2.2 Landasan Teori
2.2.1 Perubahan Makna
Secara sinkronik makna sebuah kataleksem tidak berubah, secara diakronik ada kemungkinan berubah, dalam jangka waktu terbatas makna sebuah kata tidak
akan berubah, tetapi dalam jangka waktu yang relatif tidak terbatas ada kemungkinan bisa berubah Chaer, 1990:131. Namun, bukan berarti setiap kata
akan berubah maknanya. Perubahan makna dalam bahasa Indonesia dapat disebabkan oleh dua
faktor umum, yaitu 1 faktor linguistik dan 2 faktor nonlinguistik. Faktor linguistik adalah faktor kebahasaan yang mengakibatkan perubahan makna. Jadi,
suatu kata berubah maknanya karena mengalami proses kebahasaan, seperti proses pengimbuhan afiksasi dan penggabungan komposisi. Faktor nonlinguistik adalah
faktor nonkebahasaan yang mengakibatkan perubahan makna Chaer, 1955:131. Faktor ini meliputi :
1 Perkembangan dalam ilmu dan teknologi. Konsep makna yang dikandung telah berubah sebagai akibat dari pandangan yang baru, atau teori baru dalam suatu
bidang ilmu atau sebagai akibat dalam perkembangan teknologi. Misalnya, perubahan makna kata pada sastra dari makna tulisan sampai pada makna karya
imaginatif adalah salah satu contoh perkembangan bidang keilmuan. 2 Perkembangan sosial budaya. Bentuk katanya tetap sama tetapi konsep makna
makna yang dikandungnya berubah. Misalnya, kata sarjana dulu diartikan orang yang pandai atau cendikiawan, sekarang kata sarjana berarti orang yang sudah lulus
dari perguruan tinggi, meskipun barangkali lulusnya cuma dengan indeks prestasi yang pas-pasan, serta kemampuan tidak lebih jauh dari seorang yang belum lulus
sarjana.
Universitas Sumatera Utara
3 Perbedaan asosiasi, di sini makna baru yang muncul adalah berkaitan dengan hal atau peristiwa lain yang berkenaan dengan kata tersebut. Misalnya, kata amplop
yang berasal dari bidang administrasi atau surat-menyurat, makna asalnya adalah sampul surat. Amplop biasa dimasukkan surat tetapi bisa pula benda lain, misalnya
uang. Dalam kalimat Beri saja amplop maka urusan pasti beres, kata amlop di sini bukan bermakna uang sebab amplop yang dimaksud bukan berisi surat atau tidak
berisi apa-apa, melainkan berisi sogokan. 4 Pengembangan istilah. Salah satu upaya dalam pengembangan atau
pembentukan istilah baru adalah dengan memanfaatkan kosakata bahasa Indonesia yang ada jalan memberi makna baru, entah dengan menyempitkan makna kata
tersebut, meluaskan, maupun memberi arti baru. Misalnya kata papan yang semula bermakna lempengan kayu tipis, kini diangkat menjadi istilah untuk makna
perumahan. 5 Adanya bidang pemakaian. Kata-kata yang menjadi kosa kata dalam bidang-
bidang tertentu dalam kehidupan sehari-hari dapat digunakan dalam bidang lain atau menjadi kosakata umum. Misalnya kata jurusan yang berasal dari bidang lalu lintas
dengan makna arah, kini digunakan juga dalam pendidikan dengan makna seksi atau bagian bidang ilmu.
6 Pertukaran tanggapan indera sinestesia. Dalam penggunaan bahasa banyak terjadi kasus pertukaran tanggapan antara indera yang satu dengan yang lain.
Misalnya kata pedas yang seharusnya ditanggap dengan alat indera perasa lidah, tertukar menjadi ditanggap oleh alat indera pedengaran seperti tampak dalam ujaran
kata-katanya sangat pedas. 7 Perbedaan tanggapan. Setiap unsur leksikal atau kata sebenarnya secara sinkronis
mempunyai makna yang tetap. Namun karena pandangan hidup dan ukuran dalam norma kehidupan di dalam masyarakat banyak kata yang memiliki nilai rasa yang
Universitas Sumatera Utara
rendah kurang menyenangkan dan nilai rasa yang tinggi. Misalnya kata bini dewasa ini dianggap kata yang bernilai rasa rendah.
8 Adanya penyingkatan. Banyak kosa kata dalam bahasa Indonesia yang sering digunakan, kemudian tanpa diucapkan secara keseluruhan orang sudah mengerti
maksudnya. Misalnya kata meninggal dalam kalimat Ayahnya meninggal, maksudnya adalah Ayahnya meninggal dunia.
9 Proses gramatikal. Proses gramatikal seperti afiksasi, reduplukasi, dan komposisi penggabungan kata akan menyebabkan pula terjadinya perubahan makna.
2.2.2 Jenis-jenis Perubahan Makna