ligamentum uterosakral atau pada struktur penyokong ke sisi uterus, suspensi ligamentum sacrospinosa atau suspensi ileococcygeus.
Ovarium dapat diangkat selama histerektomi vaginal jika diperlukan.
10
Dari 85 wanita yang menjalani histerektomi vaginal untuk prolaps uteri sembuh secara permanen. Sekitar 15 dari wanita mengalami
prolaps lebih lanjut dari vaginal vault beberapa bulan atau tahun setelah operasi pertama mereka.
10
Gambar 1. Tampilan setelah histerektomi
10
2.2.1. EpidemiologI TVH
Histerektomi adalah operasi yang umum, sampai dengan 20 wanita menjalani prosedur ini pada usia 60 tahun. Sebagian besar
histerektomi dilakukan melalui abdomen. Rasio histerektomi abdominal terhadap vaginal berkisar dari 1:1 sampai 6:1 di Amerika Utara, dan
sekitar 3:1 di Kanada. Di Kanada pada tahun 1998-1999, 462 histerektomi dilakukan per 100.000 wanita. Tingkat histerektomi bervariasi menurut
Universitas Sumatera Utara
provinsi dari 434100.000 wanita di atas usia 35 tahun di British Columbia hingga 750100.000 wanita di Newfoundland.
11
Sebuah tinjauan Cochrane, mengenai tindakan bedah histerektomi untuk penyakit ginekologi jinak, yang melibatkan 3.643 wanita dalam 27
percobaan, menyimpulkan bahwa tindakan bedah melalui vaginal lebih disukai daripada tindakan bedah melalui abdominal. Ketika histerektomi
vaginal tidak memungkinkan, histerektomi laparoskopik mungkin menjadi alternatif utama untuk menghindari tindakan bedah dengan cara
laparotomi. Pedoman praktek klinis SOGC pada status histerektomi bahwa rute vaginal harus dipertimbangkan untuk setiap histerektomi yang
dilakukan untuk penyakit jinak, tetapi pendekatan yang dipilih tergantung pada keahlian dokter bedah, indikasi untuk operasi, sifat penyakit,
karakteristik pasien, dan preferensi pasien.
11, 12
Histerektomi vaginal awalnya hanya digunakan untuk prolaps, namun indikasinya kini meningkat. Histerektomi vaginal diterima karena
kurang invasif dibandingkan dengan histerektomi abdominal dan ada laporan preferensi penggunaannya karena memiliki banyak keuntungan
dibandingkan dengan histerektomi abdominal.
13
Histerektomi cukup aman, umum, dan prosedur bedah rutin yang jarang menyebabkan kematian peri-operatif. Angka kematian keseluruhan
untuk histerektomi abdominal atau vaginal adalah 0.1-0.2 .Hal ini tidak terkait dengan risiko kematian jangka panjang.
13, 14
2.2.2. Komplikasi TVH
Universitas Sumatera Utara
Komplikasi yang paling umum dari histerektomi dapat dikategorikan sebagai infeksi, tromboemboli vena, cedera traktus genitourinari GU dan
gastrointestinal GI, perdarahan, cedera saraf, dan dehisensi vaginal cuff. Komplikasi infeksi setelah histerektomi adalah yang paling umum, 13
untuk histerektomi vaginal. Tromboemboli vena kurang umum, mulai dari tingkat diagnosis klinis 1 hingga keadaan yang terdeteksi oleh metode
laboratorium yang lebih sensitif yaitu 12. Cedera pada traktus GU diperkirakan terjadi dengan tingkat 1-2 untuk semua operasi ginekologi
mayor, dengan 75 dari cedera ini terjadi selama histerektomi. Cedera pada saluran pencernaan setelah histerektomi kurang umum, dengan
kisaran 0,1-1. Komplikasi perdarahan setelah histerektomi juga jarang terjadi, dengan berbagai median perkiraan kehilangan darah 215-287 ml
untuk histerektomi vaginal, dengan transfusi lebih mungkin setelah histerektomi laparoskopik dibandingkan dengan histerektomi vaginal.
Neuropati setelah histerektomi adalah peristiwa yang jarang namun signifikan, dengan tingkat 0,2-2 setelah bedah pelvis mayor. Dehisensi
vaginal cuff diperkirakan dengan tingkat 0,08 dengan histerektomi vaginal total.
15
Dalam beberapa hari pertama setelah histerektomi vaginal retensi urin dapat terjadi sampai dengan 10-15 kasus. Retensi urin pasca
operasi adalah ketidakmampuan untuk berkemih setelah operasi meskipun kandung kemih telah penuh. Dalam sebagian besar kasus
kondisi ini bersifat sementara, yang berlangsung beberapa hari pasca- operasi. Akan tetapi, ia dapat memanjang dalam beberapa kasus,
Universitas Sumatera Utara
terutama di mana ia tidak teridentifikasi dan segera diobati. Retensi urin pasca operasi dapat menyebabkan beberapa komplikasi: infeksi saluran
kemih, overdistensi kandung kemih, kerusakan detrusor dan dalam beberapa kasus disfungsi kandung kemih jangka panjang; yang terakhir
memiliki potensi untuk menyebabkan hidronefrosis dan kerusakan ginjal yang mengarah pada penyakit ginjal kronis terutama pada orang tua.
10, 16
Sebuah tinjauan studi literatur diidentifikasi yang menunjukkan bahwa retensi urin pasca operasi dapat dihubungkan dengan berbagai
karakteristik pasien dan prosedur: usia lanjut; paritas; operasi yang lama; anestesi spinal, durasi anestesi, jumlah yang lebih tinggi dari cairan
intraoperatif dan volume kandung kemih yang lebih tinggi segera setelah operasi; diabetes mellitus dan analgesia pasca operasi.
16
2.3. Retensio Urine