Produktivitas Primer Fitoplankton Hasil 1. Parameter Penunjang

54 0.64 0.68 0.72 0.76 A1 A2 B1 B2 C1 C2 Zona A Zona B Zona C K lo ro fil- a 500 1000 1500 2000 2500 3000 Klorofil-a Kelimpahan K e li m pa h a n P la n kt o n se l l Gambar 16. Hubungan klorofil-a dan kelimpahan plankton pada masing-masing stasiun dan substasiun Berdasarkan nilai konsentrasi klorofil-a yang diperoleh selama penelitian, menunjukkan belum terjadinya pertumbuhan fitoplankton secara optimal. Hal ini seperti yang dinyatakan oleh Goes et al. 2004 bahwa bila konsentrasi klorofil-a melebihi 1 mgm 3 menunjukkan sebagai indikator musim pertumbuhan fitoplankton.

4.1.6. Produktivitas Primer Fitoplankton

Nilai produktivitas primer bersih NPP yang diperoleh selama penelitian berkisar 2,54-8,98 mg Cm 3 jam pada stasiun A, 2,77-11,14 mg Cm 3 jam pada stasiun B, dan 3,33-9,19 mg Cm 3 jam pada stasiun C Tabel 10. Nilai NPP yang diperoleh selama penelitian hampir sama dengan penelitian Alianto 2006 di perairan Teluk Banten yang berkisar 2,71-7,92 mg Cm 3 jam dan Abida 2008 di perairan pantai Selat Madura dengan nilai NPP yang diperoleh berkisar 1,11- 13,79 mg Cm 3 jam. Berdasarkan kriteria Ignatiades 2005 nilai produktivitas primer di perairan Teluk Kendari menunjukkan perairan tersebut tergolong perairan oligotropik. Seperti halnya dijumpai pada perairan Teluk Saronikos dengan nilai produktivitas primer berkisar 3,02-4,37 mgCm jam merupakan perairan oligotropik Karydis 2009. 3 Berdasarkan hasil sidik ragam nilai NPP antara stasiun menunjukkan perbedaan yang nyata pada taraf α 0,05 Lampiran 8. Dari hasil uji lanjut Tukey HSD terlihat bahwa nilai NPP pada stasiun B menunjukkan nilai rata-rata NPP 55 yang lebih besar yaitu 7,30±0,47 mgCm 3 jam dan berbeda nyata dengan stasiun A dan C, sedang stasiun A dan C menunjukan nilai rata-rata NPP berturut-turut sebesar 4,87±0,34 dan 5,56±0,64 mgCm 3 jam serta tidak menunjukkan perbedaan yang nyata. Tabel 10. Nilai produktivitas primer bersih mgCm 3 jam Stasiun Substasiun Pengamatan I Pengamatan II Pengamatan III Pengamatan IV Rata- rata Std A A1 5.91 2.78 4.59 5.03 4.58 1.32 A2 6.01 6.15 4.88 5.47 5.63 0.58 Rata-rata 5.96 4.47 4.74 5.25 5.10 0.66 B B1 9.18 6.79 7.81 7.71 7.87 0.99 B2 6.64 6.77 6.53 6.95 6.73 0.18 Rata-rata 7.91 6.78 7.17 7.33 7.30 0.47 C C1 5.95 5.86 4.71 5.72 5.56 0.58 C2 5.90 6.59 4.94 4.81 5.56 0.84 Rata-rata 5.92 6.23 4.82 5.27 5.56 0.63 Berdasarkan distribusi vertikal nilai NPP pada kedalaman inkubasi diperoleh nilai tertinggi pada kedalaman inkubasi 50 intensitas cahaya pada semua stasiun. Pada stasiun A nilai NPP berkisar 6,54-8,98 mgCm 3 jam, stasiun B berkisar 8,79-11,13 mgCm 3 jam dan stasiun C berkisar 5,96-9,19 mgCm 3 jam Gambar 17. Kecenderungan rendahnya nilai NPP pada lapisan permukaan perairan lebih disebabkan oleh intensitas cahaya yang tinggi pada lapisan permukaan yang dapat menghambat proses fotosintesis fitoplankton. Nilai NPP ini akan meningkat sampai pada intensitas cahaya optimum bagi pertumbuhan fitoplankton yang kemudian menurun sampai tidak terdapat lagi cahaya yang dibutuhkan fitoplankton untuk proses fotosintesis. Berdasarkan hasil sidik ragam antara kedalaman inkubasi pada masing- masing stasiun menunjukkan perbedaan yang nyata pada taraf α 0,05 Lampiran 9. Dari hasil uji Tukey HSD untuk stasiun A pada kedalaman inkubasi 50 dan 25 menunjukkan nilai rata-rata NPP sebesar 7,91±1,05 dan 5,71±1,22 mgCm 3 jam serta tidak berbeda nyata, namun berbeda nyata dengan kedalaman inkubasi 100, dan 1. Kedalaman inkubasi 100 dan 1 berturut- turut menunjukkan nilai rata-rata NPP sebesar 3,07±1,32 dan 2,79±0,26 mgCm 3 jam, dimana kedalaman inkubasi 1 dan 100 tidak menunjukkan perbedaan yang nyata. 56 Gambar 17. Sebaran NPP pada masing-masing stasiun di setiap kedalaman inkubasi Untuk stasiun B dari hasil uji lanjut nilai NPP antara kedalaman inkubasi menunjukkan perbedaan yang nyata. Pada kedalaman inkubasi 100 dan 25 menunjukkan nilai rata-rata NPP sebesar 7,34±1,61 dan 7,67±0,67 mgCm 3 jam dan tidak menunjukkan perbedaan yang nyata, namun berbeda nyata dengan kedalaman inkubasi 50 dan 1, dengan nilai rata-rata NPP berturut-turut sebesar 10,23±1,02 dan 3,96±0,91 mgCm 3 jam. Untuk kedalaman 1 terlihat perbedaan yang nyata dengan kedalaman lainnya begitu pula dengan kedalaman 50 menunjukkan perbedaan yang nyata dengan kedalaman lainnya. Untuk 57 stasiun C dari hasil uji lanjut menunjukkan bahwa pada kedalaman inkubasi 50 dan 25 tidak berbeda nyata, dengan nilai rata-rata NPP berturut-turut sebesar 7,55±1,34 dan 6,73±0,44 mgCm 3 jam. Namun kedalaman inkubasi 50 dan 25 berbeda nyata dengan kedalaman inkubasi 100 dan 1, dengan nilai rata- rata NPP sebesar 4,30±1,11 dan 3,66±0,55 mgCm 3 jam serta tidak berbeda nyata. Baik secara horizontal maupun vertikal, nilai NPP menunjukkan distribusi yang hampir sama dengan distribusi klorofil-a. Secara horizontal dijumpai nilai klorofil-a dan kelimpahan fitoplankton yang relatif lebih tinggi pada stasiun B yang diikuti oleh nilai NPP yang tinggi pula selama penelitian. Sedang secara vertikal kedalaman inkubasi 50 intensitas cahaya merupakan kedalaman inkubasi yang memiliki nilai klorofil-a dan kelimpahan fitoplankton tinggi pada hampir semua stasiun penelitian. 4.2. Pembahasan 4.2.1. Faktor Fisika dan Kimia yang Mempengaruhi Produktivitas Primer Perairan Sebaran vertikal suhu dan salinitas selama penelitian memperlihatkan tidak adanya stratifikasi suhu dan salinitas sampai kedalaman inkubasi dengan intensitas cahaya 1 zona fotik. Kondisi ini menunjukkan bahwa kedalaman tercampur mixing depth lebih besar dari kedalaman fotik atau Z mix : Z eu 1. Hal ini menggambarkan bahwa pada kondisi cahaya yang kurang baik, fitoplankton akan terangkut ke kedalaman air dimana penyinaran di bawah batas minimum untuk fotosintesis bersih, sehingga menghasilkan pertumbuhan yang rendah Damar 2003. Sejalan dengan Gallegos dan Platt 1985 diacu dalam Mallin dan Paerl 1992 bahwa kondisi di atas menghasilkan pencampuran yang cukup kuat sampai ke kedalaman lapisan tercampur, sehingga fitoplankton akan beradaptasi terhadap intensitas cahaya yang rendah karena terangkut ke kedalaman yang lebih dalam yaitu lapisan tercampur. Menurut Grobbelat 1985 diacu dalam Alpine dan Cloern 1988 bahwa di perairan estuari maupun danau dinamika populasi fitoplankton sangat dipengaruhi oleh perbandingan Z : Z , ketika kedalaman eufotik kurang dari 16 atau lebih rendah dari kedalaman tercampur maka pertumbuhan fitoplankton tidak dapat ditopang. eu mix