Studi ekologi penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) di kota Tangerang Selatan tahun 2013-2015

(1)

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM)

Oleh: Rizki Amalia 1111101000030

PEMINATAN EPIDEMIOLOGI

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 1437 H/2016 M


(2)

(3)

ii Skripsi, Maret 2015

Rizki Amalia, NIM: 1111101000030

STUDI EKOLOGI PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI KOTA TANGERANG SELATAN TAHUN 2013-2015

185 halaman, 2 gambar, 2 bagan, 13 tabel, 16 grafik, 4 peta, 6 lampiran ABSTRAK

Penyakit DBD merupakan salah satu penyakit yang masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia. Incidence rate (IR) Kota Tangerang Selatan dalam 5 tahun terakhir melebihi target IR secara nasional. Salah satu faktor yang menyebabkan peningkatan kasus DBD adalah faktor lingkungan (suhu udara, kelembaban udara, curah hujan, kecepatan angin, angka bebas jentik, rumah sehat dan kepadatan penduduk).

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui distribusi spatialtemporal penyakit DBD dan mengetahui hubungan antara suhu udara, kelembaban udara, curah hujan dan kecepatan angin dengan kejadian DBD di Kota Tangerang Selatan tahun 2013-2015 menggunakan desain ecological study dimana populasinya adalah semua kasus di seluruh Puskesmas yang ada wilayah Kota Tangerang Selatan. Data berasal dari Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan, BPS Kota Tangerang Selatan dan BMKG Ciputat.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara spasial sebaran kasus DBD yang tinggi lebih banyak ditemukan di Puskesmas dengan angka bebas jentik tinggi (≥95%), rumah sehat tinggi (≥80%) dan kepadatan penduduk tinggi (>200 jiwa/ha). Sedangkan, secara temporal menunjukkan penurunan kasus DBD selama 3 tahun terakhir. Hasil uji statistik korelasi menunjukkan hubungan kuat secara signifikan antara faktor iklim dengan kejadian DBD, kecuali kecepatan angin.

Incidence rate DBD pada tahun 2013-2015 di wilayah kerja Puskesmas bagian Selatan Kota Tangerang Selatan masih tinggi. Pencegahan yang dilakukan adalah peningkatan gerakan Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue (PSN-DBD) melalui ‘3M Plus’ dan mengajak peran serta masyarakat agar aktif dalam menjaga kebersihan lingkungan terkait breeding place nyamuk Aedes aegypti.

Kata Kunci: Spasial, Temporal, Sistem Informasi Geografis, Demam Berdarah Dengue, Korelasi, Iklim


(4)

iii Undergraduated Thesis, March 2015 Rizki Amalia, NIM: 1111101000030

ECOLOGICAL STUDY OF DENGUE HEMORRHAGIC FEVER (DHF) IN THE CITY OF SOUTH TANGERANG YEAR 2013-2015

185 pages, 2 pictures, 2 bagan, 13 tables, 16 graphs, 4 maps, 6 attachments ABSTRACT

Dengue hemorrhagic fever (DHF) is one of the diseases a health problem in Indonesia. Incidence of DHF in South Tangerang City within the last 5 years is still higher than the national target. The determinants of increase in dengue cases are environmental factors (temperature, humidity, rainfall, wind speed, larva-free numbers, house healthy and population density).

This research is aim to determine the distribution of the disease spatialtemporal of DHF and to determine of the relationship between air temperature, humidity, rainfall rain and wind speed with DHF in South Tangerang City in 2013-2015 using ecological study which populations are all cases in all health centers of South Tangerang City area. The data collected comes from Health Department of South Tangerang City, the Central Statistics Agency South Tangerang City, and Meteorology, Climatology and Geophysics of Ciputat.

Results of this research showed that spatially analysis is the distribution of DHF cases is high are more prevalent with rate of larva-free is high (≥95%), high percentage of healthy house (≥80%) and high population density (> 200 inhabitants/ha). Temporally analysis showed decrease in dengue cases over the last 3 years. Results of statistical test of correlation shows that there are significantly strong relationship between climate factors and incidence of dengue, except for the wind speed.

Incidence of DHF at 2013-2015 years by the working area of community health centers in South of South Tangerang City is high. Prevention of dengue disease is necessary to increase the movement of mosquito nest elimination of DHF through ‘3M Plus’ and invites community participation to be proactive in maintain a healthy environment which related to the breeding place of Aedes aegypti.

Key: Spatial, Temporal, Geographic Information System, Dengue Hemorrhagic Fever, Correlation, Climate


(5)

i Undergraduate, Maret 2015

Rizki Amalia, NIM: 1111101000030

ECOLOGICAL STUDY OF DENGUE HEMORRHAGIC FEVER (DHF) IN THE CITY OF SOUTH TANGERANG YEAR 2013-2015

184 pages, 9 tables, 4 maps, 16 graphs, 3 bagan, 2 picture, 6 attachment ABSTRACT

Dengue hemorrhagic fever (DHF) is one of the diseases a health problem in Indonesia. Incidence of DHF in South Tangerang City within the last 5 years is still more than the national target (≤ 51 per 100.000 population). The determinants of increase in dengue cases are environmental factors (temperature, humidity, rainfall, wind speed, larva-free numbers, house healthy and population density).

This research is aim to determine the distribution of the disease spatialtemporal of DHF and to determine of the relationship between air temperature, humidity, rainfall rain and wind speed with DHF in South Tangerang City in 2013-2015 using ecological study which populations are all cases in all health centers of South Tangerang City area. The data collected comes from Health Department of South Tangerang City, the Central Statistics Agency South Tangerang City, and Meteorology, Climatology and Geophysics of Ciputat.

Results of this research showed that spatially analysis is the distribution of DHF cases is high are more prevalent with rate of larva-free is high (≥95%), high percentage of healthy house (≥80%) and high population density (> 200 inhabitants/ha). Temporally analysis showed decrease in dengue cases over the last 3 years. Results of statistical test of correlation shows that there are significantly strong relationship between climate factors and incidence of dengue, except for the wind speed.

Incidence of DHF at 2013-2015 years by the working area of community health centers in South of South Tangerang City is high. Prevention of dengue disease is necessary to increase the movement of mosquito nest elimination of DHF through ‘3M Plus’ and invites community participation to be proactive in maintain a healthy environment which related to the breeding place of Aedes aegypti.

Key: Spatial, Temporal, Geographic Information System, Dengue Hemorrhagic Fever, Correlation, Climate


(6)

(7)

(8)

vi Nama : Rizki Amalia Jenis Kelamin : Perempuan

TTL : Jakarta, 30 November 1993 No. Telp : 082113047625

Alamat : Jl. Sankis No.23 RT004/010 Perum. Depok Jaya Agung, Pancoran Mas, Kota Depok 16435

Email : eshimizudani407@gmail.com

RIWAYAT PENDIDIKAN

1997-1999 : TK Tunas Bangsa 1999-2005 : SD Negeri Beji I Depok 2005-2008 : SMP Negeri 13 Depok 2008-2011 : MA Negeri 7 Jakarta Selatan

2011-sekarang : Peminatan Epidemiologi Program Studi Kesehatan

Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

PENGALAMAN ORGANISASI

2013-2014 : Staf Departemen Pengembangan Sumber Daya Epidemiology Student Association(ESA) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


(9)

vii

Puji syukur kehadirat Alah SWT , Dzat Yang maha Berkehendak, sehingga atas kehendak-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi berjudul “Studi Ekologi Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kota Tangerang Selatan Tahun 2013-2015”. Penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka memnuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat dalam Peminatan Epidemiologi pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Masyarakat.

Atas semua bimbingan, bantuan, dukungan, perhatian serta do’a, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Prof. Dr. Arif Sumantri, SKM, M.Kes sebagai Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Ibu Fajar Ariyanti, M.Kes, Ph. D sebagai Ketua Program Studi Kesehatan

Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Ibu Minsarnawati Tahangnacca, SKM, M. Kes sebagai penanggungjawab peminatan Epidemiologi dan pembimbing skripsi I, terima kasih banyak Ibu telah sabar dan menyediakan waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan masukan, arahan, bimbingan, motivasi dan dorongan semangat selama penyusunan skripsi ini juga memberikan saya ridho untuk bisa maju sidang skripsi.

4. Ibu Riastuti Kusuma Wardani, MKM sebagai pembimbing skripsi II, terima kasih banyak Ibu telah sabar, menyediakan waktu, tenaga dan pikiran untuk


(10)

viii

5. Bapak Azib dan Ibu Ima selaku administrasi kemahasiswaan yang telah membantu mengurus berkas yang dibutuhkan untuk bisa maju sidang skripsi ini dan wisuda.

6. Bapak kepala Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan yang telah memberikan saya izin untuk melaksanakan penelitian di institusi ini.

7. Bapak Supriyadi selaku kepala seksi P2P Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan, Bapak Nicko selaku seksi Penyehatan Lingkungan Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan dan Ibu Putri selaku pemegang Profil Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan telah meluangkan waktunya sewaktu saya membutuhkan data, telah memberikan masukan dan pencerahan.

8. Badan Pusat Statistik Kota Tangerang Selatan yang telah mengizinkan peneliti memiliki laporan Kecamatan Dalam Angka Kota Tangerang Selatan Tahun 2010-2015.

9. Badan Meteorologi dan Klimatologi Geologi Ciputat yang telah mengizinkan peneliti memiliki laporan iklim (suhu udara, kelembaban udara, curah hujan dan kecepatan angin) Tahun 2010-2015.

10. Ibu Hj. Siti Hidayati, mama yang senantiasa mendoakan setiap langkah yang penulis kerjakan juga bantuan dukungan moral dan material serta dengan sabarnya terus-menerus mengingatkan agar penulis tetap semangat dalam menyelesaikan skripsi ini.


(11)

ix

memberikan kasih sayang, dorongan semangat serta pesan terakhirnya sebelum beliau tiada yaitu mengingatkan penulis untuk segera menyelesaikan skripsi sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

12. Kakak (Mas Ito), kakak ipar (Mba Nada), keponakan (Zainka) juga yang tersayang telah memberikan bantuan moral, material dan doa serta dorongan semangatnya hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

13. Adik (Devi V.), Dina, Rini, Pipi (Putri A.), Dea, PW (Putri W.), Kemal, Upit (Nur Fitri A.),Wulan, Kak Bayu, Kak Zata dan juga Kak Nida yang telah membantu penulis dalam pembuatan skripsi ini dan juga doa, dorongan semangat dan masukannya hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. 14. Komunitas Epidemiologi 2011 dan juga Epidemiologi 2013 yang telah

memberikan doa dan dorongan semangatnya.

15. Sahabat “Genk Remponkz” yang selalu kompak sejak semester 1 yang telah memberikan dukungan moral, materil, doa serta dengan sabarnya terus-menerus mengingatkan penulis agar menyelesaikan skripsi ini.

16. Seluruh teman mahasiswa Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Skripsi ini merupakan janji penulis kepada Alm.bapak dan juga mama seperti yang telah dijanjikan penulis. Kepada mama yang selalu mendoakan, menyemangati dan mengingatkan penulis agar tidak membuang-buang waktu


(12)

x

Akhir kata, dengan segala kerendahan hati, penulis memohon maaf apabila masih banyak terdapat kekuranagn dalam penyusunan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi yang hendak mengembangkan maupun mendalami topic bahasannya. Semoga Alloh SWT. berkenan membalas segala kebaikan semua pihak yang telah membantu. Amin ya Rabbal’alamin.

Jakarta, 08 Maret 2016


(13)

xi

DAFTAR SINGKATAN DBD : Demam Berdarah Dengue

WHO : World Health Organization ABJ : Angka Bebas Jentik

IR : Incidence Rate

SIG : Sistem Informasi Geografis Jumantik : Juru Pemantauan Jentik KLB : Kejadian Luar Biasa PJB : Pemantauan Jentik Berkala PSN : Pemberantasan Sarang Nyamuk

PSN-DBD : Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue

3M Plus : Menutup, Mengubur, Menguras juga pemeliharaan ikan pemakan jentik, tidak menggantung pakaian, penggunaan abate,

penggunaan repellent, kelambu

SKD-DBD : Sistem Kewaspadaan Dini Demam Berdarah Dengue TPA : Tempat Penampungan Air


(14)

xii

PERNYATAAN BEBAS PLAGIASI………. i

ABSTRAK………..……….. ii

ABSTRACT………..……… iii

LEMBAR PERSETUJUAN………..…………..…… iv

LEMBAR PENGESAHAN……….… v

DAFTAR RIWAYAT HIDUP……… vi

KATA PENGANTAR………..…… vii

DAFTAR SINGKATAN……….. xi

DAFTAR ISI………..….. xii

DAFTAR BAGAN... xvi

DAFTAR GAMBAR……… xvi

DAFTAR GRAFIK………. xvi

DAFTAR TABEL……… xvii

DAFTAR PETA……….. xviii

BAB I PENDAHULUAN………... 1

A. Latar Belakang………... 1

B. Rumusan Masalah………... 7

C. Pertanyaan Penelitian……….... 8

D. Tujuan Penelitian……….. 9

E. Manfaat Penelitian………... 11


(15)

xiii

1. Definisi DBD……… 14

2. Etiologi DBD……… 14

3. Gejala DBD……….. 15

4. Vektor DBD………... 16

5. Mekanisme Penularan DBD………. 19

B. Epidemiologi Deskriptif……… 21

1. Orang………. 21

2. Tempat………... 22

3. Waktu……… 22

C. Epidemiologi Demam Berdarah Dengue (DBD)……….. 23

1. Host (Pejamu)………... 24

2. Agent……… 28

3. Environment (Lingkungan)……….. 29

D. Sistem Informasi Geografis (SIG) atau Geographic Information System (GIS)………. 41

1. Definisi SIG………... 41

2. Kegunaan SIG………... 42

E. Analisis Spasial……….… 43

1. Definisi Analisis Spasial……….…. 43

2. Manfaat Analisis Spasial………. 46

3. Teknik Analisis Overlay……….. 46

F. Kerangka Teori………. 46

BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL…………. 51

A. Kerangka Konsep……….…. 51

B. Definisi Operasional……….… 55


(16)

xiv

B. Lokasi, Waktu dan Populasi Penelitian………... 60

C. Manajemen Data……… 60

1. Cara Pengumpulan Data……….………..… 60

2. Instrumen Penelitian………. 61

3. Pengolahan Data……….……….. 63

D. Analisis Data………/………. 66

1. Analisis Univariat………. 66

2. Analisis Bivariat……….……….. 67

3. Analisis Spatialtemporal…..……… 68

BAB V HASIL………. 70

A. Distribusi Kejadian Penyakit DBD……… 70

1. Distribusi Kejadian DBD Menurut Orang……… 70

2. Distribusi Kejadian DBD Menurut Tempat……….. 72

3. Distribusi Kejadian DBD Menurut Waktu………... 76

B. Distribusi Angka Bebas Jentik Menurut Wilayah Kerja Puskesmas……… 79

C. Distribusi Rumah Sehat Menurut Wilayah Kerja Puskesmas……….. 84

D. Distribusi Kepadatan Penduduk Menurut Wilayah Kerja Puskesmas……. 90

E. Gambaran Faktor Iklim di Kota Tangerang Selatan………. 97

1. Gambaran Suhu Udara di Kota Tangerang Selatan ………. 97

2. Gambaran Kelembaban Udara di Kota Tangerang Selatan………….. 98

3. Gambaran Curah Hujan di Kota Tangerang Selatan ……… 99

4. Gambaran Kecepatan Angin di Kota Tangerang Selatan ……… 99

F. Korelasi Kejadian Penyakit DBD dengan Faktor Iklim di Kota Tangerang Selatan……… 100

1. Korelasi Kejadian Penyakit DBD dengan Suhu Udara di Kota Tangerang Selatan ………... 101

2. Korelasi Kejadian Penyakit DBD dengan Kelembaban Udara di Kota Tangerang Selatan………. 102


(17)

xv

4. Korelasi Kejadian Penyakit DBD dengan Kecepatan Angin di Kota

Tangerang Selatan ……… 106

BAB VI PEMBAHASAN………. 108

A. Keterbatasan Penelitian……….. 108

B. Distribusi Kejadian Penyakit DBD……… 109

1. Distribusi Kejadian DBD Menurut Orang……… 109

2. Distribusi Kejadian DBD Menurut Tempat……….. 112

3. Distribusi Kejadian DBD Menurut Waktu………... 114

C. Distribusi Kejadian Penyakit DBD Berdasarkan Lingkungan Fisik………. 116

D. Distribusi Kejadian Penyakit DBD Berdasarkan Lingkungan Biologi……. 128

E. Distribusi Kejadian Penyakit DBD Berdasarkan Lingkungan Non-Fisik…. 131 BAB VII PENUTUP………....… 133

A. Simpulan……… 133

B. Saran……….. 135

DAFTAR PUSTAKA………... 139


(18)

xvi

Bagan 2.2 Teori Simpul………. 50

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Vektor Nyamuk Aedes aegypti………..……… 17 Gambar 2.2 Siklus Hidup Nyamuk Aedes aegypti……… 19

DAFTAR GRAFIK

Grafik 5.1 Distribusi Kasus DBD Berdasarkan Kelompok Umur di Kota

Tangerang Selatan Tahun 2013-2015………... 71 Grafik 5.2 Distribusi Kasus DBD Berdasarkan Jenis Kelamin di Kota

Tangerang Selatan Tahun 2013-2015………... 72 Grafik 5.3 Jumlah Puskesmas di Kota Tangerang Selatan Berdasarkan IR DBD

Per 100.000 Penduduk Tahun 2013-2015……….... 73 Grafik 5.4 Distribusi Kasus DBD Menurut Tahun di Kota Tangerang Selatan

Tahun 2013-2015……….. 77 Grafik 5.5 Distribusi Kasus DBD Menurut Bulan di Kota Tangerang Selatan

Tahun 2013-2015……….…. 78 Grafik 5.6 Jumlah Puskesmas di Kota Tangerang Selatan Berdasarkan Angka

Bebas Jnetik Tahun 2013-2015………... 80 Grafik 5.7 Jumlah Puskesmas di Kota Tangerang Selatan Berdasarkan Rumah

Sehat Tahun 2013-2015………... 86 Grafik 5.8 Jumlah Puskesmas di Kota Tangerang Selatan Berdasarkan Kepadatan


(19)

xvii

Tabel 4.2 Ukuran Epidemiologi Pada Variabel Penelitian……… 66 Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi ABJ di Wilayah Kerja Puskesmas Kota Tangerang

Selatan Tahun 2013-2015………. 79 Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Rumah Sehat di Wilayah Kerja Puskesmas Kota

Tangerang Selatan Tahun 2013-2015……… 85 Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Kepadatan Penduduk di Wilayah Kerja Puskesmas

Kota Tangerang Selatan Tahun 2013-2015………... 91 Tabel 5.4 Distribusi Suhu Udara di Kota Tangerang Selatan Tahun 2013-2015….. 97 Tabel 5.5 Distribusi Kelembaban Udara di Kota Tangerang Selatan Tahun 2013-

2015………... 98

Tabel 5.6 Distribusi Curah Hujan di Kota Tangerang Selatan Tahun 2013-2015…. 99 Tabel 5.7 Distribusi Kecepatan Angin di Kota Tangerang Selatan Tahun 2013-

2015………... 100

Tabel 5.8 Hasil Analisis Korelasi Suhu Udara dengan Kejadian DBD di Kota Tangerang Selatan Tahun 2013-2015……….. 101 Tabel 5.9 Hasil Analisis Korelasi Kelembaban Udara dengan Kejadian DBD di

Kota Tangerang Selatan Tahun 2013-2015……….… 103 Tabel 5.10 Hasil Analisis Korelasi Curah Hujan dengan Kejadian DBD di Kota

Tangerang Selatan Tahun 2013-2015………. 105 Tabel 5.11 Hasil Analisis Korelasi Kecepatan Angin dengan Kejadian DBD di


(20)

xviii

Selatan Tahun 2013-2015………... 74 Peta 5.2 Distribusi Spatialtemporal Incidence Rate DBD dengan Angka Bebas

Jentik di Wilayah Kerja Puskesmas di Kota Tangerang Selatan Tahun 2013-2015………... 81 Peta 5.3 Distribusi Spatialtemporal Incidence Rate DBD dengan Rumah Sehat di

Wilayah Kerja Puskesmas di Kota Tangerang Selatan Tahun 2013-

2015………..……….. 87

Peta 5.4 Distribusi Spatialtemporal Incidence Rate DBD dengan Kepadatan Penduduk di Wilayah Kerja Puskesmas di Kota Tangerang Selatan Tahun 2013-2015………... 93


(21)

1 A. Latar Belakang

Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit yang menjadi masalah kesehatan masyarakat internasional dan merupakan penyakit yang dapat berpotensi kematian, khususnya di negara-negara tropis dan sub tropis. Dalam dekade terakhir, penyebaran kasus Dengue oleh nyamuk Aedes aegypti banyak tersebar luas baik di perkotaan maupun pedesaan dan menyebabkan tingginya kasus yang membutuhkan rawat inap dan kematian pada anak-anak (WHO, 2009).

Organisasi kesehatan dunia (WHO) menyatakan bahwa lebih dari 70% Kawasan Asia Tenggara dan Pasifik Barat merupakan daerah yang paling serius terkena dampak dari DBD (WHO, 2011). Hingga saat ini, WHO memperkirakan sebanyak 50 sampai 100 juta orang terinfeksi Dengue setiap tahunnya, termasuk sebanyak 500.000 kasus DBD, 22.000 kematian dimana sebagian besar terjadi pada anak-anak (WHO, 2015; CDC, 2015). Pada tahun 2013, kasus Dengue terjadi di Florida (salah satu negara di Amerika) dan Yunan, Provinsi Cina. Dengue terus berlanjut hingga sampai negara-negara Amerika Selatan, yaitu Honduras, Costa Rica dan Meksiko.

Di wilayah Asia Tenggara, pada tahun 2012 negara Indonesia dan Filipina memiliki tanggungan beban besar dalam kasus demam berdarah. Pada tahun 2013 Indonesia menempati urutan ke-3 dengan kasus sebanyak 101.218 kasus setelah Filipina (166.107 kasus) dan Thailand (150.454 kasus)


(22)

(sanofi, 2014). Sejak tahun 1968 hingga tahun 2009, Indonesia tercatat sebagai negara dengan kasus DBD tertinggi di Asia Tenggara (Kemenkes RI, 2010). Indonesia merupakan negara hiperendemis Dengue dimana ke-empat serotipe virus Dengue sudah tersebar di 34 provinsi. Setelah Indonesia, hiperendemis Dengue diikuti oleh negara Vietnam, Thailand, Philipina dan Malaysia (Fullerton et al, 2014).

Pada tahun 2014, Incidence Rate (IR) atau angka kesakitan DBD di Indonesia sebesar 39,8% per 100.000 penduduk dimana 3 provinsi dengan Incidence Rate (IR) DBD tertinggi, yaitu Provinsi Kalimantan Timur (234,29 per 100.000 penduduk) Provinsi Bali (206 per 100.000 penduduk) dan Provinsi Kepulauan Riau (202,08 per 100.000 penduduk) (Kemenkes RI, 2015). Ketiga provinsi tersebut tidak mencapai indikator menurunnya angka kesakitan menjadi ≤ 51 per 100.000 penduduk (Kemenkes RI, 2014). Beberapa Provinsi yang telah mencapai indikator, salah satunya Provinsi Banten dengan IR sebesar 13,88 per 100.000 penduduk (Kemenkes RI, 2015). Namun, di dalam Provinsi Banten juga terdapat beberapa kabupaten/kota endemis DBD salah satunya, yaitu Kota Tangerang Selatan (Kemenkes RI, 2014).

Setelah dilakukan studi pendahuluan dengan melihat kasus DBD yang terlaporkan di Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan diketahui bahwa dalam 5 tahun terakhir IR DBD per 100.000 penduduk di Kota Tangerang Selatan berada diatas indikator nasional (2010=76,2; 2011=52,1; 2012=59,9; 2013=54,2; 2014=51,8) (P2P Dinkes Kota Tangerang Selatan, 2014). Pada


(23)

tahun 2015, setelah ditelusuri berdasarkan wilayah kerja puskesmas masih ditemukan sebanyak 9 dari 25 puskesmas yang memiliki angka IR DBD > 51 per 100.000 penduduk dimana angka IR DBD tertinggi mencapai 311 per 100.000 penduduk, yaitu pada Puskesmas Setu (P2P Dinkes Kota Tangerang Selatan, 2015).

Penyakit DBD merupakan penyakit berbasis lingkungan dengan perkembangbiakan nyamuk yang dipengaruhi oleh kondisi lingkungan sekitarnya sehingga berpotensi adanya kontak antara nyamuk infektif virus Dengue dengan manusia dan menularkan virus tersebut. Dalam teori simpul oleh Achmadi (2014), terdapat 5 macam simpul yaitu simpul 1 (penderita penyakit DBD), simpul 2 (vektor nyamuk Aedes aegypti infektif virus Dengue), simpul 3 (karakteristik masyarakat yang berisiko menderita penyakit DBD), simpul 4 (dampak kontak antara nyamuk infektif virus Dengue dengan manusia) dan simpul 5 (suhu udara, kelembaban udara, curah hujan, kecepatan angin, rumah sehat, angka bebas jentik dan kependudukan) (Achmadi, 2014).

Beberapa variabel iklim dapat mempengaruhi dalam transmisi penularan penyakit dengan empat variabel yang paling signifikan mempengaruhi kejadian penyakit, antara lain suhu udara, kelembaban udara, curah hujan dan angin (Parham et al, 2010). Dalam laporan BMKG Kota Tangerang Selatan didapat bahwa rata-rata curah hujan dan kelembaban udara dalam kurun waktu 3 (tiga) terakhir adalah 189,9 mm dan 80%. Curah hujan berbanding lurus dengan kelembaban udara sehingga apabila curah hujan


(24)

tinggi, maka kelembaban udara juga tinggi. Kedua hal tersebut dapat mempengaruhi jumlah vektor nyamuk dan umur vektor nyamuk yang menyebabkan penularan DBD masih terus terjadi. Penelitian yang dilakukan oleh Mu-Jean Chen et al (2012) di Taiwan tahun 1994-2008 menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara curah hujan dengan penyakit Dengue dan Costa et al (2010) di Brazil menunjukkan terdapat hubungan antara kelembaban udara dengan kejadian DBD.

Dalam laporan BMKG Kota Tangerang Selatan didapat bahwa rata-rata suhu udara dalam kurun waktu 3 (tiga) terakhir adalah 27,7ºC. Suhu udara dapat mempengaruhi perkembangan virus Dengue dalam tubuhnya dan frekuensi menggigit ke beberapa orang. Penelitian yang dilakukan oleh Costa et al (2010) di Brazil menunjukkan terdapat hubungan antara suhu dengan DBD. Dalam laporan BMKG Kota Tangerang Selatan didapat bahwa rata-rata kecepatan angin dalam kurun waktu 3 (tiga) terakhir adalah 4 knot. Semakin tinggi kecepatan angin, maka semakin sulit nyamuk untuk terbang sehingga penularan DBD tidak menyebar luas. Penelitian oleh Dini (2010) menyatakan tidak ada hubungan bermakna antara kecepatan angin dengan insiden DBD.

Faktor lainnya yang juga termasuk faktor lingkungan adalah Angka Bebas Jentik (ABJ), kepadatan penduduk dan rumah sehat. Dalam laporan Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan didapat bahwa rata-rata angka bebas jentik dalam kurun waktu 3 (tiga) terakhir adalah sebesar 92,5%. Wilayah dengan rata-rata ABJ yang masih dibawah indikator nasional, yaitu


(25)

lebih dari sama dengan 95% mengartikan bahwa partisipasi masyarakat dalam mencegah DBD dengan cara 3M di lingkungan sekitarnya belum optimal sehingga kasus DBD masih sering terjadi. Penelitian yang dilakukan oleh Sunardi (2007) secara spasial menunjukkan bahwa kasus DBD lebih banyak pada wilayah dengan tingkat ABJ kurang dari 95%.

Dalam laporan BPS Kota Tangerang Selatan didapat bahwa rata-rata kepadatan penduduk dalam kurun waktu 3 (tiga) terakhir adalah 232, 2 jiwa/ha. Kepadatan penduduk yang tinggi dapat meningkatkan penularan kasus DBD. Nyamuk memiliki kemampuan terbang hingga 100 m, namun dengan penduduk yang padat, nyamuk tidak perlu terbang sejauh itu sehingga peluang besar untuk nyamuk Aedes aegypti menggigit pada banyak orang dapat memberikan dampak penyebaran kasus DBD dengan cepat (Hairani, 2009). Penelitian yang dilakukan oleh Setyaningsih (2014) di Kecamatan Karangmalang Kabupaten Sragen menunjukkan secara spasial bahwa kasus DBD di desa/ kelurahan tinggi dengan kepadatan penduduk yang tinggi dibandingkan wilayah lain.

Dalam laporan Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan didapat bahwa rata-rata persentase rumah sehat dalam kurun waktu 3 (tiga) terakhir adalah sebesar 89%. Rumah sehat tidak hanya dilihat dari layak atau tidak bangunan rumah sebagai tempat tinggal. Salah satu kriteria rumah dikatakan tidak sehat, yaitu ditemukannya jentik pada tempat-tempat yang berpotensi sebagai habitat perkembangbiakan vektor nyamuk Aedes aegypti seperti pot-pot bunga, tempat penampungan air (bak mandi, ember, tempayan). Penelitian


(26)

Zainudin (2003) menyatakan bahwa negara Mali, Volta, Ghana, Togo memiliki penyimpanan air domestik dengan menggunakan air yang besar sehingga ditemukan kejadian DBD yang tinggi di negara tersebut.

Dalam penelitian ini, peneliti melakukan analisis spatialtemporal (ruang dan waktu) dengan tools sistem informasi geografis (SIG) secara geografis dalam layer peta untuk melihat sebaran kejadian DBD berdasarkan rumah sehat, ABJ dan kepadatan penduduk di Kota Tangerang Selatan. Analisis spatialtemporal ini dapat mengetahui adanya faktor keruangan (rumah sehat, ABJ dan kepadatan penduduk) yang berpengaruh terhadap kejadian penyakit DBD dari waktu ke waktu selanjutnya. Selain itu juga dapat membantu mengetahui daerah mana saja yang endemis DBD.

Setelah dilakukan studi pendahuluan di Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan diketahui bahwa belum tersedia peta rawan DBD berdasarkan wilayah kerja Puskesmas. Untuk itu, peneliti melakukan penelitian dengan memanfaatkan pendekatan spasial dalam upaya penyelesaian masalah DBD di Kota Tangerang Selatan. Selain itu, dalam penelitian ini peneliti juga melakukan uji korelasi statistik untuk mengetahui kekuatan hubungan antara suhu udara, kelembaban udara, curah hujan dan kecepatan angin dengan kejadian DBD. Oleh karena itu, analisis spatialtemporal dengan tools SIG dan uji korelasi statistik dalam penelitian ini diharapkan dapat membantu membuat perencanaan dan efektifitas pengambilan keputusan yang lebih baik terhadap daerah endemis DBD yang


(27)

telah diprioritaskan dalam upaya pencegahan dan pengendalian penyakit DBD.

B. Rumusan Masalah

Penyakit DBD merupakan salah satu penyakit berbasis lingkungan, yaitu penyakit yang dipengaruhi oleh kondisi lingkungan yang dapat mempengaruhi perkembangbiakan dan pertumbuhan vektor nyamuk DBD sehingga berpotensi terhadap peningkatan kejadian DBD (IR DBD terus berada > 51 per 100.000 penduduk) dan penularan penyakit DBD. Secara geografis, wilayah Indonesia beriklim tropis dimana beberapa wilayah sudah menjadi endemis DBD karena banyak tempat yang cocok untuk perkembangbiakan vektor nyamuk Aedes aegypti.

Faktor lingkungan dalam penelitian ini adalah lingkungan fisik yang tidak baik (suhu udara, kelembaban udara, curah hujan, kecepatan angin, rumah sehat), lingkungan biologi (angka bebas jentik < 95%) dan lingkungan non-fisik (kepadatan penduduk yang tinggi). Faktor lingkungan fisik dan biologi dapat mempengaruhi perkembangbiakan dan pertumbuhan vektor nyamuk Aedes aegypti, sedangkan faktor lingkungan non-fisik dapat mempengaruhi persebarluasan penularan penyakit DBD.

Angka Incidence Rate (IR) DBD di Kota Tangerang Selatan dalam 5 tahun terakhir masih berada diatas indikator nasional. Di tahun 2014 ditemukan beberapa wilayah kerja puskesmas dengan IR DBD lebih dari batas indikator nasional sehingga menjadi masalah kesehatan. Oleh karena itu, peneliti ingin melakukan penelitian dengan pendekatan spasial bertujuan


(28)

untuk mengetahui distribusi spatialtemporal kejadian DBD berdasarkan angka bebas jentik, rumah sehat dan kepadatan penduduk. Analisis data spasial dilakukan dengan memanfaatkan tools Sistem Informasi Geografis (SIG). Selain itu, peneliti juga melakukan uji statistik korelasi bertujuan untuk mengetahui kekuatan hubungan antara suhu udara, kelembaban udara, curah hujan, kecepatan angin dengan kejadian DBD di Kota Tangerang Selatan tahun 2013-2015.

C. Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimana distribusi penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) berdasarkan orang, tempat dan waktu di Kota Tangerang Selatan tahun 2013-2015?

2. Bagaimana distribusi faktor iklim (suhu udara, kelembaban udara, curah hujan dan kecepatan angin), faktor kepadatan penduduk, faktor angka bebas jentik dan faktor rumah sehat berdasarkan orang, tempat dan waktu di Kota Tangerang Selatan tahun 2013-2015?

3. Bagaimana distribusi spatialtemporal penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kota Tangerang Selatan tahun 2013-2015?

4. Bagaimana distribusi spatialtemporal penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) berdasarkan angka bebas jentik (ABJ) di Kota Tangerang Selatan tahun 2013-2015?

5. Bagaimana distribusi spatialtemporal penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) berdasarkan persentase rumah sehat di Kota Tangerang Selatan tahun 2013-2015?


(29)

6. Bagaimana distribusi spatialtemporal penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) berdasarkan kepadatan penduduk di Kota Tangerang Selatan tahun 2013-2015?

7. Bagaimana kekuatan hubungan penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) dengan suhu udara di Kota Tangerang Selatan tahun 2013-2015?

8. Bagaimana kekuatan hubungan penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) dengan kelembaban udara di Kota Tangerang Selatan tahun 2013-2015?

9. Bagaimana kekuatan hubungan penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) dengan curah hujan di Kota Tangerang Selatan tahun 2013-2015?

10. Bagaimana kekuatan hubungan penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) dengan kecepatan angin di Kota Tangerang Selatan tahun 2013-2015?

D. Tujuan

1. Tujuan Umum

Mengetahui gambaran ekologi penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) berdasarkan spatialtemporal di Kota Tangerang Selatan tahun 2013-2015.


(30)

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui distribusi penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) berdasarkan orang, tempat dan waktu di Kota Tangerang Selatan tahun 2013-2015.

b. Untuk mengetahui distribusi faktor iklim (suhu udara, kelembaban udara, curah hujan dan kecepatan angin), faktor kepadatan penduduk, faktor angka bebas jentik dan faktor rumah sehat berdasarkan orang, tempat dan waktu di Kota Tangerang Selatan tahun 2013-2015.

c. Untuk mengetahui distribusi spatialtemporal penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kota Tangerang Selatan tahun 2013-2015.

d. Untuk mengetahui distribusi spatialtemporal penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) berdasarkan angka bebas jentik (ABJ) di Kota Tangerang Selatan tahun 2013-2015.

e. Untuk mengetahui distribusi spatialtemporal penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) berdasarkan persentase rumah sehat di Kota Tangerang Selatan tahun 2013-2015.

f. Untuk mengetahui distribusi spatialtemporal penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) berdasarkan kepadatan penduduk di Kota Tangerang Selatan tahun 2013-2015.


(31)

g. Untuk mengetahui kekuatan hubungan penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) dengan suhu udara di Kota Tangerang Selatan tahun 2013-2015.

h. Untuk mengetahui kekuatan hubungan penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) dengan kelembaban udara di Kota Tangerang Selatan tahun 2013-2015.

i. Untuk mengetahui kekuatan hubungan penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) dengan curah hujan di Kota Tangerang Selatan tahun 2013-2015.

j. Untuk mengetahui kekuatan hubungan penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) dengan kecepatan angin di Kota Tangerang Selatan tahun 2013-2015.

E. Manfaat

1. Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan

a. Hasil penelitian dapat memberikan informasi kepada petugas kesehatan, pembuat kebijakan mengenai gambaran distribusi spatialtemporal kasus DBD sehingga dapat melihat daerah endemis DBD dan juga daerah yang berpotensi terjadi KLB DBD di wilayah Kota Tangerang Selatan.

b. Hasil penelitian dapat memberikan informasi kepada petugas kesehatan, pembuat kebijakan mengenai prediksi trend perkembangan wabah DBD di wilayah Kota Tangerang Selatan.


(32)

c. Hasil penelitian dapat membantu bagi pengambil keputusan dalam intervensi penyakit DBD pada daerah rawan DBD yang telah diprioritaskan berdasarkan hasil distribusi spatialtemporal di Kota Tangerang Selatan tahun 2013-2015, baik berupa advokasi, penyuluhan kesehatan lingkungan, fogging fokus, peningkatan kegiatan Pemeriksaan Jentik Berkala (PJB), penggalakkan kegiatan PSN 3M Plus maupun lainnya.

2. Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Kota Tangerang Selatan

Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi dan menambah wawasan kepada BMKG Kota Tangerang Selatan mengenai kejadian penyakit DBD berkaitan dengan faktor iklim di Kota Tangerang Selatan. 3. Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Tangerang Selatan

Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi dan menambah wawasan kepada BPS Kota Tangerang Selatan mengenai kejadian penyakit DBD berkaitan dengan faktor kependudukan di Kota Tangerang Selatan.

4. Masyarakat Kota Tangerang Selatan

Hasil penelitian dapat memberikan infromasi dan menambah wawasan kepada masyarakat mengenai kejadian penyakit DBD dan pencegahan penyakit DBD di Kota Tangerang Selatan.

5. Peneliti Lain

Sebagai bahan referensi dan informasi untuk penelitian selanjutnya mengenai kejadian demam berdarah menurut ruang dan waktu sehingga


(33)

diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam pengembangan ilmu kesehatan.

F. Ruang Lingkup Peneliti

Penelitian ini merupakan penelitian epidemiologi dengan menggunakan desain studi ekologi. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan spasial dan tools sistem informasi geografis (SIG) bertujuan untuk mengetahui spatialtemporal penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) berdasarkan kepadatan penduduk, angka bebas jentik dan rumah sehat. Selain itu, peneltian ini juga bertujuan untuk mengetahui kekuatan hubungan kejadian DBD dengan suhu udara, kelembaban udara, curah hujan, kecepatan angin di Kota Tangerang Selatan tahun 2013-2015 dengan uji statistik korelasi.

Cara pengumpulan data dilakukan dengan data sekunder, yaitu berasal dari beberapa instansi yang terkait di Kota Tangerang Selatan. Kemudian, data tersebut dianalisis univariat, bivariat dan spasial. Analisis univariat bertujuan untuk mengetahui karakteristik variabel berdasarkan orang, tempat dan waktu (OTW). Analisis bivariat bertujuan untuk mengetahui keeratan hubungan kejadian DBD dengan suhu udara, kelembaban udara, curah hujan dan kecepatan angin. Sedangakan, analisis spasial bertujuan untuk mengetahui gambaran, distribusi atau pola kasus DBD setelah diinterpolasikan dengan faktor kepadatan vektor (ABJ), rumah sehat dan faktor kepadatan penduduk. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni 2015 sampai Februari 2016.


(34)

14

A. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) 1. Definisi DBD

Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit yang dapat ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus yang infektif oleh virus Dengue. Penyakit DBD yang ditularkan oleh Aedes aegypti dan Aedes albopictus yang dapat ditemukan di seluruh dunia. Nyamuk yang sudah terinfeksi virus Dengue akan menjadi infektif selama hidupnya (CDC, 2015).

2. Etiologi DBD

Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit yang disebabkan oleh virus Dengue. Terdapat empat jenis serotype virus Dengue yang dikenal yakni DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN-4. Semua jenis serotype virus Dengue ini ditemukan di Indonesia dan menunjukkan bahwa DEN-3 merupakan virus Dengue yang paling luas distribusinya terhadap DBD berat disusul DEN-1, DEN-2 dan DEN-4 (Kemenkes RI, 2013).

Penyakit DBD disebabkan oleh salah satu dari empat serotype virus dari genus Flavivirus, famili Flaviviridae (WHO, 2015). Seseorang yang telah terinfeksi dengan salah satu serotype virus Dengue akan menyebabkan kekebalan seumur hidup terhadap serotype virus yang bersangkutan. Setiap serotype cukup berbeda sehingga tidak ada


(35)

proteksi-silang dan wabah yang disebabkan beberapa serotype (hiperendemisitas) dapat terjadi (Gama & Betty, 2010; Kemenkes RI, 2013).

3. Gejala DBD

Umumnya DBD ditandai demam 2-7 hari disertai dengan manisfestasi perdarahan, penurunan trombosit (trombositopenia), adanya homokonsentrasi yang ditandai kebocoran plasma (peningkatan hematokrit, asites, efusi pleura, hipoalbuminemia). Akan tetapi, dapat juga disertai gejala yang tidak khas seperti nyeri kepala, nyeri otot dan tulang, ruam kulit atau nyeri belakang bola mata (Kemenkes RI, 2013).

Menurut World Health Organization (WHO), seseorang dikatakan positif DBD apabila ditandai beberapa gejala antara lain (1) demam atau adanya riwayat demam pada saat sekarang, (2) trombositopeni; hitung platelet sama atau kurang dari 100 x 103/cu mm (Standar Internasional sama atau kurang dari 100 x 109/L), (3) manifestasi perdarahan seperti tes torniquet positif, petechiae atau fenomena perdarahan yang jelas dan (4) berkurangnya plasma karena meingkatnya permeabilitas vaskuler. Selain itu juga adanya kenaikan hematokrit sebesar 20 % dibandingkan dengan nilai normal atau ditemukannya efusi pleural atau efusi abdomen dengan pemeriksaan ultrasonografi, tomografi ataupun sinar-X (Chin, 2012).

Menurut WHO derajat beratnya Demam Berdarah Dengue (DBD) dibagi menjadi 4 tingkatan, yaitu (Soedarto, 1990):


(36)

a. Derajat I: ringan, bila demam mendadak 2-7 hari disertai gejalaklinik lain dan manifestasi perdarahan paling ringan yaitu tes torniquet yang positif.

b. Derajat II: sedang, dengan gejala lebih berat daripada derajat I,disertai manifestasi perdarahan kulit, epistaksis, perdarahan gusi, hematemesis atau melena.

c. Derajat III: berat, terdapat gangguan sirkulasi darah perifer yang ringan berupa kulit dingin dan lembab, ujung jari dan hidung dingin.

d. Derajat IV: berat sekali, penderita syok berat, tensi tidak terukur dan nadi tidak dapat diraba.

4. Vektor DBD

Nyamuk Aedes aegypti merupakan vektor penting di daerah perkotaan (daerah urban), sedangkan di daerah pedesaan (daerah rural) yang berperan dalam penularan adalah nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus (Soedarto, 1990). Nyamuk yang paling sering menimbulkan terjadinya penyakit DBD adalah nyamuk Aedes aegypti dibandingkan nyamuk Aedes albopictus (Ditjen P2M & PL, 2007).

a. Ciri-ciri nyamuk vektor DBD

Nyamuk Aedes aegypti dewasa berukuran lebih kecil jika dibandingkan dengan rata-rata nyamuk lain. Nyamuk ini mempunyai dasar hitam kecoklatan dengan bintik-bintik putih pada bagian kepala, torak, abdomen dan kaki. Nyamuk Aedes


(37)

aegypti dengan Aedes albopictus dapat dibedakan yaitu pada bagian torak keduanya. Torak pada nyamuk Aedes aegypti terdapat warna putih dan berbentuk bulat, sedangkan torak pada nyamuk Aedes albopictus berbentuk garis lurus (Kemenkes RI, 2013).

Gambar 2.1

Vektor nyamuk Aedes aegypti

Sumber: Kemenkes RI, 2013

Nyamuk jantan menghisap cairan tumbuhan atau sari bunga untuk keperluan hidupnya, sedangkan nyamuk betina mengisap darah. Nyamuk betina ini lebih menyukai darah manusia daripada binatang. Biasanya nyamuk betina mencari mangsanya pada siang hari. Aktivitas menggigit biasanya pagi (pukul 9.00-10.00) sampai petang hari (16.00-17.00). Aedes aegypti mempunyai kebiasan mengisap darah berulang kali untuk memenuhi lambungnya dengan darah. Dengan demikian nyamuk ini sangat infektif sebagai penular penyakit (Gama & Betty, 2010).


(38)

b. Tempat berkembangbiak nyamuk vektor DBD

Tempat perindukan yang disenangi nyamuk Aedes aegypti adalah tempat-tempat yang dapat menampung air di dalam, di luar atau sekitar rumah serta tempat-tempat umum. Nyamuk ini tidak dapat berkembangbiak di selokan atau got atau kolam yang berhubunagn langsung dengan tanah (Nisa, 2007). Di Indonesia, nyamuk Aedes aegypti tersebar luas, baik di kota maupun di desa kecuali di wilayah dengan ketinggian lebih dari 1000 meter di atas permukaan laut (Suroso dan Umar, 2004). Tempat perindukan nyamuk Aedes aegypti dibedakan menjadi (Kemenkes RI, 2013):

1) Tempat penampuangan air (TPA) untuk keperluan sehari-hari, seperti drum, tangki reservoir, tempayan, bak mandi atau WC dan ember.

2) Tempat penampuangan air (TPA) bukan untuk keperluan sehari-hari, seperti tempat minum burung, vas bunga, kulkas atau dispenser, barang-barang bekas (contoh, botol, plastik, ban, kaleng, dll).

3) Tempat penampungan air alamiah, seperti lubang pohon, tempurung kelapa, pelepah pisang, potongan bambu dan lain-lain.


(39)

c. Siklus hidup nyamuk vektor DBD

Siklus hidup nyamuk Aedes aegypti terdiri dari 4 bentuk, yaitu telur – jentik (larva) – pupa – nyamuk dewasa. Stadium telur hingga sampai menjadi pupa berlangsung di dalam air. Umumnya telur menetas menjadi jentik (larva) dalam waktu ±2 hari setelah telur tersebut terendam air. Stadium jentik (larva) biasanya berlangsung selama 6-8 hari dan stadium kepompong (pupa) berlangsung antara 2-8 hari. Pertumbuhan telur hingga sampai menjadi nyamuk dewasa berlangsung selama 9-10 hari. umur nyamuk betina dapat mencapai 2-3 bulan (Kemenkes RI, 2013).

Gambar 2.2

Siklus Hidup Nyamuk Aedes agypti

Sumber: Kemenkes RI, 2013 5. Mekanisme Penularan DBD

Penyakit DBD ditularkan melalui gigitan nyamuk yang infektif terhadap virus Dengue. Berdasarkan konsep ekologi mengacu teori simpul Achmadi (2014), mekanisme penularan DBD dimulai dari


(40)

sumber agen penyakit (simpul 1) yaitu nyamuk Aedes aegypti menggigit orang yang terdapat virus Dengue di dalam tubuhnya.

Kemudian, vektor penular (simpul 2) yaitu nyamuk Aedes aegypti infektif virus Dengue yang dapat menularkan virusnya ke tubuh orang yang sehat. Virus Dengue masuk bersama darah yang dihisapnya (Suroso dan Umar, 2004). Nyamuk akan menjadi infektif 8-12 hari sesudah menghisap darah penderita dan tetap infektif selama hidupnya dan potensial menularkan virus Dengue kepada manusia lain (Ginanjar, 2004). Virus yang telah dihisap akan masuk ke dalam tubuh nyamuk dan berkembangbiak dengan cara membelah diri dan menyebar di seluruh bagian tubuh nyamuk, sebagian besar berada dalam kelenjar liur nyamuk. Dalam waktu 1 minggu, jumlah virus dapat mencapai puluhan sampai ratusan ribu dan siap untuk ditularkan atau dipindahkan kepada orang lain. Sebelum menghisap darah host (pejamu) baru, air liur dari kelenjar nyamuk dikeluarkan setelah alat tusuk nyamuk (probobis) menemukan kapiler agar darah yang dihisap tidak membeku. Pada saat itulah, virus Dengue ditularkan atau dipindahkan ke orang lain bersama air liur nyamuk tersebut (Suroso dan Umar, 2004).

Orang yang telah digigit oleh nyamuk Aedes aegypti pembawa virus Dengue tidak akan selalu menderita DBD melainkan terdapat karakteristik seseorang yang dapat menjadi risiko menderita DBD seperti usia, jenis kelamin, kekebalan tubuh (simpul 3). Orang dengan kekebalan tubuh yang kuat terhadap virus Dengue, maka tidak akan


(41)

menderita DBD meskipun di dalam darahnya terdapat virus tersebut. Akan tetapi, apabila orang dengan kekebalan tubuh yang lemah terhadap virus Dengue, maka akan muncul gejala DBD seperti demam ringan bahkan demam berat, yaitu demam tinggi disertai perdarahan, syok, tergantung dari tingkat kekebalan tubuh yang dimilikinya (Simpul 4).

Penyakit DBD merupakan penyakit berbasis lingkungan dengan perkembangbiakan nyamuk yang dipengaruhi oleh kondisi lingkungan sekitarnya sehingga berpotensi adanya kontak antara nyamuk infektif virus Dengue dengan manusia dan menularkan virus tersebut. Adapun kondisi lingkungan tersebut antara lain lingkungan fisik, lingkungan biologi dan lingkungan non-fisik (Achmadi, 2014; Suroso dan Umar, 2004).

B. Epidemiologi Deskriptif 1. Orang

Dalam penyelidikan epidemiologi, variabel orang dapat digunakan untuk mengetahui karakteristik populasi yang berisiko. Adapun variabel orang seperti umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan dan sebagainya (Asmara, 2009). Dalam hal kejadian DBD, penyakit DBD dapat menyerang semua golongan umur, sebagian besar menyerang usia anak sekolah. Akan tetapi, dalam dekade terakhir ini penyakit DBD pada orang dewasa juga meningkat. Aktivitas individu pada semua


(42)

umur mengakibatkan peluang terinfeksinya virus Dengue melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti berbeda (Hairani, 2009).

Selain itu, kerentanan tubuh terhadap virus Dengue tidak dapat dibedakan antara laki-laki dengan perempuan. Tidak semua orang yang telah digigit nyamuk yang terdapat virus Dengue di dalam tubuhnya akan jatuh sakit DBD. Hal ini bergantung dari sistem kekebalan tubuh yang dimiliki oleh orang tersebut (Hairani, 2009).

2. Tempat

Dalam penyelidikan epidemiologi, variabel tempat dapat digunakan untuk mengetahui distribusi geografis dari suatu penyakit sehingga dapat dilakukan perencanaan pelayanan kesehatan dan dapat mengetahui faktor penyebab dari suatu penyakit. Adapun variabel tempat yang biasa digunakan adalah kelurahan, kecamatan, kabupaten kotamadya, propinsi, perkotaan dan pedesaan (Asmara, 2009).

Berdasarkan hasil studi epidemiologi, outbreak DBD umumnya terjadi pada daerah yang kondisinya optimal untuk transmisi virus Dengue, yaitu daerah tropis dan subtropis dengan iklim dan temperatur yang optimal bagi habitat nyamuk Aedes aegypty. Di daerah tersebut juga ditemukan endemik berbagai tipe virus Dengue dalam waktu yang bersamaan (Djunaedi, 2006).

3. Time (waktu)

Variabel waktu dilihat berdasarkan panjangnya waktu terjadinya perubahan pada suatu penyakit dan dibedakan menjadi fluktuasi jangka


(43)

pendek atau epidemi (jam, hari, minggu, dan bulan), perubahan secara siklus dimana terjadi perubahan angka kesakitan yang berulang-ulang (beberapa hari, beberapa bulan/musiman, tahunan, beberapa tahun) dan fluktuasi jangka panjang atau disebut juga secular trends (bertahun-tahun, puluhan tahun) (Asmara, 2009).

Epidemi demam berdarah Dengue (DBD) di negara-negara yang memiliki 4 musim berlangsung pada musim panas walaupun ditemukan kasus DBD yang sporadis pada musim dingin. Sedangkan, di negara-negara kawasan Asia Tenggara epidemi DBD terjadi pada musim hujan. Penyebaran penyakit DBD di Indonesia saat ini tidak mengenal waktu, tiap bulan ditemukan adanya laporan kasus DBD meskipun jumlah kasusnya tidak sebanyak kasus pada bulan di musim hujan. Epidemi DBD yang berlangsung pada musim hujan ini berkaitan erat dengan kelembaban yang tinggi. Kelembaban yang tinggi tersebut merupakan lingkungan yang optimal bagi masa inkubasi (dapat mempersingkat masa inkubasi) dan juga dapat meningkatkan aktivitas vektor dalam menularkan virus Dengue (Djunaedi, 2006).

C. Epidemiologi Demam Berdarah Dengue (DBD)

Menurut teori Gordon dan La Richt (1950) dalam segitiga epidemiologi menyebutkan bahwa muncul atau tidaknya penyakit pada manusia dipengaruhi oleh tiga faktor utama, yaitu host, agent dan environment. Gordon berpendapat bahwa (Rajab, 2009):


(44)

1. Penyakit muncul karena ketidakseimbangan antara agent (penyebab) dan host (manusia)

2. Keadaan keseimbangan bergantung pada sifat alami dan karakteristik agent dan host (individu/kelompok)

3. Karakteristik agent dan hostakan mengadakan interaksi. Dalam interaksi tersebut akan berhubunan langsung pada keadaan alami dari lingkungan (lingkungan sosial, fisik, ekonomi dan biologis)

Keseimbangan ketiga faktor berhubungan dengan teori ekosistem (Vanleeuwen, 1999). Berikut ini penjelasan terkait host, agent dan environment dari Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD):

1. Host (Pejamu)

Faktor host adalah suatu kondisi yang mempengaruhi risiko keterpajanan dan kerentanan seseorang terhadap penyakit. Adapun kondisi tersebut antara lain faktor-faktor intrinsik seperti umur, jenis kelamin, komposisi genetik dan ras. Faktor umur adalah salah satu faktor host yang paling penting karena dapat mempengaruhi suatu risiko keterpajanan dan status imunologik (Arias, 2009).

a. Umur

Biasanya umur anak-anak lebih rentan untuk terkena DBD, salah satunya disebabkan oleh faktor imunitas (kekebalan) yang relatif lebih rendah dibandingkan orang dewasa (Ginanjar, 2008). World Health Organization (WHO) (2009) juga mengatakan bahwa kelompok umur <12 tahun memiliki daya tahan tubuh yang rendah dibandingkan dengan kelompok umur yang lebih tua.


(45)

Aktivitas pada kelompok umur tersebut juga lebih sering bermain atau sekolah dimana selama beberapa jam atau hampir seharian berada di dalam kondisi dan waktu yang meingkatkan risiko untuk terkena gigitan nyamuk penular DBD.

Faktor pola curah hujan yang tidak menentu dan aktivitas usia produktif di lingkungan luar juga dapat menyebabkan orang dewasa ikut terkena DBD. Siregar (2004) mengatakan bahwa DBD dapat menyerang semua golongan umur, tetapi dalam dekade terakhir ini terlihat terdapat kecenderungan kenaikan proporsi penderita DBD pada orang dewasa. Semua umur dan kelompok sosial masyarakat dapat berisiko tertular virus Dengue melalui gigitan nyamuk (Yatim, 2007). Penyakit DBD menyerang pada semua kelompok umur disebabkan penularan DBD yang terjadi tidak hanya di rumah, tetapi juga di sekolah dan tempat kerja (Kemenkes RI, 2010).

b. Jenis kelamin

Nyamuk pembawa virus Dengue tidak membedakan host laki-laki atau perempuan (Yatim, 2007). Beberapa studi di wilayah Asia Tenggara menunjukkan bahwa kasus DBD di rumah sakit lebih banyak pada laki-laki daripada perempuan (India, Bangladesh, Singapura dan Malaysia) dan hanya sedikit studi yang menunjukkan tidak ada perbedaan kasus DBD menurut jenis kelamin (Bhatia, Dash & Sunyoto, 2013).


(46)

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Syumarta, Hanif dan Rustam (2014) menunjukkan bahwa penderita DBD lebih banyak pada laki-laki (54,8%) daripada perempuan (45,2%) dengan rasio perbandingan masing-masing sebesar 1,21:1. Hal ini juga sama dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Syahrifa, Kaunang dan Ottay (2015) menunjukkan bahwa penderita DBD lebih banyak pada laki-laki (53,8%) daripada perempuan (42,34%). Dalam penelitian tersebut menunjukkan tidak terdapat hubungan antara jenis kelamin dengan kejadian DBD. Sedangkan, penelitian yang dilakukan oleh Wahyono dkk (2010) menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara jenis kelamin dengan kejadian DBD (OR=1,80; 95% CI; 1,07-3,01).

c. Status gizi

Penelitian yang dilakukan oleh Hakim dan Asep (2012) menunjukkan bahwa status gizi berhubungan secara signifikan dengan infeksi virus Dengue (Pvalue = 0,004; OR=1,250; 95% CI: 1,297-3,955). Orang dengan status gizi tidak normal akan lebih mudah mendapatkan infeksi virus Dengue dan terjadi penularan dibanding orang dengan status gizi normal.

d. Pengetahuan

Penelitian yang dilakukan oleh Hasan, Alfiah dan Nurbaya (2013) menunjukkan terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan orangtua dengan kejadian DBD. Hal ini sejalan


(47)

dengan penelitian yang dilakukan oleh Sumekar (2005) menunjukkan terdapat hubungan antara pengetahuan responden dengan keberadaan jentik (Pvalue = 0,35) sehingga secara tidak langsung dapat berpengaruh terhadap kejadian DBD.

e. Pekerjaan

Penelitian yang dilakukan oleh Hutagalung, Halim dan Koto (2011) di Kecamatan Matur Kabupaten Agam Provinsi Sumatera Barat menunjukkan terdapat hubungan antara pekerjaan dengan kejadian luar biasa (KLB) DBD (Pvalue = 0,04). Pekerjaan seperti petani, perkebunan tebu menyebabkan seseorang mudah tergigit nyamuk Aedes aegypti karena bekerja di lingkungan luar rumah. Akan tetapi, penelitian yang dilakukan oleh Nizal MG et al (2012) menunjukkan tidak terdapat hubungan secara signifikan antara pekerjaan dengan DBD (Pvalue = 0,309).

f. Perilaku 3M

Penelitian yang dilakukan oleh Afriza dan Nasriati (2012) menunjukkan terdapat hubungan antara perilaku 3M Plus terhadap resiko kejadian DBD di wilayah kerja Puskesmas Labuhanhaji Timur Kabupaten Aceh Selatan tahun 2012 (Pvalue = 0,003). Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Hutagalung, Halim dan Koto (2011) di Kecamatan Matur Kabupaten Agam Provinsi Sumatera Barat menunjukkan terdapat


(48)

hubungan antara perilaku 3M Plus dengan kejadian luar biasa (KLB) DBD (Pvalue = 0,03).

2. Agent

Sumber penyakit dikelompokkan menjadi dua, yaitu (Achmadi, 2014):

a. Sumber penyakit alamiah, misal proses pembusukan yang terjadi karena proses alamiah.

b. Hasil kegiatan manusia, seperti industri, knalpot kendaraan bermotor.

Sumber penyakit yang mengeluarkan dan mengandakan mikroorganisme patogen adalah penderita penyakit menular, misal mikroorganisme TBC, HIV/AIDS adalah penderita penyakit yang bersangkutan. Sumber penyakit menular juga dapat berupa binatang (reservoir), yaitu binatang tempat berkembangbiaknya agen penyakit, meski binatang yang bersangkutan tidak menderita sakit, misal penyakit Japanese Encephalitis dengan babi (reservoir). Sumber penyakit binatang ini biasanya ditransmisikan oleh binatang lainnya, misal nyamuk yang mengigit manusia (Achmadi, 2014).

Penyakit DBD disebabkan oleh virus Dengue yang termasuk dalam grup B Antropod Borne Virus (Arboviroses) kelompok flavivirus dari family flaviviridae. Virus Dengue terdiri dari empat serotipe, yaitu DEN 1, DEN 2, DEN 3 dan DEN 4 dimana masing-masing saling berkaitan sifat antigennya dan dapat menyebabkan sakit pada manusia (WHO,


(49)

2009). Virus DEN 3 merupakan serotipe yang paling sering ditemui selama terjadinya KLB di Indonesia diikuti DEN 2, DEN 1, dan DEN 4. Virus DEN 3 juga merupakan serotipe yang paling dominan yang berhubungan dengan tingkat keparahan penyakit yang menyebabkan gejala klinis yang berat dan penderita banyak yang meninggal (Yuswulandari, 2010).

3. Environment (Lingkungan)

Kejadian penyakit merupakan hasil hubungan interaksi antara manusia dan perilakunya serta komponen lingkungan yang memiliki potensi penyakit. Perilaku penduduk, salah satu variabel kependudukan seperti umur, jenis kelamin, pendidikan, keturunan, kepadatan penduduk, budaya dan sebagainya. Secara garis besar, kejadian penyakit terjadi karena dipengaruhi oleh variabel-variabel kependudukan dan variabel-variabel lingkungan (Achmadi, 2014).

Achmadi (2008) menggambarkan suatu kejadian penyakit berbasis lingkungan dan kependudukan ke dalam teori simpul dimana komponen lingkungan yang memiliki potensi bahaya gangguan kesehatan berinteraksi dengan manusia. Teori simpul ini diuraikan menjadi 5 simpul, yakni simpul 1 (sumber penyakit), simpul 2 (komponen lingkungan yang merupakan media transmisi penyakit), simpul 3 (varibel kependudukan seperti umur, jenis kelamin, perilaku, pendidikan, kepadatan), simpul 4 (penduduk dalam keadaan sehat atau sakit setelah mengalami interaksi atau terpapar dengan komponen


(50)

lingkungan yang mengandung agen penyakit) dan simpul 5 (variabel lain yang memiliki pengaruh terhadap keempat simpul tersebut seperti iklim, topografi) (Achmadi, 2014). Berikut penjelasaan masing-masing simpul:

Bagan 2.1

Paradigma Kesehatan Lingkungan (Teori Simpul) (Achmadi, 2014)

Simpul

a. Simpul 1: Sumber Penyakit

Agen penyakit dalam simpul 1 adalah komponen lingkungan yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan melalui media perantara. Dalam hal kejadian DBD, virus Dengue (Arthrophod borne virus) merupakan agent penyakit DBD. Virus ini berukuran 5

1 2 3 4

Sumber Agen Penyakit

Udara Air Pangan Vekor Penular

Manusia

Variabel Kependudukan

(Umur, jenis kelamin, dsb)

Sakit Sehat Manajemen

Penyakit

Variabel lain seperti iklim, topografi, dll


(51)

kecil (50nm) dan memiliki RNA tunggal. Genome (rangkaian kromosom) virus Dengue berukuran panjang sekitar 11.000 pasangan basa dan tiga gen protein struktural (Kemenkes RI, 2013).

Terdapat 4 serotipe virus antara lain DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN-4. Dari keempat virus tersebut, DEN-3 sangat berkaitan dengan kasus DBD berat di Indonesia. Host (manusia) yang telah terinfeksi oleh salah satu virus dari keempat virus tersebut akan menyebabkan kekebalan seumur hidup terhadap serotipe virus yang bersangkutan (Kemenkes RI, 2013).

b. Simpul 2: Media Transmisi Penyakit

Media transmisi penyakit dalam simpul ke-2 adalah komponen lingkungan yang terdiri atas 5 komponen antara lain udara ambient, air baik dikonsumsi maupun keperluan lainnya, tanah/ pangan, binatang/ serangga penular/ vektor dan manusia melalui kontak langsung. Apabila agen penyakit tidak terdapat di dalam media transmisi, maka tidak berpotensi penyakit. Binatang atau vektor penular dikatakan memiliki potensi dan menjadi media transmisi jika di dalamnya terdapat virus (Achmadi, 2014)

Dalam hal kejadian penyakit DBD, penyakit ini ditularkan melalui nyamuk. Di Indonesia teridentifikasi bahwa terdapat 3 nyamuk yang dapat menularkan virus Dengue yaitu nyamuk Aedes albopictus, Aedes aegypti dan Aedes scutellaris (Kemenkes


(52)

RI, 2013). Nyamuk yang paling sering menimbulkan terjadinya penyakit DBD adalah nyamuk Aedes aegypti yang berwarna hitam kecoklatan dengan bintik-bintik putih pada bagian kepala, torak, abdomen dan kaki (Ditjen P2M & PL, 2007; Kemenkes RI, 2013).

c. Simpul 3: Perilaku Pemajanan (Behavioral Exposure)

Menurut Achmadi (1987) hubungan interaktif antara komponen lingkungan dengan penduduk berikut perilakunya dalam konsep disebut perilaku pemajanan atau behavioral exposure (Achmadi, 2014). Dalam kejadian DBD, beberapa hasil penelitian menyimpulkan bahwa perilaku 3M Plus berhubungan dengan kejadian DBD (Afriza dan Nasriati, 2012; Hutagalung, Halim dan Koto, 2011). Selain dari faktor perilaku, faktor dari host sendiri seperti umur, jenis kelamin, status gizi, pengetahuan, pekerjaan juga berhubungan dengan DBD (WHO, 2009; Wahyono dkk, 2010; Hakim dan Asep, 2012; Hasan, Alfiah dan Nurbaya, 2013; Hutagalung, Halim dan Koto, 2011).

d. Simpul 4: Kejadian Penyakit

Penyakit pada penduduk merupakan hasil hubungan interaktif antara lingkungan dengan penduduk. Dalam piramida ditsribusi kejadian penyakit terdapat tiga gradasi penderita penyakit yaitu akut, subklinik, dan penderita penyakit kategori samar atau subtle.


(53)

Akan tetapi, dalam kejadian penyakit DBD ini outcome nya adalah angka Incidence Rate (IR) DBD.

e. Simpul 5: Variabel Supra Sistem

Simpul ke-5 ini adalah variabel-variabel yang dapat mempengaruhi keempat simpul seperti variabel iklim, topografi, temporal dan suprasystem (Achmadi, 2014).

1) Suhu udara

Dalam Permenkes No.35 Tahun 2012, suhu memiliki hubungan erat dengan siklus perkembangan nyamuk dan berpengaruh langsung terhadap perkembangan parasit di dalam tubuh vektor nyamuk. Rata-rata suhu optimum untuk perkembangbiakan vektor berkisar antara 25°C-27°C dan memerlukan rata-rata selama 12 hari. Pada suhu di atas suhu optimum (32°C-35°C) siklus hidup untuk vektor nyamuk Aedes menjadi lebih pendek dengan rata-rata selama 7 hari, potensi frekuensi feeding lebih sering, ukuran tubuh nyamuk menjadi lebih kecil dari ukuran normal sehingga nyamuk bergerak lebih agresif. Perubahan tersebut dapat menimbulkan risiko penularan menjadi 3 kali lipat lebih tinggi (Kemenkes RI, 2012).

Penelitian yang dilakukan oleh Sintorini (2007) di DKI Jakarta menunjukkan terdapat hubungan antara suhu dengan DBD. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh


(54)

Costa et al (2010) di Brazil menunjukkan terdapat hubungan antara suhu dengan DBD. Dalam penelitian tersebut mengatakan bahwa variasi suhu dapat berdampak pada kegiatan reproduksi dan kelangsungan hidup nyamuk Aedes aegypti. Akan tetapi, penelitian yang dilakukan oleh Dini, Fitriany dan Wulandari (2010) di Kabupaten Serang tahun 2007-2008 menunjukkan tidak ada hubungan antara suhu udara dengan kejadian DBD (Pvalue = 0,321; r = 0,212).

2) Kelembaban udara

Dalam Permenkes No.35 Tahun 2012, kelembaban juga dapat mempengaruhi umur vektor nyamuk. Kelembaban berada dibawah 60 % umur nyamuk pendek sehingga potensi sebagai vektor semakin menurun (Kemenkes RI, 2012). Penelitian yang dilakukan oleh Dini, Ftriany dan Wulandari (2010) di Kabupaten Serang tahun 2007-2008 menunjukkan tidak ada hubungan antara kelembaban dengan kejadian DBD (Pvalue = 0,941; r = -0,016). Akan teteapi, penelitian yang dilakukan oleh Costa et al (2010) di Brazil menunjukkan terdapat hubungan antara kelembaban dengan DBD. Dalam penelitian tersebut mengatakan bahwa variasi kelembaban dapat berdampak pada kegiatan reproduksi dan kelangsungan hidup nyamuk Aedes aegypti.


(55)

3) Curah hujan

Dalam Permenkes No.35 Tahun 2012, curah hujan dapat mempengaruhi umur vektor nyamuk. Curah hujan tinggi dan terus menerus dapat mengakibatkan lingkungan menjadi banjir yang menyebabkan breeding places hanyut. Hal ini dapat membantu mengurangi populasi nyamuk. Akan tetapi, curah hujan yang sedang dalam waktu panjang akan menambah breeding places sehingga berisiko terhadap meningkatnya populasi vektor nyamuk (Kemenkes RI, 2012).

Penelitian yang dilakukan oleh Sintorini (2007) di DKI Jakarta menunjukkan terdapat hubungan yang bermakna antara curah hujan dengan DBD. Hal ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Mu-Jean Chen et al (2012) di Taiwan tahun 1994-2008 menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara curah hujan dengan penyakit Dengue (Pt-test = 0,0212; CI 1,53-2,52).

4) Kecepatan angin

Kecepatan angin adalah rata-rata laju pergerakan angin yang merupakan gerakan horizontal udara terhadap permukaan bumi suatu waktu yang diperolehdari hasil pengukuran harian dan dirata-ratakan setiap bulan dan memiliki satuan knot. Satuan yang biasa digunakan dalam


(56)

menentukan kecepatan angin adalah km/jam atau knot (1 knot = 0,5148m/det = 1,854 km/jam) (Neiburger, 1995 dalam Ernyasih, 2012).

Kecepatan angin secara tidak langsung dapat mempengaruhi suhu udara dan kelembaban. Sedangkan, secara langsung dapat mempengaruhi kemampuan terbang vektor nyamuk. Menurut Brown (1983) nyamuk Aedes aegypti mempunyai jarak terbang sejauh 50-100 mil atau 81-161 km (Fitriyani, 2007). Kecepatan angin 11-14 m/detik dapat menghambat aktivitas terbang nyamuk sehingga menyebabkan penyebaran vektor juga terbatas (Vanleeuwen, 1999).

Menurut teori yang dikemukakan oleh Poorwo dalam Purba (2006) angin sangat mempengaruhi arah terbang nyamuk dan nyamuk melakukan perkawinan di udara. Andriani dalam Dini (2010) menyatakan bahwa semakin tinggi kecepatan angin, maka semakin sulit nyamuk untuk terbang. Sebab, tubuh nyamuk yang kecil mengakibatkan mudah terbawa angin. Oleh karena itu, nyamuk sulit untuk berpindah-pindah tempat dengan jarak yang jauh, sehingga kemungkinan penularan akibat nyamuk menjadi kecil. Penelitian oleh Dini (2010) menyatakan tidak ada hubungan bermakna antara kecepatan angin dengan insiden DBD.


(57)

5) Kepadatan Vektor

Semakin tinggi angka kepadatan vektor akan meningkatkan risiko penularan penyakit DBD (WHO, 2000 dalam Fathi, Keman dan Wahyuni, 2005). Penelitian yang dilakukan oleh Devriany (2012) di Provinsi Sulawesi Selatan tahun 2011 menunjukkan ada hubungan antara angka bebas jentik (ABJ) dengan tingkat endemisitas DBD. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Nalole (2010) secara spasial di Gorontalo bahwa terdapat hubungan antara ABJ dengan tingkat endemisitas DBD. 6) Rumah Sehat

Rumah sehat adalah bangunan tempat berlindung dan beristirahat serta sebagai sarana pembinaan keluarga yang menumbuhkan kehidupan sehat secara fisik, mental dan sosial sehingga seluruh anggota keluarga dapat bekerja secara produktif. Menurut American Public Health Association (APHA) rumah dikatakan sehat, salah satunya adalah apabila dapat melindungi penghuninya dari penularan penyakit menular dengan memiliki penyediaan air bersih, sarana pembuangan sampah dan saluran pembuangan air limbah yang saniter dan memenuhi syarat kesehatan.


(1)

BA DAN KES ATUAN BA NGSA PO LITI I< DAN PERLI NDUNGA N M ASYARAKAT

ME MBACA MENG INGAT

MEMPERHATIKAN

NAMA NIM FAKULTAS JU DUL PENELITI AN LOKASI PENELI TIAN LAMA PENELITIAN MAKSUD DAN TUJUAN

K ES B AN GP ' L I

MA S

JI.P u s pit e k No,l,Kecamatan Setu Kot a Tangera n g S e l a tan - Prov B<lllt c n

SURAT IZI N PENELITIAN

Nomor : 0701 lSq" IKes bangpolinmas/2016

Surat dari Universitas Islam Negeri Jakarta, Nomor : Un ,01 /F10/Tl.00/3069/2015

Ta ngg al30 September 20 15 Pel'ihal Permohonan Izin Peng am bi lan Data, 1. Kep utusan Mentel'i Dalam Negeri Nomor 130 Tahun 2003 tentang

Orga nisasi dan Tata Kerj a Departemen Dal am Negeri.

2, Sural Keputusan Menteri Dala m Negeri Nomor : SD,6 /2/1 2 Tang gal 5 Ju li i

sn.

tentang Kegiaiclr! Riset dan Su,vei diwajibkan melapor di ri kepada Gubernur Ke pala Daerah atau Pejabat yang ditunjuk ,

3. Keputusa n Direktur Jenderal Sosial Politik Nomor : 14 Ta hu n 1981 tentang Surat Pem beritahuan Penelilian (SPP).

Proposal Penelitian Ybs.

MEMB ERITAH UKAN BAHWA:

Rizkia Amalia

11 111 04000030

Kedo kteran dan Ilmu Kesehatan

"ANAL/SIS SPA TlAL TEMPORAL PENYA KIT DEMAN BERDARAH DENGUE ( DBD ) 01 KOTA TA NGERANG SELATAN TAHUN 2010 -2014"

Kota Tangerang Selatan April s.d Juni 2016

Untuk mengetahui gam baran distribusi spasial dan tem poral kasu s DBD se l1 ingga d2. ;Jat melihat daerah end om is DBD dan juga daera h yang berpotensi terj adi KLB DBD diwi layah Kota Tan gerang Selatan".

Sehubungan dengan maksud dan tujuan terse but diatas dan berdasarkan pertimbangan kelengkapan penelitian, dengan ini memberikan izin kepada yang be rsangkuta n untuk melak ukan penelitia n di lokasi yang diluju dengan me menu hi ketentuan sebagai berikut :

1. Sebelum melakukan keg iatan Penelili,1n harus melaporkan kedatangannya kepada Walikota Cq Kepal a Badan Kesbangpolinmas dengan menunjukkan sura l pemberitahuan.

2. Tidak dibenarkan melakukan Peneliti an ya ng lidak sesuai/tid ak ada kaitann ya dengan jud ul penelitian dimaksud. 3, Harus mentaati ketentu an perundang -undangan yang be rl aku serta mengindahka n ad at istiadat setempat. 4. Apabila masa berlaku Surat Pemberitahuan ini sudah berakh ir, sedangkan pelaksan aan penelitian belum selesai,

perpanjangan penelitian harus diajukan kembali kepada instansi pemohon,

5, Hasil kajian/peneliti an agar dapat diserahkan 1 (satu) eksem plar ke pada Badan Kesbangpolinm as Kota Tangerang Selatan,

6. Surat Pemberitahuan ini akan dicabut kembali dan dinyatakan tidak berlaku , apabila ternyata pemegang Su rat Pemberitahuan ini tidak mentaati/m eng indahka n kete ntuan-ketentuan seperti lersebut diatas.

Dikelu ark an di

' 'V\' id od o N uu roh a d i.!VI M

N IP, 19670905199303 1 003

Tembusan:

1. Yth. Badan Kesbangpol Kota Tangerang Sel atan (Sebagai Laporan) ; 2. Yth. Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan;

3. Yang Bersangkutan; 4. Arsip


(2)

KEMENTERIAN AGAMA

trNrvERSrTAS rSLAM

NEGERT

(

trrN

)

SYARIF

HIDAYATULLAH

JAKARTA

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN

ILMU

KESEHATAN

,.

Kertamukti No. 5 pisangan ciputat

154re

ffiji;,"

, .*.**'lr:#t:'r[?

I-?;fi?l|d,tX:-fl?.,.

:-Nomor :

Un.0l/Fl0/TL.00l3ogotlZOtS

Larnpiran

:

-Hal

:

Permohonan

Izin

Pengambilan

Data

Kepada

Yth.

Kepala Dinas Kesehatan

Kota

Tangerang

Selatan

Jl. Witana l{arja Komplek

Sasmita Jaya

No.27

Pamulang, Banten

Telp.

(021) 744lSS7

Jakarta.

ToSepternber

201 5

Assalamu'alaikum

Wr.

Wb.

Dengan

hormat

karni

sampaikan. bahrva

mahasisrva

Prograrn

StLrdi

Ilmu

Keselratan

Masyarakat

lrakultas

Kedokteran

dan

ilmLr Kcschatan

(l--KIK)

LJIN

Syarif

llidavarLrllah

Jakarta Semester

Canjil

berikut

ini

sedarrg

menyusun

skripsi

dan akan

nrelaksanakarr

Studi Pendahuluan.

Nama

NIM

Semester

Judul skripsi

:

Rizki Amalia

:

1111104000030

:

IX

(Sembilan)

:

Analisis Spatialtemporal

Penyakit Demam Berdarah

Dengue

(DBD)

di Kota Tangerang Selatan Tahun 2010-2014

Sehubungatl

dengan

hal

tersebr-rt.

karni

rnolron

mahasisu,a

terscbr:t

diizinkan

untuk

me

lakukan studi perrdalruluan

di

instansi varrg rlapak/rbLr pirnpirr.

Dernikiarr

atas

perhatian

dan'

kerjasarnanya.

karli

ucapkan terima

kasih.

Wassalamu'alaikum

Wr.

Wb.

l-ern

busan:

Dckan

I-KlK

L'lN

Sr.arif I-lidararullah

.lakarra

ang Akademik.

liana, Sp.

OC

&

(K),

SFI


(3)

DINAS KESEHATAN

Jl.

Raya

Rawabuntu Rt.02l01,

Kelurahan Ciater,

Kecamatan

Serpong

i_:W./'

\;.::::.Lyy::--

Telepon

.

(021) 29307897

Fax

(021) 29307989

Nomor

Sifat

Hal

:

070F7tB

/Umpeg

:

Biasa

.

Pemberian

lzin

Tangerang

Selatan, 26

Januari 2016

Kepada

Yth,

Dekan,

FKIK,

UIN

Syarif

Hidayatullah Jakarta

di

-TEMPAT

Menindaklanjuti Surat

dari

FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarla,

Nomor

:

Un.01/F10/T1.00/3069b/2015,

tanggal

30

September

2015

perihal

Permohonan lzin

Pengambilan Data atas

nama

:

Nama

:

RizkiAmalia

NIM

:1111104000030

Judul

:

"Analisis Spatialtemporal

Penyakit

Demam Berdarah

Dengue (DBD)

di

Kota

Tangerang

SelatanTahun

2013-2015".

Pada dasarnya kami Dinas Kesehatan

Kota

Tangerang Selatan

tidak

keberatan

untuk

memberikan

izin,

adapun

dalam

pelaksanaan

agar

berkoordinasi

dengan Kepala

UPT

Puskesmas

yang akan

dikunjungi

dan

memberikan laporan

atau

hasil kegiatan tersebut

kepada Dinas Kesehatan

Kota

Ta

ng

e ra

ng

Se I

ata

n.

Demikian

atas

perhatian

dan

kerjasama

saudara, kami

mengucapkan

terima

kasih.

KEPALA DINAS KESEHATAN

KOTA

TANGERANG

SELATAN,

Tembusan

:

1.

Yth, Walikota

Tangerang

Selatan

2.

Kepala UPT Puskesmas se-Kota Tangerang Selatan

3.

Yang

Bersangkutan.

Pembina

Tk

I


(4)

KEMENTERIAN

AGAMA

TNTVERSITAS

ISLAM

NEGERI

(

TIIN

)

SYARIF ITIDAYATULLAH JAKARTA

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN

ILMU

KESEHATAN

Il. Kertamukti No. 5 Pisangan Ciputat 15419

Telp.

: (62-21) 74716718 Fax : (62-21) 740498s Website : www.uinjk.ac.id; E-mail : fkik@uinjlct.ac.id

Nomor

:

Lampiran

:

IIal

:

L.in.0 I

/l:

I 0,rl-l-.00

I 3o

{z

t

l2O I 5

Permohonan

Izin

Pengambilan

Data

.lakarta.?o

Scptcrlbcr

20 1,5

Kepada

Yth.

Kepala Badan

Pusat

Statistik

(BPS)

Kota

Tangerang

Selatan

Jl.

Raya Pahlarvan Seribu - Puspiptek Kel. Kademangan

Kec. Setu

'I'angerang Selatan

15313,

'l'elp

(62-2l)

75791502

Assalamu'alaikum

Wr.

Wb.

Dengan

hormat

kami

sampaikan,

bahwa

mahasiswa

Program

Studi

llmu

Kesehatan

N4asyarakat Fakultas Kedokteran

dan

Ilmu

Kesehatan

(FKIK) UIN

Syarif

Hidayarullah

.lakarta Semester

Canjil

berikut

ini

sedang menyusun

skripsi dan

akarr melaksanakan

StLrdi

Pendahuluan.

Nama

NIIVl

Semester

Judul skripsi

:

Rizki

Arnalia

:

I

I

I

I

104000030

:

IX

(Sembilan)

:

Analisis Spatiultemporal

Penyakit Dernarn []erdarah [)ensuc

(DBD)

di

Kota

Tangerang

Selaran

-l-ahun

20l.0-20it4

Sehubungan

dengan

hal

tersebut.

kami

mohon

mahasiswa tersebut

diizinkan

untuk

melakukan studi pendahuluan

di

instansi

yangBapaVlbu pimpin.

Demikian

atas

perhatian dan kerjasamanya. kami ucapkan

terima

kasih.

Wassalamu'alaiku m

Wr.

\1,b.

'T-enrbusan:

l)ekan

FKIK

IJIN

Syarif

Hidal'atullah

Jakarta

A

rdjana.

Sp.

OC

&

(K


(5)

KEMENTERIAN AGAMA

TINWERSITAS

ISLAM NEGERI

(

UIN

)

SYARIF

HIDAYATULLAII

JAKARTA

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN

ILMU

KESEHATAN

I.

Kerramukti No.5 pisangan ciputat

r54re

ffil;u"

,

K'.]r:;:':'rl:;fr;,{1,;ldi,Xi,T:,,

Nomor

:

Un.0l/F10iTL.00l

?olT

0, 12015

Lampiran

:

I

(satu)Eksemplar

l-lal

:

Permohonan

Tarif

Nol Rupiah

[Jntuk

Penga

mtrilan

Data

Jakarta.

l<.r

September

20 1 5

Kepada Yth.

Kepala

Kantor

Pusat Badan

Meteorologi,

Klimatologi,

dan Geofisika

(BMKG)

Jl.

KP

Bulak

Raya Cempaka Putih

-

Ciputat

Assalamu'

ula ik

um lVr.

Wb.

Dengarr

hormat,

Dalam

rangka pencarian data

untuk mata kuliah

skripsi

maka

karni

nrohon

bantuan

pengadaan data-data

bagi

mahasiswa

Program

Studi

Kesehatan

Masyarakat

Fakultas

Kedokteran dan

Ilmu

Kesehatan

(FKIK) UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta berikut

ini:

Nama

:

Rizki

Amalia

NIM

: ll

lll0l000030

.lurusan/Fakultas :

KeselratanMasyarakat/FakultasKedokterandanIlntuKcschatan

Pernbirnbing/Prornotor

:

Minsarnawati Tahangnacca.

Sl"M. M.

Kes.

Riastuti Kusuma Wardarri.

MKM

:

Maret 2016

:

Analisis

Spatiultentp<tral Perryakit

Demar.rr

Berdaralr

Dcnguc

(DBD)

di

Kota Dcpok

dan

Kota

Tangerang

Selatan 'l'ahLrn

2010-2014

. l.

Suhu

udara

2.

Kelembaban

3.

Curah hujan

4.

Kecepatan angin

.

Kota Depok

dan

Kota Tangerang

Selatan

.

Tahun

2010-2014

Sehubungan

dengan

hal

tersebut,

kami mohon Bapak/lbu

dapat memberikan izin

kepada

mahasisu,a tersebut.

Dernikian.

atas

perhatian dan

ker.iasama

Bapak/lbu. kami ucapkan tcrima kasilr.

lVassa Ia

mu'

aI a i k u

m

ll1r.

lVh.

'l-embusan:

Dekan

FKIK UIN

Sy,arif Hidayatullah

Perkiraan Waktu

Selesainya

Judul

Data yang

dicari

Lokasi

Periode waktu

(<

idang

Akadcrnik.

r. H. Sardjana.

Sp.

OG

&

Jakarta


(6)

KEMENTERIAN

AGAMA

UNTYERSITAS

ISLAM

NEGERI

(

IIIN

)

SYARIF HIDAYATT]LLAH JAKARTA

FAKTJLTAS

KEDOKTERAN DAN

ILMU

KESEHATAN

r.

Kertamukti No 5 pisangan ciputat

1541e

lijl;n"

',lffitl,l{i'f'rll

Ifr;,fii3,l'd,1,ii,1T.

.

--Nomor

Lampiran

Hal

:

Urr.0l/FI0/"tL.00t

?r18 AtZOtS

:

I

(satu) Eksemplar

:

Permohonan

Tarif

Nol Rupiah

Untuk

Pengambilan Data

Kepada Yth.

Kepala

Kantor

Pusat Badan

Meteorologi,

Klimatologi,

dan Geofisika

(BMKG)

.II.

KP Bulak

Raya Cempaka Putih

-

Ciputar

Assa Ia

mu'

a lo ik

um Wn

Wb.

Dengan hormat, yang bertanda

tangan

di

bawah

ini:

Nama

NIM

Nama instansi

.labatan

Alamat

IIP/E-Mail

Kegiatan

Deskripsi Kegiatan

.lenis Informasi

Periode

Lokasi/wilayah

Jakafta.go

September

201 5

Rizki

Amalia

ril1t01000030

FKIK UIN

Syarif

Hidayarullah

Jakarra

Mahasiswi

Jl. Sankis No.23 RT004/010 Perum. Depok Jaya Agung, Depok I 6435

082

I

I

304

7 625

/

eshimizudani40T

@gmai

l.com

Dengan

ini

mengajukan permohonan pengenaan

tarif

sebesar

Rp.0,00

(nol

rupiah)

atas

PNBP untuk:

I

nformasi Meteorologi,

K I i

rratologi.

dan Ceofi

s i ka

Data

r-rntuk

skripsi dalam menyclcsaikarr pcnclidikarr

S I

l.

Suhu

udara

2.

Kelelnbaban

3.

Cural.r

hu.ian

4.

Kecepatan angin

Tahun 2010-2014

Kota Depok dan Kota Tangerang

Selatarr

Sehubungan dengan

hal

tersebut,

kami

mohon Bapak/lbu dapat

rnemberikan izin

kepada mahasiswa tersebut.

Demikian,

atas

perhatian

dan

kerjasama Bapak/lbu,

kami

ucapkan terima

kasih.

ll/ass

a la

mu' alaik

um

Wr.

Wb.

l-embusan:

Dekan

FKIK

UIN

n Bidang Akadernik.

I'1.

Sard-iana. Sp.

OC

&

416

198709

I

00t

Syari

f

H

idayatul lah Jakarta