Matriks pembobot untuk lag 2 W2. X_spasial1 merupakan rataan jumlah X_spasial2 merupakan rataan jumlah

Agresti 1990. Interpretasi Koefisien Interpretasi koefisien untuk model regresi logistik dapat dilakukan dengan melihat rasio oddsnya. Rasio odds didefinisikan sebagai rasio dari odds untuk x=1 dengan x=0, sehingga [ ] [ ] Jika suatu peubah penjelas mempunyai tanda koefisien positif, maka nilai rasio oddsnya akan lebih besar dari satu, namun jika tanda koefisiennya negatif maka nilai rasio oddsnya akan lebih kecil dari satu Hosmer dan Lemeshow 2000. Kesesuaian Model Regresi Logistik Spasial Kesesuaian model regresi logistik spasial dilihat dari nilai correct clasification rate CCR. CCR dapat dihitung dengan persamaan di bawah ini Semakin besar persentase CCR yang dihasilkan suatu model, maka tingkat akurasi yang dihasilkan suatu model semakin tinggi pula, sehingga model itu semakin baik untuk digunakan dalam menduga Hosmer dan Lemeshow 2000. METODOLOGI Bahan Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Terdiri dari data jumlah penderita penyakit Demam Berdarah Dengue DBD di setiap kelurahan di Kota Bogor pada tahun 2008 dari Dinas Kesehatan yang nantinya akan digunakan dalam menentukan peubah respon pada penelitian ini. Sedangkan untuk peubah penjelasnya digunakan data Kota Bogor dalam Angka tahun 2008 dari Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Bappeda Kota Bogor. Peubah yang digunakan dalam penelitian ini, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Lampiran 1. Selain itu, digunakan pula peta administrasi Kota Bogor tahun 2005 Lampiran 2 dari Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Bappeda Kota Bogor. Metode Tahapan analisis penelitian ini melalui beberapa langkah sebagai berikut: 1. Membuat matriks pembobot W a. Matriks pembobot untuk lag 1 W1. Penentuan nilai matriks pembobot untuk lag 1 W1 menggunakan matrik contiguity berdasarkan hubungan kebertetanggaan yang bergerak berdasarkan langkah ratu queen contiguity pada permainan catur. Berisi 1 jika berdekatan langsung dan 0 untuk selainnya.

b. Matriks pembobot untuk lag 2 W2.

Penentuan nilai matriks pembobot untuk lag 2 W2 menggunakan matrik contiguity berdasarkan hubungan kebertetanggaan yang bergerak berdasarkan langkah ratu queen contiguity pada permainan catur. Berisi 1 jika berdekatan langsung dengan wilayah yang termasuk dalam wilayah sebelumnya tetangga pada lag 1 dan 0 untuk selainnya. 2. Membuat peubah bebas baru yang berasal dari pengaruh spasial.

a. X_spasial1 merupakan rataan jumlah

penderita penyakit Demam Berdarah Dengue DBD pada tiap kelurahan yang berada di lag 1.

b. X_spasial2 merupakan rataan jumlah

penderita penyakit DBD pada tiap kelurahan yang berada di lag 2. Masing – masing dengan rumus umum sebagai berikut: 3. Menyeleksi peubah penjelas yang akan dimasukkan ke dalam analisis regresi logistik spasial dengan melakukan uji korelasi Pearson. Hasil dari uji korelasi Pearson dapat dilihat pada Lampiran 4. 4. Membuat model regresi logistik untuk penyebaran penyakit DBD berdasarkan pengaruh spasial pada masing – masing lag dan gabungan dari pengaruh spasial tersebut. 5. Interpretasi model logistik. a. Melakukan uji simultan dengan uji rasio Likelihood Keputusan: Tolak jika G . Apabila ditolak, maka model tersebut dapat digunakan untuk menduga penyebaran penyakit DBD. b. Mengidentifikasi peubah penjelas yang signifikan terhadap peubah respon. Sehingga didapatkan model regresi logistik spasial penyakit DBD di Kota Bogor. c. Melakukan uji parsial dengan uji Wald Keputusan: Tolak jika |W| . Apabila ditolak, maka peubah penjelas tersebut memiliki kontribusi yang signifikan terhadap peubah respon. 6. Melihat kesesuaian model regresi logistik untuk pengaruh spasial dengan lag 1, lag 2, maupun gabungan kedua pengaruh spasial tersebut dari nilai correct classification rate CCR HASIL DAN PEMBAHASAN Eksplorasi Data Gambar 1 Sepuluh kelurahan yang memiliki jumlah penderita penyakit DBD terbesar Berdasarkan Gambar 1 dapat dinyatakan bahwa penyakit Demam Berdarah Dengue DBD di Kota Bogor paling banyak menyerang warga di Kelurahan Bantarjati sebanyak 91 orang. Selanjutnya disusul oleh kelurahan Tegalgundil dan kelurahan Baranangsiang, dengan masing – masing penderita sebesar 71 orang dan 63 orang. Gambar 2 Persentase penderita penyakit DBD di Kota Bogor tahun 2008 Sebaran persentase penderita penyakit DBD dapat dilihat pada Gambar 2. Berdasarkan Gambar 2, persentase penderita DBD terbanyak berada pada persentase 0.1 dan menjulur ke kanan. Berdasarkan analisis deskriptif pada Lampiran 5, dapat dikatakan bahwa rata – rata rataan jumlah penderita DBD di tiap kelurahan pada daerah yang terletak di lag 1 sebesar 19.980 satuan dan untuk tiap kelurahan yang berada di lag 2 sebesar 22.130 satuan. Rata – rata persentase penderita DBD, persentase keluarga yang tinggal di lingkungan kumuh dan persentase jumlah sekolah dasar di tiap kelurahan masing – masing sebesar 0.001, 0.016 dan 0.659 satuan. Rata – rata luas wilayah kelurahan di Kota Bogor sebesar 166 km dan rata – rata kepadatan penduduk tiap kelurahan sebesar 110 jiwakm 2 . Rata – rata jarak terdekat ke poliklinik, puskesmas pembantu, tempat praktek dokter, dan apotek masing – masing sebesar 1 km, serta rata – rata jarak terdekat ke rumah sakit dan poskesdes masing – masing sebesar 3 km dan 86 km. Model Regresi Logistik Spasial Pembentukan model logistik bertujuan untuk mengetahui pengaruh peubah penjelas secara bersama – sama terhadap peubah respon. Hasil dari model logistik dengan pengaruh spasial pada lag 1 dapat dilihat pada Tabel 1. Nilai uji rasio Likelihood yang dihasilkan pada regresi logistik dengan pengaruh spasial pada lag 1 sebesar 206.1505. Sehingga akan memberikan keputusan untuk menolak H0 karena nilai uji rasio Likelihood , 34 37 37 38 48 49 49 63 71 91 50 100 semplak sindang barang kedung waringin tanahbaru babakan kebon pedes kedung badak baranangsiang tegalgundil bantarjati Jumlah Penderita Penyakit Demam Berdarah Dengue jiwa Kelu rah an 0,05 0,1 0,15 0,2 0,25 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 R e lat iv e fre que ncy persentase penderita dbd artinya model logistik tersebut dapat digunakan untuk menduga penyebaran Demam Berdarah Dengue DBD di Kota Bogor pada tahun 2008. Tabel 1 Hasil analisis logistik untuk model dengan pengaruh spasial pada lag 1 Parameter DF Estimate Wald Nilai p Intercept 1 -7.62350 2054.617 .0001