Studi Daya Guna dan Hasil Guna Jaringan Jalan Kabupaten (Studi Kasus : Kabupaten Labuhanbatu Selatan)
Daftar Pustaka
Badan Pusat Statistik Kabupaten Labuhanbatu Selatan. 2011. Labusel Dalam Angka 2011
Badan Pusat Statistik Kabupaten Labuhanbatu Selatan. 2012.Labusel Dalam Angka 2012
Badan Pusat Statistik Kabupaten Labuhanbatu Selatan. 2013.Labusel Dalam Angka 2013
Badan Pusat Statistik Kabupaten Labuhanbatu Selatan. 2014. Labusel Dalam Angka 2014
Badan Pusat Statistik Kabupaten Labuhanbatu Selatan. 2015.Labusel Dalam Angka 2015
Departemen Pemukiman dan Prasarana Wilayah Sekretariat Jenderal. 2004. Laporan Akhir Pengembangan Indikator Efektifitas Pellaksanaan Program Prasaran Wilayah.
Hermawan, Ebby. 2005. Kajian Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Jalan di Jawa Barat. Tesis Program Magister Teknik Sipil Pengutamaan Rekayasa dan Manajemen Infrastruktur ITB. Bandung. Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah. Nomor
534/KPTS/M/2001
Napitupulu, Muktar. Dkk. 2011. Dampak Infrastruktur Jalan Terhadap Perekonomian Pulau Jawa-Bali dan Sumatera. Ditjen Bina Marga, Institut Pertanian Bogor.
Maulina, Febriyanti. 2007. Evaluasi Kinerja Jaringan Jalan Kabupaten di Wilayah Kabupaten Serang. Tesis Program Magister Teknik Sipil Pengutamaan Rekayasa dan Manajemen Infrastruktur ITB. Bandung. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Standar Pelayanan Minimal Bidang
Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang. Nomor 01/PRT/M/2014
Pinarika, Putri. 2012. Studi Kinerja Jaringan Jalan di Wilayah Kota Padangsidimpuan. Tugas Akhir Jurusan Teknik Sipil Universitas Sumatera Utara. Medan.
Purwoto, H., Kurniawan D.A., 2009. Kajian Dampak Infrastruktur Jalan Terhadap Pembangunan Ekonomi dan Pengembangan Wilayah. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. Simposium XII FSTPT.
(2)
Surya, Adhi. 2007. Kajian Dampak Rencana Pembangunan Jaringan Jalan Lingkar dan Jalan Poros Terhadap Kinerja Jaringan Jalan Kota Banjarmasin. Tesis Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota ITB. Bandung.
Tamin O.Z., Tamin, R.Z., Karsa, J.T. 2006. Kajian Pengembangan Indikator Kinerja Untuk Mengevaluasi Tingkat Efektivitas dan Efisiensi Jaringan Jalan Kabupaten (Studi Kasus Provinsi Sulawesi Selatan).
Tamin, O. Z. 2008. Perencanaan, Pemodelan dan Rekayasa Transportasi. ITB. Bandung.
(3)
Studi Pustaka
• Sistem jaringan jalan
• Hasil guna dan daya guna jaringan jalan
• Kinerja jaringan jalan
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
III.1 Umum
Metodologi adalah suatu proses, prinsip dan prosedur yang akan digunakan untuk mendeteksi masalah dalam mencari jawaban. Metodologi adalah pendekatan umum untuk mengkaji topik penelitian. Metodologi dipengaruhi oleh persfektif teoritis yang di gunakan untuk melakukan penelitian. Persfektif teoritis adalah suatu kerangka pemikiran atau interpretasi untuk memperoleh pemahaman terhadap data dan menghubungkan dengan situasi lainnya. Metodologi diukur berdasarkan kemanfaatannya dan tidak dapat dinilai apakah suatu metode benar atau salah. Metode penelitian adalah teknik-teknik spesifik dalam penelitian.
III.2 Tahapan Penelitian
Metode penelitian untuk studi ini diperlihatkan melalui bagan alir pada gambar III.1
Mulai
(4)
Kesimpulan dan Saran
Pengumpulan Data Sekunder • Peta jaringan jalan
• Panjang ruas jalan
• Kondisi perkerasan jalan, bahu jalan dan saluran samping jalan
• Data lalu lintas,data kecepatan kenderaan • Status, fungsi, dan kelas jalan
• Data kependudukan (populasi dan strukturnya)
• Data luas wilayah dan penggunaan lahan • Data populasi kendaraan berdasarkan
jenisnya
• Data PDRB Kabupaten Labuhan Batu Selatan Pengumpulan Data Primer
• Wawancara • Diskusi
• Pengisian kuisioner untuk pembobotan variabel IPJ
Studi Pustaka
• Sistem jaringan jalan
• Hasil guna dan daya guna jaringan jalan
• Kinerja jaringan jalan
Kesimpulan dan Saran Pengolahan dan Analisis Data • Analisa nilai IPJ
• Analisa nilai SPM
Selesai
(5)
III.3 Obyek Penelitian
Obyek penelitian ini adalah kondisi kinerja jaringan jalan kabupaten yang terdapat di wilayah Kabupaten Labuhanbatu Selatan. Pihak yang menjadi sumber utama adalah Kepala Bidang dan Kepala Seksi dari tiga instansi pemerintah Kabupaten Labuhan Batu Selatan yaitu Dinas Pekerjaan Umum, Dinas Perhubungan dan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Labuhan Batu Selatan.
III.4 Metode Penelitian
Penelitian ini termasuk dalam penelitian terapan, yaitu mengimplementasikan indikator-indikator penilaian terhadap kinerja jaringan jalan, seperti IPJ dan SPM. Untuk mengkaji gambaran kinerja maka metode yang digunakan adalah metode pengumpulan data dari data primer dan data sekunder yang kemudian dilakukan analisis.
III.5 Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data merupakan suatu cara atau proses yang sistematis dalam pengumpulan, pencatatan, dan penyajian fakta untuk mencapai tujuan tertentu. Tujuan pengumpulan data dalam penelitian ini adalah untuk memperoleh faktor-faktor untuk melakukan evaluasi kinerja jaringan jalan dan mengkaji pengembangan infrastruktur jalan dalam menunjang perekonomian di kabupaten.
(6)
Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah :
• Data Primer
Data yang dikumpulkan langsung dari obyek yang diteliti dan berasal dari pengamatan langsung dimana peristiwa terjadi. Data primer diperoleh melalui kunjungan, wawancara, pengisisan kuisioner, untuk mendapatkan persepsi tentang kualifikasi variabel IPJ dan bobot kepentingan antar variabel IPJ yang akan digunakan dalam estimasi IPJ wilayah Kabupaten Labuhan Batu Selatan.
Terdapat 30 (tiga puluh) kuisioner yang diisi oleh tiga instansi pemerintah yaitu Dinas Pekerjaan Umum, Dinas Perhubungan dan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) di Kabupaten Labuhan Batu Selatan.
- Uji kecukupan data
Uji statistik ini harus dilakukan untuk menentukan jumlah data minimum yang harus tersedia. Semakin tinggi tingkat akurasi yang diingkan, semakin banyak data yang dibutuhkan (Sumber : Tamin O.Z, 2000). Jumlah data minimum dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan sebagai berikut
N = CV2Zα2/E2 Dimana :
CV = koefisien variasi E = tingkat akurasi
Zα = nilai variansi untuk tingkat kepercayaan α yang diinginkan
Sehingga dalam penelitian ini, dengkat tingkat akurasi E (20%) dengan tingkat
(7)
Jadi dibutuhkan data minimum sebanyak 26 buah untuk tingkat akurasi 20% dengan tingkat kepercayaan 95%.
• Data Sekunder
Data yang diperlukan dari pihak ketiga atau dari sumber lain yang telah tersedia sebelum penelitian ini dilakukan.
Data yang diperlukan adalah : 1. Peta jaringan jalan
2. Panjang ruas jalan
3. Kondisi perkerasan jalan, bahu jalan dan saluran samping jalan 4. Data lalu lintas,data kecepatan kenderaan
5. Status, fungsi, dan kelas jalan
6. Data kependudukan (populasi dan strukturnya) 7. Data luas wilayah dan penggunaan lahan 8. Data populasi kendaraan berdasarkan jenisnya 9. Data PDRB Kabupaten Labuhan Batu Selatan
III.6 Indeks Prasarana Jalan
Pada Tabel III.1 terlihat bahwa dimensi dari setiap variabel IPJ berbeda-beda, sehingga untuk menghitung IPJ dengan rumus maka sebaiknya dilakukan kualifikasi terlebih dahulu terhadap nilai variabel tersebut (scoring) sehingga diperoleh platformpenilaian yang sama diantara setiap variabel IPJ. Dengan cara ini akan dapat dilakukan proses pembobotan (weighting) terhadap variabel IPJ tersebut.
(8)
Tabel III.1 Defenisi dan Dimensi Variabel IPJ
Variabel Defenisi Notasi Dimensi
Ketersediaan prasarana jalan
Panjang total jaringan jalan
per luas wilayah Ktj
Km/km2 Kinerja jaringan
jalan
Panjang jalan mantap per
total panjang jaringan jalan Knj
(%) Beban lalu lintas Panjang total jaringan jalan
per jumlah kendaraan Bln
(km/1000 smp) Pelayanan
prasarana jalan
Panjang total jaringan jalan
per jumlah penduduk Pyp
(km/1000 orang)
III.6.1 Kualifikasi Variabel IPJ
Untuk membuat suatu indeks penilaian maka umumnya nilai setiap variabel (dimensional) akan dikualifikasi dengan suatu kaidah penilaian yang dimensionless sehingga hasilnya dapat mengindikasikan tingkat kondisi relatif suatu obyek yang digambarkan melalui suatu nilai indeks hasil kualifikasi dari variabel tersebut. Sehingga antar obyek dapat diperbandingkan kondisinya (dengan single maupun multiple variable). Kaidah kualifikasi yang digunakan dalam studi ini adalah skoring dengan rentang penilaian antara 1-10, dengan kualifikasi sebagaimana disampaikan pada Tabel III.2.
Tabel III.2 Rentang Skor dan Kualifikasi Variabel IPJ
Rentang Skor Kualifikasi
1-2 Sangat Kurang
3-4 Kurang
5-6 Sedang
7-8 Tinggi
9-10 Sangat Tinggi
(9)
Adapun kualifikasi suatu variabel IPJ ditentukan dari hasil survey lapangan (pengisian kuisioner) yang dilakukan responden di daerah studi. Prinsip dari kualifikasi ini adalah menyodorkan suatu nilai variabel IPJ (Misalnya: Ktj= ... km/km2,Knj= ... %,Bln= ... km/1000 smp, Pyp= ... km/1000 penduduk) kepada para responden untuk kualifikasi apakah nilai variabel tersebut masuk dalam kualifikasi sangat kurang, kurang, sedang, tinggi, ataupun sangat tinggi dengan skor sesuai dengan rentang yang disampaikan pada Tabel III.2
III.6.2 Bobot Kepentingan Antar Variabel IPJ
Sebagaimana disampaikan dalam rumusan umum IPJ yang disampaikan sebelumnya bahwa IPJ merupakan hasil penjumlahan dari skor setiap variabel yang terbobotkan. Bobot variabel IPJ (auntuk Ktj,buntukKnj,cuntuk Bln, dan d untukPyp) merupakan representasi tingkat kepentingan dari setiap variabel IPJ (relatif terhadap variabel IPJ lainnya) menurut perspektif stakeholders/responden. Secara umum suatu variabel IPJ akan dinilai bobot tingkat kepentingannya dengan kaidah pembobotan sebagaimana disampaikan pada Tabel III.3.
Tabel III.3 Kaidah Penilaian Bobot Tingkat Kepentingan Variabel
Rentang Skor Kualifikasi
1-2 Sangat Kurang
3-4 Kurang
5-6 Sedang
7-8 Tinggi
(10)
Setiap responden akan memberikan bobot a, b, c, dan d untuk setiap variabel IPJ, sehingga secara rata-rata akan dapat disimpulkan bobot setiap variabel dengan metoda sebagaimana disampaikan pada Tabel III.4. Bobot yang diperoleh dapat menyatakan perpektif umum mengenai kepentingan setiap variabel IPJ dalam kebijakan penanganan/penyelenggaraan prasarana jalan.
Tabel III.4 Proses Penentuan Bobot Variabel IPJ
Variabel Responden 1 Responden 2 ... Responden n Total
Ktj a1 a2 ... an ∑a
Knj b1 b2 bn ∑b
Bln c1 c2 cn ∑c
Pyp d1 d2 dn ∑d
Total ∑a+∑a+∑a+∑a
arata–rata=Σa/( Σa+Σ b+Σ c+Σ d) brata–rata=Σb/( Σa+Σ b+Σ c+Σ d) crata–rata=Σc/( Σa+Σ b+Σ c+Σ d) drata–rata=Σd/( Σa+Σ b+Σ c+Σ d)
III.6.3 Estimasi Skor IPJ (Scoring and Weighting)
Proses estimasi skor IPJ untuk suatu wilayah dilakukan dengan 2 tahapan berikut: 1.Scoring: Dengan menggunakan hasil kualifikasi setiap variabel IPJ, nilai setiap variabel IPJ dari setiap Kab dapat dikonversi menjadi skor 0 s.d 10,
2. Weighting: Dengan menggunakan bobot setiap variabel IPJ, maka hasil skor setiap variabel IPJ (pada tahap 1) dapat dibobotkan dan dijumlahkan menjadi variabel IPJ (dengan rentang nilai IPJ antara 0 s.
(11)
III.6.4 Interpretasi Skor IPJ
Setelah diperoleh skor IPJ, maka nilai tersebut dapat diinterpretasikan untuk membandingkan kondisi prasarana jalan di dua atau lebih wilayah. Kaidah umum dalam menginterpretasi hasil estimasi skor IPJ adalah sebagai berikut :
a. Skor IPJ merepresentasikan kondisi umum penyediaan prasarana jalan di suatu wilayah, terkait dengan kuantitas relatif terhadap luas wilayah, jumlah kendaraan, dan jumlah penduduk, serta kondisi fisik jalan,
b. Semakin tinggi skor IPJ di suatu wilayah maka kondisi umum penyediaan prasarana jalan di wilayah tersebut semakin baik,
c. Skor IPJ merupakan hasil pembobotan dari beberapa skor variabel (Ktj, Knj, Bln, dan Pyp), sehingga untuk mengidentifikasi permasalahan dari skor IPJ tertentu harus dilihat/di-breakdownke level variabel untuk dapat mengetahui akar permasalahannya.
III.7 Metode Pengolahan dan Analisa Data
III.7.1 Indeks Prasarana Jalan (IPJ)
Indeks Prasarana Jalan (IPJ) merupakan salah satu cara untuk menilai jaringan jalan yang ada. Data yang diperlukan untuk analisis ini adalah
• Luas wilayah secara keseluruhan
• Total panjang jalan yang ada di wilayah tersebut
• Jumlah penduduk
• Panjang jalan dengan kondisi mantap (baik sampai sedang)
(12)
III.7.2 Standar Pelayanan Minimum (SPM) Jalan
Data yang diperlukan untuk melakukan analisis ini adalah
•Luas wilayah secara keseluruhan
•Total panjang jalan yang ada di wilayah tersebut
•Jumlah penduduk
•PDRB/kapita
Data 1-4 merupakan data minimum iyang harus dimiliki untuk melakukan analisis jaringan jalan terhadap Standar Pelayanan Minimum. Jika hasil yang diperoleh dari perhitungan data saat ini telah berada di atas nilai minimum yang disyaratkan, berarti jaringan jalan yang ada telah memenuhi kebutuhan aksesibilitas dan mobilitas secara umum. Jika hasil perhitungan menunjukan angka di bawah syarat minimum, maka jaringan jalan yang ada belum memenuhi kebutuhan aksesibilitas dan mobilitas yang berarti panjang jalan yang ada belum memenuhi.
(13)
BAB IV
GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI
IV.1 Wilayah Administrasi Kabupaten Labuhanbatu Selatan
Secara geografis Kabupaten Labuhanbatu Selatan terletak diantara koordinat 10 26’ 00’’ sampai dengan 20 12’ 55’’ Lintang Utara dan 990 40’ 00’’
sampai dengan 1000 26’ 00’’ Bujur Timur. Batas wilayah Kabupaten Labuhanbatu Selatan adalah :
• Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Labuhanbatu
• Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Rokan Hilir Provinsi Riau dan Kabupaten Padang Lawas Utara
• Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Padang Lawas Utara
• Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Rokan Hilir Provinsi Riau Kabupaten Labuhanbatu Selatan memiliki luas wilayah sekitar 3.116,00 Km2 (311.600 Ha) yang terdiri dari 5 Kecamatan dan 52 Desa dan 2 Kelurahan. Kecamatan yang memiliki wilayah paling luas adalah Kecamatan Torgamba yaitu seluas 113.640 Ha atau sekitar 36,47% dari luas total Kabupaten Labuhanbatu Selatan. Kecamatan Sungai Kanan dengan luas area 484,35 km2 atau sekitar 15,54% dari total luas wilayah Kabupaten Labuhanbatu Selatan, Kecamatan Kota Pinang memiliki luas wilayah 482,40 km2atau sekitar 15,48% dari luas wilayah Kabupaten Labuhanbatu Selatan. Sedangkan kecamatan yang memiliki wilayah paling kecil adalah Kecamatan Silangkitang yaitu hanya seluas 303,70 km2 atau sekitar 9,75% dari luas total Kabupaten Labuhanbatu Selatan.
(14)
(15)
Tabel IV.1 Luas Wilayah Kabupaten Labuhanbatu Selatan
No Kecamatan Ibu Kota
Kecamatan Kelurahan Desa
Luas / Area (Km2)
Persentase (%)
1. Sungai Kanan Langga Payung 1 8 484,35 15,54
2. Torgamba Cikampak - 14 1136,40 36,46
3. Kotapinang Kotapinang 1 9 482,40 15,48
4. Silangkitang Silangkitang - 6 303,70 9,74
5. Kampung Rakyat Tanjung Medan - 15 709,15 22,75
Jumlah 2 52 3.116,00 100,00
Sumber : Labuhanbatu Selatan dalam Angka Tahun 2015 IV.2 Sosio–Ekonomi
Pada tahun 2014, penduduk Kabupaten Labuhanbatu Selatan berjumlah 307.171 jiwa dengan kepadatan penduduk sebesar 98,57 jiwa/km². Jumlah penduduk terbanyak terdapat di Kecamatan Torgamba yaitu sebanyak 109.788 jiwa dengan kepadatan penduduk 96,61 jiwa/km², sedangkan penduduk paling sedikit berada da di Kecamatan Silangkitang sebanyak 30.673 jiwa dengan kepadatan penduduk 101 jiwa/km². Kecamatan Kotapinang merupakan Kecamatan yang paling padat penduduknya dengan kepadatan 122,49 jiwa/km² dan Kecamatan Kampung Rakyat merupakan Kecamatan dengan kepadatan penduduk terkecil yaitu sebesar 80,25 jiwa/km².
(16)
Tabel IV.2 Jumlah dan Kepadatan Penduduk di Kabupaten Labuhanbatu Selatan
No. Tahun Jumlah Kepadatan (jiwa/km2)
1. 2010 277.673 89
2. 2011 280.269 90
3. 2012 284.809 91
4. 2013 289.655 93
5. 2014 307.171 98,5
Sumber : Labuhanbatu Selatan dalam Angka Tahun 2015
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan ukuran kinerja makro kegiatan ekonomi di suatu wilayah. PDRB suatu wilayah menggambarkan struktur ekonomi daerah, peranan sektor-sektor ekonomi dan pergeserannya yang didasarkan pada PDRB atas dasar harga berlaku. Disamping itu PDRB menunjukkan laju pertumbuhan ekonomi baik secara total maupun per sektor dengan membandingkan PDRB tahun berjalan terhadap PDRB tahun sebelumnya menggunakan atas dasar harga konstan tahun 2010.
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Labuhanbatu Selatan Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) pada tahun 2014 sebesar 17.545.445 juta rupiah. Sektor industri pengolahan merupakan kontributor utama dengan peranan mencapai 40,93 %. Selanjutnya diikuti oleh sektor pertanian sebesar 30,59 % serta sektor perdagangan besar dan eceran sebesar 12,80 %. Sementara sektor-sektor lainnya hanya memberikan total kontribusi sebesar 15,68 % terhadap perekonomian di Kabupaten Labuhanbatu Selatan. Untuk melihat produktivitas ekonomi (dengan mengabaikan inflasi) maka digunakan PDRB Atas Harga
(17)
Konstan (ADHK). Berdasarkan harga konstan tahun 2010, PDRB Kabupaten Labuhanbatu Selatan pada tahun 2014 sebesar 14.548.316,1 juta rupiah.
Atas Dasar Harga Konstan tahun 2010, sektor jasa keuangan dan asuransi mengalami pertumbuhan tertinggi yaitu sebesar 9,21 %; diikuti sektor penyediaan akomodasi dan konsumsi sebesar 7,97 %; sektor administrasi pemerintahan sebesar 7,16%; sektor jasa pendidikan sebesar 6,82 %; sektor jasa kesehatan dan kegiatan sosial sebesar 6,23%; sektor konstruksi sebesar 6,21%; sektor transportasi dan pergudangan sebesar 5,89%; sektor perdagangan besar dan eceran sebesar 5,86%; serta sektor real estate sebesar 5,79%. Secara keseluruhan, perekonomian di x pada tahun 2014 naik sebesar 5,33 % bila dibandingkan pada tahun 2013.
Apabila PDRB dikaitkan dengan jumlah penduduk akan menggambarkan tingkat pendapatan per kapita suatu wilayah. PDRB Perkapita Kabupaten Labuhanbatu Selatan tahun 2014 Atas Dasar Harga Berlaku sebesar 57.119.470,88 ribu rupiah, meningkat dari 53.136.015,68 rupiah pada tahun 2013. Sedangkan berdasarkan harga konstan 2010, PDRB perkapita tahun 2014 sebesar 47.362.270,79 ribu rupiah, meningkat dari tahun 2013 yang sebesar 45.977.153,96 ribu rupiah.
Tabel IV.3 PDRB Kabupaten Labuhanbatu Selatan PDRB Atas Dasar Harga Konstan (juta rupiah)
2010 2011 2012 2013 2014
11 554 525,1 13 066 066,1 14 380 763,3 15 962 696,7 17 545 445,0 PDRB Atas Dasar Harga Berlaku (juta rupiah)
2010 2011 2012 2013 2014
11 554 525,1 12 249 545,5 13 024 493,2 13 812 088,8 14 548 316,1 Sumber : Labuhanbatu Selatan dalam Angka Tahun 2015
(18)
Tabel IV.4 PDRB per Kapita Kabupaten Labuhanbatu Selatan
PDRB Atas Dasar Harga Konstan (rupiah)
2010 2011 2012 2013 2014
41 384 995,25 45 608 680,84 44 360 748,40 45 977 153,96 47 362 270,79 PDRB Atas Dasar Harga Berlaku (rupiah)
2010 2011 2012 2013 2014
41 384 995,25 45 608 680,84 48 980 140,82 53 136 015,68 57 119 470,88 Sumber : Labuhanbatu Selatan dalam Angka Tahun 2015
IV.3 Prasaran dan Sarana Transportasi Kabupaten Labuhanbatu Selatan Panjang jalan di Kabupaten Labuhanbatu Selatan tahun 2014 terdiri dari 60 km jalan negara; 45 km jalan provinsi dan 984,301 km jalan kabupaten. Panjang jalan kabupaten yang sepanjang 984,301 km dapat dibedakan menurut jenis permukaannya, terdiri dari 8,134 km jalan beton; 262,262 km jalan aspal; 324,330 km jalan kerikil; 381,589 km jalan tanah dan 7,986 km jalan lainnya. Sedangkan apabila dibedakan menurut kondisi jalan terdiri dari 460,16 km kondisi baik; 124,735 km kondisi sedang; 340,16 km kondisi rusak dan 59,245 km dengan kondisi rusak berat.
Tabel IV.5 Panjang Jalan Kabupaten Menurut Kondisi Jalan di Kabupaten Labuhanbatu Selatan
Kondisi Jalan (km) 2010 2011 2012 2013 2014
Baik 113,49 195,90 234,93 268,18 460,16
Sedang 88,64 81,62 84,40 82,61 124,735
Rusak 244,13 166,24 140,99 112,79 340,16
(19)
Tabel IV.6 Panjang Jalan Menurut Jenis Permukaan di Kabupaten Labuhanbatu Selatan
Jenis Permukaan (km) 2010 2011 2012 2013 2014
Aspal 207,67 223,92 251,44 270,62 262,262
Kerikil 152,25 207,63 190,90 197,53 324,330
Tanah 167,90 95,53 100,78 77,62 381,589
Lainnya 3,38 4,12 3,98 4,59 7,986
Sumber : Labuhanbatu Selatan dalam Angka Tahun 2015
Jalan merupakan prasarana pengangkutan yang penting untuk memperlancar dan mendorong kegiatan perekonomian. Semakin meningkatnya usaha pembangunan menuntut pula peningkatan pembangunan jalan untuk memudahkan mobilitas penduduk dan memperlancar lalu lintas barang dari suatu daerah ke daerah lain.
Jumlah kendaraan bermotor yang ada pada Kab. Labuhanbatu Selatan pada tahun 2014 ada sebanyak 1.307 truk, 2.271 mobil penumpang dan 43.421 sepeda motor sehingga secara keseluruhan terdapat 45.978 kendaraan bermotor yang terdaftar. Pada Tabel IV.7 akan diperlihatkan banyaknya kendaraan bermotor di Kab. Labuhanbatu Selatan.
Tabel IV.7 Jumlah Kendaraan Bermotor Yang Terdaftar Tahun 2010-2014
Tahun Jumlah Kendaraan
2010 44.276
2011 44.941
2012 45.616
2013 46.301
2014 46.999
(20)
Jalan sebagai prasarana perhubungan darat yang utama untuk melayani pergerakan arus barang dan manusia apabila dikaitkan dengan perkembangan kenderaan sebagai srana perhubungan yang begitu pesat baik jumlah maupun jenisnya, tentunya membawa konsekuensi kemungkinan terjadinya kecelakaan lalu lintas di jalan raya, baik yang disebabkan oleh faktor manusia, kenderaan kondisi jalan, maupun lingkunan alam atau kondisi geografi.
Jumlah kecelakaan lalu lintas selama tahun 2014 di Kabupaten Labuhanbatu Selatan ada sebanyak 120 kecelakaan yang menelan korban sebanyak 75 orang meninggal, 95 orang luka berat dan 71 orang luka ringan. Kerugian secara material mencapai 849,975 juta rupiah. Berikut dalam Tabel IV.5 akan diperlihatkan jumlah kecelakaan di Kabupaten Labuhanbatu Selatan.
Tabel IV.8 Kecelakaan Lalu Lintas dan Kerugian di Kabupaten Labuhanbatu Selatan
Tahun Jumlah Kecelakaan
Kerugian Materi (Rp)
Korban Meninggal Luka
Berat Luka Ringan
2010 130 522 200 000 168 94 47
2011 175 959 200 000 167 159 98
2012 212 1 166 850 000 303 156 77
2013 152 - 121 101 92
2014 120 849 975 000 75 95 71
(21)
BAB V
ANALISA KINERJA JARINGAN JALAN
V.1 Analisa Indeks Prasarana Jalan (IPJ)
V.1.1 Kualifikasi dan Pembobotan Variabel Indeks Prasarana Jalan
Untuk mengestimasi skor IPJ di suatu wilayah diperlukan adanya proses kualifikasi dan pembobotan variabel penyusun IPJ sehingga diperoleh suatu skor IPJ yang mampu menggambarkan kondisi umum penyediaan prasarana jalan di suatu wilayah.
Kualifikasi dan bobot variabel IPJ diperoleh dari analisis persepsi para responden terhadap kualifikasi nilai/ besaran dan tingkat kepentingan dari masing–masing variabel, yakni: Ketersediaan Prasarana Jalan (Ktj). Kinerja Prasarana Jalan
(Knj), Beban Lalulintas (Bln) dan Pelayanan Prasarana Jalan (Pyp).
Bentuk kuisioner yang digunakan dalam studi ini disampaikan dalam lampiran. Secara umum kuisioner tersebut berisi penjelasan mengenai maksud dan tujuan studi serta pelaksanaan survey, deskripsi wilayah pembanding serta daftar pertanyaan yang diajukan kepada responden.
Untuk kualifikasi suatu variabel IPJ, responden dihadapkan pada beberapa nilai variabel IPJ (dimensional) untuk dikualifikasi dengan skor 1 s.d 10 (nondimensional). Sebagai gambaran/acuan dalam melakukan kualifikasi responden disodorkan beberapa nilai variabel IPJ di sejumlah kabupaten atau kota di Indonesia yang karakteristiknya berlainan.
(22)
Sedangkan untuk pembobotan antar variabel, responden dihadapkan pada pertanyaan mengenai seberapa penting setiap variabel IPJ (Ktj, Knj, Bln, Pyp) untuk dipertimbangkan dalam proses pengambilan keputusan dalam menyusun kebijakan penyelenggaraan jalan.
Responden dipilih dari para pengambil keputusan di dinas/instansi terkait dengan penyelenggaraan jalan di daerah yakni wakil dari Dinas Pekerjaan Umum, Bappeda dan Dinas Perhubungan di Kabupaten Labuhanbatu Selatan yang dipilih menjadi wilayah studi. Dalam studi ini jumlah responden bukanlah penentu keabsahan data namun kualitas/kapasitas responden yang lebih menentukan, sehingga dalam hal ini responden dipilih dari para penentu kebijakan penanganan jalan di daerah.
V.1.1.1 Kualifikasi Variabel Ketersediaan Prasarana Jalan(Ktj)
Dalam rumusan IPJ yang digunakan pada studi ini variabel ketersediaan prasarana jalan (Ktj) didefinisikan sebagai “panjang total jaringan jalan per luas wilayah” dengan satuan km/km2. Terdapat 2 definisi yang perlu dijelaskan terlebih dahulu untuk menghitung nilai variabel ini, yakni tentang:
- Definisi panjang total jaringan jalan yang merepresentasikan penyediaan jaringan jalan di suatu wilayah: apakah hanya jalan Kab/Kota saja, jalan Propinsi saja, jalan Nasional saja dan lain sebagainya.
- Definisi mengenai luas wilayah yang merepresentasikan cakupan luasan wilayah yang harus dilayani prasarana jalan: apakah hanya luas wilayah terbangun, luas wilayah daratan, atau luas wilayah administrasi secara keseluruhan.
(23)
No. NilaiKtj Keterangan Skor Rata - rata 1 0,05 km/km2 1 km jalan melayani 20 km² wilayah 2,57 2 0,25 km/km2 1 km jalan melayani 4 km² wilayah 3,83 3 1,25 km/km2 1 km jalan melayani 0,8 km² wilayah 5,03 4 2,00 km/km2 1 km jalan melayani 0,5 km² wilayah 6,17 5 5,00 km/km2 1 km jalan melayani 0,2 km² wilayah 7,17
y = 0.9847ln(x) + 5.3189 R² = 0.9696
0.00 1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00 7.00 8.00
0 1 2 3 4 5 6
S
k
or
Ktj (km/km²)
(24)
Jawaban para responden memberikan spektrum penilaian pada kualifikasi variabel Ktj yang tidak linier. Hasil analisis menyatakan bahwa fungsi yang paling tepat untuk mendekati perilaku kualifikasi para responden tersebut adalah dengan pendekatan fungsi logaritmik.
Adapun hasil kalibrasi menghasilkan fungsi kualifikasi / skoring variabel sebagai berikut :
(Skor Ktj) = 0,9847 ln (nilai Ktj) + 5,3189...(R2= 0,9696)...(5.1)
V.1.1.2 Kualifikasi Variabel Kinerja Jaringan Jalan (Knj)
Dalam rumusan IPJ yang digunakan pada studi ini variabel Kinerja Jaringan Jalan (Knj) didefinisikan sebagai “panjang jalan kota mantap per total panjang jaringan jalan kabupaten“ yang dimensinya berupa proporsi atau persentase (%) jumlah panjang jalan yang mantap. Jalan mantap merupakan jalan dengan kondisi sedang sampai dengan baik. Distribusi jawaban kualifikasi dari para responden mengenai beberapa nilai Knj yang disodorkan dalam kuisioner disampaikan pada Tabel V.2. Adapun bentuk model dari skoring/kualifikasi jawaban responden dalam bentuk grafis disampaikan pada Gambar V.2.
Tabel V.2 Rata–Rata Skor Kualifikasi Responden Terhadap VariabelKnj
No. NilaiKnj Keterangan Skor Rata - rata
1 25% 25 % jalan mantap, 75 % jalan tidak mantap 2,20 2 40% 40 % jalan mantap, 60 % jalan tidak mantap 3,23 3 60% 60 % jalan mantap, 40 % jalan tidak mantap 4,70 4 0,75 75 % jalan mantap, 25 % jalan tidak mantap 6,13 5 0,95 95 % jalan mantap, 5 % jalan tidak mantap 7,53
(25)
y = 7,745x + 0,189 R² = 0,997 0.00
1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00 7.00 8.00
0% 20% 40% 60% 80% 100%
S
k
or
Knj (%jalan mantap)
(26)
No. Nilai Bln Keterangan Skor Rata - rata
1 5 km/1000 smp 1 km jalan melayani 200 kendaraan 5,70 2 10 km/1000 smp 1 km jalan melayani 100 kendaraan 5,40 3 25 km/1000 smp 1 km jalan melayani 40 kendaraan 5,10 4 40 km/1000 smp 1 km jalan melayani 25 kendaraan 4,67 5 60 km/1000 smp 1 km jalan melayani 17 kendaraan 4,50
y = -0,49ln(x) + 6,521
R² = 0,994
1.002.00 3.00 4.00 5.00 6.00 7.00 8.00
0 10 20 30 40 50 60 70
S
k
or
Bln (km/1000smp)
(27)
Jawaban para responden memberikan spektrum penilaian pada kualifikasi variabel Bln yang tidak linier. Hasil analisis menyatakan bahwa fungsi yang paling tepat untuk mendekati perilaku kualifikasi para responden tersebut adalah dengan pendekatan fungsi logaritmik.
Adapun hasil kalibrasi menghasilkan fungsi kualifikasi / skoring variabel sebagai berikut :
(Skor Bln) = - 0,49 ln(nilai Bln) + 6,521...(R2=0,994)...(5.3)
V.1.1.4 Kualifikasi Variabel Pelayanan Prasarana Jalan (Pyp)
Dalam rumusan IPJ yang digunakan pada studi ini variabel Pelayanan Prasarana Jalan (Pyp) didefinisikan sebagai “panjang total jaringan jalan kota per jumlah penduduk” yang dimensinya berupa (km/penduduk). Variabel ini diharapkan memberikan proporsi penyediaan jalan terhadap populasi penduduk di suatu wilayah sebagaimana determinan utama pelaku perjalanan maupun yang menghasilkan kebutuhan barang. Meskipun dalam sejumlah studi dibuktikan bahwa tingkat produktivitas penduduk (PDRB perkapita) juga sangat mempengaruhi besarnya kebutuhan perjalanan, namun jika pengembangan prasarana jalan diharapkan memberikan kesempatan yang sama terhadap semua penduduk, maka berapapun produktivitasnya harus memiliki akses yang sama terhadap jalan.
Distribusi jawaban kualifikasi dari responden mengenai beberapa nilaiPyp yang disodorkan dalam bentuk kuisioner disampaikan pada Tabel V.4 berikut ini. Adapun bentuk model skoring/kualifikasi jawaban responden tersebut dalam bentuk grafis disampaikan pada Gambar V.4
(28)
y = 0.212ln(x) + 4.793 R² = 0.934 0.00
1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00 7.00 8.00
0 1 2 3 4 5 6
S
k
o
r
Pyp (km/1000 orang)
Model Kualifikasi Variabel Pyp
No. NilaiPyp Keterangan Skor Rata - rata
1 0,2 km/1000 orang 1 km jalan melayani 5000 orang 4,40 2 0,5 km/1000 orang 1 km jalan melayani 2000 orang 4,63 3 1,0 km/1000 orang 1 km jalan melayani 1000 orang 4,90 4 2,0 km/1000 orang 1 km jalan melayani 500 orang 4,97 5 5,0 km/1000 orang 1 km jalan melayani 200 orang 5,07
(29)
V.1.1.5 Bobot Kepentingan antar Variabel IPJ
Sebagaimana disampaikan dalam rumusan IPJ, skor variabel IPJ yang dikualifikasi dengan model yang disampaikan pada Sub Bab V.1.1.1. sampai Sub Bab V.1.1.4 harus terlebih dahulu dikalikan dengan bobotnya masing–masing untuk mendapatkan nilai IPJ secara keseluruhan.
Pembobotan terhadap variabel IPJ ini menunjukkan adanya perspektif mengenai perbedaan tingkat kepentingan antar variabel IPJ sesuai dengan pendapat para responden yang dipilih sebagai wakil stakeholders. Perbedaan tingkat kepentingan ini mempresentasikan bobot pertimbangan setiap variabel IPJ dalam pengambilan keputusan penanganan jalan. Dengan bobot yang representatif diharapkan bahwa indikator IPJ yang diperoleh mampu menggambarkan kondisi umum yang dapat mewakili perspektif setiap wilayah dalam pengambilan keputusan.
Subyektivitas penilaian kemungkinan tidak dapat dihindarkan, karena perspektif yang berkembang di suatu daerah akan berbeda dengan daerah yang lain, sesuai dengan kondisi dan tantangan yang ada. Namun dengan menggabungkan perspektif tingkat kepentingan variabel IPJ dari semua wilayah studi diharapkan diperoleh perspektif tingkat kepentingan yang unik dan dapat digunakan sebagai acuan yang fair dalam penghitungan IPJ sebagai alat bantu dalam penyusunan kebijakan penanganan jalan di Kabupaten Labuhanbatu Selatan.
Resume terhadap hasil pengisian kuisioner yang dilakukan para responden disampaikan pada tabel V.5. Hasil survey menyatakan bahwa untuk urutan tingkat kepentingan no.1 (paling penting) pilihan terbanyak diperoleh variabel
(30)
Ketersediaan Prasarana Jalan (Ktj) dengan dukungan 67% responden. Sedangkan untuk urutan tingkat kepentingan no.2 suara terbanyak diperoleh variabel Beban Lalulintas (Bln) dengan dukungan sebanyak 53% responden. Untuk urutan tingkat kepentingan no.3 suara terbanyak diperoleh variabel Kinerja Jaringan Jalan (Knj) dengan dukungan 60% responden. Dan terakhir, untuk urutan tingkat kepentingan no.4 suara terbanyak diperoleh variabel Pelayanan Prasarana Jalan (Pyp) dengan dukungan dari responden sebanyak 53%.
Tabel V.5 Distribusi Urutan Tingkat Kepentingan Variabel IPJ
Variabel IPJ Urutan Tingkat Kepentingan
1 2 3 4
Ketersediaan Prasarana Jalan (Ktj) 67% 23% 3% 7%
Kinerja Jaringan Jalan (Knj) 3% 23% 60% 13%
Beban Lalu Lintas (Bln) 17% 53% 17% 13%
Pelayanan Prasarana Jalan (Pyp) 10% 20% 17% 53%
Dari tabel tersebut terlihat sudah ada polarisasi urutan tingkat kepentingan yang dilakukan oleh para responden, dimana urutan kepentingan tertinggi (no.1) paling banyak diperoleh variabel Ketersediaan Prasarana Jalan (Ktj), dan seterusnya sampai dengan urutan kepentingan terendah (no.4) yang paling banyak diperoleh variabel Pelayanan Prasarana Jalan (Pyp).
Namun demikian dengan sistem perangkingan di atas belum dapat ditentukan bagaimana tingkat perbedaan/rentang tingkat perbandingan antara 2 buah variabel IPJ. Hal ini perlu didapatkan untuk mempermudah estimasi IPJ di suatu wilayah dan penggunaannya dalam pengambilan keputusan. Dengan bobot yang kuantitatif diharapkan proses pengambilan keputusan didukung oleh data
(31)
Untuk lebih mengkuantitatifkan hasil pengurutan tingkat kepentingan variabel IPJ, maka dilakukan proses pembobotan dengan metodologi yang disampaikan pada Sub Bab III.5.2. Kualifikasi dilakukan untuk setiap variabel IPJ dengan rentang nilai 1-10, dimana nilai 1 diberikan kepada variabel IPJ yang
dianggap “sangat tidak penting” dan seterusnya sampai dengan nilai 10 yang
diberikan kepada variabel IPJ yang dianggap responden “sangat penting”. Hasil
kualifikasi pembobotan yang dilakukan para responden kemudian dijumlahkan dan dirata–ratakan untuk setiap variabel IPJ sebagaimana disampaikan pada Tabel V.6 berikut ini.
Tabel V.6 Bobot Kepentingan Variabel IPJ
Variabel IPJ Urutan
Kepentingan
Bobot Kepentingan Ketersediaan Prasarana Jalan (Ktj) 1 0,27
Beban Lalu Lintas (Bln) 2 0,26
Kinerja Jaringan Jalan (Knj) 3 0,24
Pelayanan Prasarana Jalan (Pyp) 4 0,23
Total 1,00
Interpretasi dari bobot kepentingan variabel IPJ yang disampaikan pada Tabel V.5 tersebut dalam menghitung variabel IPJ dicontohkan sebagai berikut :
• Bobot kepentingan variabel Ktj = 0,28 dan bobot kepentingan variabel Bln = 0,26, sehingga perbandingan kepentingan antara kedua variabel tersebut adalah sebagai berikut :Ktj/ Bln= 0,27/0,26 = 1,03
• Artinya, dalam penyusunan IPJ bobot kepentingan variabelKtj sekitar 1,07 kali lebih besar dibandingkan dengan bobot kepentingan variabelBln.
• Hal ini dapat dilanjutkan interpretasinya bahwa jika indikator IPJ digunakan dalam pengambilan keputusan, misalnya alokasi dana, maka pertimbangan terkait
(32)
dengan variabel Ktj (panjang jalan vs luas wilayah) 1,07 kali lebih penting/diprioritaskan dibandingkan dengan pertimbangan terkait dengan variabel Bln(beban lalu lintas).
• Perbandingan tersebut juga berlaku untuk variabel–variabel IPJ lainnya.
V.1.1.6 Model Estimasi Indikator IPJ
Dari hasil kualifikasi variabel IPJ sampai dengan pembobotan variabel IPJ yang disampikan pada Sub Bab V.1.1 dapat disusun estimasi IPJ yang digunakan pada studi ini, yakni sebagai berikut :
IPJ = 0,27*skor(Ktj) + 0,26*skor(Bln) + 0,24*skor(Knj) + 0,23*skor(Pyp)...(5.6) Dengan :
(Skor Ktj) = 0,9847 ln (nilai Ktj) + 5,3189 (Skor Bln) = - 0,49 ln(nilai Bln) + 6,521
(Skor Knj) = 7,745 (nilai Knj) + 0,189 (Skor Pyp) = 0,2121 ln (nilai Pyp) + 4,793
Dalam hal ini satuan untuk masing–masing nilai adalah
• (NilaiKtj) dalam km/km2
• (NilaiBln) dalam km / 1000 smp
• (NilaiKnj) dalam % jalan mantap
(33)
V.1.2 Perhitungan Indeks Prasarana Jalan (IPJ)
Dengan terumuskannya model estimasi IPJ sebagaimana disampaikan pada Sub Bab V.1.1 , maka untuk Kabupaten Labuhanbatu Selatan dapat dilakukan perhitungan estimasi skor IPJ sebagai representasi kondisi umum dari penyelenggaraan prasarana jalan di kabupaten tersebut. Data data pendukung yang diperlukan dalam perhitungan IPJ adalah data sosial ekonomi dan data penyediaan jalan. Berikut dilampirkan perhitungan Indeks Prasarana Jalan untuk tahun 2014.
• Menghitung nilai Ktj
Nilai Ktj = ℎ .
ℎ .
= ,
. = 0,31
• Menghitung nilai Bln
Nilai Bln = ℎ . 1000
ℎ .
= , = 20,94
• Menghitung nilai Knj
Nilai Knj = .
.
= ,
, = 0,59
• Menghitung nilai Pyp
Nilai Pyp = ℎ . 1000
.
= ,
(34)
Menghitung Skor Ktj
Skor Ktj =0,9847 ln (nilai Ktj) + 5,3189 = 0,9847 ln(0,31) + 5,3189 = 4,16
Menghitung Skor Bln
Skor Bln =- 0,49 ln(nilai Bln) + 6,521 = -0,49 ln(20,94) + 6,521 = 5,03
Menghitung Skor Knj
Skor Knj =7,745 (nilai Knj) + 0,189 = 7,745 (0,59) + 0,189 = 4,75
Menghitung Skor Pyp
Skor Pyp =0,2121 ln (nilai Pyp) + 4,793 = 0,2121 ln (3,20) + 4,973 = 5,21
Menghitung IPJ Kab. Labuhanbatu Selatan :
IPJ = 0,27*skor(Ktj) + 0,26*skor(Bln) + 0,24*skor(Knj) + 0,23*skor(Pyp) = 0,27(4,16) + 0,26(5,03) +0,24(4,75) + 0,23(5,21)
(35)
Hasil perhitungan Indeks Prasarana Jalan (IPJ) dapat dilihat pada Tabel V.8. Pada studi Pengembangan Indikator Efektifitas Pelaksanaan Program Prasarana Wilayah Tahun 2004, dicoba digunakan rentang skor untuk mengkualifikasikan suatu nilai IPJ.
Tabel V.7 Rentang Skor dan Kualifikasi Variabel IPJ Rentang Skor Kualifikasi
1–2 Sangat Kurang
3–4 Kurang
5–6 Sedang
7–8 Tinggi
8 - 10 Sangat Tinggi
Dari data pada Tabel V. 8 Hasil Perhitungan Indeks Prasarana Jalan (IPJ) Kabupaten Labuhanbatu Selatan disi\mpulkan beberapa kondisi dasar dalam penyediaan prasarana jalan di Kabupaten Labuhanbatu Selatan, yaitu :
a. Skor IPJ pada tahun 2014 di Kabupaten Labuhanbatu Selatan adalah 4,77 dinyatakan bahwa kuantitas/jumlah dan kualitas/kondisi fisik prasarana jalan Kabupaten tersebut adalah”kurang”(skor antara 3-4)
b. Dari skor yang ditunjukkan oleh setiap variabel IPJ di Kabupaten Labuhanbatu Selatan, skor terendah ditunjukkan oleh variabel Ketersediaan Prasarana Jalan (Ktj) dalam km/km2dengan skor 4,16. c. Ketersediaan jalan yang minim di Kabupaten Labuhanbatu Selatan sangat
mempengaruhi kinerja jaringan jalan. Walaupun didukung dengan pelayanan dan beban lalu lintas yang sedikit, belum tentu menaikkan IPJ.
(36)
Tabel V.8 Hasil Perhitungan Indeks Prasarana Jalan (IPJ) di Kabupaten Labuhanbatu Selatan
Tahun
Konstanta
Ketersediaan Prasarana
Jalan (Ktj) Skor Ktj
Beban Lalu
Lintas (Bln) Skor Bln
Kinerja Jaringan
Jalan (Knj) Skor Knj
Pelayanan Prasarana
Jalan (Pyp) Skor
Pyp IPJ
a b c d
km/km2 km/1000
smp %
km/1000 penduduk
Ktj Bln Knj Pyp
2010 0,27 0,26 0,24 0,23 0,17 3,57 12,00 5,30 0,38 3,13 1,91 5,11 4,27
2011 0,27 0,26 0,24 0,23 0,17 3,57 11,82 5,31 0,52 4,23 1,90 5,11 4,54
2012 0,27 0,26 0,24 0,23 0,18 3,60 11,99 5,30 0,58 4,70 1,92 5,11 4,66
2013 0,27 0,26 0,24 0,23 0,18 3,61 11,89 5,31 0,64 5,12 1,90 5,11 4,76
(37)
Indikator Aspek Indikator Kinerja Tahun 2010 Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2014 Masukan
(Input) Finansial
Pengeluaran pemerintah untuk sub sektor jalan
(Rp) - 83.852.849.800 79.271.269.900 175.673.704.250 119.979.105.675
Keluaran
(Output) Aset
Panjang jalan nasional (km) 60 60 60 60 60
Panjang jalan provinsi (km) 45 45 45 45 45
Panjang jalan kabupaten (km) 531,20 531,20 547,10 550,36 984,301
Hasil (Outcome)
Efektivitas preservasi
aset
Panjang jalan kabupaten kondisi baik (km) 113,49 195,9 243,93 268,18 460,16
Panjang jalan kabupaten kondisi sedang (km) 88,64 81,62 84,4 82,61 124,735
Panjang jalan kabupaten kondisi rusak (km) 244,13 166,24 140,99 112,79 340,16
Panjang jalan kabupaten kondisi rusak berat (km) 84,95 87,45 86,79 86,79 59,245
Manfaat (Benefit)
Tingkat Resiko
Jumlah kejadian kecelakaan 130 175 212 152 120
Jumlah kematian akibat kecelakaan dijalan 168 167 303 156 77
Dampak
(Impact) Ekonomi
PDRB (juta Rp) 11.554.525,1 13.066.066,1 14.380.765,3 15.962.696,7 17.545.445,0
PDRB per Kapita (Rp/Kap/Thn) 41.384.995,25 45.608.680,84 48.980.140,82 53.136.015,68 57.119.470,88 Tabel V.9 Indikator Kinerja Jaringan Jalan Kabupaten Labuhanbatu Selatan
(38)
V.1.3 Analisis Hasil Guna dan Daya Guna Kinerja Jaringan Jalan Berdasarkan Indeks Prasarana Jalan (IPJ)
Daya guna suatu jaringan jalan ditunjukkan oleh hubungan antara IPJ dengan dana yang dikeluarkan pemerintah untuk sub sektor jalan, sedangkan hasil guna ditunjukkan oleh hubungan antara IPJ dengan PDRB per Kapita.
Suatu jaringan jalan dikatakan berdaya guna apabila dana yang dikeluarkan pemerintah untuk sub sektor jalan minimal tetapi menghasilkan IPJ yang maksimal. Dengan kata lain, suatu jaringan jalan dikatatakn berdaya guna apabila rasio pengeluaran pemerintah untuk sub sektor jalan dengan IPJ setiap tahunnya mengalami penurunan. Artinya setiap peningkatan dana yang dikeluarkan pemerintah untuk sub sektor jalan idealnya akan meningkatkan IPJ.
Gambar V.5 menunjukkan hubungan antara IPJ dengan dana yang dikeluarkan pemerintah untik sub sektor jalan pada tahun 2010 sampai dengan 2014 di Kabupaten Labuhanbatu Selatan. Gambar V.5 menunjukkan bahwa tidak selamanya peningkatan dana yang dikeluarkan pemerintah untuk sub sektor jalan akan meningkatkan IPJ. Dari Gambar V.5 menunjukkan bahwa tingginya dana yang dikeluarkan pemerintah untuk sub sektor jalan tidak selalu menghasilkan IPJ yang besar.
(39)
Uraian 2010 2011 2012 2013 2014 Pengeluaran pemerintah untuk
sub sektor jalan (Juta Rupiah)
- 83.852 79.271 175.673 119.979
IPJ 4,27 4,54 4,66 4,76 4,77
Rasio pengeluaran pemerintah untuk sub sektor jalan dengan IPJ
- 18.469 17.010 36.906 25.205
0 20000 40000 60000 80000 100000 120000 140000 160000 180000 200000
4.20 4.30 4.40 4.50 4.60 4.70 4.80
P e n g e lu a ra n S u b S e kt o r Ja la n (j u ta R p )
Indeks Prasarana Jalan
2010 2011 2012
2013 2014
(40)
0 10000000 20000000 30000000 40000000 50000000 60000000 70000000
4.20 4.30 4.40 4.50 4.60 4.70 4.80
P
D
R
B
(R
p
/K
a
p
/T
h
n
Indeks Prasarana Jalan
2010 2011 2012 2013 2014
(41)
Tabel V.11 Rasio PDRB per kapita dengan IPJ Kabupaten Labuhanbatu Selatan
Uraian 2010 2011 2012 2013 2014
PDRB per kapita
(Juta Rp/Kap/Thn) 41,384 45,608 48,980 53,136 57,119
IPJ 4,27 4,54 4,66 4,76 4,77
Rasio PDRB per
kapita dengan IPJ 9,69 10,04 10,51 11,16 11,97
V.2 Analisa Standar Pelayanan Minimum V.2.1 Indeks Aksesibilitas
Aksesisbilitas adalah suatu ukuran kemudahan bagi pengguna jalan untuk mencapai satu pusat kegiatan atau simpul – simpul kegiatan di dalam wilayah yang dijalani jalan, di evaluasi dari keterhubungan antar pusat kegiatan oleh jalan dalam wilayah yang dilayani jalan dan diperhitungkan nilainya terhadap luas wilayah yang dilayani. Dapat disimpulkan aksesibilitas merupakan hasil pembagian jumlah panjang jalan yang baik dibagi dengan jumlah luas wilayah tinjauan studi. Berikut adalah hasil perhitungan aksesibilitas per kecamatan dengan menggunakan data sekunder dari Labuhanbatu Selatan dalam Angka.
Aksesibilitas = ( )
( )
Dimana : panjang jalan yang baik = penjumlahan panjang jalan kondisi baik dan sedang (km)
Nilai aksesibilitas Kabupaten Labuhanbatu Selatan adalah perbandingan total panjang jalan yang baik dengan total luas daerah Kabupaten Labuhanbatu Selatan.
(42)
Dapat dilihat pada perhitungan berikut :
• Hasil perhitungan nilai aksesibilitas Kabupaten Labuhanbatu Selatan
Aksesibiltas = ( )
. ( )
= ,
= 0,187 km/km2
Indikator aksesibilitas untuk kinerja jaringan jalan dapat dilihat dari kepadatan penduduk yang dikaitkan dengan nilai aksesibilitas itu sendiri. Nilai kepadatan penduduk di Kabupaten Labuhanbatu Selatan adalah 98,5 penduduk/km2, ini menunjukkan nilai kepadatan penduduk yang sangat rendah < 100 dengan nilai aksesibilitas minimum adalah 0,05 km/km2. Sehingga memenuhi Standar Pelayanan Minimal jaringan jalan yaitu 0,187 > 0,05.
Tabel V.14 Hasil Perhitungan Nilai Aksesibiltas Jaringan Jalan di Kabupaten Labuhanbatu Selatan
Luas Wilayah
(km2)
Kepadatan Penduduk (jiwa/km2)
Panjang Jalan (km)
Indeks
Aksesibilitas M/TM
Tahun Eksist Syarat
2010 3116 89 202,13 0,064 0,05 M
2011 3116 90 277,52 0,089 0,05 M
2012 3116 91 319,33 0,102 0,05 M
2013 3116 93 350,79 0,112 0,05 M
2014 3116 98,5 584,895 0,187 0,05 M
(43)
V.2.2 Indeks Mobilitas
Mobilitas adalah ukuran kualitas pelayanan jalan yang diukur oleh kemudahan per individu masyarakat melakukan perjalanan melalui jalan untuk mencapai tujuannya. Nilai mobilitas adalah perbandingan antara total panjang jalan yang baik dengan total penduduk yang ada di wilayah yang harus dilayani jaringan jalan sesuai dengan statusnya, dinyatakan dengan km/ 1.000 jiwa.
Dirumuskan sebagai berikut :
Mobilitas = ( ) x 1000 jiwa
Sedangkan nilai indeks mobilitas Kabupaten Labuhanbatu Selatan adalah perbandingan total panjang jalan yang baik dengan total penduduk Kabupaten Labuhanbatu Selatan. Dapat dilihat pada perhitungan berikut :
• Hasil perhitungan indeks mobilitas di Kabupaten Labuhanbatu Selatan Mobilitas = ,
. x 1000 jiwa
= 1,904 km/ 1000 jiwa
Indikator mobilitas untuk kinerja jaringan jalan dapat dilihat dari nilai PDRB yang dikaitkan dengan nilai perhitungan mobilitas itu sendiri. Nilai PDRB yang di Kabupaten Labuhanbatu Selatan pada tahun 2014 adalah Rp. 53.119.470,88 per kapita. Ini menunjukkan nilai PDRB yang sangat tinggi > Rp.10 juta per tahun dengan nilai mobilitas minimum adalah 5 km / 1000 jiwa. Sehingga tidak memenuhi Standar Pelayanan Minimal (SPM) jaringan jalan (1,904 < 5) .
(44)
Tabel V.16 Hasil Perhitungan Indeks Mobilitas Jaringan Jalan di Kabupaten Labuhanbatu Selatan
PDRB (Rp)
Jumlah Penduduk
(jiwa)
Panjang Jalan yang Baik
(km)
Indeks Mobilitas
M/TM Tahun
Eksist Syarat
2010 41 384 995,25 277.673 202,13 0,727 5 TM
2011 45 608 680,84 280.269 277,52 0,990 5 TM
2012 48 980 140,82 284.809 319,33 1,121 5 TM
2013 53 136 015,68 289.655 350,79 1,211 5 TM
2014 57.119.470,88 307.171 584,895 1,904 5 TM
Keterangan : M = Memenuhi ; TM = Tidak Memenuhi
V.2.3 Indeks Kecelakaaan
Mengingat bahwa faktor terbesar yang menyebabkan terjadinya kecelakaan lalulintas adalah faktor manusia,maka salah satu upaya untuk mengurangi tingkat kecelakaan adalah dengan menambah atau melengkapi perlengkapan jalan, seperti rambu jalan, marka jalan, rel pengaman dan sebagainya. Untuk faktor jalan, walaupun relatif kecil, pada lokasi –lokasi rawan kecelakaan perlu dilakukan kajian penyebabnya, sehingga dapat diambil tindakan penanganan terhadap konstruksi jalan, misalnya apakah perlu dilakukan perbaikan geometrik atau lapisan perkerasannya.
Nilai indeks kecelakaan dihitung dengan rumus kecelakaan/100000 km, maka indeks kecelakaan di Kabupaten Labuhanbatu Selatan dapat dilihat pada perhitungan berikut.
(45)
• Hasil perhitungan indeks kecelakaan di Kabupaten Labuhanbatu Selatan Kecelakaan = = 0,0012
Tabel V.17 Hasil Perhitungan Indeks Kecelakaan Jaringan Jalan di Kabupaten Labuhanbatu Selatan
Jumlah Kecelakaan
per Tahun
Kepadatan Penduduk (jiwa/km)
Panjang Jalan yang Baik
(km)
Indeks Kecelakaan
M/TM Eksist Syarat
130 89 202,13 0,0013 -
-175 90 277,52 0,0017 -
-212 91 319,33 0,0021 -
-152 93 350,79 0,0015 -
(46)
-BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
VI.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil seluruh pembahasan yang telah diuraikan pada penelitian ini, maka dapat ditarik kesimpulann sebagai berikut :
1. Skor Indeks Prasarana Jalan (IPJ) Kabupaten Labuhanbatu Selatan masih tergolong rendah pada tahun 2014 yaitu 4,77
2. Sistem jaringan jalan di Kabupaten Labuhanbatu Selatan termasuk berdaya guna. Hal ini terlihat dari setiap tahunnya pengeluaran pemerintah untuk sub sektor jalan yang tidak beraturan tetapi menghasilkan IPJ yang semakin meningkat setiap tahunnya.
3. Sistem jaringan jalan di Kabupaten Labuhanbatu Selatan berhasil guna. Hal ini terlihat dari setiap tahunnya IPJ Kabupaten Labuhanbatu Selatan mengalami peningkatan dan menghasilkan PDRB per kapita yang semakin meningkat setiap tahunnya.
4. Pencapaian SPM jaringan jalan di Kabupaten Labuhanbatu Selatan, untuk indeks aksesibilitas sebesar 0,064 pada tahun 2010; 0,089 pada tahun 2011; 0,102 pada tahun 2012; 0,112 pada tahun 2013 dan 0,187 pada tahun 2014. Indeks aksesibiltas tersebut memenuhi persyaratan untuk kepadatan penduduk dengan kategori sangat rendah dengan besaran < 100 jiwa/km2yaitu > 0,05.
(47)
5. Pencapaian SPM jaringan jalan di Kabupaten Labuhanbatu Selatan, untuk indeks mobilitas sebesar 0,727 pada tahun 2010; 0,990 pada tahun 2011; 1,121 pada tahun 2012; 1,211 pada tahun 2012 dan 1,904 pada tahun 2014. Indeks mobilitas tersebut tidak memenuhi persyaratan untuk kategori PDRB per kapita dengan kategori sangat tinggi dengan besaran > Rp.10 juta/kapita/tahun yaitu > 5,00
6. Pencapaian SPM jaringan jalan di Kabupaten Labuhanbatu Selatan, untuk indeks kecelakaan sebesar 0,0013 pada tahun 2010; 0,0017 pada tahun 2011; 0,0021 pada tahun 2012; 0,0015 pada tahun 2013 dan 0,0012 pada tahun 2014. Syarat untuk indeks kecelakaan belum ditentukan di dalam Kepmenkimpraswil No.534/KPTS/M/2001.
7. Permasalahan utama pada Kabupaten Labuhanbatu Selatan adalah minimnya panjang jalan yang tersedia dan kondisi mantap yang mempengaruhi kinerja jaringan jalan sehingga dibutuhkan penanganan melalui program peningkatan untuk panjang jalan dan pemeliharaan kondisi jalan rusak ringan dan rusak berat.
VI.2 Saran
Adapun dari hasil penelitian ini dapat disarankan beberapa hal sebagai berikut :
1. Perlunya perhatian yang besar dari pemerintah sebagai pihak yang berwenang dalam memperhatikan kinerja jaringan jalan sebagai salah satu faktor penunjang keberhasilan perekonomian penduduk.
(48)
2. Perlu dilakukan evaluasi secara berkala terhadap penilaian kuantitas dan kualitas hasil pembangunan di bidang jalan, sehingga dapat dirumuskan berbagai upaya peningkatan daya guna dan hasil guna jaringan jalan. 3. Perlu dilakukannya penanganan melalui program peningkatan untuk
(49)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Umum
Transportasi merupakan bagian yang sangat penting dalam kehidupan kita. Transportasi adalah suatu kegiatan untuk memindahkan orang atau barang dari suatu tempat ke tempat lain dan fasilitas yang digunakan untuk memindahkannya. Perpindahan atau pergerakan manusia merupakan hal yang sangat penting dipikirkan khususnya daerah perkotaan, sedangkan angkutan barang sangat penting untuk menunjang kehidupan perekonomian.
Transportasi mempunyai karakteristik dan atribut yang menunjukkan arti dan fungsi spesifiknya. Fungsi utamanya dalah untuk menghubungkan manusia dengan tata guna lahan.
II.2 Sistem Jaringan Jalan
Sistem jaringan jalan merupakan satu kesatuan jaringan jalan yang terdiri dari sistem jaringan jalan primer dan sistem jaringan jalan sekunder yang terjalin dalam hubungan yang hierarki. Sistem jaringan jalan disusun dengan mengacu pada rencana tata ruang wilayah dan dengan memperhatikan keterhubungan antarkawasan dan atau dalam kawasan perkotaan, dan kawasan perdesaan. Sistem jaringan jalan dibagi atas dua yaitu sistem jaringan jalan primer dan sistem jaringan jalan sekunder.
(50)
Menurut pasal 7 (2) UU No. 38 Tahun 2004 tentang Jalan, Sistem Jaringan Primer merupakan sistem jaringan jalan dengan peranan pelayanan distribusi barang dan jasa untuk pengembangan semua wilayah di tingkat nasional, dengan menghubungkan semua simpul jasa distribusi yang berwujud pusat – pusat kegiatan. Simpul – simpul jasa distribusi adalah pusat – pusat kegiatan yang mempunyai jangkauan pelayanan nasional, wilayah dan lokal.
Adapun jenis-jenis dari sistem jaringan jalan primer adalah :
1. Jalan Arteri Primer yaitu jalan yang secara efisien menghubungkan antar pusat kegiatan nasional atau antara pusat kegiatan nasional dengan pusat kegiatan wilayah
2. Jalan Kolektor Primer yaitu jalan yang secara efisien menghubungkan antar pusat kegiatan wilayah atau menghubungkan antara pusat kegiatan wilayah dengan pusat kegiatan lokal.
3. Jalan Lokal Primer yaitu jalan yang secara efisien menghubungkan pusat kegiatan nasional dengan pusat kegiatan lokal, pusat kegiatan lokal dengan pusat kegiatan dibawahnya, pusat lokal dengan persil, atau pusat kegiatan dibawahnya sampai persil.
Menurut pasal 7 (3) UU No. 38 Tahun 2004 tentang Jalan, Sistem Jaringan Sekunder merupakan sistem jaringan jalan dengan peran pelayanan distribusi barang dan jasa untuk masyarakat di dalam kawasan perkotaan.
(51)
Adapun jenis jenis dari sistem jaringan jalan sekunder adalah :
1. Jalan Arteri Sekunder yaitu jalan yang menghubungkan kawasan primer dengan kawasan sekunder kesatu atau menghubungkan kawasan sekunder kesatu dengan kawasan sekunder kesatu atau menghubungkan kawasan sekunder kesatu dengan kawasan sekunder kedua.
2. Jalan Kolektor Sekunder yaitu jalan yang menghubungkan kawasan sekunder kedua dengan kawasan sekunder kedua atau menghubungkan kawasan sekunder kedua dengan kawasan sekunder ketiga.
3. Jalan Lokal Sekunder yaitu jalan yang menghubungkan kawasan sekunder kesatu dengan perumahan, menghubungkan kawasan sekunder kedua dengan perumahan, kawasan sekunder ketiga dan seterusnya sampai ke perumahan.
II.3 Daya Guna dan Hasil Guna Jaringan Jalan
Pengertian mengenai daya guna dan hasil guna dalam penilaian kinerja jaringan jalan harus diartikan secara komprehensif agar proses evaluasi dan rekomendasi yang disampaikan tepat dan berhasil guna. Indikator dan metoda evaluasi yang dikembangkan harus cukup lengkap namun operasional agar dalam aplikasinya menjadi sederhana namun tetap mampu memenuhi kualitas penilaian yang diinginkan.
Daya guna (efisiensi) umumnya digunakan dalam konteks evaluasi ekonomi atau finansial yang dipandang dari sisi perbandingan antara biaya dan manfaat dari suatu proses atau kegiatan yang dievaluasi.
(52)
Hasil guna (efektifitas) dapat didefenisikan sebagai ukuran kemampuan suatu obyek sistem untuk memenuhi tujuan tertentu. Dalam hal ini pengertian hasil guna lebih komprehensif dibandingkan dengan daya guna, karena hasil guna tidak hanya dinilai dari segi biaya vs manfaat, tetapi juga kemampuan untuk memenuhi satu atau beberapa tujuan tertentu.
Kajian makro daya guna dan hasil guna kinerja suatau jaringan jalan dilakukan dengan melibatkan faktor – faktor yang terkait dan saling mempengaruhi dengan sistem yang telah dianalisis. Dalam kajian makro aspek evaluasi dilakukan disetiap tahap penyelenggaraan sistem jaringan jalan sesuai dengan urutan siklus :input, impact, output,danoutcome.
Dalam konteks kajian transportasi secara makro, daya guna penyelenggaraan sistem jaringan jalan dapat diartikan sebagai ukuran kinerja yang berkaitan dengan input (dana dan sumber daya) dan output berupa volume kegiatan penanganan, kuantitas dann kualitas sistem jaringan jalan.
Sedangkan hasil guna dalam kajian makro dikaitkan dengan tingkat penyediaan prasarana (hasil/outcome) dan pemanfaatannya dalam konteks yang lebih luas yang dikaitkan dengan pencapaian nilai dan kebijakan pengembangan jaringan jalan, keterpaduan fungsi prasarana wilayah, sebagai hasil dari kegiatan pengembangan jaringan jalan (Dep.PU,2000).
(53)
Berikut disampaikan daftar indikator yang dispesifikasi memiliki kaitan dengan pelaksanaan studi ini.
Tabel II.1 Indikator Kinerja Jaringan Jalan Kota
Indikator Satuan
Input Pengeluaran pemerintah untuk sub sektor jalan Rp
Output Panjang jalan kota Km
Outcome
Panjang jalan dalam kondisi baik Km
Panjang jalan dalam kondisi sedang Km Panjang jalan dalam kondisi rusak Km Panjang jalan dalam kondisi rusak berat Km
Benefit / Impact
Jumlah kejadian kecelakaan
Jumlah kematian akibat kecelakaan di jalan Kerugian material akibat kecelakaan di jalan
PDRB Rp
PDRB per kapita Rp / kap/ tahun
Sumber : Laporan Akhir Pengembangan Indikator Efektivitas Pelaksanaan Program Prasarana Wilayah
II.4 Kinerja Jaringan Jalan
Dalam usaha untuk pelayanan perkembangan kebutuhan ekonomi masyarakat perlu diakomodasi oleh sistem infrastruktur yang tepat bagi masing-masing tingkat perkembangan maupun potensi yang dimiliki disetiap satuan wilayah. Pemahaman mengenai kebutuhan dan efektifitas pelaksanaan program pembangunan infrastrukutur bidang Kimpraswil tersebut mutlak diperlukan agar lebih menghasilkan manfaat bukan sebaliknya. Terutama prasarana jalan yang
(54)
memainkan peran penting sebagai prasarana distribusi lalulintas barang dan manusia maupun sebagai salah satu prasarana pembentuk struktur ruang wilayah.
Untuk lebih mengarahkan pengembangan infrastruktur dalam mendukung pembangunan ekonomi nasional yang lebih merata dan yang lebih adil, diperlukan upaya menyeimbangkan dan menyerasikan dimensi pertumbuhan dan pemerataan, dengan mengembangkan metode efektifitas pelaksanaan program penanganan prasarana dan sarana bidang Kimpraswil terhadap pengembangan wilayah. Hal tersebut dimaksudkan sebagai upaya untuk mempersiapkan masukan secara konsisiten ke dalam pelaksanaan program tahunan dan program jangka menengah, dengan mengoptimalkan seluruh komponen terkait, guna mendukung pengembangan wilayah di Indonesia.
II.4.1 Indikator Kinerja Sektor Jalan di Indonesia
II.4.1.1 World Bank (1995):Improving Performance Indicators for The Road
Subsector in Indonesia
World Bank melakukan studi ini bekerjasama dengan eks. Departemen PU pada Tahun 1995. Tujuan World Bank melakukan studi ini adalah untuk menjalankan sejumlah kepentingan mereka di Indonesia, antara lain: memonitor efektifitas kebijakan, mendiagnosa beberapa isu yang penting dan diprioritaskan, evaluasi keputusan dalam manajemen-alokasi, memberikan sinyal peringatan terhadap adanya permasalahan, insentif efisiensi, perbandingan antar sektor dan antar wilayah, menelusuri kecenderungan perkembangan sub sektor transportasi jalan di Indonesia dalam beberapa tahun belakangan.
(55)
Dalam metodologi evaluasi yang digunakan dalam studi ini, diajukan tiga kelompok perspektif untuk mengembangkan indikator penilaian kinerja dari subsektor jalan di Indonesia, yakni: subsektor itu sendiri, penyediaan, dan penggunaan. Tabel II.2 menyajikan daftar indikator yang dikembangkan dalam studi tersebut berikut dimensi yang digunakan.
Daftar indikator yang dikembangkan oleh World Bank untuk subsektor jalan di Indonesia ini terlihat relatif panjang dan tidak semuanya operatif untuk dilaksanakan dalam implementasi evaluasi dan perencanaan program prasarana jalan di Indonesia, apalagi adanya batasan SDM, data dan model estimasi indikator yang tersedia.
Tabel II.2 Indikator Kinerja Subsektor Jalan di Indonesia (World Bank, 1995)
Perspektif Sub perspektif Indikator Kinerja Dimensi
sub sektor
Aset
Panjang jalan km per kelas jalan Panjang jalan per tipe struktur m, per type struktur Kepadatan jaringan km/100 km2, km/cp Kapasitas jaringan lane-km/veh
Lingkungan pengguna
Jumlah armada kendaraan annual registration Tingkat motorisasi kendaraan per kapita Kepemilikan kendaraan publik/komersial/pribadi Perjalanan kendaraan juta kend-km/tahun Perjalanan penumpang juta pnp-km/tahun Perjalanan barang juta ton-km/tahun
Nilai
Nilai penggantian aset trilyun rupiah Nilai penggantian kendaraan trilyun rupiah Nilai depresiasi aset % nilai penggantian Nilai depresiasi kendaraan % nilai penggantian Biaya transportasi jalan trilyun rupiah Pengeluaran jalan trilyun rupiah Biaya subsektor transportasi
jalan
(56)
Tabel II.2 (Lanjutan) Indikator Kinerja Subsektor Jalan di Indonesia (World Bank, 1995)
Perspektif Sub perspektif Indikator Kinerja Dimensi
Ekonomi
Biaya sub umula jalan % GDP Sustainabilitas-luas
jalan/GDP lane-km/juta rupiah Buruh-tenaga kerja jumlah, menurut tipe Kesehatan fatalitas dan
casualties Jumlah Energi : konsumsi energi,
bahan bakar Gjoule, Liter Emisi–total per jenis emisi Nox, Sox, partikel Finansial
Tingkat pengembalian biaya Pengembalian/pengeluaran(%)
Pinjaman % pengeluaran
Pengeluaran subsektor % pengeluaran pemerintah
Struktur
Struktur kepemilikan Kebijakan /manajemen/ Badan otonomi implementasi
Pemisahan kekuasaan Pengeluaran publik/pribadi Penyediaan
Produktifitas
Pengeluaran Preservasi, operasi
pengembangan- trilyun rupiah Pekerjaan Preservasi, pengembangan: RM,
RH, RB, RD, BR–km
Efektifitas-Preservasi Aset
Penghematan pengguna Trilyun rupiah/tahun Standar preservasi perkerasan per panjang (%),
jembatan per jumlah (%) Kondisi aset perkerasan per panjang (%),
jembatan per jumlah (%)
Efektifitas-Pengembangan
Ekstensi/penambahan
jaringan km-panjang, %
Pengurangan luas jalan yg
macet jalur-km, % luas macet
Pengurangan umulativ substandar
km panjang, % panjang kumulative
Penambahan infrastruktur
stabil km panjang, % penambahan
Efektifitas-Program
Manfaat program NPV, rata-rata NPV/km Penghematan program-rasio
pengeluaran Peghematan pengguna/total Pengembalian ekonomi
program minimum& median IRR
(57)
Tabel II.2 (Lanjutan) Indikator Kinerja Subsektor Jalan di Indonesia (World Bank, 1995)
Perspektif Sub perspektif Indikator Kinerja Dimensi
Efektifitas-Keselamatan
Pengurangan fatalitas % Pengurangan resiko
kecelakaan %
Pengurangan kejadian
kecelakaan %, jumlah per tipe
Penggunaan sumber daya
Material (kualitas batu, aspal, semen) ton Recycling rate ton, % total per jenis material Konsumsi energi-bahan
bakar Liter, Gjoule digunakan
Emisi-dari penggunaan Nox, Sox, partikel Institusional Pengeluaran kontrak Trilyun Rupiah, % total pengguna
Kualitas pelayanan
Surface ride quality % perjalanan kendaraan perRQ level
Kualitas koridor jalan % perjalanan kendaraan per standar
Keberadaanblackspot major spot/km jaringan
Mobilitas
Perjalanan tahunan Km/tahun/kendaraan per kelas kendaraan
Kecepatan perjalanan Sampel per kelas jalan Total tundaan kendaraan-jam
Penutupan jalan fasilitas-hari, per kelas Tingkat Resiko
Kecelakaan
Resiko fatalitas fatalitas/ juta kend-km Resiko dampak kecelakaan dampak/ juta kend-km Resiko kejadian kecelakaan kecelakaan/ juta kend-km Biaya
Indeks biaya operasi kend.
(BOK) BOK rata-rata/BOK dasar
Penghematan BOK Rp/kend-km,% Penggunaan
sumber daya
Konsumsi bahan bakar tahunan per pengguna (GL/kendaraan)
Emisi Tahunan, per tipe pengguna dan tipe polutan
II.4.1.2 Paket D-7: Penyusunan Performance Indikator Jalan (Eks. Bina Marga, 2000)
Dalam rangkaian proyek Tahun 1999/2000 Eks. Ditjen Bina Marga Departemen PU melaksanakan studi mengenai pengembangan performance indikator dengan sampel di beberapa propinsi. Studi ini diharapkan mengacu dan
(58)
menyempurnakan hasil studi yang telah dilaksanakan oleh World Bank 1995 (meski mungkin pendekatannya berbeda). Tabel II.3 menyajikan indikator kinerja jalan yang dikembangkan dari studi tersebut.
Tabel II.3 Indikator Kinerja Jalan: Jangka Pendek (Eks. Ditjen Bina Marga, 2000)
Pihak Aspek
penilaian Indikator Dimensi
Penyedia jalan
Produktifitas
Pengeluaran pembangunan, pemeliharaan, operasional (Milyar Rp) Penghematan kerja pembangunan, pemeliharaan,
operasional (Milyar Rp/th)
Efektifitas Preservasi aset
Standar preservasi Perkerasan-panjang km, % jumlah jembatan / panjang
Kondisi aset Perkerasan-panjang km, % jumlah jembatan / panjang
Efektifitas produksi prasarana
Produksi yang terjadi dari penyediaan
kg produksi/th tiap km atau km2 jalan, Rp/th/km atau km2 Efektifitas
biaya
Perubahan kualitas jalan vs volume dan biaya yang dikeluarkan
(m/km)/(smp-Rp)
Nilai lahan Nilai/harga tanah nilai riil, nilai jual obyek pajak Institusional Pengeluaran kontrak Milyar Rp, % total
Pembina
Jalan Aset Panjang jalan km (berdasarkan kelas jalan) Finansial Pengeluaran sub sektor % pengeluaran pemerintah Struktur
Struktur kepemilikan program berdasarkan tingkat desentralisasi
% program jalan yang dikelola daerah/total program
Pengguna jalan
Mobilitas Waktu perjalanan Sampel dari tiap kelas jalan Tingkat resiko resiko fatalitas Kematian/juta kendaraan-km Biaya
pengguna
Indeks biaya operasi
kendaraan BOK rata-rata
Biaya sumber
daya Konsumsi bahan bakar Liter/kendaraan tahunan Non-user Nilai lahan Nilai/harga tanah nilai riil, nilai jual obyek pajak
Lingkungan Tingkat polusi polusi suara (dB) , emisi gas buang (ton/tahun)
(59)
Indikator kinerja tersebut dipisahkan sesuai sudut pandang stakeholders, yakni: penyedia jalan, pembina jalan, pengguna jalan, dan non-user. Beberapa aspek penilaian sudah menyertakan indikator efektifitas dari sisi penyedia jalan, seperti: efektifitas preservasi aset, efektifitas program, dan efektifitas produksi prasarana, dan efektifitas biaya. Masih terlihat sejumlah redundansi antar indikator di setiap kelompok perspektif, karena konteks kebijakan atau cara pandang penyedia dan pembina jalan, dalam hal ini Depkimpraswil, sebenarnya merupakan representasi dari elaborasi kepentingan semua strakeholders sehingga perspektifnya sangat komprehensif.
II.4.1.3 Paket K-5: Pengembangan Indikator Kinerja Manfaat dan Dampak Pembangunan Jalan (Deputi II Bidang PSW, Eks. Kantor Meneg PU, 2000)
Studi ini mencoba menyempurnakan hasil studi terdahulu oleh World Bank (1995) dan Paket-D5 (1999). Konsep ini mengadopsi pendekatan makro dengan indikator yang dibagi ke dalam 5 aspek yakni input, output, outcome, benefit, danimpact.
Penyeleksian indikator dilakukan dalam 2 tahap, di mana tahap I digunakan kriteria pemilihan yang berkaitan dengan karakteristik indikator secara individual, yakni: seminimal mungkin, cukup lengkap, praktis/operasional, bukan redundant, dan independen. Tabel II.4 memberikan daftar indikator yang diusulkan dalam studi tersebut hasil seleksi Tahap I.
(60)
Tabel II.4 Indikator Kinerja Manfaat dan Dampak Pembangunan Jalan (Eks. Kantor Meneg PU, 2000)
Aspek Definisi Aspek / Kriteria / Dimension Indikator Input (Masukan) Masukan-masukan yang digunakan/ dimanfaatkan untuk menangani kegiatan proyek pengembangan jaringan jalan
Produktivitas Pengeluaran Pembangunan Pengeluaran Pemeliharan
Finansial Pengeluaran pemerintah untuk sub sektor jalan
Institusional Pengeluaran kontrak pembangunan jalan
Struktur Struktur kepemilikan program berdasarkan tingkat desentralisasi Output
(Keluaran)
Pencapaian sasaran fisik/target fisik pengembangan jaringan jalan yang telah ditangani
Aset
Panjang jalan arteri Panjang jalan kolektor Panjang jalan local
Efektifitas Preservasi Aset
Preservasi perkerasan jalan yang ditangani
Preservasi jembatan yang ditangani Kondisi Aset perkerasan (baik) Kondisi Aset jembatan (baik) Kualitas jalan (dalam IRI) Outcome
(Hasil)
Pencapaian Misi & kebi- jaksanaan pengembangan Jaringan Jalan, keterpa- duan fungsi Prasarana Wilayah, sebagai hasil dari kegiatan pengem-bangan jaringan jalan
Efektifitas Produksi
Produksi yg terjadi (volume lalu lintas) Produksi yg terjadi (Nisbah volume thd kapasitas)
Mobilitas Waktu perjalanan (kecepatan rata-rata) Hankam
Pertahanan Nasional (Aksesibilitas wilayah thd instalasi militer–jarak rata-rata ke sistem jaringan primer) Benefit
(Manfaat)
Pencapaian terhadap sasaran pembangunan nasional, nilai guna yang disumbangkan oleh jaringan jalan sebagai dukungan terhadap aspek sosial & perekonomian
Efektifitas program
Manfaat program
Biaya operasi kendaraan rata-rata Tingkat resiko Resiko fatalities
Biaya sumber daya
Konsumsi bahan bakar
Impact (Dampak)
Dampak pengembangan
jaringan jalan terhadap kesejahteraan
masyarakat dan daerah
Lingkungan Tingkat polusi suara Tingkat polusi udara Nilai/harga riil tanah
(61)
Lebih lanjut, dalam Tahap II studi ini juga merekomendasikan pemanfaatan daftar indikator dalam setiap tahap penyelenggaraan jalan, mulai dari proses kebijakan, perencanaan, konstruksi, operasi dan pemeliharaan, dan evaluasi dan monitoring. Adapun rekomendasinya disampaikan pada Tabel II.5
Rekomendasi yang disampaikan pada Tabel II.4 sangat relevan dengan indikator efektifitas program prasarana jalan yang dikembangkan dalam studi ini, dimana dalam konteks pemprograman maka rekomendasi yang terkait dengan kegiatan perencanaan strategis serta monitoring dan evaluasi merupakan indikator yang paling cocok untuk dipakai dalam proses evaluasi efektifitas program. Apalagi dengan indikator yang dipisahkan menurut aspek input, output, outcome, benefit/impact akan memudahkan dalam mendefinisikan tingkat efektifitas suatu program.
Tabel II.5 Rekomendasi Penggunaan Indikator Kinerja Manfaat dan Dampak Pembangunan Jalan (Meneg PU, 2000)
Indikator Satuan Penggunaan Indikator Perencanaan Strategis Pembangunan (Construction) Operasi & Pemeliharaan Monitoring & Evaluasi Pengeluaran Pembangunan
& Peningkatan milyar Rp. X X X
Pengeluaran Pemeliharan milyar Rp. X X X
Pengeluaran pemerintah
untuk sub sektor jalan % thd APBD X X X
Pengeluaran kontrak pembangunan jalan
Milyar Rp. X X X
% thd
pengeluaran sub sektor jalan
X X X X
Struktur kepemilikan program berdasarkan tingkat desentralisasi
% km program jalan yang dikelola daerah thd total km
(62)
Tabel II.5 (Lanjutan) Rekomendasi Penggunaan Indikator Kinerja Manfaat dan Dampak Pembangunan Jalan (Meneg PU, 2000)
Indikator Satuan Penggunaan Indikator Perencanaan Strategis Pembangunan (Construction) Operasi & Pemeliharaan Monitoring & Evaluasi
Panjang jalan arteri Km X X X X
Panjang jalan kolektor Km X X X X
Preservasi perkerasan jalan yg
ditangani % - km X X X
Preservasi jembatan yg
ditangani % - jumlah X X X
Kondisi Aset perkerasan (baik)
% - km jln dgn
IRI < 6 m/km X X X
Kondisi Aset jembatan
(baik) % - jumlah X X X
Produksi yg terjadi (volume lalu lintas)
kend-km/thn X X X
pen-km/thn X X
ton-km/thn X X
Produksi yg terjadi (Nisbah volume thd kapasitas)
% km > 0,85 X X X
Waktu perjalanan (kec.
rata2) km/jam X X X
Indek biaya operasi
kendaraan Rp/km X X X
Biaya perjalanan orang Rp/km/orang X X
Biaya perjalanan barang Rp/km/ton X X
Resiko fatalities Kematian/juta
kendaraan-km X X X
Konsumsi bahan bakar Liter/tahun X X
Tingkat polusi suara DB X X
Tingkat polusi udara Nox, Sox,
particulates X X
Ekonomi PDRB X
Pertumbuhan
(63)
II.4.1.4 Paket-3: Pengembangan Efektifitas Pelaksanaan Program Penanganan Prasarana Kimpraswil terhadap Pengembangan Wilayah (Setjen Depkimpraswil, 2003)
Studi ini merupakan studi termutakhir yang mencoba mengembangkan suatu penilaian terhadap efektifitas program prasarana wilayah dalam hal ini adalah jalan. Indikator yang digunakan dalam analisis disampaikan pada Tabel II.6
Tabel II.6 Indikator Efektifitas Pelaksanaan Program Prasarana Kimpraswil (Setjen Depkimpraswil, 2003)
Indikator Notasi Dimensi
Ketersediaan
prasarana jalan Ktj Panjang total jaringan jalan per luas wilayah (km/km2) Kinerja jaringan
jalan Knj Panjang jalan mantap per total panjang jaringan jalan (%) Beban lalulintas Bln Panjang total jaringan jalan per jumlah kendaraan(km/smp) Pelayanan
prasarana jalan Pyp
Panjang total jaringan jalan per jumlah penduduk (km/orang)
Studi ini memunculkan suatu nilai kinerja yang disebut Indeks Prasarana Jalan (IPJ) yang dinilai dengan membobotkan setiap indikator dengan 2 skenario, yakni: setiap indikator diberi bobot yang sama (yakni=1) dan setiap indikator diberikan bobot yang berbeda (Ktj=2, Knj=3, Bln=2,Pyp=2), sehingga IPJ dapat dihitung sbb:
IPJsama= (Ktj+Knj + Bln +Pyp)/4... (2.1)
IPJbeda= (Ktj*2 +Knj*3 +Bln*2 +Pyp*2)/9... (2.2)
Terlihat adanya kristalisasi dari indikator yang digunakan hanya menjadi 4, yakni: ketersediaan prasarana jalan, kinerja jaringan jalan, beban lalulintas, dan
(64)
pelayanan prasarana jalan. Pada dasarnya indikator ketersediaan dan pelayanan prasarana jalan ini mirip dengan indikator yang disampaikan dalam SPM (Standar Pelayanan Minimal) Jalan yang disampaikan melalui Kepmenkimpraswil No. 534/KPTS/M/2001.
Dalam SPM prasarana tersebut dengan jelas disampaikan beberapa indikasi mengenai kondisi minimum dari pelayanan prasarana jalan yang harus disediakan pembina jalan di setiap level (Jalan Nasional untuk Pusat, Jalan Provinsi untuk Pemprov, dan Jalan Kab/Kota untuk Jalan Kab/Kota), terutama terkait dengan: aspek aksesibilitas jalan (km/km2), aspek mobilitas (km/1000 penduduk), kondisi jalan (IRI dan RCI), serta kondisi pelayanan (kecepatan, km/jam).
Dalam indikator yang digunakan dalam studi Paket-3 ini tidak secara langsung mengaitkan antara kegiatan program penanganan jalan yang dilaksanakan dengan tampilan indikator yang dihasilkan, meskipun dalam dokumen laporan akhir disampaikan juga mengenai data pendanaan di setiap wilayah studi, baik dana dari Pusat maupun Daerah.
Klasifikasi atau pembandingan IPJ antar wilayah dilakukan dengan merelatifkan IPJ suatu wilayah dengan nilai PDRB suatu wilayah, misalnya: IPJ diatas rata-rata dan PDRB diatas rata-rata, atau sebaliknya IPJ di bawah rata-rata dan PDRB di bawah rata-rata.
Penghitungan kebutuhan biaya juga dilakukan dalam studi ini, dengan mengasumsikan 80% dari total panjang jalan dilakukan pemeliharaan rutin, 15% berkala, dan 5% peningkatan. Tidak ada kebutuhan pembangunan jalan yang
(65)
jalan yang memungkinkan adanya kebutuhan pembangunan jalan untuk memenuhi tingkatan suplai jalan tertentu.
Dari hasil review ini terdapat beberapa kritik mendasar atas hasil studi Paket-3 ini yang sangat berharga untuk pelaksanaan studi ini, diantaranya:
a. Indikator efektifitas yang terdiri dari 4 variabel (Ktj, Knj, Bln, Pyp) semuanya berasal dari besaran output dalam siklus penyelenggaraan jalan, sehingga belum merepresentasikan indikasi efektifitas dikaitkan dengan definisi efektifitas kinerja program prasarana jalan di mana efektifitas merupakan perbandingan antaraoutputdenganoutcomedan dampak dari prasarana jalan, b. Tidak dispesifikasi secara jelas mengenai tujuan dari program prasarana jalan
yang dievaluasi sehingga indikasi tingkat keberhasilan relatif (sebagai definisi dasar dari efektifitas) program tidak tertunjukkan,
c. Pembobotan dalam penghitungan IPJ sebaiknya ditetapkan berdasarkan perspektif tingkat kepentingan dari masing-masing indikator yang diperoleh dari survey atau kajian terhadap kebijakan prioritas program yang dilaksanakan,
d. Belum ada kualifikasi besaran setiap indikator sehingga perbandingan efektifitas antar wilayah kajian belum tergambarkan: mana wilayah yang lebih efektif pelaksanaan programnya dibandingkan wilayah lainnya,
e. Identifikasi kebutuhan penanganan jalan diinisiasi melalui asumsi general, idealnya didasarkan kepada kondisi obyektif setiap wilayah kajian berdasarkan data kondisi nyata di lapangan (mana jalan yang rusak berat, rusak ringan, sedang, maupun kondisinya baik)
(1)
vi II.4.1.4. Pengembangan Efektifitas Pelaksanaan Program
Penanganan Prasarana Kimpraswil terhadap Pengembangan
Wilayah (Setjen Depkimpraswil, 2003)...20
II.4.1.5. Studi Pengembangan Indikator Efektifitas Pelaksanaan Program Prasarana Wilayah (Depkimpraswil,2004).... 23
II.4.1.5.1 Estimasi Skor IPJ (Scoring anad Weighting) ... 24
II.4.1.5.2 Kualifikasi Variabel Indeks Prasarana Jalan ... 25
II.4.1.5.3. Bobot Kepentingan Antar Variabel IPJ ... 25
II.4.1.5.4 Interpretasi Skor IPJ ... 26
II.5. Standar Pelayanan Minimal (SPM) Prasarana Jalan ... 26
II.5.1. SPM Oleh Kepmenkimpraswil No.534/KPTS/M/2001... 27
II.5.2. SPM Oleh Menteri Pekerjaan Umum No.1/PRT/M/2014.. ... 31
II.6. Pengertian Umum Tentang Kondisi Jalan ... 32
II.6.1.Kondisi Jalan ... 32
II.6.2. Penilaian Terhadap Kondisi Jalan ... 32
II.6.3. Kemantapan Jalan... 33
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 37
III.1. Umum ... 37
III.2. Tahapan Penelitian ... 37
III.3. Obyek Penelitian ... 39
III.4. Metode Penelitian ... 39
III.5. Metode Pengumpulan Data ... 39
III.6. Indeks Prasarana Jalan (IPJ)... 41
III.6.1. Kualifikasi Variabel IPJ ... 42
III.6.2. Bobot Kepentingan Antar Variabel IPJ... 43
III.6.3. Estimasi Skor IPJ (Scoring and Weighting) ... 44
III.6.4. Interpretasi Skor IPJ ... 45
III.7. Metode Pengolahan dan Analisa Data ... 45
III.7.1.Indeks Prasarana Jalan (IPJ) ... 45
(2)
vii
BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH ... 47
IV.1. Wilayah Administrasi Kabupaten Labuhanbatu Selatan ... 47
IV.2. Sosio - Ekonomi... 49
IV.3 Prasarana dan Sarana Transportasi Kabupaten Labuhanbatu Selatan ... 52
BAB V ANALISA KINERJA JARINGAN JALAN ... 55
V.1 Analisa Indeks Prasarana Jalan (IPJ) ...55
V.1.1. Kualifikasi dan Pembobotan Variabel IPJ ... 55
V.1.1.1. Kualifikasi Variabel Ketersediaan Prasarana Jalan (Ktj) . 56 V.1.1.2. Kualifikasi Variabel Kinerja Jaringan Jalan (Knj) ... 58
V.1.1.3. Kualifikasi Variabel Beban Lalulintas (Bln)... 59
V.1.1.4. Kualifikasi Variabel Pelayanan Prasarana Jalan (Pyp) .... .61
V.1.1.5. Bobot Kepentingan Antar Variabel IPJ... 63
V.1.1.6. Model Estimasi Indikator IPJ ... 66
V.1.2. Perhitungan Indeks Prasarana Jalan (IPJ) ... .67
V.1.3. Analisa Efisiensi dan Efektifitas Kinerja Jaringan Jalan Berdasarkan IPJ... .72
V.2. Analisa Standar Pelayanan Minimum ... 75
V.2.1. Indeks Aksesibilitas ... 75
V.2.2. Indeks Mobilitas ... 77
V.2.3.Indeks Kecelakaan ... 78
BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN VI.1. Kesimpulan ... 80
VI.2. Saran... 81
DAFTAR PUSTAKA ... 83 LAMPIRAN
(3)
viii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
Tabel II.1. Indikator Kinerja Jaringan Jalan Kota... 10
Tabel II.2. Indikator Kinerja Subsektor Jalan di Indonesia... .. 12
Tabel II.3. Indikator Kinerja Jalan: Jangka Pendek... ... 15
Tabel II.4. Indikator Kinerja Manfaat dan Dampak Pembangunan Jalan... 17
Tabel II.5. Rekomendasi Penggunaan Indikator Kinerja Manfaat dan Dampak Pembangunan Jalan... 18
Tabel II.6. Indikator Efektifitas Pelaksanaan Program Prasarana Kimpraswil. 20 Tabel II.7. Besaran Parameter Kinerja SPM untuk Indeks Aksesibilitas ... 28
Tabel II.8. Besaran Parameter Kinerja SPM untuk Indeks Mobilitas... 29
Tabel II.9. Besaran Parameter Kinerja SPM untuk Kondisi Jalan ... 30
Tabel II.10. Besaran Parameter Kinerja SPM untuk Kondisi Pelayanan... 30
Tabel II.11. Tingkat Kondisi Jalan Berdasarkan Nilai IRI ... 31
Tabel III.1. Defenisi dan Dimensi Variabel IPJ... 42
Tabel III.2. Rentang Skor dan Kualifikasi Variabel IPJ ... 42
Tabel III.3. Kaidah Penilaian Bobot Tingkat Kepentingan Variabel... 43
Tabel III.4. Proses Penentuan Bobot Variabel IPJ ... 44
Tabel IV.1. Luas Wilayah Kabupaten Labuhanbatu Selatan ... 49
Tabel IV.2. Jumlah dan Kepadatan Penduduk di Kabupaten Labuhanbatu Selatan... 50
Tabel IV.3. PDRB Kabupaten Labuhanbatu Selatan... 51
Tabel IV.4. PDRB per Kapita Kabupaten Labuhanbatu Selatan ... 52
Tabel IV.5. Panjang Jalan Kabupaten Menurut Kondisi Jalan di Kabupaten Labuhanbatu Selatan... 52
Tabel IV.6. Panjang Jalan Menurut Jenis Permukaan di Kabupaten Labuhanbatu Selatan... 53
(4)
ix
Tabel IV.7. Jumlah Kendaraan Bermotor Yang Terdaftar... 53
Tabel IV.8. Kecelakaan Lalu Lintas dan Kerugian di Kabupaten Labuhanbatu Selatan... 54
Tabel V.1. Rata-rata Skor Kualifikasi Responden Terhadap VariabelKtj... 57
Tabel V.2. Rata-rata Skor Kualifikasi Responden Terhadap VariabelKnj... 58
Tabel V.3. Rata-rata Skor Kualifikasi Responden Terhadap VariabelBln... 60
Tabel V.4. Rata-rata Skor Kualifikasi Responden Terhadap VariabelPyp... 62
Tabel V.5. Distribusi Urutan Tingkat Kepentingan Variabel IPJ ... 64
Tabel V.6. Bobot Kepentingan Variabel IPJ... 65
Tabel V.7. Rentang Skor dan Kualifikasi Variabel IPJ ... 69
Tabel V.8. Hasil Perhitungan Indeks Prasarana Jalan (IPJ) di Kabupaten Labuhanbatu Selatan ... 70
Tabel V.9. Indikator Kinerja Jaringan Jalan Kabupaten Labuhanbatu Selatan..71
Tabel V.10. Rasio Pengeluaran Pemerintah untuk Sub Sektor Jalan dengan IPJ... 73
Tabel V.11. Rasio PDRB per kapita dengan IPJ Kabupaten Labuhanbatu Selatan... 75
Tabel V.12. Hasil Perhitungan Nilai Aksesibiltas Jaringan Jalan di Kabupaten Labuhanbatu Selatan...76
Tabel V.13. Hasil Perhitungan Indeks Mobilitas Jaringan Jalan di Kabupaten Labuhanbatu Selatan ... 78
Tabel V.14. Hasil Perhitungan Indeks Kecelakaan Jaringan Jalan di Kabupaten Labuhanbatu Selatan ... 79
(5)
x DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
Gambar III.1. Diagram Alir Penelitian ... 37 Gambar IV.1 Peta Jaringan Jalan Yang Menghubungkan Pusat Kegiatan
(6)
xi DAFTAR GRAFIK
Gambar Halaman
Gambar V.1. Model Kualifikasi Variabel Ktj ... 56
Gambar V.2. Model Kualifikasi Variabel ... 58
Gambar V.3. Model Kualifikasi Variabel ... 59
Gambar V.4. Model Kualifikasi Variabel ... 61
Gambar V.5. Hubungan IPJ dengan Pengeluaran Pemerintah untuk Sub Sektor Jalan ... 72