Uji Kesesuaian Model Penanaman dengan bibit Kusmana et al. 2009a Sistem tanam Kusmana et al. 2009a

31 Penyusunan Model Riap MAI dan CAI Berdasarkan model yang telah terpilih, maka disusun persamaan matematis untuk menduga besaran MAI Mean Annual Increment dan CAI Current Annual Increment. MAI merupakan hasil rata-rata dari model pertumbuhan diameter batang atau tinggi anakan per satuan waktu fyt, sedangkan CAI merupakan hasil diferensiasiturunan pertama dari model pertumbuhan diameter batang atau tinggi anakan dydt. 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Model Pertumbuhan

A. marina

Berdasarkan hasil pengolahan dari keseluruhan data yang didapatkan selama 36 bulan Lampiran 2 dan 3, model persamaan logistik paling sesuai untuk ketiga perlakuan jarak tanam bagi pertumbuhan diameter batang A. marina dibandingkan kedua model lainnya Richard’s dan Gompertz Tabel 7. Hal ini dapat dilihat dari nilai ketujuh kriteria yang diperbandingkan yaitu p-value, AIC, BIC, RMSE, R 2 , R 2 adj, serta terpenuhi atau tidaknya kondisi homokedastisitas dari model yang dihasilkan. Tabel 7 Hasil perbandingan tujuh indikator pemilihan model terbaik untuk menduga pertumbuhan diameter batang A. marina pada jarak tanam yang berbeda Jarak Tanam Persamaan Koefisien p-value AIC BIC RMSE R 2 R 2 adj Homokedastisitas 0.25 x 0.25 m Logistik a = 5.083 0.0001 111.04 128.43 0.54 0.705 0.702 Terpenuhi b = 11.333 0.0001 c = 0.919 0.0001 Richard’s a = 8.881 0.0338 387.86 401.77 0.54 0.704 0.702 Tidak b = 0.426 0.0002 c = 0.223 0.0001 Gompertz a = 12.739 0.1255 387.97 401.88 0.54 0.704 0.702 Tidak b = 3.490 0.0001 c = 0.289 0.0028 0.5 x 0.5 m Logistik a = 5.688 0.0001 72.44

87.36 0.50

0,871 0,870 Terpenuhi b = 14.670 0.0001 c = 1.220 0.0001 Richard’s a = 9.213 0.0001 79.82 94.74 0.52 0.863 0.861 Terpenuhi b = 0.562 0.0001 c = 0.212 0.0001 Gompertz a = 13.032 0.0029 82.03 96.95 0.53 0.859 0.857 Terpenuhi b = 3.636 0.0001 c = 0.384 0.0001 1 x 1 m Logistik a = 5.981 0.0001 49.98

61.83 0.50

0.882 0.879 Terpenuhi b = 14.207 0.0001 c = 1.189 0.0001 Richard’s a = 9.383 0.0019 52.25 64.10 0.51 0.876 0.873 Terpenuhi b = 0.561 0.0001 c = 0.215 0.0001 Gompertz a = 12.795 0.0213 52.95 64.79 0.52 0.874 0.871 Terpenuhi b = 3.547 0.0001 c = 0.390 0.0001 Model pertumbuhan logistik memberikan nilai p-value terkecil untuk ketiga perlakuan jarak tanam yaitu 0.0001 yang berarti koefisien yang diujikan pada model berpengaruh sangat nyata terhadap estimasi pertumbuhan diameter batang yang dihasilkan. Selain itu, model logistik mempunyai nilai AIC dan BIC terkecil untuk setiap perlakuan jarak tanam secara berturut-turut untuk jarak tanam 0.25 m x 0.25 m yaitu 111.04 dan 128.43; kemudian untuk jarak tanam 0.5 x 0.5 m yaitu 49.98 dan 61.83; begitupun untuk jarak tanam 1 x 1 m yaitu 49.98 dan 61.83. Nilai kesalahan RMSE yang dihasilkan juga paling kecil untuk jarak tanam 0.5 dan 1 m yaitu 0.50 bila dibandingkan dengan persamaan lain yang berkisar antara 0.51-0.53. Nilai R 2 dan R 2 adj yang dihasilkan juga cukup tinggi 33 lebih dari 70 yang berarti bahwa 70 dari variasi diameter batang anakan A. marina dapat dijelaskan dengan baik oleh umur tanaman melalui model logistik yang dihasilkan. Kedua kriteria tersebut memiliki nilai paling tinggi pada model pertumbuhan logistik untuk masing-masing jarak tanam. Selain itu, dari ketiga model yang dibandingkan untuk pertumbuhan diameter batang A. marina, hanya model persamaan logistik yang memenuhi syarat homokedastisitas pada ketiga perlakuan jarak tanam. Persamaan Richard’s dan Gompertz tidak memenuhi kaidah homokedastisitas untuk jarak tanam 0.25 x 0.25 m. Adapun kurva pertumbuhan yang dihasilkan dari model terpilih untuk ketiga jarak tanam dapat dilihat pada Gambar 21. Gambar 21 menunjukkan bahwa pada awal penanaman umur 0.25 tahun sampai dengan umur 0.75 tahun, A. marina dengan perlakuan jarak tanam 0.25 x 0.25 m memiliki ukuran diameter batang paling besar bila dibandingkan dengan perlakuan jarak tanam yang lain. Akan tetapi antara umur 0.75 sampai dengan 2 tahun, jarak tanam 1 x 1 m memiliki ukuran diameter batang paling besar sedangkan jarak tanam 0.25 m justru merupakan kondisi pertumbuhan dengan diameter batang terkecil. Kemudian ukuran diameter batang hampir seragam sampai dengan umur 2.3 tahun, dan di akhir pengamatan setelah tanaman mencapai umur 3.25 tahun jarak tanam 1 x 1 m menghasilkan tanaman dengan diameter batang terbesar. Gambar 21 Model pertumbuhan diameter batang A. marina cm berdasarkan waktu pada jarak tanam yang berbeda. diameter model jarak tanam 1 x 1 m, diameter model jarak tanam 0.5 x 0.5 m, diameter model jarak tanam 0.25 x 0.25 m, x diameter aktual jarak tanam 1 x 1 m, diameter aktual jarak tanam 0.5 x 0.5 m, + diameter aktual jarak tanam 0.25 x 0.25 m. 1 2 3 4 5 6 7 0.25 0.75 1.25 1.75 2.25 2.75 3.25 D ia m et er cm Umur tahun 34 Berdasarkan hasil pengujian model pertumbuhan untuk tinggi anakan A. marina Tabel 8, persamaan logistik juga merupakan model yang paling sesuai. Pada jarak tanam 0.25 x 0.25 m, persamaan logistik memenuhi kaidah homokedastisitas serta memiliki niali p-value 0.0001, AIC 136.68, BIC 154.06, dan RMSE 0.46 terendah dengan nilai R 2 dan R 2 adj tertinggi yaitu 84.2 dan 84.1. Hal ini senada dengan perlakuan jarak tanam 0.5 x 0.5 m yang mana nilai AIC 86.89, BIC 101.81, RMSE 0.48, R 2 88.8, dan R 2 adj 88.7. Pada jarak tanam 1 x 1 m, model persamaan R ichard’s memiliki nilai RMSE 0.44, R 2 89.6, dan R 2 adj 89.4 yang paling baik, akan tetapi untuk indikator AIC dan BIC, model persamaan Logistik memiliki nilai yang lebih rendah yaitu 63.76 dan 75.61 dibandingkan dengan persamaan Richard’s 100.79 dan 110.27. Pada kasus ini, model persamaan logistik yang dipilih dikarenakan selisih yang tidak terlalu besar untuk indikator RMSE 0.01, R 2 3, dan R 2 adj 4 bila dibandingkan selisih dari indikator AIC 37.03 dan BIC 34.66. Indikator AIC dan BIC yang lebih diutamakan dalam pemilihan model selama nilai yang dihasilkan oleh R 2 dan R 2 adj tinggi dan tidak jauh berbeda sehingga variasi tinggi anakan masih dapat dijelaskan dengan baik oleh umur tanaman melalui model yang dihasilkan. Tabel 8 Hasil perbandingan tujuh indikator pemilihan model terbaik untuk menduga pertumbuhan tinggi anakan A. marina pada jarak tanam yang berbeda Jarak Tanam Persamaan Koefisien p-value AIC BIC RMSE R 2 R 2 adj Homokedastisitas 0.25 x 0.25 m Logistik a = 4.986 0.0001 136.68 154.06 0.46 0.842 0.841 Terpenuhi b = 11.372 0.0001 c = 1.142 0.0001 Richard’s a = 4.986 0.0001 145.06 162.44 0.47 0.836 0.834 Terpenuhi b = 11.372 0.0001 c = 1.142 0.0001 Gompertz a = 10.652 0.0008 148.04 165.42 0.48 0.832 0.831 Terpenuhi b = 3.316 0.0001 c = 0.378 0.0001 0.5 x 0.5 m Logistik a = 6.050 0.0001 86.89 101.81 0.48 0.888 0.887 Terpenuhi b = 14.307 0.0001 c = 1.171 0.0001 Richard’s a = 11.758 0.0020 99.40 114.31 0.52 0.870 0.868 Terpenuhi b = 0.488 0.0001 c = 0.204 0.0001 Gompertz a = 20.910 0.0557 102.49 117.41 0.53 0.861 0.859 Terpenuhi b = 3.970 0.0001 c = 0.305 0.0001 1 x 1 m Logistik a = 6.583 0.0001

63.76 75.61

0.45 0.893 0.890 Terpenuhi b = 14.508 0.0001 c = 1.045 0.0001 Richard’s a = 6.467 0.0001 100.79 110.27

0.44 0.896

0.894 Terpenuhi b = 0.740 0.0001 c = 0.214 0.0001 Gompertz a = 7.473 0.0001 102.29 111.77 0.45 0.894 0.892 Terpenuhi b = 3.445 0.0001 c = 0.567 0.0001 Perbandingan ketiga kurva pertumbuhan tinggi anakan A. marina berdasarkan model yang terpilih Gambar 22, menunjukkan bahwa jarak tanam 0.25 x 0.25 m sejak awal penanaman terus mengalami penambahan dimensi tinggi anakan yang cukup besar ditandai dengan curamnya kurva yang dibentuk dan 35 mulai berkurang pertambahan tinggi anakan pada usia sekitar 2.25 tahun. Anakan A. marina pada jarak tanam 0.25 x 0.25 m memiliki ukuran tinggi anakan paling tinggi kemudian disusul dengan jarak tanam 0.5 x 0.5 m dan terendah pada jarak tanam 1 x 1 m dari awal penanaman hingga kisaran umur 2.5 tahun. Setelah itu, jarak tanam 0.5 x 0.5 m menjadi anakan dengan pertumbuhan tinggi anakan yang paling baik dari mulai umur 2.5 tahun hingga pengamatan terakhir yaitu pada umur 3.25 tahun. Perlakuan jarak tanam 1 x 1 m sejak pertumbuhan awal penanaman secara konstan memiliki rata-rata tinggi anakan paling rendah. Gambar 22 Model pertumbuhan tinggi anakan A. marina m berdasarkan waktu pada jarak tanam yang berbeda. tinggi model jarak tanam 1 x 1 m, tinggi model jarak tanam 0.5 x 0.5 m, tinggi model jarak tanam 0.25 x 0.25 m, x tinggi aktual jarak tanam 1 x 1 m, tinggi aktual jarak tanam 0.5 x 0.5 m, + tinggi aktual jarak tanam 0.25 x 0.25 m. Model Pertumbuhan R. mucronata Hasil pengolahan dan analisis data diameter batang R. mucronata pada berbagai perlakuan jarak tanam Tabel 9 menunjukkan bahwa ketiga model yang diujikan memenuhi kaidah homokedastisitas juga memiliki nilai p-value yang seragam yaitu 0.0001 yang berarti semuanya berpengaruh nyata. Pada jarak tanam 0.25 m x 0.25 m, persamaan logistik merupakan model yang terbaik untuk digunakan. Hal ini berdasarkan nilai indikator yang dihasilkan yaitu AIC 85.28, BIC 102.68, dan RMSE 0.30 lebih kecil bila dibandingkan dengan kedua model lainnya. Nilai R 2 89.1 dan R 2 adj 89 pun lebih tinggi daripada yang lainnya. Pada jarak tanam 0,5 x 0,5 m, model persamaan R ichard’s memiliki nilai RMSE 0.23, R 2 93.2 dan R 2 adj 93.1 terbaik, akan tetapi kriteria nilai AIC dan BIC terbaik pada jarak tanam tersebut yaitu pada persamaan logistik 56.24 dan 70.62. Bila dilihat dari nilai R 2 89.8 dan R 2 adj 93.1 yang cukup besar juga nilai RMSE 0. 31 yang tidak jauh berbeda dengan persamaan Richard’s, variasi diameter batang anakan masih dapat dijelaskan dengan baik oleh umur tanaman melalui persamaan logistik. Oleh karena itu, persamaan yang dipilih 1 2 3 4 5 6 0.25 0.75 1.25 1.75 2.25 2.75 3.25 T in ggi m Umur tahun 36 untuk mewakili model pertumbuhan diameter batang R. mucronata pada jarak tanam 0.5 x 0.5 m ini adalah persamaan logistik. Hal ini berlaku juga untuk jarak tanam 1 m x 1 m. Selisih nilai R 2 dan R 2 adjnya tidak terlalu besar antara persamaan Gompertz 94.9 dan 94.8 dengan persamaan logistik 91.2 dan 90.0, maka persamaan logistik yang dipilih untuk model pertumbuhan diameter batang R. mucronata pada jarak tanam ini. Tabel 9 Hasil perbandingan tujuh indikator pemilihan model terbaik untuk menduga pertumbuhan diameter batang R. mucronata pada jarak tanam yang berbeda Jarak Tanam Persamaan Koefisien p-value AIC BIC RMSE R 2 R 2 adj Homokedastisitas 0.25 x 0.25 m Logistik a = 2.752 0.0001 85.28 102.68 0.30 0.891 0.890 Terpenuhi b = 14.066 0.0001 c = 2.793 0.0001 Richard’s a = 2.832 0.0001 105.68 123.08 0.31 0.883 0.882 Terpenuhi b = 1.937 0.0001 c = 0.211 0.0001 Gompertz a = 2.856 0.0001 111.52 128.93 0.31 0.881 0.880 Terpenuhi b = 3.728 0.0001 c = 1.758 0.0001 0.5 x 0.5 m Logistik a = 2.953 0.0001

56.24 70.62

0.31 0.898 0.897 Terpenuhi b = 12.360 0.0001 c = 2.474 0.0001 Richard’s a = 3.084 0.0001 65.14 79.52 0.23 0.932 0.931 Terpenuhi b = 1.674 0.0001 c = 0.229 0.0001 Gompertz a = 3.132 0.0001 68.10 82.47 0.32 0.894 0.892 Terpenuhi b = 3.340 0.0001 c = 1.480 0.0001 1 x 1 m Logistik a = 3.036 0.0001

20.27 31.73

0.31 0.912 0.909 Terpenuhi b = 12.695 0.0001 c = 2.461 0.0001 Richard’s a = 3.201 0.0001 24.40 35.85 0.30 0.916 0.914 Terpenuhi b = 1.638 0.0001 c = 0.227 0.0001 Gompertz a = 3.268 0.0001 25.70 37.15

0.22 0.949

0.948 Terpenuhi b = 3.351 0.0001 c = 1.433 0.0001 Berdasarkan hasil visualisasi perbandingan dari model yang terpilih untuk masing-masing jarak tanam Gambar 23, pada awal pertumbuhan sampai dengan umur 2 tahun, anakan R. mucronata yang mendapatkan perlakuan jarak tanam 0.25 x 0.25 m memiliki ukuran diameter batang terbesar bila dibandingkan dengan jarak tanam lain. Pada rentang umur ini, jarak tanam 0.5 x 0.5 m dan 1 x 1 m memberikan hasil pertumbuhan anakan yang hampir sama. Setelah umur 2 tahun, jarak tanam 1 x 1 m yang menghasilkan pertumbuhan diameter batang yang lebih baik, disusul 0.5 x 0.5 m kemudian 0.25 x 0.25 m. 37 Gambar 23 Model pertumbuhan diameter batang R. mucronata cm berdasarkan waktu pada jarak tanam yang berbeda. diameter model jarak tanam 1 x 1 m, diameter model jarak tanam 0.5 x 0.5 m, diameter model jarak tanam 0.25 x 0.25 m, x diameter aktual jarak tanam 1 x 1 m, diameter aktual jarak tanam 0.5 x 0.5 m, + diameter aktual jarak tanam 0.25 x 0.25 m. Pertumbuhan tinggi anakan R. mucronata diuji dengan menggunakan model yang berbeda dengan model-model sebelumnya. Hal ini dikarenakan jika dilihat dari sebaran data yang dihasilkan Lampiran 1, pertumbuhan yang dibentuk masih dalam tahap yang konsisten naik belum menggambarkan pola pertumbuhan ideal yang berupa kurva sigmoid. Adapun model yang diujikan berupa model persamaan power, eksponensial, polinomial, dan invers polinomial Tabel 10. Tabel 8 menunjukkan bahwa persamaan eksponensial pada pertumbuhan tinggi anakan R. mucronata jarak tanam 0.25 x 0.25 m memiliki nilai RMSE terendah 0.30 serta R 2 76.7 dan R 2 adj 76.6 tertinggi. Nilai ini tidak jauh berbeda dengan persamaan polinomial yang mana nilai RMSE, R 2 , dan R 2 adj secara berturut-turut yaitu sebesar 0.31, 76, dan 75.8. Berdasarkan indikator AIC dan BIC, maka diputuskan model yang dipilih untuk pertumbuhan tinggi anakan R. mucronata jarak tanam 0.25 x 0.25 m adalah model persamaan polinomial. Persamaan polinomial memiliki nilai AIC -54.30 dan BIC -36.90 yang lebih kecil bila dibandingkan dengan persamaan eksponensial -41.57 dan - 27.65. Berdasarkan ketujuh kriteria yang dibandingkan, persamaan model polinomial juga merupakan model terbaik yang dipilih dalam pertumbuhan tinggi anakan R. mucronata jarak tanam 0.5 x 0.5 m dan 1 x 1 m. 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 D ia m et er cm Umur tahun 38 Tabel 10 Hasil perbandingan tujuh indikator pemilihan model terbaik untuk menduga pertumbuhan tinggi anakan R. mucronata pada jarak tanam yang berbeda Jarak Tanam Persamaan Koefisien p-value AIC BIC RMSE R 2 R 2 adj Homokedastisitas 0.25 x 0.25 m Power a = 1.253 0.0001 49.13 63.05 0.36 0.658 0.656 Terpenuhi b = 0.433 0.0001 Eksponensial a = 0.812 0.0001 -41.57 -27.65

0.30 0.767

0.766 Terpenuhi b = 0.354 0.0001 Polinomial a = 0.176 0.0001 -54.30 -36.90 0.31 0.760 0.758 Terpenuhi b = 0.101 0.0049 c = 0.968 0.0001 Invers Polinomial a = 0.318 0.0001 108.27 122.20 0.44 0.508 0.506 Tidak b = 0.453 0.0001 0.5 x 0.5 m Power a = 1.203 0.0001 -23.20 -11.70 0.47 0.369 0.364 Terpenuhi b = 0.240 0.0001 Eksponensial a = 0.884 0.0001 -72.34 -60.84 0.29 0.760 0.758 Terpenuhi b = 0.278 0.0001 Polinomial a = 0.219 0.0001 -111.50 -97.13 0.22 0.863 0.861 Terpenuhi b = 0.691 0.0001 c = 1.050 0.0001 Invers Polinomial a = 0.135 0.0001 -4.91 6.59 0.56 0.082 0.075 Tidak b = 0.705 0.0001 1 x 1 m Power a = 1.193 0.0001 -18.62 -9.46 0.38 0.479 0.472 Terpenuhi b = 0.259 0.0001 Eksponensial a = 0.867 0.0001 -55.52 -46.35 0.22 0.828 0.826 Terpenuhi b = 0.272 0.0001 Polinomial a = 0.203 0.0001 -87.23 -75.78 0.15 0.915 0.912 Terpenuhi b = 0.737 0.0001 c = 1.037 0.0001 Invers Polinomial a = 0.152 0.0001 -4.59 4.58 0.48 0.162 0.150 Tidak b = 0.690 0.0001 Hasil perbandingan dari ketiga persamaan model yang terpilih Gambar 24 menunjukkan bahwa jarak tanam 0.25 x 0.25 m merupakan perlakuan yang paling optimal dalam menghasilkan pertumbuhan tinggi anakan R. mucronata. Pada umur satu tahun pertama, tinggi anakan relatif sama untuk semua jarak tanam, setelah itu jarak tanam 0.25 x 0.25 m memperlihatkan pertumbuhan tinggi anakan yang tertinggi disusul oleh jarak tanam 0.5 x 0.5 m kemudian jarak tanam 1 x 1 m dengan ukuran tinggi anakan terendah. Berdasarkan keseluruhan model pertumbuhan diameter batang dan tinggi anakan yang didapatkan baik untuk jenis A. marina maupun R. mucronata, maka dapat disusun model persamaan riap MAI dan CAI. Adapun persamaan model yang dihasilkan tertera pada Tabel 11. 39 Gambar 24 Model pertumbuhan tinggi anakan R. mucronata m berdasarkan waktu pada jarak tanam yang berbeda. tinggi model jarak tanam 1 x 1 m, tinggi model jarak tanam 0.5 x 0.5 m, tinggi model jarak tanam 0.25 x 0.25 m, x tinggi aktual jarak tanam 1 x 1 m, tinggi aktual jarak tanam 0.5 x 0.5 m, + tinggi aktual jarak tanam 0.25 x 0.25 m. 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 T inggi m Umur tahun Jenis Parameter Jarak Tanam Model Pertumbuhan Model MAI Model CAI A. marina Diameter batang 0.25 x 0.25 m t e Y 919 . 333 . 11 1 083 . 5      t e t Y 919 . 333 . 11 1 083 . 5      2 919 . 919 . 333 . 11 940 . 52 t t e e Y   0.5 x 0.5 m t e Y 220 . 1 670 . 14 1 688 . 5      t e t Y 220 . 1 670 . 14 1 688 . 5      2 220 . 1 220 . 1 670 . 14 800 . 101 t t e e Y   1 x 1 m t e Y 189 . 1 207 . 14 1 981 . 5      t e t Y 189 . 1 207 . 14 1 981 . 5      2 189 . 1 189 . 1 207 . 14 032 . 101 t t e e Y   Tinggi anakan 0.25 x 0.25 m t e Y 142 . 1 372 . 11 1 986 . 4      t e t Y 142 . 1 372 . 11 1 986 . 4      2 142 . 1 142 . 1 372 . 11 752 . 64 t t e e Y   0.5 x 0.5 m t e Y 171 . 1 307 . 14 1 050 . 6      t e t Y 171 . 1 307 . 14 1 050 . 6      2 171 . 1 171 . 1 307 . 14 359 . 101 t t e e Y   1 x 1 m t e Y 045 . 1 508 . 14 1 583 . 6      t e t Y 045 . 1 508 . 14 1 583 . 6      2 045 . 1 045 . 1 508 . 14 804 . 99 t t e e Y   R. mucronata Diameter batang 0.25 x 0.25 m t e Y 793 . 2 066 . 14 1 752 . 2      t e t Y 793 . 2 066 . 14 1 752 . 2      2 793 . 2 793 . 2 066 . 14 116 . 108 t t e e Y   0.5 x 0.5 m t e Y 474 . 2 360 . 12 1 953 . 2      t e t Y 474 . 2 360 . 12 1 953 . 2      2 474 . 2 474 . 2 360 . 12 299 . 90 t t e e Y   1 x 1 m t e Y 461 . 2 695 . 12 1 036 . 3      t e t Y 461 . 2 695 . 12 1 036 . 3      2 461 . 2 461 . 2 695 . 12 852 . 94 t t e e Y   Tinggi anakan 0.25 x 0.25 m   968 . 101 . 176 . 2    t Y   t t Y 968 . 101 . 176 . 2      101 . 1 352 .   t Y 0.5 x 0.5 m   050 . 1 691 . 219 . 2    t Y   t t Y 050 . 1 691 . 219 . 2      691 . 438 .   t Y 1 x 1 m   037 . 1 737 . 203 . 2    t Y   t t Y 037 . 1 737 . 203 . 2      737 . 406 .   t Y Tabel 11 Model penduga CAI dan MAI diameter batang dan tinggi anakan A. marina dan R. mucronata pada jarak tanam yang berbeda 40 Pembahasan Pada sistem penanaman guludan yang dilakukan di area tambak Arboretum kawasan ekowisata mangrove milik Dinas Pertanian dan Kelautan DKI Jakarta, pertumbuhan diameter batang dan tinggi anakan A. marina serta diameter batang R. mucronata selama 36 bulan penanaman untuk setiap perlakuan jarak tanam membentuk pola persamaan logistik, sedangkan untuk pertumbuhan tinggi anakan R. mucronata membentuk pola persamaan polinomial. Secara umum, sejak awal penanaman perlakuan jarak tanam 0.25 x 0.25 m menunjukkan performa pertumbuhan yang paling optimal baik untuk pertumbuhan diameter batang maupun tinggi anakan pada kedua jenis anakan yang digunakan A. marina dan R. mucronata. Hal ini kemungkinan besar dikarenakan adanya pengaruh cahaya. Ukuran anakan yang masih kecil menyebabkan semua permukaan daun mendapatkan pencahayaan penuh dikarenakan tidak ada bagian daun yang ternaungi terutama pada jarak tanam lebar. Bjorkman et al. 1988 diacu dalam Wilson 2009 menemukan bahwa sejumlah spesies mangrove di Australia memiliki rata-rata penangkapan CO 2 yang rendah pada kondisi pencahayaan penuh sebagai akibat dari menurunnya efisiensi fotosintesis untuk menghilangkan kelebihan energi. Di lain pihak, daun yang ternaungi memiliki karakteristik fotosintesis yang normal. Okimoto et al. 2007 juga telah menemukan bahwa rata-rata pertukaran CO 2 fotosintetik paling tinggi berada pada daun di kanopi yang lebih rendah. Cahaya memang diperlukan untuk proses fotosintesis, akan tetapi jumlah yang berlebihan ternyata menyebabkan menurunnya rata-rata penangkapan CO 2 yang merupakan salah satu komponen yang dibutuhkan untuk fotosintesis, sehingga menghasilkan pertumbuhan yang kurang optimal. Selain mengurangi penerimaan cahaya yang terlalu tinggi, jarak tanam yang lebih rapat juga dapat mengurangi sengatan panas yang diterima oleh tanaman sehingga proses penguapan dapat dikurangi dan secara tidak langsung mengurangi kebutuhan akan air. Hal ini berdampak pada berkurangnya energi yang dibutuhkan untuk sekresitranslokasi garam yang ada pada sel tanaman yang masuk bersamaan dengan proses penyerapan air. Selain itu, pada kondisi awal penanaman, tanaman masih dalam proses adaptasi sehingga akar belum bisa melakukan fungsinya secara optimal. Krauss et al. 2008 juga menyebutkan bahwa ketika penerimaan cahaya meningkat, terlebih pada kondisi nutrisi yang terbatas, tanaman akan mengalokasikan pertumbuhannya pada akar dibandingkan daun, untuk memenuhi permintaan kebutuhan air dan nutrisi. Pada pertumbuhan diameter batang, baik R. mucronata maupun A. marina, terutama diameter batang R. mucronata, seiring dengan bertambahnya umur tanaman, jarak tanam 1 x 1 m mulai menunjukkan tingkat perlakuan yang menghasilkan pertumbuhan terbesar. Jarak tanam 0.25 x 0.25 m justru menampilkan pertumbuhan diameter batang terkecil. Hal ini menggambarkan sudah mulai terjadinya persaingan dalam memperoleh nutrisi. Jarak tanam yang rapat mengakibatkan persaingan nutrisi yang lebih besar dibandingan dengan jarak tanam yang lebih jarang. Menurut Krauss et al. 2008, hampir seluruh jenis tanaman mangrove memiliki sensitivitas yang tinggi terhadap ketersediaan nutrisi. Berdasarkan hasil penelitian O’Grady et al. 1996, kerapatan dan pertumbuhan A. marina lebih tinggi pada area kanopi yang terbuka. Kompetisi 41 42 nutrisi, cahaya, dan jarak tanam merupakan faktor yang sangat penting dalam mempengaruhi pertumbuhan dan distribusi Avicennia. Akan tetapi, kecenderungan pertumbuhan diameter batang yang semakin besar seiring dengan semakin lebarnya jarak tanam tidak terjadi pada hasil penelitian Halidah 2010. Pada penelitian ini, jarak tanam terlebar yang diaplikasikan yaitu 2 x 1.5 m menghasilkan ukuran tinggi anakan R. mucronata tertinggi, akan tetapi jarak tanam 1 x 2 m menghasilkan anakan dengan ukuran tinggi lebih rendah dibandingkan jarak tanam 1 x 1 m. Pada akhir pengamatan umur tanaman 3.25 tahun, ukuran diameter batang anakan mencapai 4.37 cm pada jarak tanam 0.25 m x 0.25 m, 4.45 cm pada jarak tanam 0.5 x 0.5 m, dan 4.61 cm pada jarak tanam 1 x 1 m Gambar 21. Ukuran diameter batang ini masih lebih kecil dibandingkan dengan ukuran diameter batang A. marina di pantai selatan Thailand yang mencapai 5.42 cm pada umur yang sama Thampanya 2006. Pada akhir pengamatan umur 3.5 tahun, R. mucronata memiliki ukuran diameter batang 2.5-3 cm, lebih kecil bila dibandingkan dengan A. marina 4-5 cm. Selain itu, pertumbuhan diameter batang R. mucronata pada sistem guludan ini juga lebih lambat bila dibandingkan dengan R. mucronata di pantai selatan Thailand yang mencapai 3.53 cm pada umur yang sama Thampanya 2006. Perbedaan ini mungkin dikarenakan oleh perbedaan penggunaan model pendugaan pertumbuhan diameter batang dan tinggi anakan yang digunakan yakni model linier bukan model logistik serta kondisi tempat tumbuh yang berbeda. Berdasarkan Kairo et al. 2008, R. mucronata berumur 12 tahun memiliki ukuran diameter batang 6.2 cm, atau jika dikalkulasikan memiliki riap diameter batang rata-rata tahunan MAI sebesar 0.517 cmth. MAI diameter batang anakan R. mucronata umur 3.5 tahun pada penelitian ini sedikit lebih besar yaitu antara 0.783-0.865 cmth aplikasi Tabel 11. Hal ini dikarenakan pada usia muda, riap cenderung lebih tinggi dan menurun seiring dengan pertambahan umur tanaman. Lain halnya dengan pertumbuhan tinggi anakan. Pada anakan A. marina, perlakuan jarak tanam 1 x 1 m sejak pertumbuhan awal penanaman secara konstan memiliki rata-rata tinggi anakan paling rendah, sedangkan anakan dengan jarak tanam paling rapat 0.25 x 0.25 m memberikan hasil pertumbuhan tinggi anakan terbaik sampai dengan umur 2.5 tahun setelah itu disusul oleh jarak tanam sedang 0.5 x 0.5 m. Hal ini terjadi dikarenakan pada jarak tanam rapat persaingan untuk memperoleh cahaya lebih tinggi, sehingga pertumbuhan lebih dialokasikan untuk pertambahan tinggi dalam rangka mempermudah perolehan cahaya. Hal ini juga yang mempengaruhi pertumbuhan diameter batang menjadi lebih kecil pada jarak tanam rapat. Setelah anakan mencapai umur 2.5 tahun, jarak tanam 0.5 x 0.5 m menghasilkan pertumbuhan tinggi yang lebih besar dibandingkan dengan jarak tanam 0.25 x 0.25 m. Hal ini kemungkinan besar dikarenakan pada umur tersebut, jarak tanam terlalu rapat menyebabkan persaingan hara yang terlalu tinggi, sehingga fotosintat yang dihasilkan tidak optimal untuk mendukung pertumbuhan. Pada akhir pengamatan umur 3.25 tahun, anakan A. marina memiliki ukuran tinggi anakan sekitar 4.52 m untuk jarak tanam 1 x 1 m, 4.90 m untuk jarak tanam 0.25 x 0.25 m, dan tinggi anakan maksimal yaitu 5.64 m untuk jarak tanam 0.5 x 0.5 m Gambar 22. Anakan A. marina pada penelitian ini ternyata mengalami pertumbuhan tinggi anakan yang relatif sama dengan A. marina di pantai selatan Thailand yang mencapai 5.02 m pada umur yang sama Thampanya 43 2006 meskipun untuk ukuran diameter batang yang berbeda seperti telah dibahas sebelumnya. Menurut hasil penelitian Hutahean et al. 1999, pada tingkat salinitas yang hampir sama 22.5-30.0 ppt, pertambahan tinggi anakan A. marina selama 3 bulan dari umur 1 tahun adalah sekitar 0.03 m, jauh lebih rendah bila dibandingkan dengan hasil pada penelitian ini untuk umur yang sama yaitu 0.26 m untuk jarak tanam 1 x 1 m, 0.32 m untuk jarak tanam 0.5 x 0.5 m, dan 0.37 m untuk jarak tanam 0.25 x 0.25 m. Hal ini dikarenakan teknik guludan diaplikasikan langsung di lapangan dengan sistem penanaman anakan yang berkelompok, sehingga memungkinkan terbentuknya iklim mikro dan juga siklus nutrisi yang lebih menguntungkan untuk proses pertumbuhan tanaman bila dibandingkan dengan media yang digunakan pada penelitian tersebut yang berupa ember berisi tanah dan air salin. Anakan A. marina pada teknik penanaman guludan ini juga memiliki ukuran tinggi yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan teknik rehabilitasi mangrove lain yaitu teknik penanaman langsung Rasool dan Saifullah 2002; Rasool et al. 2002; Rasool dan Saifullah 2005. Rasool dan Saifullah 2005 melakukan teknik pembuatan alur dengan mengaplikasikan bentuk V pada dasar alur sebagai pencegahan terhadap genangan juga tumbuhnya teritip. Tinggi anakan A. marina berumur 6 bulan pada penelitian tersebut hanya 0.39 m, sedangkan pada penelitian ini, mencapai 0.69 m untuk jarak tanam 1 x 1 m, 0.82 m untuk jarak tanam 0.5 x 0.5 m, dan 0.91 m untuk jarak tanam 0.25 x 0.25 m Gambar 22. Penelitian lain yang juga menggunakan teknik penanaman langsung dengan sumber anakan berupa cabutan mengasilkan tinggi rata-rata anakan A. marina sekitar 0.12 m Rasool et al. 2002, sedangkan penanaman langsung dengan sumber anakan dari persemaian memiliki rata-rata tinggi anakan 0.27 m Rasool dan Saifullah 2002. Perbedaan ini mungkin saja terjadi dikarenakan kondisi tempat tumbuh yang berbeda. Anakan R. mucronata memiliki model pertumbuhan tinggi yang berbeda. Pertumbuhan yang dibentuk masih dalam tahap yang konsisten naik, belum menggambarkan pola pertumbuhan ideal yang berupa kurva sigmoid. Bila dilihat dari nilai maksimum pertumbuhannya yang masih berkisar pada angka 3 m lebih kecil bila dibandingkan dengan pertumbuhan tinggi anakan A. marina yang mencapai di atas 5 m, anakan R. mucronata mangalami pertumbuhan tinggi yang masih lambat dibandingkan A. marina. Selain itu ukuran tinggi anakan R. mucronata ini masih lebih kecil dibandingkan dengan R. mucronata di pantai selatan Thailand yang mencapai 4.09 m pada umur yang sama Thampanya 2006. Kairo et al. 2008 melaporkan tanaman R. mucronata berumur 12 tahun di Kenya memiliki ukuran tinggi anakan rata-rata 8.4 m, atau MAI sebesar 0.7 mth. MAI tinggi anakan R. mucronata umur 3.5 tahun pada penelitian ini tidak jauh berbeda yaitu antara 0.739-0.858 mth aplikasi Tabel 11. Menurut Clough 1984 yang diacu dalam Wilson 2009, anakan Avicennia lebih toleran terhadap salinitas tinggi bila dibandingkan dengan Rhizophora. Hal ini menyebabkan pertumbuhan Avicennia lebih optimal dibandingkan dengan Rhizophora pada salinitas tinggi seperti pada penelitian ini yaitu 28-30 ppt. Menurut Aksornkoae 1993 diacu dalam Hutahean et al. 1999, dilaporkan bahwa jenis A. marina di Australia mampu tumbuh pada tingkat salinitas 85 ppt. 44 Menurut Hutahean et al. 1999, pemberian tingkat salinitas yang berbeda berpengaruh terhadap respon pertumbuhan tinggi pada jenis anakan mangrove R. mucronata, B. gymnorrhiza, dan A. marina. Pada umumnya respon pertumbuhan tinggi anakan yang baik diperoleh pada salinitas rendah Clough 1992; Hutahean et al. 1999. Meskipun mangrove dapat tumbuh pada tanah salin, akan tetapi pada salinitas yang sangat tinggi atau ekstrim, mangrove akan tumbuh kurang baik Supriharyono 2000. R. mucronata, dan A. marina memiliki rata-rata tinggi anakan terbesar pada tingkat salinitas 0.0-7.5 ppt Hutahean et al. 1999. Hal ini terjadi karena tumbuhan mangrove bukan merupakan tumbuhan yang membutuhkan garam tetapi toleran terhadap garam. Meskipun A. marina juga memiliki pertumbuhan optimal pada tingkat salinitas rendah, akan tetapi pertumbuhannya masih bisa lebih baik bila dibandingkan dengan R. mucronata. Hal ini didukung oleh pernyataan Ball et al. 1997 bahwa pada umumnya penurunan tingkat asimilasi yang berakibat pada penurunan tingkat pertumbuhan terjadi seiring dengan meningkatnya tingkat salinitas. Menurut Wilson 2009, terjadi penurunan tingkat pertumbuhan sebesar 50 dari tingkat salinitas 25 dibandingkan dengan salinitas 75 konsentrasi air laut. Hal lainnya diungkapkan oleh O’Grady et al. 1996. Rhizophora memiliki cadangan embrionik yang lebih besar dibandingkan Avicennia. Hal ini memungkinkan anakan Rhizophora dapat lebih bertahan di bawah naungan untuk periode yang lama dibandingkan dengan Avicennia, sehingga pertumbuhan tinggi anakan Rhizophora tidak secepat Avicennia sehubungan dengan usahanya dalam memperoleh cahaya. Pada tingkat salinitas tertinggi yang diujikan pada penelitian Hutahean et al. 1999 yaitu 22.5-30.0 ppt, pertambahan tinggi anakan R. mucronata selama 3 bulan penanaman sekitar 0.01 m, bahkan masih lebih rendah bila dibandingkan dengan hasil pada penelitian ini untuk umur yang sama yaitu 0.04 cm untuk jarak tanam 1 x 1 m, 0.05 cm untuk jarak tanam 0.5 x 0.5 m, dan 0.09 cm untuk jarak tanam 0.25 x 0.25 m Gambar 24. 5 SIMPULAN Pada sistem penanaman guludan yang dilakukan di kawasan Arboretum Mangrove Angke Kapuk Provinsi DKI Jakarta, pertumbuhan diameter batang dan tinggi anakan A. marina serta diameter R. mucronata selama 36 bulan penanaman untuk setiap perlakuan jarak tanam membentuk pola persamaan logistik, sedangkan untuk pertumbuhan tinggi anakan R. mucronata membentuk pola persamaan polinomial. Pada awal penanaman perlakuan jarak tanam 0.25 x 0.25 m menunjukkan performa pertumbuhan yang paling optimal baik untuk pertumbuhan diameter batang maupun tinggi pada kedua jenis anakan. Seiring berjalannya waktu, secara umum semakin besar jarak tanam, maka semakin besar pertumbuhan diameter batang yang dihasilkan. Lain halnya untuk pertumbuhan tinggi anakan. Semakin rapat jarak tanam, semakin tinggi pertumbuhan tinggi anakan untuk A. marina dan R. mucronata kecuali untuk pertumbuhan tinggi anakan A. marina setelah berumur 2.5 tahun. Pada tahap ini jarak tanam 0.5 x 0.5 m menghasilkan pertumbuhan tinggi anakan paling tinggi. DAFTAR PUSTAKA Aksornkoae S. 1993. Ecology and Management of Mangrove. Bangkok: IUCN. Ball MC, Cochrane MJ, Rawson HM. 1997. Growth and water use of mangroves Rhizophora mucronataI and R. stylosa in response to salinity and humidity under ambient and elevated concentration of atmospheric CO 2 . Plant Cell Environ. 209: 1158-1166. Bertalanffy, L. von. 1957. Quantitative laws in metabolism and growth. Quantitative Rev. Biology. 32: 218 –231. Bjorkman O, Demmig B, Andrews TJ. 1988. Mangrove photosynthesis: response to high-irradiant stress. Aust. J. Plant Physiol. 15: 43-61. Bosire JO, Dahdouh-Guebas F, Walton M, Crona BI, Lewis III RR, Field C, Kairo JG, Koedam N. 2008. Functionality of restored mangroves: A review. Aquat Bot. 89: 251-259. Burchett MD, Field CD, Pulkownik A. 1984. Salinity, growth and root respiration in the grey mangrove, Avicennia marina. Physiol. Plant. 601984: 113-118. Carson EW. 1974. The plant root and its environment. Proc. An Institute Sponsored by the Southern Regional Education Board; Virginia Polytechnic Institute and State University, 5-16 Jul 1974. Charlottesvile: Eniversity Press of Virginia. Chanter DO. 1976. Mathematical models in mushroom research and production [disertasi]. UK: University of Sussex. Clough BF. 1984. Growth and salt balance of the mangrove Avicennia marina Forsk Vierh and Rhizophora stylosa Griff in relation to salinity. Aust J Plant Physiol. 115: 419-430. Clough BF. 1992. Primary productivity and growth of mangrove forest. Tropical Mangrove Ecosystems. Eds Robertson AI dan Alongi DM. Washington: American Geophysical Union. Davis LS, Jhonson KN. 1987. Forest Management. Newyork: Mc Graw-Hill Book Company. Devoe NN, Cole TG. 1998. Growth and yield in mangrove forests of the federal states of Micronesia. Forest Ecology and Management. 1031998: 33-48. Draper NR, Smith H. 1981. Applied Regression Analysis. 2nd edition. New York: John Wiley Sons Inc. Fekedulegn D, Mac Siurtain MP, Colbert JJ. 1999. Parameter estimation of nonlinear growth models in forestry. Silva Fennica. 334: 327-336. Gurcan EK, Cobanoglu O, Genc S. 2012. Determination of body weight-age relationship by non-linear models in Japanese quail. Journal of Animal and Veterinary Advances. 113: 314-317. 47 Halidah. 2010. Pengaruh tinggi genangan dan jarak tanam terhadap pertumbuhan anakan Rhizophora mucronata Lam. di pantai barat Sulawesi Selatan. Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam. 71: 25-34. Handoko. 2005. Quantitative Modeling of System Dynamics for Natural Resources Management. Bogor: Seameo Biotrop. Harja D, Rahayu S. 2010. Pemodelan pertumbuhan tanaman, pohon dan perubahan lansekap. http:www.worldagroforestry.orgseaPublications filesmagazineMA0044-10.PDF [26 September 2011]. Hutahean EE, Kusmana C, Dewi HR. 1999. Studi kemampuan tumbuhan anakan mangrove jenis Rhizophora mucronata, Bruguiera gymnorrhiza, dan Avicennia marina pada berbagai tingkat salinitas. Jurnal Manajemen Hutan Tropika. 51: 77-85. Jumiati E. 2008. Pertumbuhan Rhizophora mucronata dan R. apiculata di kawasan Berlantung. Jurnal Manajemen Hutan Tropika. 143: 104-110. Kairo JG, Lang’at JKS, Dahdouh-Guebas F, Bosire J, Karachi M. 2008. Structural development and productivity of replanted mangrove plantations in Kenya. Forest Ecology and Management. 2552008: 2670-2677. Komiyama A, Tanapermpool P, Havanond S, Maknual C, Patanaponpaiboon P, Sumida A, Ohnishi T, Kato S. 1998. Mortality and growth of cut pieces of viviparous mangrove Rhizophora apiculata and R. mucronata seedlings in the field condition. Forest Ecology and Management. 1121998: 227-231. Krauss KW, Lovelock CE, McKee KL, Lopez-Hoffman L, Ewe SML, Sousa WP. 2008. Environmental drivers in mangrove establishment and early development: A review. Aquat Bot. 89: 105-127. Kusmana C. 2010. The growth of Rhizophora mucronata and Avicennia marina seedlings planted using guludan technique in coastal area of Jakarta. The 5 th Kyoto University Southeast Asia Forum, Conference of the Earth and Space Sciences, Institut Teknologi Bandung; Bandung, 7-8 Januari 2010. Kusmana C, Istomo, Basuni S, Wibowo C, Iskandar. 2005a. Penanaman Mangrove dengan Tehnik Guludan di Kawasan Mangrove Sepanjang Jalan Tol Sedyatmo, Jakarta. Kerjasama antara Dinas Kehutanan DKI Jakarta, PT. Jasa Marga dengan Fakultas Kehutanan IPB. Kusmana C, Wilarso S, Hilwan I, Pamoengkas P, Wibowo C, Tiryana T, Triswanto A, Yunasfi, Hamzah. 2005b. Teknik Rehabilitasi Mangrove. Bogor: Fakultas Kehutanan IPB. Kusmana C, Istomo, Purwanegara T. 2009a. Buku Manual Teknik Budidaya Mangrove. Bogor: Departemen Silvikultur, Fakultas Kehutanan IPB. Kusmana C, Istomo, Purwanegara T. 2009b. Buku Ajar Rehabilitasi Mangrove pada Tapak-Tapak Khusus. Bogor: Departemen Silvikultur, Fakultas Kehutanan IPB. Kusmana C, Istomo, Wibowo C, Wilarso SBR, Siregar IZ, Tiryana T, Sukardjo S. 2008. Manual Silvikultur Mangrove di Indonesia. Sunkar A, editor. Korea International Cooperation Agency KOICA. 48 Lei YC, Zhang SY. 2004. Features and partial derivatives of Bertalanffy-Richards growth model in forestry. Nonlinear Analysis: Modelling and Control. 91: 65-73. Liddle AR. 2008. Information criteria for astrophysical model selection. astro- ph0701113. Myers RH. 1986. Classical and Modern Regression with Applications. Boston: Duxubury Press. Narinc D, Karaman E, Firat MZ, Aksoy T. 2010. Comparison of non-linear growth models to describe the growth in Japanese quail. Journal of Animal and Veterinary Advances. 914:1961-1966. Nelder JA. 1961. The fitting of a generalization of the logistic curve. Biometrics. 17: 89 –110. Noor YR, Khazali M, Suryadiputra INN. 1999. Panduan Pengenalan Mangrove di Indonesia. Bogor: PKAWI-IP. Nybakken JW. 1992. Biologi Laut Suatu Pendekatan Ekologis. Eidman M, Koesoebiono, Bengen DG, Hutomo M, Sukardjo S, penerjemah; Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. O’Grady AP, McGuinness KA, Eamus D. 1996. The abundance and growth of Avicennia marina and Rhizophora stylosa in the low shore zone of Darwin Harbour, Northern Territory. Aust. J. of Ecology. 21: 272-279. Okimoto Y, Nose A, Katsuta Y, Tateda Y, Agarie S, Ikeda K. 2007. Gas exchange analysis for estimating net CO 2 fixation capacity of mangrove Rhizophora stylosa forest in the mouth of River Fukido, Ishigaki Island, Japan. Plant Production Science. 103: 303-313. Oliver FR. 1964. Methods of estimating the logistic function. Applied statistics. 13: 57 –66. Philip MS. 1994. Measuring Trees and Forests. 2 nd edition. Wallingford: CAB International. Phillips BF, Campbell NA. 1968. A new method of fitting the von Bertelanffy growth curve using data on the whelk. Dicathais, Growth. 32: 317-329. Plantamor. 2012. Api-api Jambu. http:www.plantamor.comindex.php?plant=166 [17 Maret 2013]. Rasool F, Saifullah SM. 2002. Mangroves of Miani Hor lagoon on the north Arabian Sea coast Pakistan. Pak. J. Bot. 343: 303-310. Rasool F, Saifullah SM. 2005. A new technique for growing the grey mangrove Avicennia marina Forssk. Vierh., in the field. Pak. J. Bot. 374: 969-972. Rasool F, Tunio S, Hasnain SA, Ahmad E. 2002. Mangrove conservation along the coast of Sonmiani, Balochistan Pakistan. Trees, Structure and Function. 16: 213-217. Ratkowsky DA. 1983. Nonlinear Regression Modeling. A Unified Practical Approach. New York: Marcel Dekker, Inc. 49 Richards FJ. 1959. A flexible growth function for empirical use. Journal of Experimental Botany. 10: 290 –300. Salvatore D, Reagle D. 2001. Schaum’s Outline of Theory and Problems of Statistics and Econometrics 2 nd edition. New York: Mc Graw-Hill. Siswadi. 1991. Pemodelan matematika. Makalah Lokakarya Metode Statistika untuk Bioteknologi; Bogor, 20-21 Agustus 1991. Sit V, Costello MV. 1994. Catalog of Curves for Curve Fitting. Biometrics Information Handbook Series No.4. British Columbia: Forest Science Research Branch. Sitompul SM, Guritno B. 1995. Analisis Pertumbuhan Tanaman. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Supriharyono. 2000. Pelestarian dan Pengelolaan Sumber Daya Alam di Wilayah Pesisir Tropis. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Syah C. 2011. Pertumbuhan tanaman bakau Rhizophora mucronata pada lahan restorasi mangrove di hutan lindung Angke Kapuk provinsi DKI Jakarta [Tesis]. Bogor: Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Thampanya U. 2006. Mangrove and sediment dynamics along the coast of southern Thailand [Disertasi]. Delft: The Academic Board of Wageningen University and the Academic Board of the UNESCO-IHE Institute for Water Education. Wikipedia. 2007. Avicennia dalam Flora Base Australia. http:id.wikipedia.orgwikiApi-api [13 Agustus 2007]. Wilson NC. 2009. The distribution, growth, reproduction and population genetics of a mangrove species, Rhizophora stylosa Griff. Near its southern limits in New South Wales, Australia [Disertasi]. Victoria: Faculty of Arts and Sciences, Australian Catholic University. LAMPIRAN 52 Lampiran 1 Sebaran data tinggi Rhizophora mucronata pada jarak tanam 0.25 x 0.25 m a, 0.5 x 0.5 m b, dan 1 x 1 m c. a b c 53 Lampiran 2 Contoh keluaran hasil pengolahan data dengan menggunakan software R Model 1b: avicennia jarak tanam 0.5m using LOGISTIK model: Y = a1+bexp-ct Generalized nonlinear least squares fit Model: diameter_cm ~ a1 + b exp-c umur_tahun Data: avicennia_0.5 AIC BIC logLik 72.44372 87.36176 -31.22186 Variance function: Structure: Power of variance covariate Formula: ~umur_tahun Parameter estimates: power 0.91456 Coefficients: Value Std.Error t-value p-value a 5.688029 0.5717037 9.94926 b 14.670076 1.3828635 10.60848 c 1.220014 0.0658946 18.51463 Correlation: a b b 0.918 c -0.853 -0.630 Standardized residuals: Min Q1 Med Q3 Max -2.47846753 -0.72585559 0.01197165 0.53571398 3.83422453 Residual standard error: 0.2951741 Degrees of freedom: 146 total; 143 residual calculating RMSE in original scale [1] 0.5037945 Calculating AIC [1] 72.44372 Calculating BIC or Schwarz BC : [1] 87.36176 calculating pseudo R-square pseudo R2 [1] 0.8714062 adjusted pseudo R2 [1] 0.8696077 54 Lampiran 3 Contoh hasil verifikasi asumsi model, kondisi homokedastisitas terpenuhi a dan homokedastisitas tidak terpenuhi b a b 55 Lampiran 4 Foto-foto guludan. a Tata letak guludan untuk penanaman mangrove b Desain guludan Kusmana 2010 c Gambaran lokasi penelitian 56 Lampiran 4 lanjutan d Anakan R. mucronata pada sistem guludan setelah 6 bulan penanaman e Anakan A. marina pada sistem guludan setelah 6 bulan penanaman f Anakan A. marina pada sistem guludan setelah 28 bulan penanaman 57 Lampiran 4 lanjutan g Anakan R. mucronata pada sistem guludan setelah 28 bulan penanaman h Proses pengambilan data RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Garut, Jawa Barat pada tanggal 23 Oktober 1986 sebagai putri dari pasangan Yayan Sopian dan Siti Tarwaty. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara. Pada tahun 2004, penulis lulus dari SMU Negeri 1 Malangbong dimana pada tahun yang sama lulus seleksi masuk IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB USMI. Penulis memilih Program Studi Budidaya Hutan, Departemen Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan, kemudian lulus pada tahun 2008. Setahun kemudian, penulis melanjutkan pendidikan ke Program Magister Pascasarjana di perguruan tinggi yang sama pada Program Studi Silvikultur Tropika. Selama mengikuti program S2, penulis menjadi anggota Himpunan Mahasiswa Muslim Pascasarjana, serta asisten praktikum mata kuliah Ekologi Hutan dan Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan tahun ajaran 20092010. Pada tahun 2009, penulis menjadi asisten peneliti serta panitia penyelenggara workshop Program Pelestarian dan Pengembangan Pohon Asli Bernilai Tinggi Palahlar Dipterocarpus spp. di Jawa Barat. Pada tahun 2010, penulis juga menjadi anggota panitia Workshop JPSS International Training Program to Protect Diversity of Bioresources in the Tropical Forest, dan mendapatkan program beasiswa pendidikan Bakrie Graduate Fellowship dari Bakrie Center Foundation, serta tahun berikutnya mengikuti program pertukaran pelajar Scholarship for Short-term Study in Japan yang diselenggarakan oleh JASSO Japan Student Service Organization di Fakultas Pertanian Ehime University, Matsuyama. 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Hutan mangrove merupakan salah satu ekosistem pesisir yang unik dan rawan. Ekosistem ini mempunyai berbagai fungsi ekologis dan ekonomis yang memegang peranan sangat vital dalam menopang kehidupan terutama masyarakat pesisir. Karena fungsi tersebut, terutama fungi ekonomisnya, sebagian masyarakat untuk memenuhi keperluan hidupnya melakukan intervensi terhadap ekosistem mangrove. Hal ini dapat dilihat dari adanya alih fungsi lahan mangrove menjadi tambak, pemukiman, industri, dan sebagainya maupun penebangan oleh masyarakat untuk berbagai keperluan. Dampak ekologis akibat berkurang dan rusaknya ekosistem mangrove adalah hilangnya berbagai spesies flora dan fauna yang berasosiasi, yang dalam jangka panjang akan mengganggu keseimbangan ekosistem mangrove pada khususnya dan ekosistem pesisir pada umumnya. Hal ini menyebabkan diperlukannya suatu upaya rehabilitasi hutan mangrove yang rusak dan pembangunan hutan tanaman mangrove di beberapa wilayah pesisir untuk memperkaya keanekaragaman hayati, meningkatkan produktivitas lahan, dan kualitas lingkungan ekosistemnya. Menurut Kusmana 2009a, penanaman dengan tujuan rehabilitasi kawasan lindungkonservasi mangrove seyogyanya menggunakan jarak tanam yang lebih rapat dibandingkan dengan tujuan penanaman untuk menghasilkan hasil hutan tertentu kayu, chip, arang, dsb. Selain itu, penanaman untuk rehabilitasi lahan yang rusak, cenderung menggunakan spesies yang bersifat pionir, seperti Avicennia marina dan Sonneratia alba, sedang untuk produksi kayu pertukangan atau kayu bakar, cenderung menggunakan spesies yang memiliki kualitas kayu lebih baik seperti Bruguiera gymnorrhiza, Rhizophora mucronata, R. stylosa, atau R. apiculata. Beberapa tahun terakhir ini telah dikembangkan dan diujicobakan suatu teknik penanaman mangrove untuk tujuan rehabilitasi lahan yang dinamakan teknik guludan Kusmana et al. 2005a. Teknik guludan ini merupakan teknik penanaman anakan mangrove pada lahan yang tergenang dengan air yang dalam kedalaman air 1 m atau lebih dengan menggunakan guludan yang diisi dengan karung-karung yang berisi tanah pada bagian bawahnya yang ditutupi dengan lapisan tanah curah di bagian atasnya sebagai media tempat tumbuh anakan mangrove tersebut. Dalam teknik ini telah diujicobakan penanaman bibit A. marina dan R. mucronata dengan berbagai jarak tanam 0.25 x 0.25 m, 0.5 x 0.5 m, dan 1 x 1 m dan dilakukan beberapa kegiatan pengukuran yang meliputi pertumbuhan diameter batang dan tinggi anakan, kandungan klorofil a dan b daun, biomassa anakan, luas dan berat daun, serta sistem perakaran dan pengamatan kualitas anakan. Belum banyak penelitian yang dilakukan di dalam sistem ini terutama yang berkenaan dengan model pertumbuhan dan riap dari anakan yang ditanam. Informasi mengenai model pertumbuhan dan riap cukup penting sehubungan dengan penilaian performa serta keberhasilan teknik penanaman ini serta penentuan jarak tanam berapakah yang menghasilkan pertumbuhan optimal. Menurut Devoe dan Cole 1998 juga Bosire et al. 2008, anakan mangrove terutama R. mucronata hasil penanaman memiliki MAI Mean Annual Increment yang cukup besar bila dibandingkan dengan jenis yang sama di hutan alam dan jarak tanam optimal berperan penting dalam mempengaruhi riap dari jenis ini. Rata-rata pertumbuhan dari setiap jenis pohon pun sangat beragam sehingga suatu tindakan silvikultur termasuk jarak tanam akan memberikan pengaruh yang berbeda terhadap produktivitas masing-masing jenis. Perumusan Masalah Menurut Nybakken 1992, hutan mangrove adalah sebutan umum yang digunakan untuk menggambarkan suatu varietas komunitas pantai tropik yang didominasi oleh beberapa spesies pohon yang khas atau semak-semak yang mempunyai kemampuan untuk tumbuh dalam perairan asin. Rhizophora dan Avicennia merupakan 2 dari 12 genus utama yang terdapat pada ekosistem mangrove. Kedua genus ini cocok untuk diterapkan dalam kegiatan rehabilitasi karena sifat dari jenis Avicennia spp. yang merupakan pionir dan Rhizophora spp. yang memiliki performa kayu yang baik. Salah satu bentuk interaksi antara satu populasi dengan populasi lain atau antara satu individu dengan individu lain adalah bersifat persaingan kompetisi. Persaingan terjadi bila kedua individu mempunyai kebutuhan sarana pertumbuhan yang sama sedangkan lingkungan tidak menyediakan kebutuhan tersebut dalam jumlah yang cukup. Faktor-faktor yang mempengaruhi persaingan diantaranya air, nutrisi, cahaya, karbon dioksida, dan ruang. Faktor-faktor tersebut akan mempengaruhi pertumbuhan tinggi batang, diameter batang, kandungan klorofil, dan daya hasil dari tanaman tersebut berkaitan dengan proses fisiologis fotosintesis dan respirasi yang terjadi. Persaingan dapat terjadi di antara sesama individu dalam spesies yang sama intraspesific competition, dan dapat pula terjadi diantara individu-individu dari jenis-jenis yang berbeda interspesific competition. Persaingan sesama jenis pada umumnya terjadi lebih awal dan menimbulkan pengaruh yang lebih buruk dibandingkan persaingan yang terjadi antar jenis yang berbeda. Sarana pertumbuhan yang sering menjadi pembatas dan menyebabkan terjadinya persaingan diantaranya adalah ruang. Ruang merupakan faktor penting dalam persaingan karena berperan sebagai tempat hidup dan sumber nutrisi bagi tumbuhan. Ruang yang besar dapat menyebabkan tingginya tingkat persaingan. Faktor utama yang mempengaruhi persaingan antar individu dalam suatu jenis tanaman yang sama diantaranya adalah kerapatan. Pertumbuhan dan perkembangan tanaman merupakan interaksi antara faktor genetika dan lingkungan. Pengelolaan sistem budidaya suatu tanaman merupakan suatu sistem manipulasi yang dilakukan agar faktor genetika melalui pemilihan varietas dan pengelolaan lingkungan melalui perbaikan teknik penanaman untuk menghasilkan produktivitas serta pertumbuhan baik diameter batang maupun tinggi anakan yang optimal. Seperti yang telah disinggung sebelumnya, dalam beberapa tahun terakhir ini, telah dikembangkan dan diujicobakan suatu teknik penanaman mangrove untuk tujuan rehabilitasi lahan yang dinamakan sistem guludan. Dalam teknik penanaman ini telah diujicobakan berbagai jarak tanam 0.25 x 0.25 m, 0.5 x 0.5 m, dan 1 x 1 m. Sejauh ini belum ada data mengenai ruang tumbuh jarak tanam optimal untuk menghasilkan tingkat produktivitas dan pertumbuhan tanaman yang maksimal. Dari penjelasan di atas, permasalahan yang dapat dirumuskan adalah sebagai berikut: 1. Bagaimanakah model pertumbuhan dan riap diameter batang dan tinggi untuk anakan A. marina dan R. mucronata pada berbagai jarak tanam? 2. Jarak tanam berapakah yang menghasilkan pertumbuhan dan riap diameter batang dan tinggi yang paling besar untuk anakan A. marina dan R. mucronata? Tujuan Tujuan dari penelitian ini adalah untuk: 1. Memformulasikan model pertumbuhan dan riap diameter batang dan tinggi untuk anakan A. marina dan R. mucronata pada berbagai jarak tanam. 2. Menentukan jarak tanam yang menghasilkan pertumbuhan dan riap diameter batang dan tinggi yang paling besar untuk anakan A. marina dan R. mucronata. Manfaat Model pertumbuhan dan riap yang dihasilkan dari penelitian ini dapat digunakan untuk menduga besarnya diameter batang dan tinggi anakan A. marina dan R. mucronata yang ditanam dengan teknik guludan. Informasi mengenai hal ini bermanfaat untuk melakukan evaluasi kelayakan rehabilitasi mangrove dengan menggunakan teknik guludan tersebut. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Pengukuran dimensi diameter batang dan tinggi anakan A. marina dan R. mucronata. 2. Penyusunan dan pemillihan model pertumbuhan dan riap dan tinggi anakan A. marina dan R. mucronata. 3. Penentuan jarak tanam yang optimal untuk pertumbuhan dan riap anakan A. marina dan R. mucronata. 2 TINJAUAN PUSTAKA Deskripsi Jenis Api-api A. marina Forsk. Vierh. 1907 Api-api adalah nama sekelompok tumbuhan dari marga Avicennia, suku Acanthaceae Wikipedia 2007. Dalam sistem klasifikasi, tanaman A. marina mempunyai penggolongan sebagai berikut Plantamor 2012: Kingdom Divisi Kelas Ordo Family Genus Jenis : : : : : : : Plantae Magnoliophyta Magnoliopsida Scrophulariales Acanthaceae Avicennia A. marina Forsk. Vierh. Nama lokal : Api-api jambu, sia-sia putih, api-api, pejapi, nyapi, api, sia, hajusa, pai. Kusmana et al. 2008. Api-api biasa tumbuh di tepi atau dekat laut sebagai bagian dari komunitas hutan bakau. Nama Avicennia dilekatkan pada genus ini untuk menghormati Ibnu Sina, di dunia barat terkenal sebagai Avicenna, salah seorang pakar dan perintis kedokteran modern dari Persia Wikipedia 2007. Api-api merupakan salah satu jenis yang termasuk ke dalam kelompok mangrove utama. Adapun karakteristik mangrove utama sebagai berikut Kusmana et al. 2008: a. Hanya hidup di habitat mangrove, tidak dapat tumbuh menyebar ke daratan. b. Berperan penting dalam struktur komunitas mangrove dan mampu membentuk tegakan murni. c. Memiliki morfologi spesifik sebagai hasil adaptasi terhadap lingkungan, seperti adanya akar permukaan akar napasakar udara dan buah vivipar. Sebagai warga komunitas mangrove, api-api memiliki beberapa ciri yang merupakan bagian dari adaptasi pada lingkungan berlumpur dan bergaram, diantaranya akar nafas pneumatophores yang muncul 10-30 cm dari substrat, seperti paku dengan diameter 0.5-1 cm. Akar nafas api-api yang padat, rapat dan banyak sangat efektif untuk menangkap dan menahan lumpur sehingga mempercepat proses pembentukan tanah timbul serta berbagai sampah yang terhanyut di perairan. Jalinan perakaran ini juga menjadi tempat mencari makanan bagi aneka jenis kepiting bakau, siput dan teritip Wikipedia 2007; Kusmana et al. 2005b. d. Secara fisiologis memiliki mekanisme untuk mengeluarkan garam dari tubuhnya. Api-api memiliki daun dengan kelenjar garam. Daun api-api berwarna putih sampai keabu-abuan dilapisi kristal garam di sisi bawahnya. Ini adalah kelebihan garam yang dibuang oleh tumbuhan tersebut Wikipedia 2007; Kusmana et al. 2008. e. Relatif terisolasi secara taksonomi dari komunitas daratan, minimal pada level marga genus. Api-api menyukai rawa-rawa mangrove, tepi pantai yang berlumpur, atau di sepanjang tepian sungai pasang surut. Beberapa jenisnya seperti A. marina 5 Gambar 1 memperlihatkan toleransi yang tinggi terhadap kisaran salinitas, mampu tumbuh di rawa air tawar hingga di substrat yang berkadar garam sangat tinggi. Kebanyakan jenisnya merupakan jenis pionir dan oportunistik, serta mudah tumbuh kembali. Pohon-pohon api-api yang tumbang atau rusak dapat segera trubus bersemi kembali, sehingga mempercepat pemulihan tegakan yang rusak Wikipedia 2007; Kusmana et al. 2008. A. marina memiliki ukuran pohon kecil atau besar, tinggi mencapai 30 m, dengan tajuk yang agak renggang. Pepagan kulit batang halus keputihan sampai dengan abu-abu kecoklatan dan retak-retak. Ranting memiliki buku-buku bekas daun yang menonjol serupa sendi-sendi tulang. Susunan daun tunggal berhadapan dengan helaian berbentuk elips dan ujung daun akut sampai membundar berukuran panjang 5-11 cm. Api-api memiliki biji kriptovivipar. Bunga muncul terutama pada bulan juli-februari, sedangkan munculnya buah pada bulan november-maret musim hujan, dengan antesis sampai kemasakan 2-3 bulan. Bunga bersifat infloresensi berjumlah 8-14, dengan bulir rapat, panjang mencapai 1-2 cm, dengan susunan terminal atau aksilar pada tunas-tunas distal dengan daun mahkota berjumlah 4, berwarna kuning sampai oranye. Kelopak memiliki 5 cuping dan benang sari sebanyak 4 buah berukuran 0.4-0.5 cm. Lebar buah 1.5- 2.0 cm dan panjang 1.5-2.5 cm dengan perikarp berwarna hijau, bagian dalam hijau sampai coklat mudakekuningan dan pada permukaan terdapat rambut halus. Buah membundar secara apikal atau dengan sebuah paruh yang pendek Wikipedia 2007; Kusmana et al. 2008. Gambar 1 Avicennia marina Forsk. Vierh. 1907. 6 Deskripsi Jenis Bakau R. mucronata Lamk. 1804 Dalam sistem klasifikasi, tanaman R. mucronata mempunyai penggolongan sebagai berikut: Kingdom Divisi Kelas Ordo Family Genus Jenis : : : : : : : Plantae Magnoliophyta Magnoliopsida Malpighiales Rhizophoraceae Rhizophora R. mucronata Lamk. Nama lokal : bakau, bako-gandul, bakau-genjah, bakau-bandul, bakau- hitam, tanjang-lanang, tokke-tokke, bakao, bakau-laki, blukap, tongke-besar, lului, bakau-bakau, wako, bako, bangko, blukap Kusmana et al. 2008. R. mucronata Gambar 2 merupakan jenis mangrove utama dengan t inggi batang mencapai 27 m, jarang melebihi 30 m. Umumnya tumbuh di zona terluar, mengembangkan akar tunjang stilt root untuk bertahan dari ganasnya gelombang. R. mucronata memiliki a kar tunjang yang besar dan berkayu dan akar udara yang tumbuh dari percabangan bagian bawah. Batang memiliki diameter hingga 70 cm dengan kulit kayu berwarna gelap hingga hitam dan terdapat celah horizontalmemecah datar. Daun tunggal berhadapan dengan gagang daun berwarna hijau, berbentuk elips melebar hingga bulat memanjang dengan ujung daun berarista aristate ujung daun mirip gigi yang meramping tajam. Panjang daun mencapai 15-20 cm, lebih besar dari R. stylosa, dengan bagian paling lebar berada di tengah. Permukaan bawah daun hijau kekuningan dan terdapat bintik- bintik hitam kecil yang tersebar. Pinak daun terletak pada pangkal gagang daun berukuran 5.5-8.5 cm. Noor et al. 1999; Kusmana et al. 2008. R. mucronata memiliki biji vivivar dan bunga infloresensi, bercabang- cabang melalui pembagian menjadi dua secara berulang kali dichotomous, berbunga sebanyak 4-8 dengan perbungaan terbatas cyme, menggantung, dan aksilar. Daun mahkota berjumlah 4, berwarna putih, dan berambut dengan kelopak bercuping 4, berwarna kuning keputihan sampai hijau kekuningan. Benang sari berjumlah 8 dengan diameter 3-4 cm dan panjang 1.5-2.0 cm. Tangkai putik pendek dengan kepala putik hampir duduk hampir tanpa tangkai. Buah berdiameter 2.0-2.3 cm, sedangkan panjang 50-70 cm berwarna hijau sampai hijau kekuningan, leher kotiledon kuning ketika masak, dengan permukaan berkutil mempunyai struktur mirip kutil. R. mucronata ber buah silindris hipokotil, rontok dari bawah leher kotiledon, mengapung, dan tersebar oleh arus. Pemunculan bunga sepanjang tahun terutama agustus-desember dan pemuculan buah pada bulan oktober-desember awal musim hujan, dengan antesis sampai kemasakan sekitar 14-15 bulan Kusmana et al. 2008. R. mucronata tumbuh di tepi sungai-sungai kecil, pantai yang berawa dan berlumpur tanpa ada ombak yang kuat, dan tumbuh baik di wilayah sungai estuaria dengan lumpur mangrove yang lunak. Jarang sekali tumbuh pada daerah yang jauh dari air pasang surut. Pertumbuhan optimal terjadi pada areal yang tergenang dalam, sedikit kandungan pasirnya, serta pada tanah yang kaya akan humus. R. mucronata teradaptasi dengan berbagai elevasi dengan kisaran yang 7 lebar. Jenis ini lebih toleran terhadap substrat yang lebih keras dan berpasir bila dibandingkan dengan jenis R. apiculata. menyebar luas mulai dari Afrika timur, Madagaskar, Mauritania, Asia Tenggara, kepulauan Nusantara, Melanesia dan Mikronesia. Pada saat ini telah diintroduksikan ke daerah Hawaii Noor et al. 1999; Kusmana et al. 2005b; Kusmana et al. 2008. Gambar 2 R. mucronata Lamk. 1804. Teknik Rehabilitasi Mangrove 1. Penanaman dengan propagul Kusmana et al. 2009a Penanaman langsung dengan menggunakan propagul umumnya dilakukan apabila areal penanaman berupa tanah lumpur. Penanaman propagul ini dilakukan dengan cara membenamkan seperempat sampai sepertiga panjang propagul ke dalam lumpur secara tegak dengan bakal kecambah menghadap ke atas. Jika propagul ditanam terlalu dalam, lumpur akan menutup lentisel, dan hipokotil tidak dapat berespirasi, dan hal ini akhirnya dapat menyebabkan kematian. Demikian juga sebaliknya, apabila propagul ditanam terlalu dangkal, dia akan mudah hanyut oleh ombak dan air pasang. Untuk R. mucronata, R. apiculata dan R. stylosa, kelopak buah calyx harus selalu dilepas sebelum penanaman biasanya kalau propagul sudah matang, calyx ini akan lepas dengan sendirinya bersama perikarp. Di lain pihak, untuk B. gymnorrhiza, kelopak buah tersebut harus tetap dibiarkan utuh ketika penanaman. Calyx pada B. gymnorrhiza akan rontok sendiri setelah seminggu. Bila setelah seminggu calyx belum rontok, calyx ini perlu dilepas dengan tangan, tapi tidak boleh dengan cara paksa. Apabila area penanaman terdiri atas tanah lumpur yang kurang lembek, penanaman propagul dilakukan 8 pada lubang tanam yang dibuat dengan tugal galah kayu yang ujungnya diruncingkan.

2. Penanaman dengan bibit Kusmana et al. 2009a

Bibit ditanam pada lobang tanam yang ukurannya sebesar ukuran polibag media bibit Gambar 3. Penanaman bibit mangrove di lahan pinggir sungai, pinggir pantai dan daerah-daerah lainnya dengan arus air yang relatif kuat disarankan polibagnya tidak disobek. Adapun penanaman bibit di lahan-lahan yang arus pasang surutnya relatif tenang polibag disarankan dirobek dengan cara disayat secara hati-hati sebelum dimasukkan ke lubang tanam. Polibag bekas tersebut kemudian disangkutkan di ujung ajir sebagai tanda bahwa anakan sudah ditanam. Kemudian, tanah atau lumpur ditimbunkan kedalam lubang tanam sehingga propagul dapat berdiri tegak. Kemudian bila perlu, propagul, tersebut diikatkan pada ajir, supaya tanaman kokoh kedudukannya dan tidak mudah terbawa arus air. Yang perlu diperhatikan bila tanaman diikatkan ke ajir adalah bahwa ajir itu sendiri harus kokoh kedudukannya di substrat mangrove dalam hal ini misalnya, ajir cukup dalam ditancapkannya ke lumpur mangrove. Bila kedudukan penjangkaran ke substrat mangrove ajir lebih lemah dibanding bahan tanaman, maka pengikatan tanaman ke tiang ajir, malah membebani tanaman dan malah memperbesar peluang hanyutnya tanaman oleh arus. Jika terjadi penundaan penanaman di lokasi penanaman, padahal bahan tanaman sudah diangkut ke lokasi, bahan-bahan tanaman tersebut sebaiknya disimpan di tempat yang teduh. Bahan tanaman berupa propagul sebaiknya disimpan dalam posisi tegak di areal yang berlumpur, dan teduh. Gambar 3 Penananaman anakan ke dalam lubang tanam.

3. Sistem tanam Kusmana et al. 2009a

Ada dua sistem penanaman mangrove yang umum dilakukan, yakni, sistem banjar harian penanaman seluruh areal dan sistem tumpang sari wanawinasilvofishery. Secara umum tidak terdapat perbedaan secara prinsip dalam cara penanaman dari kedua sistem tersebut. Khusus pada sistem tumpang sari, terdapat tambahan kegiatan dalam tahapan persiapan lapangan, yakni pembuatan konstruksi tambak, saluran air dan tapak tanam seperti terlihat pada Gambar 4. polibag Lubang tanam tanah 9 Gambar 4 Model sistem wanamina yang umum di Indonesia.

4. Teknik rehabilitasi pada tapak-tapak khusus a. Tapak berarus dan berombak besar

Kusmana et al. 2009b Areal penanaman mangrove pada tapak berarus dan berombak besar umumnya terdapat pada tepi laut lepas atau daerah cekungan tepi laut dengan pusaran arus deras dan gelombang besar. Sebelum dilakukan penanaman terlebih dahulu dibuat penahan arus dan pemecah gelombang water break di depan lahan yang akan ditanami. Bentuk-bentuk penahan arus dan pemecah gelombang dapat berupa: a tumpukan batu yang dimasukkan ke dalam anyaman kawat beronjong, b berupa tripod cetak beton berkaki tiga, c gundukan atau guludan tanahbatu rubble mould, dan d anyaman cerucuk bambukayu. Bentuk-bentuk penahan arus dan pemecah ombak water break dalam penanaman mangrove pada tapak berarus deras berombak besar dapat dilihat pada Gambar 5. Penahan arus dan pemecah gelombang bentuk gundukan batu rubble mould dapat dilihat pada Gambar 6. SALURAN AIR PINTU AIR LAH AN T EM PA T MEME LIHA RA IK AN LA H AN TEMP AT ME M E LIH A R A IK A N LA H AN TEMP AT ME M E LIH A R A IK A N LAHAN TEMPAT MEMELIHARA IKAN LAHAN TEMPAT MEMELIHARA IKAN PINTU AIR SALURAN AIR tegakan mangrove k o lam pintu air saluran air tanggul k o lam tegakan mangrove tanggul saluran air Pintu air k o lam tegakan mangrove tanggul saluran air pintu air 10 SEA DITCH PLANTING AREA SEA DITCH PLANTING AREA TRIP OD TRIP OD TRIP O D SEA DITCH PLANTING AREA STONE DEPOSITION PLANTING AREA SEA BAMBOO STICK DITCH Gambar 5 Pemecah ombak berupa tumpukan batu yang dimasukkan ke dalam kawat a, berupa tripod b guludan tanah c dan cerucuk bambu dan kayu d. Gambar 6 Penahan arus dan pemecah gelombang bentuk gundukan batu rubble mould. a b laut laut Area penanaman Area penanaman d c laut laut Area penanaman Area penanaman 11 Untuk tapak semacam ini, sebaiknya digunakan bibit jenis Rhizophora spp., terutama R. mucronata. Jarak tanam sebaiknya cukup rapat misal 1 x 1 m atau lebih rapat dengan bersela ng seling, sehingga membentuk pola “untu walang” zig zag. Agar anakan yang ditanam tidak mudah hanyut, maka sebaiknya anakan tersebut diikatkan pada tiang pancangbambu Gambar 7. 1. Penggunaan tiang pancang Tiang pancang yang terbuat dari kayu atau bambu diameter minimal 7.5 cm, panjang 1 m, dan runcing di bagian bawahnya ditancapkan ke dalam lumpur sedalam 0.5 m, tepat di samping semai mangrove yang ditanam. Batang semai tanaman diikatkan pada tiang pancang. Untuk memperoleh kedudukan yang lebih kuat, ruas bambu tiang tersebut dilubangi terlebih dahulu, kemudian lumpur dimasukkan ke dalam tiangnya saat tiang ditancapkan. 2. Penggunaan ruas bambu besar Bambu yang diameter 20 – 25 cm dan tinggi 1 m, ditancapkan ke dalam lumpur sedalam 0.5 m pada lokasi dimana semai mangrove akan ditanam. Bambu dilubangi ruas dalamnya dan diperuncing pada bagian bawahnya. Isilah bambu dengan lumpur, kemudian tanamlah semai mangrove ke dalam bambu tersebut. Salah satu jenis bambu yang berukuran sebesar itu adalah bambu betung Dendrocalamus asper. Gambar 7 Penguat tanaman di tapak yang berombak besar menggunakan tiang pancang a dan menggunakan bambu besar b. b. Tapak dengan arus deras pinggir sungai Kusmana et al. 2009b Penanaman mangrove pada tapak dengan arus deras pinggir sungai dilakukan dengan menggunakan jarak tanam atau tanpa menggunakan jarak tanam. Jika menggunakan jarak tanam sebaiknya digunakan jarak tanam rapat kurang dari 0.5 m x 0.5 m. Pola tanam bisa menggunakan model zig-zag untu walang. Penanaman tanpa menggunakan jarak tanam sering disebut dengan penanaman dengan teknik gerombol sistem cluster. Mengingat arus air sungai yang deras maka penanaman mangrove pada tapak berarus deras tepi sungai ini mutlak diperlukan ajir untuk mengikat tanaman agar tidak terbawa arus. Ajir bisa berupa bambu atau kayu. Bibit tanaman yang di tanam selanjutnya dengan menggunakan tali rafia diikat dengan ajir bambu atau kayu tersebut. Untuk menghindari hanyutnya media tanah yang terdapat dalam polibag