E. Kebijakan Program Nasional Masa Nifas
Adapun kunjungan masa nifas dilakukan paling sedikit empat kali kunjungan untuk menilai status ibu dan bayi baru lahir, dan untuk mencegah, mendeteksi, dan menangani
masalah-masalah yang terjadi dalam masa nifas. Pada kunjungan pertama 6-8 jam setelah persalinan bertujuan untuk mencegah perdarahan masa nifas, mendeteksi dan
merawat penyebab lain perdarahan dan memberikan rujukan bila perdarahan berlanjut, memberikan konseling pada ibu atau keluarga mengenai bagaimana mencegah
perdarahan masa nifas karena atonia uteri, melakukan hubungan antara bayi dan ibu Bonding Attatcment, menjaga bayi agar tetap sehat dengan cara mencegah hipotermi,
pemberian asi pada masa awal menjadi ibu. Pada kunjungan ke dua 6 hari setelah persalinan bertujuan untuk memastikan
involusi uterus berjalan normal, uterus berkontraksi, fundus dibawah umbilikus tidak ada tanda-tanda perdarahan abnormal dan tidak ada bau, menilai adnya tanda-tanda
demam, infeksi dan perdarahan abnormal, memastikan ibu mendapat istirahat yang cukup, makanan yang bergizi, menyusui dengan baik dan memberikan konseling kepada
ibu mengenai asuhan pada bayi, cara merawat tali pusat, dan bagaimana menjaga bayi agar tetap hangat.
Pada kunjungan ke tiga 2 minggu setelah persalinan memiliki tujuan kunjungan yang sama dengan kunjungan ke dua.
Pada kunjungan ke empat, 6 minggu setelah persalinan. Untuk menanyakan pada ibu tentang penyulit-penyulit yang di alami ibu dan memberikan konseling untuk KB
secara dini, imunisasi, senam nifas dan tanda-tanda yang dialami oleh ibu dan bayi Ambarwati et al, 2009:4,5.
Universitas Sumatera Utara
F. Konsep Budaya Dalam Perawatan Post Partum
Menurut Koentjaraningrat 1981, hal. 5 mengemukakan bahwa kebudayaan merupakan perkembangan dari bentuk jamak “budi daya”, artinya daya dari budi,
kekuatan dari akal. Defenisi kebudayaan itu sebagai “keseluruhan gagasan dan karya manusia yang harus dibiasakannya dengan belajar, beserta keseluruhan dari hasil budi
dan karyanya itu”. Atau kebudayaan adalah keseluruhan dari apa yang pernah dihasilkan oleh manusia karena pemikiran dan karyanya. Muhammad, 2008, hal. 75.
Sistem nilai budaya adalah konsepsi-konsepsi tentang nilai yang hidup dalam alam pikiran sebagian besar anggota masyarakat, dan berfungsi sebagai pedoman
tertinggi bagi sikap mental, cara berpikir, dan tingkah laku mereka. Sistem nilai budaya tersebut adalah hasil pengalaman hidup yang berlangsung dalam kurun waktu yang
lama, sehingga menjadi kebiasaan yang berpola. Sistem nilai budaya yang sudah berpola itu meliputi segala aspek nilai kehidupan masyarakat. Kehidupan masyarakat adalah
pola kehidupan yang berkelompok dalam bentuk-bentuk tertentu Muhammad, 2008. Dimulai dari terbentuknya janin dan kelahiran bayi merupakan suatu fenomena
yang wajar dalam kehidupan manusia sehingga masyarakat dengan berbagai kebudayaannya memiliki persepsi, interpretasi dan respon perilaku dalam
menghadapinya dengan beraneka ragam implikasinya terhadap kesehatan Swasono, 2009 hal 27.
Dalam hal ini, kehamilan dan kelahiran bukan hanya dilihat dari segi biologis dan fisiologis. Namun fenomena ini harus dilihat sebagai suatu proses yang mencakup
pemahaman dan pengaturan dalam pandangan budaya mengenai kehamilan dan kelahiran, persiapan kelahiran, para pelaku dalam pertolongan persalinan, wilayah
Universitas Sumatera Utara
tempat kelahiran berlangsung, cara-cara pencegahan bahaya, penggunaan ramu-ramuan atau obat-obatan dalam proses kelahiran, cara-cara menolong persalinan, dan pusat
kekuatan dalam mengambil keputusan mengenai pertolongan serta perawatan bayi dan ibunya. Jordan, 1993 hal 48-49.
Dari berbagai macam kelompok masyarakat di tempat yang berbeda memfokuskan perhatian mereka terhadap aspek kultural dari kehamilan hingga kelahiran
menganggap kedua peristiwa tersebut sebagai tahapan kehidupan yang harus dijalani di dunia. Ketika bayi lahir, di anggap sudah berpindah dari kandungan ibu ke dunia untuk
memulai hidup yang baru sebagai manusia.Begitu pula seorang ibu akan menjalankan peran baru sebagai orang tua Swasono, 1998, hal 4.
Didalam faktor-faktor budaya mempunyai peranan penting untuk memahami sikap dan perilaku menanggapi kehamilan, kelahiran serta perawatan ibu dan bayinya.
Adapun pandangan budaya mengenai hal tersebut telah diwariskan turun-temurun dalam kebudayaan masyarakat yang bersangkutan Swasono, 1998, hal 27.
G. Perawatan Pasca Salin Menurut Budaya Batak Toba