Jum la
h T
u nas
20 Hingga akhir pengamatan, pada 8 MST, eksplan dari perlakuan konsentrasi
kolkisin 0.06 memiliki jumlah tunas yang paling sedikit dan waktu kemunculan tunas baru yang paling lama.
9 8
7 6
5 4
3 2
Lama perendaman kolkisin
24 jam 48 jam
72 jam 1
0,00 0,02
0,04 0,06
0,08
Konsentrasi Kolkisin
Gambar 1. Interaksi tingkat konsentrasi kolkisin dengan lama perendaman terhadap jumlah rata-rata tunas Pogostemon cablin Benth. pada 8
MST Pengaruh perlakuan kolkisin dengan perendaman selama 24 jam
ditunjukkan dengan persamaan Y=5.43+5.6X dan nilai R
2
sebesar 0.049. Pengaruh perlakuan kolkisin dengan perendaman selama 48 jam memiliki
persamaan Y=5.24-54.5X dengan nilai R
2
=0.253. Pengaruh perlakuan kolkisin dengan perendaman selama 72 jam memiliki persamaan Y=5.88-X dengan
nilai R
2
=0. Nilai R
2
yang sangat kecil menunjukkan data yang diperoleh keragamannya sangat besar.
Tabel 4. Pengaruh konsentrasi kolkisin terhadap jumlah tunas Pogostemon cablin
Benth. selama 8 MST secara in vitro
Konsentrasi kolkisin Rata-rata jumlah tunas pada minggu ke- MST
1 2
3 4
5 6
0.9 a 1.0 a
1.2 a 1.4 a
1.9 a 2.8 ab
0.02 0.7 bc
0.7 c 0.7 b
1.0 b 1.4 b
3.4 a
0.04 0.8 b
0.8 b 0.8 b
1.0 b 1.4 b
2.6 ab 0.06
0.6 c 0.6 c
0.7 b 0.8 b
1.3 b 2.1 b
KK 22.87
20.79 27.36
25.74 30.21
36.82
Keterangan: Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang sama menunjukkan
tidak berbeda nyata pada Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5 KK: Koefisien Keragaman
21 Hasil uji F menunjukkan lama perendaman kolkisin berpengaruh sangat
nyata terhadap pertambahan jumlah tunas, kecuali pada 8 MST yang berpengaruh nyata Tabel 5. Tunas dengan perlakuan perendaman 24 jam
memiliki jumlah tunas yang paling banyak, tetapi hasilnya tidak berbeda nyata dengan perlakuan perendaman 48 jam dan 72 jam. Eksplan kontrol memiliki
jumlah tunas yang paling sedikit. Perlakuan tanpa kolkisin juga menyebabkan proliferasi tunas adventif lebih cepat. Tunas pada tanaman kontrol baru
bertambah setelah minggu ketiga, tetapi pada perlakuan perendaman 24 dan 48 jam, tunas mulai bertambah pada 2 MST. Hasil ini berbeda pada tanaman
Anthurium plowmanii Croat. yang diberi perlakuan kolkisin. Tunas hasil
perlakuan perendaman dengan kolkisin pertumbuhannya lebih terhambat dibanding
kontrol. Semakin
lama waktu
perendaman menyebabkan
pertumbuhan tunas yang lebih lambat pula Nurwanti, 2010. Tabel 5. Pengaruh lama perendaman terhadap jumlah tunas Pogostemon cablin
Benth. selama 8 MST secara in vitro
Lama perendaman jam Rata-rata jumlah tunas pada minggu ke- MST
1 3
6 7
8 24
0.9 a 0.9 ab
3.2 a 3.9 a
6.1 a
48 0.7 b
1.0 a 1.9 b
2.4 b 3.6 b
72 0.6 b
0.7 b 3.0 a
3.9 a 5.9 a
KK 22.87
27.36 36.82
41.61 47.15
Keterangan: Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang sama menunjukkan
tidak berbeda nyata pada Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5 KK: Koefisien Keragaman
Berdasarkan tabel 6 dapat disimpulkan bahwa perlakuan aplikasi kolkisin dapat meningkatkan keragaman fenotipe tanaman nilam sidikalang.
Nilai koefisien keragaman fenotipe KKF tunas nilam semakin meningkat setiap minggunya. Semakin tinggi nilai koefisien keragaman fenotipe,
keragaman yang terjadi juga semakin tinggi.. Tanaman yang dihasilkan dari perlakuan perendaman kolkisin memiliki nilai KKF yang lebih tinggi
dibanding tanaman tanpa perendaman kolkisin. Umumnya tingkat keragaman mulai meningkat pada umur 3 MST,
tetapi pada tanaman kontrol tingkat keragaman fenotipe mulai meningkat setelah 5 MST. Persentase keragaman tertinggi diperoleh dari tanaman
22 perlakuan konsentrasi kolkisin 0.02 dengan perendaman selama 72 jam,
yaitu sebesar 19.19 . Walaupun memiliki persentase KKF tertinggi, tingkat keragaman tersebut masih termasuk dalam kategori keragaman sempit.
Tabel 6. Persentase KKF jumlah tunas Pogostemon cablin Benth.
Konsentrasi Lama
perendaman jam
1 2
3 4
5 6
7 8
0.50 0.50
0.50 0.00
0.00 3.36
4.94 8.15
24 0.00
0.47 0.50
1.26 1.50
3.65 3.37
5.62
48 0.50
0.47 2.76
2.76 3.20
3.20 4.99
12.74 72
0.50 0.47
0.00 0.50
1.89 3.50
5.50 6.70
0.02 24
0.50 0.47
0.58 1.50
3.36 1.54
6.16 12.1
0.02 48
1.50 1.39
1.50 0.50
1.00 1.92
7.04 15.18
0.02 72
0.50 4.65
0.5 1.26
1.50 10.91
10.91 19.19
0.04 24
0.58 0.54
0.58 1.29
2.06 5.92
10.78 11.44
0.04 48
0.96 0.89
0.96 0.00
2.87 3.47
6.03 9.20
0.04 72
0.72 0.67
0.52 0.58
3.30 7.41
8.28 9.85
0.06 24
0.50 0.47
0.5 0.82
2.49 1.71
6.25 10.71
0.06 48
1.50 1.32
2.17 2.38
2.16 4.35
7.14 15.00
0.06 72
1.26 1.17
0.50 0.50
1.71 2.06
4.66 13.39
Keragaman fenotipe diperlukan dalam proses seleksi, karena seleksi dilakukan berdasarkan karakter fenotipe yang merupakan ekspresi genetik dari
suatu karakter. Apabila keragaman fenotipenya sempit, maka kurang leluasa untuk melakukan proses seleksi Budianto et al., 2009.
Jumlah Daun
Interaksi konsentrasi kolkisin dengan lama perendaman terhadap jumlah daun hanya terdapat pada minggu ke-1, 6, 7 dan 8 MST Tabel 7.
Secara umum, perlakuan yang menunjukkan jumlah daun paling banyak adalah perlakuan konsentrasi kolkisin 0.04 dengan perendaman 24 jam dan
perlakuan konsentrasi 0 dengan perendaman 72 jam, tetapi kedua perlakuan ini tidak berbeda nyata hasilnya dengan tanpa dengan perendaman 24 jam,
konsentrasi kolkisin 0.02 dengan perendaman 24, 48 dan 72 jam, konsentrasi kolkisin 0.04 dengan perendaman 72 jam, konsentrasi kolkisin 0.06
dengan perendaman 24 dan 72 jam.
23 Tanaman perlakuan konsentrasi kolkisin 0.04 dengan perendaman 24