Hubungan Gejala Pramenstruasi dengan Gejala Awal Kehamilan di Klinik Bersalin Sumi Medan

(1)

(2)

(3)

(4)

Judul : Hubungan Gejala Pramenstruasi dengan Gejala Awal Kehamilan di Klinik Bersalin Sumi Medan

Nama : Devi Arisanty Nasution NIM : 111101088

Jurusan : Ilmu Keperawatan Tahun : 2015

ABSTRAK

Setiap fase reproduksi ditandai dengan perubahan neuroendokrin dan psikososial. Beberapa wanita cenderung berulang kali mengalami gejala fisik dan psikologis selama fase reproduksi yang berbeda. Ada hubungan antara gejala pramenstruasi dengan depresi postpartum dan dengan gejala perimenopause, tapi belum ada penelitian yang menghubungkan keseluruhan antara gejala pramenstruasi dengan gejala awal kehamilan, hanya ada penelitian yang menghubungkan gejala yang sama antara kedua fase tersebut. Gejala pramenstruasi yaitu keluhan yang muncul sebelum menstruasi dan terjadi 7-10 hari menjelang menstruasi. Gejala awal kehamilan adalah keluhan fisik dan psikologis yang muncul pada wanita diawal kehamilannya. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan adanya keterkaitan antara gejala pramenstruasi dengan gejala awal kehamilan. Desain yang digunakan pada penelitian ini adalah deskriptif korelasi dengan sampel primigravida yang sudah melewati trimester pertama serta memeriksakan kehamilan di Klinik Bersalin Sumi Medan. Jumlah responden 40 orang yang diambil menggunakan teknik total sampling. Pengumpulan data dilakukan pada tanggal 28 April sampai 31 Mei 2015 menggunakan kuesioner berisi data demografi, kuesioner gejala pramenstruasi dan kuesioner gejala awal kehamilan. Hasil penelitian ini mendapatkan mayoritas responden mengalami gejala pramenstruasi ringan (52,5%) dan gejala awal kehamilan sedang (65,0%). Uji spearman menunjukkan gejala Pramenstruasi berhubungan positif dengan gejala awal kehamilan (r = 0,462) dengan nilai signifikan yang dapat diterima dimana p = 0,003 (p<0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak yang berarti ada hubungan antara gejala pramenstruasi dengan gejala awal kehamilan di Klinik Bersalin Sumi Medan. Penelitian membuktikan bahwa sensitivitas hormon reproduksi sangat berperan dalam menentukan sifat gejala pada fase reproduksi yang berbeda, keparahan gejala selama fase pramenstruasi secara signifikan terkait dengan keparahan gejala selama awal kehamilan.


(5)

Title : Correlation between Pre-menstruation Symptom and

Initial Pregnancy Symptom at Sumi Maternity Clinic, Medan Name : Devi Arisanty Nasution

Std. ID Number : 111101088 Department : Nursing Science Academic Year : 2015

ABSTRACT

Each reproductive phase is indicated by the change in neuro-endocrine and psychososial. Some women frequently tend to undergo physical and psychological symptoms. There is the correlation of pre-menstruation symptom. However, there is no research which studies the correlation between pre-menstruation symptom and initial pregnancy symptom although there is a research which studies the same symptoms in both phases. Pre-menstruation symptom is complaint before menstruation and it occurs 7-10 days before menstruation. Initial pregnancy symptom is physical and psychological disturbance in women in their initial pregnancy. The objective of the research was to prove the correlation between pre-menstruation symptom and initial pregnancy symptom. The research used descriptive correlation method with primigravida samples that had passed the first trimester and pregnancy examination in Sumi Maternity Clinic, Medan. The Samples were 40 respondents, taken by using total sampling technique. The data were gathered by distributing questionnaires about demographic data, pre-menstruation, and initial pregnancy from April 28 to May 31, 2015. The result of the research showed that 52,5% of the respondents underwent mild pre-menstruation symptom, and 65% of the respondents underwent initial pregnancy symptom. The result of Spearman test showed that pre-menstruation symptom had positive correlation with initial pregnancy symptom (r = 0,462) and p-value = 0,003 (p < 0,05) which indicated that Ho was rejected so that there was the correlation between pre-menstruation symptom and initial pregnancy symptom at Sumi Maternity Clinic, Medan. It was also found that reproductive hormone sensitivity played its important role in determining the nature of symptom in different reproductive phases. The seriousness of symptom during pre-menstruation phase had significant correlation with the seriousness of symptom during initial pregnancy.


(6)

Prakata

Syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini, dengan judul “Hubungan Gejala Pramenstruasi dengan Gejala Awal Kehamilan di Klinik Bersalin Sumi Medan” skripsi ini disusun dengan tujuan untuk memenuhi salah satu persyaratan mencapai gelar sarjana pada Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

Skripsi ini saya persembahkan buat Ibunda dan Ayahanda tercinta dan tersayang yang sangat saya banggakan yang telah memberikan kasih sayang, kekuatan dan dukungan secara materi, motivasi dan spiritual serta doa yang penuh harap tanpa putus-putusnya. Terima kasih untuk semuanya yang telah kalian berikan.

Dalam menyelesaikan skripsi ini saya banyak mendapatkan dukungan, bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, untuk itu saya mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada :

1. dr. Dedi Ardinata, M.Kes sebagai dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

2. Erniyati, S.Kp MNS selaku pembantu dekan I Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

3. Nur Afi Darti, S.Kp, M.Kep, selaku dosen pembimbing skripsi atas waktu yang diluangkan dalam memberikan saran, bimbingan, dan sumbangan pemikiran sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

4. Dr. Siti Saidah Nasution, M.Kep, Sp.Mat dan Ners Asrizal, M.Kep, RN, WOC(ET)N, CHt.N selaku dosen penguji, yang telah banyak memberikan kritik dan masukan yang berharga demi kesempurnaan skripsi ini.

5. Seluruh dosen Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara beserta Staf yang telah membantu selama proses pendidikan.

6. Pimpinan Klinik Bersalin Sumi, Ibu Sumiariani beserta Staf yang telah banyak membantu dalam proses pengumpulan data.


(7)

7. Kakak dan Abang tersayang yang telah banyak memberikan motivasi dan doa, nya dalam menyelesaikan skripsi ini.

8. Sahabat saya Anestia Rovitri yang teristimewa yang selalu ada saat penulis butuh bantuan juga memberi doa, dukungan, dan motivasi yang banyak membantu demi kelancaran skripsi ini.

9. Buat Irma Damayanti terima kasih buat dukungan selama ini, buat kebersamaan yang tak pernah tergantikan.

10. Buat teman-teman, Afina, Desi Amel, Nurul, Puan, Ruri, Tiwi dan Ugi, terima kasih buat dukungannya selama ini dan telah banyak meluangkan waktu dan pikirannya demi kelancaran penulisan skripsi ini.

11. Buat teman-teman seperjuangan Gustiana Putri, Fitria Ramadhani dan Desi Deria, terima kasih buat suka duka yang kita jalani selama ini.

12. Rekan-rekan mahasiswa Keperawatan 2011 yang sama-sama berjuang dalam menyelesaikan skripsi, terima kasih buat dukungannya.

Semoga ketulusan dan kebaikan yang telah diberikan kepada saya dibalas oleh Allah SWT dan menjadi berkah bagi kita semua. Saya menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan skripsi ini masih terdapat kekurangan. Oleh karena itu saya dengan senang hati menerima segala kritik dan saran yang membangun guna memperbaiki kesempurnaan tulisan ilmiah ini. Saya berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi peningkatan pengetahuan dan wawasan kita semua. Amin.

Medan, Juni 2015 Penulis

Devi Arisanty Nasution Nim : 111101088


(8)

Daftar Isi

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ... ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

ABSTRAK ... iv

PRAKATA ... vi

DAFTAR ISI... viii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR SKEMA ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

BAB 1. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang... 1

2. Rumusan Masalah... 3

3. Pertanyaan Penelitian ... 3

4. Tujuan ... 4

4.1. Tujuan Umum... 4

4.2. Tujuan Khusus ... 4

5. Manfaat Penelitian ... 4

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 1. Konsep Pramenstruasi ... 6

1.1. Pengertian Pramenstruasi ... 6

1.2. Siklus Menstruasi ... 6

1.3. Gejala-gejala Pramenstruasi ... 7

1.4. Penyebab Gejala Pramenstruasi... 12

2. Konsep Kehamilan ... 13

2.1. Pengertian Kehamilan... 13

2.2. Perubahan Hormonal Awal Kehamilan ... 14

2.3. Gejala-gejala Awal Kehamilan... 15

2.4. Penyebab Gejala Awal Kehamilan ... 21

BAB 3. KERANGKA PENELITIAN 1. Kerangka Konseptual ... 22

2. Definisi Operasional ... 23


(9)

BAB 4. METODOLOGI PENELITIAN

1. Desain Penelitian ... 26

2. Populasi dan Sampel Penelitian... 26

2.1. Populasi ... 26

2.2. Sampel ... 26

3. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 27

4. Pertimbangan Etik ... 27

5. Instrumen Peneliitian ... 27

6. Uji Validitas dan Reliabilitas... 29

6.1. Uji Validitas... 29

6.2. Uji Reliabilitas... 30

7. Pengumpulan Data... 30

8. Analisa Data ... 31

BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Hasil Penelitian... 34

1.1. Analisis Univariat ... 34

1.1.1. Karakteristik responden ... 34

1.1.2. Gejala Pramenstruasi... 35

1.1.3. Gejala Awal Kehamilan ... 36

1.2. Analisis Bivariat ... 36

2. Pembahasan ... 37

2.1. Gejala Pramenstruasi di Klinik Bersalin Sumi ... 37

2.2. Gejala Awal Kehamilan di Klinik Bersalin Sumi ... 41

2.3. Hubungan Gejala Pramenstruasi dengan Gejala Awal Kehamilan di Klinik Bersalin Sumi ... 44

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan ... 47

2. Saran ... 48

DAFTAR PUSTAKA ... 49

LAMPIRAN 1. Penjelasan Tentang Penelitian... 53

2. Lembar Persetujuan Menjadi Responden... 54

3. Kuisioner Penelitian ... 55 4. Lembar Persetujuan Validitas ...


(10)

5. Hasil Uji Reliabilitas ... 61

6. Hasil Analisis Data... 63

7. Master Tabel... 80

8. Surat Persetujuan Komisi Etik ... 82

9. Surat Izin Uji Reliabilitas... 83

10. Surat Balasan Izin Uji Reliabilitas ... 84

11. Surat Izin Penelitian ... 86

12. Surat Balasan Izin Penelitian ... 87

13. Lembar Pernyataan Keaslian Terjemahan Abstrak... 88

14. Lembar Bukti Bimbingan... 89

15. Jadwal Penelitian... 94

16. Anggraran Dana ... 95


(11)

Daftar Tabel

Tabel 3.1. : Definisi Operasional Penelitian Hubungan Gejala Pramenstruasi dengan Gejala Awal Kehamilan di Klinik Bersalin Sumi

Medan... 24 Tabel 4.1. : Penafsiran Uji KorelasiSpearman... 32 Tabel 5.1. : Distribusi frekuensi dan persentase karakteristik ibu hamil di Klinik

Bersalin Sumi Medan ... 35 Tabel 5.2. : Distribusi frekuensi dan Persentase tingkat gejala pramenstruasi

di Klinik Bersalin Sumi Medan ... 35 Tabel 5.3. : Distribusi frekuensi dan persentase tingkat gejala awal kehamilan

di Klinik Bersalin Sumi Medan ... 36 Tabel 5.4. : Hasil analisa hubungan antara gejala pramenstruasi dengan gejala


(12)

Daftar Skema

Skema 3.1. : Kerangka Konsep Penelitian Hubungan Gejala Pramenstruasi dengan Gejala Awal Kehamilan di Klinik Bersalin Sumi Medan ... 23


(13)

Daftar Gambar


(14)

Judul : Hubungan Gejala Pramenstruasi dengan Gejala Awal Kehamilan di Klinik Bersalin Sumi Medan

Nama : Devi Arisanty Nasution NIM : 111101088

Jurusan : Ilmu Keperawatan Tahun : 2015

ABSTRAK

Setiap fase reproduksi ditandai dengan perubahan neuroendokrin dan psikososial. Beberapa wanita cenderung berulang kali mengalami gejala fisik dan psikologis selama fase reproduksi yang berbeda. Ada hubungan antara gejala pramenstruasi dengan depresi postpartum dan dengan gejala perimenopause, tapi belum ada penelitian yang menghubungkan keseluruhan antara gejala pramenstruasi dengan gejala awal kehamilan, hanya ada penelitian yang menghubungkan gejala yang sama antara kedua fase tersebut. Gejala pramenstruasi yaitu keluhan yang muncul sebelum menstruasi dan terjadi 7-10 hari menjelang menstruasi. Gejala awal kehamilan adalah keluhan fisik dan psikologis yang muncul pada wanita diawal kehamilannya. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan adanya keterkaitan antara gejala pramenstruasi dengan gejala awal kehamilan. Desain yang digunakan pada penelitian ini adalah deskriptif korelasi dengan sampel primigravida yang sudah melewati trimester pertama serta memeriksakan kehamilan di Klinik Bersalin Sumi Medan. Jumlah responden 40 orang yang diambil menggunakan teknik total sampling. Pengumpulan data dilakukan pada tanggal 28 April sampai 31 Mei 2015 menggunakan kuesioner berisi data demografi, kuesioner gejala pramenstruasi dan kuesioner gejala awal kehamilan. Hasil penelitian ini mendapatkan mayoritas responden mengalami gejala pramenstruasi ringan (52,5%) dan gejala awal kehamilan sedang (65,0%). Uji spearman menunjukkan gejala Pramenstruasi berhubungan positif dengan gejala awal kehamilan (r = 0,462) dengan nilai signifikan yang dapat diterima dimana p = 0,003 (p<0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak yang berarti ada hubungan antara gejala pramenstruasi dengan gejala awal kehamilan di Klinik Bersalin Sumi Medan. Penelitian membuktikan bahwa sensitivitas hormon reproduksi sangat berperan dalam menentukan sifat gejala pada fase reproduksi yang berbeda, keparahan gejala selama fase pramenstruasi secara signifikan terkait dengan keparahan gejala selama awal kehamilan.


(15)

Title : Correlation between Pre-menstruation Symptom and

Initial Pregnancy Symptom at Sumi Maternity Clinic, Medan Name : Devi Arisanty Nasution

Std. ID Number : 111101088 Department : Nursing Science Academic Year : 2015

ABSTRACT

Each reproductive phase is indicated by the change in neuro-endocrine and psychososial. Some women frequently tend to undergo physical and psychological symptoms. There is the correlation of pre-menstruation symptom. However, there is no research which studies the correlation between pre-menstruation symptom and initial pregnancy symptom although there is a research which studies the same symptoms in both phases. Pre-menstruation symptom is complaint before menstruation and it occurs 7-10 days before menstruation. Initial pregnancy symptom is physical and psychological disturbance in women in their initial pregnancy. The objective of the research was to prove the correlation between pre-menstruation symptom and initial pregnancy symptom. The research used descriptive correlation method with primigravida samples that had passed the first trimester and pregnancy examination in Sumi Maternity Clinic, Medan. The Samples were 40 respondents, taken by using total sampling technique. The data were gathered by distributing questionnaires about demographic data, pre-menstruation, and initial pregnancy from April 28 to May 31, 2015. The result of the research showed that 52,5% of the respondents underwent mild pre-menstruation symptom, and 65% of the respondents underwent initial pregnancy symptom. The result of Spearman test showed that pre-menstruation symptom had positive correlation with initial pregnancy symptom (r = 0,462) and p-value = 0,003 (p < 0,05) which indicated that Ho was rejected so that there was the correlation between pre-menstruation symptom and initial pregnancy symptom at Sumi Maternity Clinic, Medan. It was also found that reproductive hormone sensitivity played its important role in determining the nature of symptom in different reproductive phases. The seriousness of symptom during pre-menstruation phase had significant correlation with the seriousness of symptom during initial pregnancy.


(16)

BAB 1 PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Selama masa reproduksi, wanita mengalami berbagai fase pergeseran hormon gonad estrogen dan progesteron secara signifikan, khususnya selama fase pramenstruasi, kehamilan, postpartum dan perimenopause. Perubahan hormonal sering dikaitkan dengan gejala psikologis dan fisik. (Steiner et al, 2003; Soares & Zitek, 2008)

Gejala pramenstruasi merupakan gejala yang muncul sebelum haid, seperti cemas, lelah, sulit konsentrasi, gangguan tidur, hilang energi, sakit kepala dan sakit pada payudara, terjadi 7-10 hari menjelang menstruasi. Perempuan yang peka terhadap faktor psikologis dan perubahan hormonal sering mengalami keluhan pada masa pramenstruasi (Winkjosastro, 2008)

Sampai akhir tahun 2007, jumlah wanita hamil diperkirakan 4.620.400 orang atau 3% dari jumlah penduduk Indonesia (Khaeruddin, 2007). Kehamilan merupakan peristiwa penting bagi wanita. Sebagian besar wanita menyambut kehamilan dengan gembira, tetapi adakalanya disertai kecemasan dan kesedihan. Beberapa wanita yang sangat mendambakan kehamilan cenderung senang dengan segala gejala kehamilan, tetapi sebagian wanita kaget dan belum siap menghadapi perubahan-perubahan yang terjadi pada dirinya (Llewellyn & Jones, 2005).

Gejala fisik dan psikologis pada awal kehamilan sering menimbulkan ketidaknyamanan bagi wanita hamil, sehingga perlu melakukan adaptasi. Untuk


(17)

mengantisipasi ketidaknyamanan wanita hamil terkait gejala fisik dan psikologis selama kehamilan, maka perlu pengetahuan dan kemampuan beradaptasi.

Stoppard (2008) mengatakan naik turunnya suasana hati dan serangan kecemasan pada awal kehamilan terjadi karena perubahan keseimbangan hormon di masa kehamilan memiliki efek depresan pada sistem syaraf, menyebabkan gejala yang serupa dengan yang dialami sebelum menstruasi. Gejala kehamilan seperti jerawat dikarenakan peningkatan kelenjar minyak yang ditimbulkan oleh perubahan hormon yang dialami beberapa ibu yang kurang beruntung, terutama mereka yang sering kali timbul jerawat sebelum menstruasi (Murkoff, 2006)

Hasil penelitian menyebutkan ada hubungan antara gejala pramenstruasi dan depresi postpartum (Pearlstein et al, 1990; Warner et al, 1991; Bloch et al, 2005). Ada hubungan antara gejala pramenstruasi dan gejala perimenopause (Binfa et al, 2004 Freeman et al, 2004). Wanita yang memiliki kepekaan tinggi terhadap perubahan hormonal lebih rentan mengalami gejala fisik dan psikologis selama fase reproduksi yang berbeda. (Payne et al, 2007; Soares & Zitek, 2008; Halbreich, 2010; Soares, 2010). Schmidt et al (1998) dalam penelitiannya mendapatkan bahwa perempuan dengan sindrom pramenstruasi dibandingkan perempuan tanpa sindrom pramenstruasi mengalami gejala psikologis dan fisik lebih tinggi ketika fungsi ovarium ditekan oleh leuprolide sementara estrogen dan progestreron diberikan. Demikian pula Bloch et al (2000) menunjukkan bahwa wanita dengan riwayat depresi postpartum dibandingkan wanita tanpa depresi postpartum mengalami gejala psikologis secara signifikan karena perubahan


(18)

hormonal kehamilan dan postpartum akibat penghentian mendadak pada hormon estrogen dan progesteron.

Hubungan antara fase reproduksi telah banyak diteliti. Namun hubungan antara gejala pramenstruasi dan gejala kehamilan mendapatkan sedikit perhatian sejauh ini, hanya ada satu studi mengenai hal ini. Sugawara et al (1997) menemukan bahwa wanita yang melaporkan iritabilitas selama fase pramenstruasi kecendrungan lebih tinggi mengalami gejala depresi dan cemas pada awal kehamilan. Namun, iritabilitas adalah satu-satunya gejala pramenstruasi yang diselidiki dalam penelitian ini.

Berdasarkan kondisi diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Hubungan gejala pramenstruasi dengan gejala awal kehamilan di Klinik Bersalin Sumi Medan”.

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dari latar belakang maka rumusan masalah pada penelitian ini yaitu bagaimana hubungan antara gejala premenstruasi dengan gejala awal kehamilan di Klinik Bersalin Sumi Medan

3. Pertanyaan Penelitian

Apakah ada hubungan gejala pramenstruasi dengan gejala awal kehamilan di Klinik Bersalin Sumi Medan?


(19)

4. Tujuan Penelitian 4.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan gejala pramenstruasi dengan gejala awal kehamilan di Klinik Bersalin Sumi Medan

4.2. Tujuan Khusus

4.2.1. Mengidentifikasi gejala pramenstruasi yang dialami ibu sebelum hamil di Klinik Bersalin Sumi Medan

4.2.2. Mengidentifikasi gejala awal kehamilan di Klinik Bersalin Sumi Medan

4.2.3. Mengidentifikasi hubungan gejala pramenstruasi dengan gejala awal kehamilan di Klinik Bersalin Sumi Medan

5. Manfaat Penelitian

5.1. Pendidikan Keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan menjadi referensi untuk pengembangan ilmu keperawatan terkait dengan hubungan gejala pramenstruasi dengan gejala awal kehamilan.

5.2. Pelayanan Keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan menjadi masukan kepada perawat dalam memberikan informasi dan asuhan keperawatan kepada wanita terutama wanita hamil terkait hubungan gejala pramenstruasi dengan gejala awal kehamilan.


(20)

5.3. Penelitian Keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan menjadi salah satu sumber bagi penelitian yang akan datang sehingga menjadi bahan acuan dalam menerapkan penelitian ilmiah.


(21)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

1. Konsep Pramenstruasi

1.1. Pengertian pramenstruasi

Pramenstruasi adalah fase luteal dalam siklus menstruasi, yang terjadi pada hari ke 14 setelah menstruasi sampai haid pertama kembali (Llewellyn & Jones, 2002).

1.2. Siklus menstruasi

Winkjosastro (2008) mengatakan haid ialah perdarahan secara periodik dan siklik dari uterus, disertai pelepasan (deskuamasi) endometrium. Panjang siklus haid ialah jarak antara tanggal mulainya haid yang lalu dan mulainya haid yang berikutnya. Hari mulainya perdarahan dinamakan hari pertama siklus, karena jam mulainya haid tidak diperhitungkan dan tepatnya waktu keluar haid dari ostium uteri eksternum tidak dapat diketahui, maka panjang siklus mengandung kesalahan ± 1 hari. Panjang siklus haid yang normal atau dianggap siklus haid yang klasik ialah 28 hari, tetapi variasinya cukup luas, bukan saja antara beberapa wanita tetapi juga pada wanita yang sama. Lama haid biasanya antara 3 –5 hari, ada yang 1 –2 hari diikuti darah sedikit-sedikit, dan ada yang sampai 7 –8 hari. Pada setiap wanita biasanya lama haid itu tetap.

Suparman (2012) mengatakan siklus haid terbagi atas dua fase utama, fase folikuler dan fase luteal. Fase folikuler dini, yang berawal pada hari pertama turunnya haid, ditandai oleh tingginya kadar FSH dan rendahnya kadar LH,


(22)

estradiol dan progesteron. Kadar FSH yang tinggi ini diperlukan untuk menstimulasi pertumbuhan folikel-folikel ovarium, sintesis estradiol oleh folikel dan proliferasi endometrium. Seiring berlangsungnya proses maturasi folikel dominan pada fase folikuler akhir, kadar estradiol meningkat tajam. Peningkatan estradiol ini memicu lonjakan LH pada pertengahan siklus haid (umpan balik positif estradiol terhadap sekresi LH). Lonjakan LH ini menginduksi proses ovulasi, yang menandai berakhirnya fase proliferasi. Ovulasi ini umumnya terjadi sekitar 14 hari sebelum periode menstruasi berikutnya.

Fase Luteal siklus haid ditandai dengan terbentuknya korpus luteum di bawah pengaruh LH sebagai hasil proses luteinisasi sel-sel granulose folikel yang pecah saat ovulasi terjadi. Korpus luteum ini mampu menghasilkan progesteron (dalam jumlah besar) dan estradiol (dalam jumlah moderat). Permulaan fase luteal ditandai dengan penurunan produksi estradiol dan ovarium, yang segera diikuti oleh peningkatan kadar progesteron dan estradiol hasil produksi korpus luteum pada pertengahan fase luteal. Sepanjang fase luteal kadar LH dan FSH terus turun ke titik terendah seperti pada permulaaan fase folikiler. Jika tidak terjadi fertilisasi, korpus luteum akan mengalami degenerasi sehingga kadar estradiol dan progesteron yang dihasilkan pun menurun tajam. Penurunan kedua hormon inilah yang menyebabkan peluruhan endometrium, yang dikenal sebagai menstruasi


(23)

Gambar 2.1. S

1.3. Gejala-ge

Banyak wanita antara dua minggu se tidak mengganggu a suasana hati dan perub tubuh yang sehat, se

2.1. Siklus Endometrium dan Perubahan Hor

-gejala pramenstruasi

nita merasakan perubahan suasana hati atau ge u sebelum haid. Perubahan biasanya tidak terlal u aktivitas. Sekitar 25% wanita yang mengal

perubahan fisik mengeluhkan perasaan berkura sehingga mengganggu aktivitas pribadi (Llew

Hormon

u gejala-gejala fisik lalu menonjol dan galami perubahan kurangmya kondisi lewellyn & Jones,


(24)

2005). Gejala memburuk seiring bertambahnya usia dan 5% perempuan mempunyai gejala yang sangat berat (Naylor, 2005).

a. Afektif

Gejala afektif yang terjadi seperti kesedihan, kecemasan, kemarahan, mudah tersinggung dan labilitas perasaan (Suparman, 2012). Cemas, mudah tersinggung, serta pikiran tegang, terjadi pada 80% wanita yang mengalami pramenstruasi berat (Yatim, 2001).

Saryono & Sejati (2009) menjelaskan gejala afektif terutama sedih dan marah ditandai dengan ingin mengkonsumsi makanan yang manis-manis (biasanya cokelat). Pada umumnya sekitar 20 menit setelah menyantap makanan yang manis dalam jumlah banyak, timbul gejala hipoglikemia seperti kelelahan, jantung berdebar dan pusing. Hipoglikemia timbul karena pengeluaran hormon insulin dalam tubuh meningkat. Rasa ingin menyantap makanan manis dapat disebabkan oleh stres, tinggi garam dalam diet makanan atau kurangnya magnesium. Gejala ini timbul akibat ketidakseimbangan hormon estrogen dan progesteron. Hormon estrogen terlalu tinggi dibandingkan dengan hormon progesteron. Pemberian hormon progesteron kadang diberikan untuk mengurangi gejala yang sangat berat. Tapi penelitian mengatakan kecemasan terjadi karena kekurangan vitamin B6 dan magnesium.


(25)

b. Kognitif

Suparman (2012) Memaparkan gejala kognitif yang terjadi adalah penurunan daya konsentrasi, ketidakmampuan memutuskan sesuatu, sensitif terhadap penolakan serta pikiran untuk bunuh diri.

Saryono & Sejati (2009) menguraikan bahwa gejala kognitif pada saat menjelang menstruasi yang terjadi meliputi perasaan tertekan, pelupa, bingung, penurunan ketertarikan bahkan pikiran untuk bunuh diri. Gejala ini disebabkan terlalu tingginya hormon estrogen dibanding progesteron.

c. Nyeri

Nyeri yang terjadi pada pramenstruasi adalah nyeri kepala, nyeri payudara dan nyeri panggul (Suparman, 2012).

d. Neurovegetatif

Keluhan Neurovegetatif yang dialami pada pramenstruasi adalah insomnia, hipersomnia, anoreksia, keinginan berlebihan makan/minum sesuatu, perasaan lelah, kelemahan badan dan agitasi (Suparman, 2012).

Yatim (2001) mengatakan bahwa sangat merindukan atau menolak makanan tertentu terjadi pada 44 % wanita pada masa pramenstruasi. Terlihat mudah tergiur melihat makanan tertentu, perasaan letih dan kepekaan pada makanan karbohidrat berlebihan.

Pada masa pramenstruasi kebanyakan wanita merasakan lapar dan ingin mengkonsumsi makanan yang manis-manis dan karbohidrat. Pada umumnya


(26)

sekitar 20 menit setelah menyantap gula dalam jumlah banyak , timbul gejala hipoglikemia seperti kelelahan, jantung berdebar, pusing kepala yang terkadang sampai pingsan. Hipoglikemia timbul karena pengeluaran hormon insulin tubuh yang meningkat. Rasa ingin menyantap mekanan manis dapat disebabkan oleh stres atau kurangnya magnesium (Saryono & Sejati, 2009).

e. Gangguan Otonomi

Mual, masalah pencernaan (diare dan konstipasi), palpitasi dan berkeringat adalah gangguan otonomi yang terjadi pada wanita menjelang menstruasi (Suparman, 2012).

Gejala atau gangguan otonomi yang terjadi pada pramenstruasi adalah sembelit/diare, debaran jantung/hati dan kekejangan otot (Saryono & Sejati, 2009).

f. Cairan dan Elektrolit

Keluhan yang berhubungan dengan cairan dan elektolit pada pramenstruasi seperti perut kembung, peningkatan berat badan, oliguria dan edema (Suparman, 2012).

Peningkatan berat badan pada pramenstruasi terjadi akibat berkumpulnya air pada jaringan diluar sel (ekstrasel) karena tingginya asupan garam dan gula pada diet penderita. Untuk mengurangi terjadinya gejala ini penderita dianjurkan mengurangi asupan garam dan gula pada diet makanan serta membatasi minum sehari-hari (Saryono & Sejati, 2009).


(27)

g. Dermatologi

Masalah kulit pada pramenstruasi yang banyak terjadi adalah jerawat, kulit kering dan kulit berminyak (Suparman, 2012).

Saryono & Sejati (2009) mengatakan permasalahan kulit yang terjadi seperti kemerahan pada kulit wajah, leher, dada dan terasa terbakar. kelainan kulit (jerawat dan neurodermatitis) dan sariawan.

Llewellyn & Jones (2005) menjelaskan jerawat terjadi antara 60% sampai 80% wanita dan 15% adalah penderita parah. Jerawat disebabkan kelenjar

sebaceous dalam kulit yang peka terhadap hormon androgen. Androgen

dikeluarkan oleh indung telur dan kelenjar adrenal. Pada wanita, jerawat tampak lebih nyata pada periode haid.

1.4. Penyebab gejala pramenstruasi

Penyebab gejala pramenstruasi tidak diketahui secara pasti. Faktor genetik merupakan salah satu pemicu, tetapi gejala pramenstruasi lebih bersifat multifaktorial. Salah satu penyebab adalah fluktuasi kadar estradiol pada fase luteal yang menyebabkan gejala secara langsung atau dengan mengurangi aktifitas serotonin. Satu masalah dalam menerima teori ini adalah bahwa tidak selalu terdeteksi ada fluktuasi dalam monitoring harian (Llewellyn & Jones, 2002).

Faktor kejiwaan, masalah dalam keluarga, masalah sosial, faktor genetik dan lain-lain juga memegang peranan penting sebagai faktor predisposisi. Yang lebih mudah menderita gejala pramenstruasi berat ialah wanita yang lebih peka


(28)

terhadap perubahan hormonal dalam siklus haid dan terhadap faktor-faktor psikologis (Winkjosastro, 2008).

Saryono & Sejati (2009) menjelaskan jika keseimbangan hormon estrogen dan progesteron stabil, maka gejala pramenstruasi tidak akan muncul. Kadar serotonin dapat menurun dan tertekan.

Progesteron dapat menyebabkan efek hipnotis di dalam otak, yang berakibat pada perubahan emosional dan fisik, yang kadang-kadang terlihat selama interval segera sebelum menstruasi. Estrogen juga berefek pada neurokimia dan sintesis protein reseptor pada sistem saraf pusat, mungkin berkontribusi pada perubahan psikologi dan emosi yang terjadi saat pramenstruasi pada beberapa wanita (Saryono, 2008).

2. Konsep Kehamilan

2.1. Pengertian kehamilan

Kehamilan adalah suatu krisis maturitas yang dapat menimbulkan stres, tetapi berharga karena wanita tersebut menyiapkan diri untuk memberi perawatan dan mengemban tanggung jawab yang lebih besar. Seiring persiapannya untuk menghadapi peran baru, wanita harus mengubah konsep dirinya agar siap menjadi orang tua (Bobak et al, 2004).

Kehamilan merupakan proses fisiologis yang harus dijalani manusia untuk mempertahankan generasi penerusnya. Berbagai perubahan di dalam tubuh terjadi dalam proses kehamilan, termasuk tahapan-tahapan pembentukan janin (Saryono, 2008).


(29)

2.2. Perubahan hormonal awal kehamilan

Saryono (2008) mengatakan jika sel telur dibuahi, maka kejadian setelah ovulasi adalah korpus luteum dipertahankan oleh human chorionic gonadotropin (hCG), yang dihasilkan pada awalnya oleh sel trofoblas pada embrio yang berkembang.

Simkin et al (2007) menjelaskan Human chorionic gonadotropin (hCG), yang di produksi oleh plasenta yang sedang berkembang, memastikan bahwa indung telur memproduksi estrogen dan progesteron sampai plasenta matang dan mengambil alih produksi hormon-hormon ini sekitar bulan ketiga sampai keempat.

Estrogen merangsang pertumbuhan jaringan reproduksi dengan meningkatkan ukuran otot-otot rahim, merangsang pertumbuhan lapisan rahim dan pasokan darahnya, meningkatkan produksi lender vagina dan dengan menstimulasi perkembangan sistem saluran serta pasokan darah di payudara. Kadar estrogen yang tinggi akan mempengaruhi retensi air, penumpukan lemak di bawah kulit dan pigmentasi kulit.

Progesteron menghambat kontraksi otot polos. Membuat rahim relaks, mencegahnya berkontraksi secara berlebihan. Progesteron juga mempunyai efek merelakskan pada dinding pembuluh darah, membantu mempertahankan tekanan darah yang rendah dan pada dinding lambung serta usus memungkinkan penyerapan nutrien dalam jumlah lebih besar. Progesteron merangsang sekresi


(30)

hormon indung telur, relaksin, yang merelaksasikan dan melembutkan jaringan ikat, tulang rawan dan leher rahim sehingga ini dapat meregang selama kelahiran.

Ketika plasenta berkembang, maka plasenta mulai mensekresi hCG dan progesteron dan merupakan sumber progesteron setelah korpus luteum fungsinya berhenti. Estrogen (estriol, estron dan estradiol) dihasilkan oleh plasenta dari androgen yang disekresi oleh adrenal ibu dan janinnya.

2.3. Gejala-gejala awal kehamilan

Kehamilan normal menimbulkan stres karena ibu menghadapi begitu banyak perubahan dalam waktu relatif singkat seperti perubahan fisik dan psikologis (Schott & Priest, 2009).

Murkoff et al (2006) mengatakan bahwa wanita hamil bisa mengalami semua gejala ini atau hanya mengalami satu atau dua gejala saja. Yang perlu diingat adalah bahwa setiap wanita dan setiap kehamilan adalah berbeda, beberapa gejala kehamilan memang bersifat universal.

a. Pembengkakan Payudara

Murkoff et al (2006) menjelaskan bahwa Kehamilan membuat payudara membengkak dan nyeri jika tersentuh, terjadi karena meningkatkan jumlah estrogen dan progesteron yang diproduksi oleh tubuh (mekanisme yang sama terjadi sebelum menstruasi, ketika banyak perempuan mengalami perubahan payudara tetapi perubahannya lebih menonjol pada kehamilan). Selain bertambahnya ukuran, aerola akan menggelap, melebar dan bisa memiliki area-area kecil yang berwarna lebih gelap lagi. Penggelapan warna ini mungkin


(31)

memudar tetapi tidak menghilang seluruhnya setelah melahirkkan. Payudara akan terus tumbuh dan membesar sepanjang kehamilan, tetapi payudara tidak akan nyeri jika disentuh setelah melewati bulan ketiga atau keempat.

Payudara tegang dan sakit, terasa berat serta tidak nyaman, dengan sensasi geli pada puting, pembengkakan payudara pada awal kehamilan terjadi karena hormon membuat payudara siap untuk laktasi. Kelenjar susu tumbuh dan membesar seiring dengan produksi susu (Stoppard, 2008).

Rasa penuh, peningkatan sensitivitas, rasa geli dan rasa berat di payudara mulai timbul sejak minggu keenam gestasi. Sensitivitas payudara bervariasi dari rasa geli ringan sampai nyeri tajam. Peningkatan suplai darah membuat pembuluh darah dibawah kulit berdilatasi. Pembuluh darah yang sebelumnya tidak terlihat, sekarang terlihat, seringkali tampak sebagai jalinan jaringan biru dibawah permukaan kulit. Kongesti vena di payudara lebih jelas terlihat pada primigravida (Kusmiyati dkk, 2009).

b. Sering Berkemih

Pada awal kehamilan wanita hamil akan sering berkemih, ini terjadi karena peningkatan volume cairan tubuh dan meningkatnya efisiensi ginjal, yang membantu mempercepat pembuangan produk sisa. Selain itu karena tekanan dari rahim yang membesar ketika masih berada di dalam pinggul di sebelah kandung kemih (Murkoff et al, 2006).


(32)

Kusmiyati dkk (2009) mengatakan pada awal kehamilan kandung kencing tertekan sehingga sering berkemih. Keadaan ini hilang dengan tuanya kehamilan bila uterus gravidus keluar dari rongga panggul.

c. Sembelit

Murkoff et al (2006) menjelaskan bahwa di awal kehamilan wanita hamil sering mengeluhkan sembelit, salah satu penyebabnya adalah kadar yang tinggi dari beberapa hormon yang beredar selama kehamilan menyebabkan otot-otot usus besar melemas, sehingga pembuangan menjadi lamban. Penyebab lainnya, rahim yang membesar menekan usus.

Konstipasi terjadi karena peningkatan kadar progesteron saat hamil yang menyebabkan relaksasi otot polos, pada usus menyebabkan penurunan motilitas, tonus serta peristaltik pada saluran cerna (Morgan & Hamilton, 2009).

d. Hipersalivasi

Produksi air liur yang berlebihan merupakan gejala umum yang terjadi di awal kehamilan dan sedikit tidak menyenangkan tetapi tidak berbahaya. Hipersalivasi berlangsung tidak lama dan hilang setelah melewati bulan-bulan awal kehamilan. Hipersalivasi lebih banyak terjadi pada wanita hamil yang juga mengalami mual di pagi hari (Murkoff et al, 2006)

Kusmiyati dkk (2009) menjelaskan bahwa hipersalivasi sering terjadi sebagai kompensasi dari mual muntah. Pada beberapa wanita ditemukan adanya (ngidam makanan) yang mungkin berkaitan dengan persepsi individu atau wanita tersebut mengenai apa yang bisa mengurangi rasa mual dan muntah.


(33)

e. Mual dan Muntah

Murkoff et al (2006) menjelaskan hormon kehamilan hCG yang tinggi di dalam darah pada trimester pertama, menaiknya kadar estrogen, peregangan yang cepat dari otot rahim, rileksasi relatif dari jaringan otot pada saluran pencernaan, kelebihan asam lambung, dan meningkatakan indera penciuman ibu hamil sehingga meningkatkan rasa mual.

Mual atau bahkan muntah bisa terjadi kapan saja, tapi umumnya saat lama tidak makan untuk waktu yang lama atau setelah tidur malam. Perasaan mual paling sering muncul di trimester pertama (Stoppard, 2008).

Sekitar 50% wanita hamil mengalami mual-mual dan beberapa sampai muntah muntah. Keluhan ini terjadi dalam 12 minggu pertama kehamilan, biasanya menghilang pada akhir waktu tersebut. Penyebabnya dapat dipastikan karena kepekaan terhadap hormon kehamilan (Llewellyn dan Jones, 2005).

f. Mengidam dan membenci makanan

Kebanyakan wanita hamil mengalami perubahan pada rasa makanan. Penelitian menunjukkan 90 % wanita mengalami mengidap pada satu jenis makanan di awal kehamilan dan 50-85% wanita membenci satu jenis makanan. Hormon bukanlah satu-satunya penyebab mengidam dan membenci makanan, mengidam yang bertahan lebih lama bisa dipicu oleh kebutuhan emosional misalnya kebutuhan akan perhatian ekstra (Murkoff et al, 2006).


(34)

Kusmiyati dkk (2009) mengatakan pada beberapa wanita ditemukan adanya (ngidam makanan) yang mungkin berkaitan dengan persepsi individu atau wanita tersebut mengenai apa yang bisa mengurangi rasa mual dan muntah.

g. Sakit kepala

Sakit kepala atau pusing pada awal kehamilan terjadi karena perubahan hormon, keletihan, ketegangan, lapar, stres fisik dan emosional (Murkoff et al, 2006).

Sakit kepala pada wanita hamil terjadi karena peningkatan volume sirkulasi atau vasodilatasi akibat peningkatan kadar progesteron dalam sirkulasi (Morgan & Hamilton, 2009).

h. Keletihan dan mengantuk

Murkoff et al (2006) menjelaskan keletihan dan mudah mengantuk umum terjadi pada wanita di awal awal kehamilannya, karena tubuh wanita hamil sedang memproduksi sistem pendukung kehidupan bayi, yaitu plasenta, yang belum akan selesai sampai akhir trimester pertama. Selain itu tubuh sedang menyesuaikan diri dengan banyak tuntutan fisik dan emosional dari kehamilan. Begitu tubuh sudah menyesuaikan diri dan plasenta telah selesai (sekitar bulan keempat) wanita hamil akan memiliki lebih banyak tenaga.

Keletihan pada awal kehamilan terjadi karena peningkatan konsumsi oksigen, kadar progesteron dan kebutuhan janin serta perubahan psikososial (Morgan & Hamilton, 2009).


(35)

i. Masalah Kulit

Aura kehamilan yang dipancarkan oleh beberapa wanita yang cukup beruntung bukan hanya disebabkan oleh kebahagiaannya menjadi calon ibu, tetapi karena peningkatan pengeluaran minyak yang ditimbulkan oleh perubahan hormon. Begitu pula jerawat yang tidak terlalu menggembirakan yang terjadi pada wanita yang sering kali timbul jerawat sebelum menstruasi. Beberapa wanita hamil juga mengalami kulit yang kering dan gatal (Murkof et al, 2006).

Saminem (2008) mengatakan terjadi hiperpigmentasi, yaitu kelebihan pigmen di tempat tertentu. Pada wajah, pipi dan hidung mengalami hiperpigmentasi sehingga menyerupai topeng (topeng kehamilan atau kloasma gravidarum).

j. Depresi

Gejala depresi yang terjadi di awal kehamilan ialah perasaan tertekan, penurunan ketertarikan atau kehilangan minat, labilitas perasaan serta sulit konsentrasi sangat menonjol pada trimester pertama dan pada umumnya terjadi pada wanita hamil yang mengalami gejala yang sama sebelum menstruasi. Jika perasaan seperti ini sering terjadi, wanita akan mengalami depresi ringan sampai menengah selama hamil. Berdasarkan penelitian ada 10-16 % wanita hamil yang mengalami depresi (Murkoff et al, 2006).

2.4. Penyebab gejala awal kehamilan

Beberapa perubahan (gejala) fisik yang terjadi pada awal kehamilan disebabkan karena kadar hormon kehamilanhCGyang tinggi di dalam darah pada


(36)

trimester pertama, meningkatnya kadar estrogen dan peregangan otot rahim (Murkoff et al, 2012).

Dampak gejala fisik yang terjadi pada awal kehamilan akan mempengaruhi perubahan emosional wanita hamil seperti kekecewaan, penolakan, kecemasan dan kesedihan (Kusmiyati dkk, 2009).

3. Hubungan Gejala Pramenstruasi dengan Gejala Awal Kehamilan

Hubungan antara gejala pramenstruasi dan gejala awal kehamilan dikarenakan sensitivitas hormon reproduksi. Beberapa wanita cenderung berulang kali mengalami gejala fisik dan psikologis selama fase reproduksi yang berbeda dengan sifat gejala yang hampir konsisten (Soares & Zitek, 2008).

Setiap fase reproduksi ditandai dengan perubahan neuroendokrin dan psikososial. Wanita yang mengeluhkan gejala fisik dan psikologis rentan mengembangkan gejala yang sama selama awal kehamilannya. Hal ini menunjukkan semacam fenotipe predisposisi dalam sensitivitas hormon repsroduksi wanita (Winkel et al, 2012).


(37)

BAB 3

KERANGKA PENELITIAN

1. Kerangka Konseptual

Kerangka adalah abstraksi dari suatu realiti agar dapat dikomunikasikan dan membentuk suatu teori yang menjelaskan keterkaitan antar variabel (Nursalam, 2008). Konsep adalah abstraksi dari suatu realita agar dapat dikomunikasikan dan membentuk suatu teori yang menjelaskan keterkaitan antar variabel, baik variabel yang diteliti maupun yang tidak diteliti (Nursalam, 2008)

Suparman (2012) memaparkan bahwa gejala pramenstruasi adalah gejala dan/atau keluhan fisik, emosional dan perilaku yang terjadi pada wanita usia reproduksi yang muncul secara siklik dalam rentang waktu 7-10 hari sebelum menstruasi dan menghilang setelah darah haid keluar. Gejala yang muncul yaitu sedih, cemas, marah, mudah tersinggung, labilitas perasaan, penurunan daya konsentrasi, tidak mampu memutuskan sesuatu, sensitif terhadap penolakan, nyeri panggul, nyeri payudara, nyeri kepala, gangguan tidur, perubahan nafsu makan, perasaan lelah atau kelemahan badan, agitasi, mual, masalah pencernaan (diare dan konstipasi), palpitasi, berkeringat, perut kembung, pertambahan berat badan, oliguri, edema dan masalah kulit. Berdasarkan 24 gejala pramenstruasi tersebut, ada dua gejala yang tidak diteliti karena tidak dapat diukur, yaitu oliguri (Urin kurang dari 400 ml/hari) dan edema (meningkatnya volume cairan diluar sel).

Murkoff et al (2006) menjelaskan gejala awal kehamilan adalah keluhan fisik dan psikologis ringan sampai berat akibat perubahan hormon kehamilan.


(38)

wanita hamil bisa mengeluhkan semua gejala atau hanya mengalami satu atau dua gejala saja. Gejala yang muncul yaitu pembengkakan payudara, payudara nyeri jika tersentuh, sering berkemih, mual, sembelit, hipersalivasi, mengidam, menyukai dan membenci jenis makanan tertentu, sakit kepala, pusing, keletihan, mengantuk, masalah kulit, perasaan tertekan, penurunan ketertarikan, sulit berkonsentrasi dan labilitas perasaan. Ada 17 gejala awal kehamilan dan semua gejala tersebut diteliti karena dapat diukur.

Keterangan:

= Hubungan antar variabel

= Variabel yang diteliti

Skema 3.1. Kerangka Konsep Penelitian Hubungan Gejala Pramenstruasi dengan Gejala Awal Kehamilan di Klinik Bersalin Sumi Medan

2. Definisi Operasional

Penelitian ini berjudul “Hubungan Gejala Pramenstruasi dengan Gejala Awal Kehamilan di Klinik Bersalin Sumi Medan” Penelitian ini terdiri dari dua variabel, gejala pramenstruasi sebagai variabel independen, gejala awal kehamilan sebagai variabel dependen.


(39)

Tabel 3.1. Definisi Operasional Penelitian Hubungan Gejala Pramenstruasi dengan Gejala Awal Kehamilan di Klinik Bersalin Sumi Medan

Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur

Skala

Independen Gejala pra-menstruasi

Berbagai keluhan yang muncul sebelum haid yang terjadi 7-10 hari menjelang menstruasi yaitu perasaan sedih, cemas atau perasaan tidak tenang, mudah marah, mudah

tersinggung, perasaan yang mudah berubah, konsentrasi berkurang, tidak mampu memutuskan sesuatu, sensitif terhadap penolakan, nyeri panggul, nyeri payudara, nyeri kepala, gangguan tidur, perubahan nafsu makan, perasaan lelah atau kelemahan badan, keresahan dan

kegelisahan, mual, gangguan pencernaan (diare dan konstipasi), jantung berdebar, berkeringat, perut kembung,

pertambahan berat badan, dan masalah kulit (jerawat, kulit kering, berminyak)

Diberi skor 1 bila responden menjawab tidak pernah, skor 2 jika responden menjawab kadang-kadang, skor 3 bila responden menjawab sering dan skor 4 bila responden menjawab selalu Kuesioner Ringan Sedang Berat Ordinal


(40)

Dependen Gejala awal kehamilan

Berbagai keluhan fisik dan psikologis yang muncul pada wanita di awal kehamilan. yaitu pembengkakan payudara, payudara nyeri jika tersentuh, sering buang air kecil, mual dan muntah, sembelit, banyaknya air liur dan ingin selalu meludah, mengidam, menyukai dan membenci jenis

makanan tertentu, sakit kepala, pusing,

keletihan, mengantuk, masalah kulit, perasaan tertekan, penurunan ketertarikan,

konsentrasi berkurang dan labilitas perasaan (perasaan yang mudah berubah)

Diberi skor 1 bila responden menjawab tidak pernah, skor 2 jika responden menjawab kadang-kadang, skor 3 bila responden menjawab sering dan skor 4 bila responden menjawab selalu Kuesioner Ringan Sedang Berat Ordinal

3. Hipotesis Penelitian

Ho : Tidak ada hubungan antara gejala pramenstruasi dengan gejala awal kehamilan di Klinik Bersalin Sumi Medan

Ha : Ada hubungan antara gejala pramenstruasi dengan gejala awal kehamilan di Klinik Bersalin Sumi Medan


(41)

BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN

1. Desain Penelitian

Desain penelitian merupakan rencana penelitian yang disusun sedemikian rupa sehingga peneliti dapat memperoleh jawaban terhadap pertanyaan penelitian (Setiadi, 2007). Penelitian ini menggunakan desain deskripsi korelasi, dimana tujuannya adalah untuk mengindentifikasi hubungan antara gejala pramenstruasi dengan gejala awal kehamilan di Klinik Bersalin Sumi Medan.

2. Populasi dan Sampel Penelitian 2.1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto, 2006). Populasi dalam penelitian ini adalah wanita dengan kehamilan pertama (primigravida) dan sudah melewati trimester pertama yang ada di Klinik Bersalin Sumi Medan. Jumlah populasi adalah 40 orang ibu hamil primigravida pada bulan Oktober tahun 2014.

2.2. Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto, 2006). Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik total sampling, yaitu teknik penentuan sampel dengan mengambil seluruh anggota populasi sebagai responden atau sampel, jadi sampel dalam penelitian ini adalah 40 orang ibu hamil.


(42)

3. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Klinik Bersalin Sumi Medan dengan pertimbangan lokasi yang dapat dijangkau peneliti, jumlah sampel yang memadai, efisiensi waktu dan biaya serta berdasarkan informasi dari bidan Sumiariani bahwa wanita hamil primigravida yang datang ke Klinik Bersalin Sumi rata-rata mengeluhkan gejala di awal kehamilannya. Pengumpulan data telah dilakukan pada tanggal 28 April s/d 31 Mei 2015.

4. Pertimbangan Etik

Peneliti menggunakan manusia sebagai subjek penelitian, maka hakekatnya sebagai manusia harus dilindungi dengan memperhatikan prinsip-prinsip dalam pertimbangan etik yaitu responden mempunyai hak untuk memutuskan apakah ia bersedia menjadi subjek atau tidak tanpa ada sanksi apapun, tidak menimbulkan penderitaan bagi responden. Responden harus diperlakukan secara baik sebelum, selama dan sesudah penelitian serta melindungi hak hak responden dan responden tidak boleh didiskriminasi jika menolak untuk melanjutkan menjadi subjek penelitian. Data yang diberikan harus dirahasiakan untuk itu perlu adanyaanonymity(tanpa nama) danconfidentialility(rahasia).

5. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat untuk mengumpulkan data dalam suatu penelitian (Notoatmodjo, 2010).


(43)

Instrumen dalam penelitian ini berupa kuesioner yang terdiri dari tiga bagian,yakni data demografi, kuesioner gejala pramenstruasi, dan kuesioner gejala awal kehamilan

Kuesioner data demografi responden meliputi inisial nama, usia, pekerjaan agama dan suku. Data demografi responden bertujuan untuk mengetahui karakteristik calon responden,

Kuesioner gejala pramenstruasi bertujuan untuk mengidentifikasi gejala gejala pramenstruasi. Ada 22 pertanyaan dengan pilihan jawaban menggunakan skala likert “tidak pernah” nialinya 1, “kadang-kadang” nilainya 2, “sering” nilainya 3 dan “selalu” nilainya 4 dengan nilai tertinggi 88 dan nilai terendah 22. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan rumus Sudjana (2005).

P = Rentang Banyak kelas

Rentang kelas didapat dari nilai tertinggi-nilai terendah (88 - 22 = 66) dan banyak kelas sebanyak 3 kelas maka didapatkan panjang kelas sebesar 22. Jadi gejala pramenstruasi dapat di katagorikan sebagai berikut :

Ringan : nilai 22 - 43 Sedang : nilai 44 - 65 Berat : nilai 66–88


(44)

Kuesioner gejala awal kehamilan bertujuan untuk mengidentifikasi gejala yang terjadi pada awal kehamilan. Ada 17 pertanyaaan dengan pilihan jawaban menggunakanskala likert“tidak pernah” nialinya 1, “kadang-kadang” nilainya 2 , “sering” nilainya 3 dan “selalu” nilainya 4 dengan nilai tertinggi 68 dan nilai terendah 17. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan rumus Sudjana (2005).

P = Rentang Banyak kelas

Rentang kelas didapat dari nilai tertinggi-nilai terendah (68 - 17 = 51) dan banyak kelas sebanyak 3 kelas maka didapatkan panjang kelas sebesar 17. Jadi gejala awal kehamilan dapat di katagorikan sebagai berikut :

Ringan : nilai 17 - 33 Sedang : nilai 34 - 50 Berat : nilai 51 - 68

6. Uji Validitas dan Reliabilitas 6.1 Uji Validitas

Validitas adalah ketepatan atau kecermatan suatu instrumen dalam mengukur apa yang ingin diukur. Untuk mendapatkan instrumen yang benar-benar memenuhi kriteria validitas, peneliti telah melakukan validasi instrumen dengan menguji validitas isi yaitu dengan instrumen sesuai dengan variabel yang diteliti. Peneliti hanya mampu menguji validitas isi kepada 2 orang staf Dosen Keperawatan Maternitas pada Departeman Keperawatan Maternitas - Anak


(45)

Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Instrumen penelitian ini telah divalidasi oleh Ibu Erniyati, S.Kp, MNS dan Ibu Nur Asiah, S. Kep, Ns, M.Biomed. Content Validity Index (CVI) pada kuesioner gejala pramenstruasi adalah 0,87 sedangkan pada kuesioner gejala awal kehamilan adalah 0,86 maka dikatakan bahwa kuesioner ini telah valid.

6.2 Uji Reliabilitas

Reliabilitas instrumen adalah adanya kesamaan suatu hasil apabila pengukuran dilaksanakan oleh orang yang berbeda ataupun pada waktu yang berbeda (Setiadi, 2007). Uji reliabilitas telah dilakukan sebelum pengumpulan data pada 30 contoh sampel yang diasumsikan memiliki karakteristik yang sama dengan kelompok sampel di luar populasi. Uji reliabilitas telah dilakukan di RSIA Badrul Aini pada tanggal 9 maret 2015 sampai 7 april 2015. Uji reliabilitas menggunakan rumus cronbach’s alpha dan dikatakan reliable jika nilainya 0,70 atau lebih, dan hasil uji reliabilitas pada kuesioner gejala pramenstruasi adalah 0,850 sedangkan hasil uji reliabilitas pada kuesioner gejala kehamilan adalah 0,843, dan kedua kuesioner dikatakanreliablekarena nilainya > 0,70.

7. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan mengikuti langkah-langkah pengumpulan data yaitu: pertama mengajukan permohonan izin pelaksanaan penelitian pada Klinik Bersalin Sumi Medan kemudian peneliti akan menentukan calon responden yang sesuai dengan kriteria yaitu, wanita dengan kehamilan pertama (primigravida) dan sudah melewati trimester pertama, selanjutnya peneliti


(46)

menjelaskan kepada calon responden mengenai tujuan, manfaat, dan prosedur pelaksanaan penelitian, lalu calon responden yang bersedia menandatangani surat persetujuan menjadi responden untuk ikut serta dalam penelitian yang akan dilaksanakan. Peneliti mangambil data dari responden dengan cara memberikan kuesioner kepada responden. Responden juga diberi kesempatan untuk bertanya tentang pernyataan yang tidak dipahami. Setelah responden selesai mengisi kuesioner, peneliti kemudian memeriksa kelengkapan data, dan data yang kurang lengkap dapat segera dilengkapi. Data yang sudah terkumpul selanjutnya dianalisa.

8. Analisa Data

Analisa data merupakan bagian yang sangat penting untuk mencapai tujuan pokok penelitian., yaitu menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian yang mengungkap fenomena (Nursalam, 2008). Setelah data terkumpul, maka peneliti melakukan analisa masalah melalui beberapa tahap. Pertama, peneliti memeriksa identitas responden dan memastikan semua data telah terisi. Setelah itu, data yang ada diberi kode terhadap pernyataan yang telah diajukan untuk mempermudah tabulasi dan analisa. Selanjutnya peneliti memasukkan data ke dalam komputer dan melakukan pengolahan data dengan menggunakan komputerisasi.

Analisis Univariat dilakukan untuk menampilkan data demografi meliputi usia, pekerjaan, agama dan suku dengan mendeskripsikan distribusi frekuensi dan persentase dalam bentuk tabel


(47)

Analisis bivariat dilakukan terhadap dua variabel yang di duga berhubungan atau berkorelasi yaitu hubungan antara gejala pramenstruasi dengan gejala dan awal kehamilan dengan cara uji korelasi spearman untuk mengukur tingkat atau eratnya hubungan antara dua variabel yaitu variabel bebas dan terikat yang berskala ordinal. Uji korelasi yang ditampilkan dalam tabel hasil uji interpretasi terdiri dari nilai p (p value), yang akan dibandingkan dengan nilai α (alpha). Bila nilai p≤ nilai α, maka keputusan Ho ditolak. Bila nilai p > nilai α, maka keputusan adalah Ho gagal ditolak. Nilai r (koefisien korelasi) berkisar antara -1 sampai dengan +1 untuk menunjukkan derajat hubungan antara kedua variabel tersebut. Untuk menafsirkan hasil pengujian statistik tersebut, digunakan penafsiran korelasispearmanmenurut Burn and Groove pada tahun 1993.

Tabel 4.1. Penafsiran KorelasiSpearman

Nilai r Penafsiran

Diatas -0,5 Korelasi negatif tinggi

Hubungan negatif dengan interpretasi kuat -0,3 sampai -0,5 Korelasi negatif sedang

Hubungan negatif dengan interpretasi memadai -0,1 sampai -0,3 Korelasi negatif rendah

Hubungan negatif dengan interpretasi lemah

0 Tidak ada korelasi/hubungan


(48)

Hubungan positif dengan interpretasi lemah 0,3 sampai 0,5 Korelasi positif sedang

Hubungan positif dengan interpretasi memadai Diatas 0,5 Korelasi positif tinggi


(49)

BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Hasil Penelitian

Pengumpulan data telah dilaksanakan di Klinik Bersalin Sumi Medan pada bulan Mei 2015 dengan jumlah responden sebanyak 40 ibu hamil primigravida yang sudah melewati trimester pertama kehamilan. Hasil penelitian disajikan dalam bentuk analisis univariat dan bivariat sebagai berikut.

1.1. Analisis Univariat

Hasil dari analisis univariat menampilkan tabel distribusi frekuensi dan Persentase dari karakteristik responden, gejala pramenstruasi dan gejala awal kehamilan di Klinik Bersalin Sumi Medan.

1.1.1. Karakteristik responden

Karakteristik responden meliputi umur, status pekerjaan, agama dan suku. dari 40 responden yang terkumpul mayoritas responden berada pada usia 20-25 tahun (n=38, 95,0%), mayoritas responden tidak bekerja (n=23, 57,5%), semua responden beragama Islam (n=40, 100,0%) serta mayoritas responden bersuku Jawa (n=20, 50%) (Tabel 5.1.)


(50)

Tabel 5.1. Distribusi frekuensi dan persentase karakteristik ibu hamil di Klinik Bersalin Sumi Medan (N=40)

Karakteristik Frekuensi Persentase

Usia

- < 20 tahun - 20–35 tahun - > 35 tahun

1 38 1 2,5 95,0 2,5 Status pekerjaan - Bekerja - Tidak bekerja

17 23

42,5 57,5

Agama

- Islam 40 100,0

Suku - Melayu - Minang - Batak - Jawa - Lain-lain 4 7 5 20 4 10.0 17,5 12,5 50,0 10,0

1.1.2. Gejala pramenstruasi

Gejala pramenstruasi dibagi menjadi tiga tingkat yaitu ringan, sedang dan berat, dari 40 responden mayoritas mengalami gejala pramenstruasi ringan (n=21, 52,5%) disusul dengan gejala pramenstruasi sedang sebanyak (n=18, 45,0%) (Tabel 5.2.)

Tabel 5.2. Distribusi frekuensi dan Persentase tingkat gejala pramenstruasi di Klinik Bersalin Sumi Medan (N=40)

Gejala Pramenstruasi Frekuensi ( n )

Persentase ( % ) Ringan Sedang Berat 21 18 1 52,5 45,0 2,5


(51)

1.1.3. Gejala awal kehamilan

Gejala awal kehamilan dibagi menjadi tiga tingkat yaitu ringan, sedang dan berat, dari 40 responden mayoritas mengelami gejala awal kehamilan sedang (n=26, 65,0%) (Tabel 5.3.)

Tabel 5.3. Distribusi frekuensi dan persentase tingkat gejala awal kehamilan di Klinik Bersalin Sumi Medan (N=40)

Gejala Awal Kehamilan Frekuensi ( n )

Persentase ( % ) Ringan Sedang Berat 9 26 5 22,5 65,0 12,5

1.2. Analisa Bivariat

Hasil dari analisis bivariat ini menampilkan tabel hubungan antara kedua variabel yaitu gejala pramenstruasi dengan gejala awal kehamilan di Klinik Bersalin Sumi dengan analisa sebagai berikut

Tabel 5.4. Hasil analisa hubungan antara gejala pramenstruasi dengan gejala fisik dan psikologis pada awal kehamilan di Klinik Bersalin Sumi Medan

Variabel 1 Variabel 2 p-value Nilai r Keterangan

Gejala

pramenstruasi

Gejala awal kehamilan

0,003 0,462 Korelasi positif sedang. Hubungan positif dengan interpretasi memadai

Pada Tabel 5.4. dapat dilihat hasil uji Spearman untuk mengetahui/ hubungan gejala pramenstruasi dengan gejala awal kehamilan di Klinik Bersalin Sumi Medan. Nilai p sebesar 0,003, lebih kecil dari nilai level of significance( )


(52)

yaitu 0,05 yang berarti terdapat hubungan bermakna antara gejala pramenstruasi dengan gejala awal kehamilan di Klinik Bersalin Sumi Medan dengan nilai r (koefisien korelasi) 0,462 yang menunjukkan korelasi positif sedang, hubungan positif dengan interpretasi memadai.

2. Pembahasan

2.1. Gejala pramenstruasi di Klinik Bersalin Sumi

Gejala pramenstruasi adalah perubahan emosional dan fisik yang dirasakan wanita selama siklus menstruasi. Gejala yang dirasakan sangat bervariasi. Setiap wanita memiliki perbedaan gejala yang terjadi pada dirinya. Gejala pramenstruasi juga dipengaruhi oleh keadaan sosial, keluarga atau yang lainnya (Rees, 2008). Hasil penelitian ini mendapatkan mayoritas responden mengalami gejala pramenstruasi ringan (n=21, 52,5 %) dan disusul dengan gejala pramenstruasi sedang (n=18, 45,0 %).

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Winkel et al (2012) yang meneliti gejala pramenstruasi dengan gejala fisik dan psikologis di awal kehamilan, dan mendapatkan gejala pramenstruasi yang dialami respondennya adalah gejala pramenstruasi yang ringan. Gejala pramenstruasi terjadi pada wanita yang lebih peka terhadap perubahan hormonal dalam siklus haid, pada penelitian ini seluruh responden adalah primigravida dan mayoritas berusia 20-35 tahun (38%). Sesuai dengan teori Dita (2010) yang menjelaskan beberapa faktor yang meningkatkan keparahan gejala pramenstruasi diantaranya adalah wanita yang pernah melahirkan, serta wanita yang berusia 30-45 tahun. Sehingga pada


(53)

penelitian ini gejala pramenstruasi yang dialami hanya gejala pramenstruasi ringan sampai sedang. Teori yang berbeda pernah dicetuskan olehO’brien(1987) yang mengungkapkan bahwa usia dan paritas tidak mempengaruhi gejala pramenstruasi. Banyak teori yang mengatakan bahwa gejala pramenstruasi berat banyak terjadi pada usia 30-40 tahun dan sudah melahirkan satu anak atau lebih tapi tidak ada yang memastikan teori ini, karena gejala pramenstruasi ringan sampai berat terjadi selama masa reproduksi.

Karakteristik gejala pramenstruasi yang paling banyak dialami primigravida di Klinik Bersalin Sumi adalah mudah marah (Mean = 2,90), mudah tersinggung (Mean = 2,70), Nyeri panggul (Mean= 2,70), Perasaan yang mudah berubah (Mean = 2,50) dan Nyeri payudara (Mean = 2,50). Walaupun kelima gejala ini adalah gejala yang besar tapi hanya dengan rata-rata yang tidak terlaru tinggi, sehingga keseluruhan gejala menunjukkan tingkat yang ringan sampai sedang. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Winkel et al (2012) yang meneliti gejala pramenstruasi dan gejala fisik dan psikologis awal kehamilan, dan mendapatkan gejala mudah marah/kemarahan adalah gejala yang paling banyak dialami wanita selama fase pramenstruasi. Penelitian Kitamura et al (2012) juga mendapatkan kemarahan dan mudah tersinggung adalah gejala yang selalu dialami oleh mayoritas respondennya.

Penelitian Putri (2011) mendapatkan gejala mudah marah / perubahan mood sebagai gejala terbanyak yang dialami responden dalam penelitiannya. Kemarahan atau mudah marah merupakan gejala utama dari gejala psikologi selama pramenstruasi. Banyak penyebab terjadinya gejala mudah marah pada


(54)

pramenstruasi, beberapa ahli mengatakan gejala ini berhubungan dengan hipoglikemi disebabkan glukosa berubah selama fase luteal di siklus menstruasi, dan hipoglikemi relatif pada setiap wanita, dari beberapa kasus kekerasan yang dilaporkan karena hipoglikemi berat. Hipoglikemi pada fase pramenstruasi selama siklus menstruasi dikaitkan juga dengan gejala sakit kepala, mudah marah dan kelesuan (O’brien, 1987). Hipoglikemi timbul karena pengeluaran hormon insulin dalam tubuh meningkat pada fase pramenstruasi sehingga rasa lapar dan ingin mengkonsumsi makanan yang manis-manis meningkat pada fase pramenstruasi (Saryono & Sejati, 2009).

Gejala ini terjadi karena ketidakseimbangan hormon estrogen dan progesteron, Progesteron dapat menyebabkan efek hipnotis di dalam otak, yang berakibat pada perubahan emosional dan fisik, yang kadang-kadang terlihat selama interval segera sebelum menstruasi. Estrogen juga berefek pada neurokimia dan sintesis protein reseptor pada sistem saraf pusat, mungkin berkontribusi pada perubahan psikologi dan emosi yang terjadi saat pramenstruasi pada beberapa wanita (Saryono, 2008).

Keluhan fisik seperti nyeri panggul juga menjadi gejala yang banyak dialami pada penelitian Winkel et al (2012). Prostaglandin memainkan peran penting dalam prosen terjadinya dysmenorhoea. Tetapi belum diteliti apakah prostaglandin juga berpengaruh dalam nyeri panggul pramenstruasi (O’brien, 1987).


(55)

Nyeri payudara (mastodynia) adalah gejala yang sering di pramenstruasi, pertumbuhan jaringan payudara sebagian besar disebabkan oleh estradiol, dengan meningkatnya hormon ini selama fase folikular dapat menyebabkan peningkatan pembuluh darah dan jariangan alveolar (O’brien, 1987).

Cunningham et al (2005) mengatakan terdapat bukti adanya hubungan sebab-akibat antara sekresi dan penarikan progesteron dengan timbulnya gejala pramenstruasi, namun dasar biologis dari keterkaitan ini belum dipastikan. Di luar kehamilan, progesteron dihasilkan dalam jumlah besar hanya selama fase luteal siklus ovarium. Akan tetapi tidak dijumpai perbedaan nyata dalam kecepatan sekresi progesteron oleh korpus luteum dari wanita yang mengalami gejala pramenstruasi dengan yang tidak. Berdasarkan anggapan ini, tidak diketahui adanya efek progesteron yang jelas menunjukkan bahwa hormon ini berperan dalam kejadian pramenstruasi, apalagi menjelaskan perbedaan yang besar dalam tingkat keparahan dalam gejala-gejala yang dialamai wanita ini. Sebagian ahli berpendapat bahwa dasar patogenesis gejala pramenstruasi tidak terletak pada kadar mutlak berbagai hormon steroid seks pada fase luteal akhir siklus haid. Teori terbaru menyatakan bahwa keluhan gejala pramenstruasi sebenarnya merupakan respon abnormal berbagai organ target (dengan terpicunya serangkaian reaksi biokimiawi di susunan saraf pusat, terutama di otak seperti endofrin, serotonin dan prostaglandin) pada individu dengan predisposisi gejala pramenstruasi terhadap fluktuasi kadar hormon steroid seks yang terjadi pada fase luteal akhir (Suparman, 2012).


(56)

Etiologi dari gejala pramenstruasi sampai sekarang belum diketahui, gejala pramenstruasi bisa disebabkan oleh faktor lingkungan, sosial, serta faktor biologis yang berhubungan dengan fungsi ovarium misalnya pelepasan kadar estrogen dan progesteron. Dipengaruhi juga oleh hormon pituitary, siklus menstruasi, sekresi anti-diuretic hormone prostaglandin pada kasus nyeri panggul (dysmenorrhea) pada gejala pramenstruasi (westberg et al, 2000 dalam Treloar et al, 2002).

2.2. Gejala awal kehamilan di Klinik Bersalin Sumi

Gejala awal kehamilan adalah perubahan yang terjadi segera setelah terjadinya pembuahan dan berlanjut pada trimester pertama kehamilan yang meliputi perubahan fisik dan psikologis pada wanita hamil (Kusmiyati dkk, 2009). Dari hasil penelitian diketahui gejala awal kehamilan yang selalu dialami mayoritas responden yaitu gejala awal kehamilan sedang (n= 26, 65,0 %).

Hasil penelitian ini sejalan dengan peneltian Winkel et al (2012), ketika hubungan antara gejala pramenstruasi dan gejala fisik dan psikologis pad awal kehamilan dianalisis, serta frekuensi gejala ini dibandingkan, selama awal kehamilan jumlah gejala serta rata-rata keparahan gejala secara signifikan lebih tinggi daripada selama fase pramenstruasi.

Karakteristik gejala awal kehamilan yang paling banyak dialami primigravida di Klinik Bersalin Sumi adalah mengantuk (Mean = 3,08), pembengkakan payudara (Mean = 3,00), keletihan (Mean = 2,98), payudara nyeri jika tersentuh (Mean = 2,95) dan labilitas perasaan (Mean = 2,88). Winkel et al (2012) dalam penelitiannya juga mendapatkan kelelahan dan mengantuk sebagai


(57)

gejala awal kehamilan yang paling banyak dirasakan oleh respondennya. Mengantuk terjadi karena keletihan akibat peningkatan aktivitas metabolik, pada wanita hamil basal metabolic rate (BMR) meningkat hingga 15-20 % (Kusmiyati dkk, 2009). Pada trimester pertama terjadi peningkatan konsumsi oksigen, kadar progesteron dan kebutuhan janin juga karena perubahan psikososial sehingga menyebabkan wanita hamil lelah dan mudah kantuk (Morgan & Hamilton, 2009). Keletihan yang juga menyebabkan mengantuk pada wanita hamil terjadi sebagai respon terhadap peningkatan kebutuhan janin dan plasenta yang tumbuh pesat sehingga wanita hamil mengalami perubahan-perubahan metabolik yang besar dan intens. Laju metabolik basal pada wanita hamil dapat meningkat 10 sampai 30 % dibandingkan dengan keadaan tak hamil (Cunningham et al, 2012)

Rata-rata wanita merencanakan, menerima dan santai dalam kehamilannya, tapi mereka juga mengalami labilitas perasaan di awalnya. Menolak kehamilan diawal itu keadaan biasa, tapi secara umum diikuti dengan penerimaan yang berakhir pada trimester pertama. Labilitas perasaan bisa terjadi karena fakta-fakta dan spekulasi tentang jauhnya langkah untuk menjadi seorang ibu (placzek & Lederman, 1984). Simkin et al (2007) menjelaskan bahwa bulan-bulan awal kehamilan sering dipenuhi dengan gejolak emosi yang naik turun. Bayangan menjadi ibu kadang-kadang membuat senang, tetapi pada saat lain membuat kurang nyaman. Kadang-kadang memang membingungkan bagaimana seorang wanita hamil bisa merasa sangat bahagia dengan kehamilannya tetapi juga merasa murung, terkadang saling berbagi perasaan dengan orang lain membuat masa-masa ini bisa dilalui dengan baik. Ambivalen atau labilitas


(58)

perasaan adalah hal yang wajar pada kehamilan, terutama pada kehamilan pertama. Tetapi ambivalen yang tinggi dan terus menerus tidak lagi dianggap normal. Jika ambivalen masih terus terjadi hingga trimester ketiga maka harus segera dikonsultasikan, jika ambivalen tidak juga terselesaikan maka ambivalen dapat berlanjut kepost partum disorder.

Penelitian Lubis (2014) tentang perubahan fisiologis pada ibu hamil trimester pertama mendapatkan bahwa payudara membesar merupakan perubahan yang dialami mayoritas wanita hamil. Pada penelitiannya 78 % responden mengalami perubahan pada payudara. Kusmiyati dkk (2009) menjelaskan pada minggu-minggu awal kehamilan mammae akan membesar dan tegang akibat hormon somatomamotropin, estrogen dan progesteron, akan tetapi belum mengeluarkan ASI. Estrogen menimbulkan hipertropi sistem saluran, sedangkan progesteron menambah sel- sel asinus pada mammae. Somatomamotropin mempengaruhi pertumbuhan sel-sel asinus dan menimbulkan perubahan dalam sel-sel sehingga terjadi pembuatankasein, laktabumundan laktoglobulin. Dengan demikian mammae dipersiapkan untuk laktasi. Disamping itu dibawah pengaruh progesteron dan somatomamotropin terbentuk lemak disekitar alveolua-alveolus sehinggamammaemenjadi lebih besar.

Penyebab gejala awal kehamilan disebabkan berbagai faktor seperti faktor hormonal, dampak terjadinya peningkatan hormon estrogen dan progesteron dalam tubuh wanita hamil akan mempengaruhi perubahan fisik sehingga banyak wanita hamil yang merasakan kekecewaan, penolakan dan kesedihan (Kusmiyati dkk, 2009). Cunningham et al (2012) juga mengatakan bahwa selama kehamilan


(59)

normal, hampir semua sistem organ mengalami perubahan anatomis dan fungsional yang bermakna. Selama kehamilan terjadi adaptasi anatomis, fisiologis, bikimiawi serta psikologi yang mencolok. Banyak perubahan ini dimulai segera setelah pembuahan dan berlanjut selama kehamilan dan sebagian besar terjadi terhadap respon terhadap rangsangan fisiologis yang ditimbulkan oleh janin dan plasenta

2.3. Hubungan gejala pramenstruasi dengan gejala awal kehamilan di Klinik Bersalin Sumi

Hasil analisis bivariat hubungan gejala pramenstruasi dengan gejala awal kehamilan menggunakan ujiSpearman didapatkan nilai p < 0,05 yaitu 0,003. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna secara statistik antara kedua variabel tersebut dan nilai r (koefisien korelasi) adalah 0,462 dan menunjukkan korelasi positif sedang, hubungan positif dengan interpretasi memadai, hubungan positif disini menandai hubungan yang sifatnya satu arah, korelasi positif terjadi jika gejala pramenstruasi mengalami kenaikan maka gejala awal kehamilan juga mengalami kenaikan. Hal ini menunjukkan bahwa Ho ditolak dan terdapat hubungan bermakna secara statistik antara gejala pramenstruasi dengan gejala awal kehamilan.

Dalam penelitian ini ketika gejala pramenstruasi dan gejala awal kehamilan dibandingkan, tingkat keparahan gejala pada awal kehamilan secara signifikan lebih tinggi dari pada gejala pramenstruasi. Perbedaan mungkin bisa dipertimbangkan berdasarkan waktunya, fase pramenstruasi adalah masa yang pendek, sedangkan awal kehamilan adalah kondisi yang sedang dialaminya.


(60)

Tetapi menariknya dari kedua fase reproduksi tersebut ada gejala yang sama dengan rata-rata yang tinggi seperti nyeri payudara di fase pramenstruasi serta pembengkakan payudara dan nyeri payudara jika disentuh pada fase awal kehamilan. Begitu juga dengan gejala perasaan yang mudah berubah pada fase pramenstruasi dan labilitas perasaan pada awal kehamilan yang sama-sama memperoleh rata-rata yang tinggi.

Hubungan yang terjadi pada fase pramenstruasi dengan fase awal kehamilan disebabkan perubahan hormon reproduksi yang memegang peranan penting, dalam hal ini disertai faktor psikososial. Penelitian Winkel (2012) yang melihat hubungan antara gejala pramenstruasi dan gejala fisik dan psikologis awal kehamilan juga mendapatkan mayoritas gejala yang sama terjadi pada fase pramenstruasi dan fase awal kehamilan.

Gejala yang dilaporkan tidak dapat secara eksklusif dijelaskan oleh perubahan hormonal reproduksi. Karena faktor psikososial juga menyertai, seperti stres dan perubahan struktural keluarga yang menyebabkan beban psikologis dibawah ambang batas dari gangguan mental (Soares, 2010). Bieber et al (2006) juga mengungkapkan bahwa wanita dengan riwayat gejala pramenstruasi berat kemungkinan juga mengalami gejala yang berat pada masa kehamilannya.

Penelitian ini didukung oleh teori sensitivitas hormon reproduksi yang menyatakan beberapa wanita cenderung berulang kali mengalami gejala fisik dan psikologis selama fase reproduksi yang berbeda dengan sifat gejala yang hampir konsisten (Soares & Zitek, 2008). Soares (2010) memaparkan bahwa sensitivitas hormon reproduksi merupakan interaksi antara neuroendokrin dan faktor


(61)

psikososial. Penelitian ini menunjukkan bahwa fase reproduksi tidak independen satu sama lain, keparahan gejala selama fase pramenstruasi secara signifikan terkait dengan keparahan gejala selama awal kehamilan.

Penelitian Sugarawa (1997) yang meneliti perubahan suasana hati pada fase pramenstruasi, fase kehamilan dan post partum juga mendapatkan hasil yang sama, dimana terdapat hubungan antara ketiga fase ini. Perubahan suasana hati pada fase pramenstruasi penting untuk melihat faktor resiko pada fase kehamilan dan post partum yang dapat dijelaskan oleh perubahan hormonal. Penelitian lainnya yang mendukung teori sensitivitas hormon reproduksi adalah penelitian Freeman et al (2004) yang memprediksikan gejala menopause berdasarkan gejala pramenstruasi yang dialami dan menyimpulkan bahwa wanita yang melaporkan gejala pramenstruasi yang berat secara umum memiliki resiko tinggi mengalami hot flushes, gangguan suasana hati, gangguan tidur dan penurunan libido pada masa menopause. Warner (1991) dalam penelitiannya juga mengungkapkan ada keterkaitan antara depresi pramenstruasi dan depresi post partum, wanita yang memiliki riwayat depresi pramenstruasi kemungkinan akan mengembangkan gejalanya pada masa post partum yang dikaitkan dengan neuroendokrin, tapi depresi post partum tidak hanya dipengaruhi oleh faktor neuroendokrin tapi juga faktor sosial dan psikologis.


(62)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan

Dari hasil penelitian”Hubungan Gejala Pramenstruasi dengan Gejala Awal Kehamilan di Klinik Bersalin Sumi Medan .” maka dapat ditarik keimpulan sebagai berikut :

1.1.Mayoritas responden mengalami gejala pramenstruasi ringan (52,5%) disusul dengan gejala pramenstrusai sedang (45,0%), dan rata-rata gejala pramenstruasi yang paling tinggi dirasakan oleh responden ialah mudah marah mudah tersinggung, nyeri panggul, perasaan yang mudah berubah dan nyeri payudara.

1.2.Mayoritas responden mengalami gejala awal kehamilan sedang, (65,0 %) dan rata-rata gejala awal kehamilan yang paling tinggi dirasakan oleh responden ialah mengantuk, pembengkakan payudara, keletihan, payudara nyeri jika tersentuh dan labilitas perasaan.

1.3.Dari analisa dengan uji spearman diperoleh bahwa ada hubungan signifikan dengan korelasi positif (hubungan satu arah) dan interpretasi memadai antara gejala pramenstruasi dengan gejala awal kehamilan di Klinik Bersalin Sumi Medan (p = 0,003 < = 0,05 , r = 0,462) yang menunjukkan bahwa Ho ditolak.


(63)

2. Saran

Berdasarkan kesimpulan dari penelitian ini, maka saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut :

2.1.Pendidikan Keperawatan

Bagi Pendidikan keperawatan, penelitian ini dapat dijadikan sumber pengetahuan dan pemahaman baru bagi peserta didik terkait dengan gejala pramenstruasi dan gejala awal kehamilan, serta hubungan keduanya terkait sensitivitas hormon reproduksi.

2.2.Pelayanan Keperawatan

Bagi pelayanan keperawatan, dapat dilakukan oleh perawat dalam pemberian pendidikan kesehatan pada usia subur bahwa gejala yang muncul saat pramenstruasi mungkin juga akan berlanjut pada awal kehamilan serta gejala apa saja yang biasanya muncul pada kedua fase tersebut.

2.3.Penelitian Keperawatan

Bagi penelitian selanjutnya diharapkan kepada peneliti dapat meneliti tentang hubungan satu gejala saja, misalnya perubahan suasana hati (labilitas perasaan) pada fase pramenstruasi dengan fase awal kehamilan agar semakin terlihat keterkaitan antara kedua fase reproduksi tersebut.


(64)

Daftar Pustaka

Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik Edisi Revisi. Jakarta : Rineka Cipta

Bieber, Eric. J., Sanfilippo, J, S., Horowitz, I. R. 2006. Clinical Gynecology. Philadelphia : Elsevier

Binfa L, Castelo-Branco C, Blümel JE, Cancelo MJ, Bonilla H, Munoz I, Vergara V, Izaguirre H, Sarra S, Ríos RV.2004.Influence of Psycho-Social Factors on Climacteric Symptoms. Maturitas 48, 425-431

Bloch M, Schmidt PJ, Danaceau M, Murphy J, Nieman L, Rubinow DR. 2000. Effects of Gonadal Steroid in Women with History of Postpartum Depression. Am J Psychiatry 157, 924-930

Bloch M, Rotenberg N, Koren D, Klein E .2005.Risk Factors Associated with the Development of Postpartum Mood Disorders. J Affect Disord 8, 9-18 Bobak et al. 2004.Keperawatan Maternitas. Jakarta: EGC

Burns & Groove. 1993. The Practice and Nursing Research: Conduct, Critique and Utilitation. Philadelphia: W.B. Saunders Company

Cunningham, F, Gery., Leveno, K,J., Bloom, S, L., Hauth, J, C., Rouse, D, J., Spong, C, Y.. et al, 2005.Obstetri Williams. (Edisi 21).Jakarta : EGC Cunningham, F, Gery., Leveno, K,J., Bloom, S, L., Hauth, J, C., Rouse, D, J.,

Spong, C, Y. 2012.Obstetri Williams (Edisi 23).Jakarta : EGC

Dita. 2010. Seluk Beluk Kesehatan Reproduksi Wanita. Yogjakarta : Aplus Bokks.

Freeman EW, Sammel MD, Rinaudo PJ, Sheng L. 2004. Premenstrual Syndrome as a Predictor of Menopausal Symptoms. Obstet Gynecol 103, 960-966 Halbreich U.2010. Women’s Reproductive Related Disorders (RRDs). J Affect

Disord 122, 10-1

Khaeruddin. 2007.Tinggi Angka Kematian Ibu dan Bayi di SUMUT. Medan Kitamura, Mari.., Takeda, Takashi., Koga, Shoko., Nagase, Satoru., Yaegashi,

Nobuo.Relationship between Premenstrual Symptoms and Dysmenorrheal

in Japanese High School Students. Arch Womens Ment Health 15: 131–


(65)

Kusmiyati, Yuni.,Wahyuningsih, H Puji., Sujiyanti. 2009. Perawatan Ibu Hamil. Yogyakarta: Fitramaya

Llewellyn, Derek dan Jones. 2002. Dasar-Dasar Obstetri dan Ginekologi. Jakarta: Hipokrates

Liewellyn, Derek dan Jones. 2005. Dasar-Dasar Obstetri dan Ginekologi. Jakarta: Hipokrates

Llewellyn, Derek dan Jones. 2005.Setiap Wanita. Jakarta: Delapratasa Publishing Lubis, Erina Fitriyananda. 2014. Perubahan Fisiologis pada Ibu Hamil Trimester Pertama yang Memeriksakan Diri ke Ruang Obgyn RS. Haji Adam Malik Medan

Morgan, Geri dan Hamilton, carole. 2009.Obstetri dan Ginekologi.Jakarta: EGC Murkoff, Heidy., Eisenberg, Arlene., Hathaway, Sandee. 2006. Kehamilan: Apa

yang Anda Hadapi Bulan per Bulan.Jakarta: Arcon

Naylor, C Scoot. 2005.Obtetri - Ginekologi referensi ringkas. Jakarta: EGC Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu

Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika

Notoatmojo, Soekidjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta

Payne JL, Roy PS, Murphy-Eberenz K, Weismann MM, Swartz KL, McInnis MG, Nwulia E, Mondimore FM, MacKinnon DF, Miller EB, Nurnberger JI, Levinson DF, DePaulo JR Jr, Potash JB .2007. Reproductive Cycle-Associated Mood Symptoms in Women with Major Depression and Bipolar Disorder. J Affect Disord 99: 221-229

Pearlstein TB, Frank E, Rivera-Tovar A, Thoft JS, Jacobs E, Mieczkowski TA .1990. Prevalence of Axis I and Axis II Disorders in Women with Late Luteal Phase Dysphoric Disorder. J Affect Disord 20, 129-134

Placzek, R & Lederman. 1984. Psychososial adaptation in Pregnancy. UK: Prentice Hall

Putri, Arridha Utami. 2011. Hubungan Sindrom Pramenstruasi dengan Regularitas Siklus Menstruasi pada Mahasiswa S1 Fakutas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

Rees, M., Hope, S., Oehler, M, K., Moore, J., Crawford, P. 2008.Problem Solving in Women Health. UK : Clinical publishing


(66)

Saryono. 2008.Biokimia Reproduksi. Yogyakarta : Mitra Cendikia

Saryono dan Sejati, Waluyo. 2009. Sindrom Pramenstruasi. Yogyakarta: Nuha Medika

Schmidt PJ, Nieman LK, Danaceau MA, Adams LF, Rubinow DR. 1998. Differential Behavioral Effects of Gonadal Steroid in Women with and in those Without Pramenstrual Syndrome. N Eng J Med 338, 209-216 Schott, Judith dan Priest, Judy. 2008.Buku Kelas Antenatal. Jakarta: EGC

Setiadi. 2007. Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Shaughn O’brien, P.M. Pramenstrual Syndrome. 1987. London : Blackwell Scientific Publishing

Simkin, Penny., Whalley, Janet., Keppler, Ann. 2007. Kehamilan, Melahirkan & Bayi. Jakarta: Arcan

Soares CN .2010. DSM-V and Reproductive-Related Psychiatric Disorders: a

Closer Look at Windows of Vulnerability. Arch Womens Ment Health 13,

15-16

Soares CN, Zitek B .2008. Reproductive Hormone Sensitivity and Risk for Depression Across the Female Life Cycle: a Continuum of Vulnerability?J Psychiatry Neurosci 33, 331-343

Steiner M, Dunn E, Born L .2003. Hormones and Mood: from Menarche to Menopause and Beyond. J Affect Disord 74, 67-83

Stoppard, Mirriam. 2009. Ensiklopedia Kehamilan dan Kelahiran .Jakarta: Erlangga

Sudjana, M.A. 2005.Metode Statistika (edisi kelima).Bandung: Tarsito

Sugawara M, Toda MA, Shima S, Mukai T, Sakakura K, Kitamura T.1997. Premenstrual Mood Changes and Maternal Mental Health in Pregnancy and the Postpartum Period. J Clin Psychol 53: 225-232

Suparman, Eddy.2012.Premenstrual Syndrome. Jakarta: EGC

Treloar, S.A., Health, A.C. and Martin, N.G. 2002. Genetic and environmental influences on premenstrual symptoms in an Australian twin sample. Psychological Medicine. 32:25-38

Winkjosastro H, 2008. Ilmu Kandungan. Edisi Kedua Cetakan Keenam. Jakarta: P.T. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo


(67)

Warner P, Bancroft J, Dixson A, Hampson M .1991. The Relationship Between Perimenstrual Depressive Mood and Depressive Illness. J Affect Disord 23, 9-23

Winkel S, Einsle F, Hans. 2012. Premenstrual symptoms are associated with psychological and physical symptoms in early pregnancy. Arch Womens Ment Health 16: 109–115

Yatim, Faisal. 2001. Haid Tidak Wajar dan Menopause. Jakarta: pustaka popular obor


(1)

91


(2)

92


(3)

93


(4)

94 Jadwal Penelitian

No Kegiatan September

2014 Oktober 2014 November 2014 Desember 2014 Januari 2015 Februari 2015 Maret 2015 April 2015 Mei 2015 Juni 2015 Juli 2015

Minggu ke- 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 Pengajuan Judul

2 Menyusun Proposal 3 Sidang Proposal 4 Revisi Proposal 5 Uji Validitas dan

Reliabilitas 6 Pengambilan data 7 Analisa Data 8 Sidang Skripsi 9 Revisi Skripsi 10 Pengumpulan skripsi


(5)

95 Anggaran Dana

No KEGIATAN BIAYA

1 Menyiapkan proposal sampai sidang proposal

 Biaya internet dan pulsa modem

 Kertas A4 80 gr 1 rim

 Fotokopi sumber-sumber daftar pustaka

 Fotokopi memperbanyak proposal

 Sidang proposal

Rp. 100.000,00 Rp. 40.000,00 Rp. 50.000,00 Rp. 50.000,00 Rp. 100.000,00

2 Pengumpulan data dan analisa data

 Izin penelitian danethical clearancefakultas keperawatan USU

 Transportasi

 Fotokopi Kuesioner daninformed consent  Cinderamata

Rp. 100.000,00

Rp. 400.000,00 Rp. 20.000,00 Rp. 300.000,00

3 Pengumpulan laporan skripsi

 Kertas A4 80 gr 1 rim

 Jilid skripsi

 Fotokopi laporan penelitian

 Sidang skripsi

Rp. 40.000,00 Rp. 100.000,00 Rp. 100.000,00 Rp. 100.000,00

4 Biaya tak terduga Rp. 150.000,00

Total Rp. 1.650.000,00


(6)

96 Riwayat Hidup

I. Identitas

Nama : Devi Arisanty Nasution

Nim : 111101088

Tempat/Tgl Lahir : Medan, 25 Desember 1993

Agama : Islam

Alamat : Jln Pipit 2 no 378 P. Mandala Medan

II. Nama Orang Tua

Ayah : Ridwan Effendy Nst

Ibu : Armainy Lubis

III. Riwayat Pendidikan

TK Asahan Bakti (1998-1999) SDN 066665 (1999–2005)

SMP Swasta Islam An-Nizam Medan (2005–2008) Madrasah Aliyah Negeri 2 Model Medan (2008–2011) S1- Keperawatan USU Medan (2011)