Retensio Urine TINJAUAN PUSTAKA

terutama di mana ia tidak teridentifikasi dan segera diobati. Retensi urin pasca operasi dapat menyebabkan beberapa komplikasi: infeksi saluran kemih, overdistensi kandung kemih, kerusakan detrusor dan dalam beberapa kasus disfungsi kandung kemih jangka panjang; yang terakhir memiliki potensi untuk menyebabkan hidronefrosis dan kerusakan ginjal yang mengarah pada penyakit ginjal kronis terutama pada orang tua. 10, 16 Sebuah tinjauan studi literatur diidentifikasi yang menunjukkan bahwa retensi urin pasca operasi dapat dihubungkan dengan berbagai karakteristik pasien dan prosedur: usia lanjut; paritas; operasi yang lama; anestesi spinal, durasi anestesi, jumlah yang lebih tinggi dari cairan intraoperatif dan volume kandung kemih yang lebih tinggi segera setelah operasi; diabetes mellitus dan analgesia pasca operasi. 16

2.3. Retensio Urine

Retensio urin adalah ketidak mampuan seseorang untuk mengeluarkan urine yang terkumpul di dalam buli-buli hingga kapasitas maksimal buli-buli terlampaui. Menurut Stanton, retensio urin adalah tidak bisa berkemih selama 24 jam yang membutuhkan pertolongan kateter, dimana produksi urin yang keluar sekitar 50 kapasitas kandung kemih. Proses miksi terjadi karena adanya koordinasi harmonik antara otot detrusor buli-buli sebagai penampung dan pemompa urine dengan uretra yang bertindak sebagai pipa untuk menyalurkan urine. Salah satu komplikasi lambat dari histerektomi biasanya melibatkan traktus urinearius. Gangguan berkemih terjadi pada 21-87. Inkontinensia 7 Universitas Sumatera Utara urine terjadi pada 20-50, dan gangguan sensasi kandung kencing terjadi pada 11-100 pasien. Karena itu, dilakukan evaluasi pascaoperasi yaitu dilakukan monitor fungsi vital secara berkala di ruang recovery, selang nasogastrik dapat diangkat jika fungsi usus membaik, kateter suprapubik diklem berkala untuk latihan berkemih yang dimulai pada hari kelima pascaoperasi. Kateter dapat diangkat apabila pasien dapat berkemih secara konsisten dengan volume residu kurang dari 100ml. Biasanya memerlukan waktu 7-10 hari. Karena sensasi berkemih dan BAB pada beberapa hari pascaoperasi masih terganggu, disarankan pasien dilatih berkemih tiap 4 jam dan BAB setiap hari jika memungkinkan. Drain pada ruang pararektal diperpendek mulai hari ketiga pascaoperasi dan diangkat jika drainase cairan kurang dari 30ml24 jam. Drain segera diangkat jika terdapat tanda-tanda infeksi pada lokasi pemasangan drain. Diperlukan antibiotik yang sensitive terhadap staphylococci. Retensio urine pasca operasi secara umumnya disebabkan anestesi, baik umum maupun regional, nyeri pada luka insisi di dinding perut yang secara refleks sering menginduksi spasme dari otot levator yang menyebabkan konstraksi spastic pada spingter uretra. Rasa nyeri ini juga menyebabkan pasien enggan untuk mengkontraksikan otot-otot dinding perut guna mengeluarkan urine. 1, 2,6 Penyebab. 2 • Rasa nyeri, dapat menyebabkan kontraksi spastik sfingter uretra 2, 9, 17, 18 • Gangguan persyarafan • Iatrogenic Universitas Sumatera Utara • Obstruksi • Peradangan inflamasi • Psikis dan umur yang tua Keita dkk secara prospektif mengevaluasi faktor risiko prediktif terhadap retensi urine pasca operasi. Tiga faktor utama prediktif terhadap retensi urine pasca operasi yaitu umur lebih dari 50 tahun, infus cairan durante operasi lebih dari 750mL dan volume urine kandung kemih lebih dari 270mL sesaat pasca operasi di ruang pemulihan. Ketidakmampuan untuk berkemih sering terjadi pasca operasi ginekologi dengan insidensi 7 sampai 80 bergantung dari kriteria dan prosedur operasi yang dilakukan. Distensi kandung kemih yang berlebihan dapat menyebabkan kesulitan miksi berkepanjangan dan bahkan menyebabkan kerusakan detrusor permanen. Retensi urine pasca operasi ginekologi histerektomi vagina dan kolporafi anterior disebabkan oleh rasa nyeri, edema dan spasme otot-otot pubokoksigeus yang timbul selama dan sesudah operasi. 2 Pemeriksaan klinis pada pasien dengan retensio urine didapatkan adanya massa sekitar daerah pelvik. Vesika urinearia mungkin dapat teraba transabdominal jika isinya berkisar antara 150-300mL. Pemeriksaan bimanual biasanya dapat meraba vesika urinearia bila terisi 200mL. Pemeriksaan uroflowmetri merupakan salah satu jenis pemeriksaan yang sederhana untuk melihat adanya gangguan berkemih, yang pada pasien normal akan terlihat gambaran dengan flow rate 15-20 6 Universitas Sumatera Utara mLdetik untuk volume urine minimal 150mL. Pada pasien dengan gangguan berkemih ditemukan penurunan peak flow rate dan perpanjangan waktu berkemih. Pemeriksaan urine residu adalah sisa volume urine dalam kandung kemih setelah penderita berkemih spontan. Pada pasien pasca bedah ginekologi setelah kateter dilepas selama 6 jam didapatkan retensi urine jika volume urine residu 100mL. Pemeriksaan lain yang dapat dilakukan adalah dengan ultrasonografi untuk mengukur volume residu urine. Diagnosis nilai normal fungsi berkemih pada wanita adalah. 2 • Volume residu 50mL 2 • Keinginan yang kuat timbul setelah pengisian 250mL • Kapasitas sistometri 400-600mL • Tekanan otot detrusor 50cm H2O • Flow rate15 mLdetik Penatalaksanaan retensio urin pasca bedah, yaitu penggunaan kateter menetap pasca bedah dipertahankan beberapa lama untuk mencegah peregangan kandung kemih yang berlebihan, obat-obatan yang bekerja pada sistem saraf parasimpatis; digunakan obat kolinergik yang kerjanya menyerupai asetil kolin misoprostol, obat yang bekerja pada otot polos; yang digunakan adalah prostaglandin yang terbukti dapat mempengaruhi kerja otot-otot polos detrusor kandung kemih. Rahardjo P dalam penelitiannya di sub-bagian uroginekologi RSCM mendapatkan bahwa penggunaan Prostaglandin dapat mencegah terjadinya retensio Universitas Sumatera Utara urin pasca histerektomi vaginal, atau dapat juga menggunakan obat yang bekerja pada sistem saraf simpatis; obat yang digunakan adalah antagonis reseptor alfa fenoksibenzamin. 19

2.4. Prostaglandin