajaan Mataram Islam pada tahun 1616. Lokasi Lasem yang strategis di pantai utara Jawa menjadikannya tetap sebagai sebuah kadipaten dan pusat ekonomi penting. Pada tahun 1750 kadipaten Lasem dipindah ke Magersari, Rembang. Sejak saat itu Rembang menjadi pusat Pemerintahan, dan Lasem pun kedudukan pemerintahannya di bawah Rembang. Hal ini berlangsung sampai saat ini, di mana Lasem merupakan salah satu kecamatan yang ada di Kabupaten Rembang, Provinsi Jawa Tengah. Kedudukan politik Lasem pun melemah sejak saat ini. Walaupun Lasem tidak lagi menjadi sebuah pusat pemerintahan kabupaten, tetapi kedudukannya sebagai sebuah pusat perdagangan tidak tergoyahkan. Sejarah kekuatan ekonomi di masa lalu ditambah dengan lokasinya yang strategis di jalan raya pantai utara pulau Jawa serta di perbatasan antara propinsi Jawa Tengah dan propinsi Jawa Timur menjadikan Lasem tetap dikenal sampai sekarang sebagai sebuah pusat kebudayaan dan ekonomi. Kemajuan ekonomi kota Lasem tetap melampaui kota Rembang pada masa pra kemerdekaan Republik Indonesia William, dkk, 2010 : 7 – 14. Begitu pula dengan kota-kota lain di pesisir Jawa Timur seperti Tuban dan Gresik yang tumbuh menjadi tempat berlabuhnya kapal-kapal dagang dari 22 berbagai negara. Berkembangnya kota-kota tersebut secara tidak langsung juga memiliki andil yang cukup besar tidak hanya dalam memasukkan barang-barang niaga perdagangan, namun juga berbagai unsur budaya dan agama yang dibawa oleh orang-orang asing yang singgah dan bahkan menetap. Di samping itu Kota Lasem juga menjadi salah satu daerah yang sangat tertinggal pada akhir tahun 1900 dalam hal perkembangan ekonomi dibanding dengan kota-kota pesisir lainnya di pantai utara Jawa seperti Surabaya, Pasuruan dan Probolinggo menjadikan rumah-rumah orang Tionghoa di Lasem juga hampir tidak mengalami perubahan dalam pembangunannya Hempri, dkk. 2010 : 68. Di kota Lasem juga terdapat suatu organisasi yaitu Forum Komunikasi Masyarakat Sejarah FOKMAS, yang berdiri pada tanggal 11 April 2010. Forum ini terletak di satu tempat yang sama di studio radio yaitu radio Maloka. Awalnya Forum ini diketuai Bapak Toro sedangkan saat ini Forum ini dipimpin oleh Bapak Agus. Pada awalnya FOKMAS tidak fokus dalam penelitian batik yang ditekankan dari segi sejarah. Karena perkembangan potensi batik dengan adanya pencampuran budaya dari budaya Cina terutama pada motifnya adanya hubungan antara masyarakat Lasem dengan masyarakat Tionghoa yang bertempat tinggal di Lasem sangat baik wawancara dengan Agus, 9 Juli 2012.

B. Masuknya Golongan Tionghoa ke Indonesia