Perencanaan Ukuran Konstruksi Kesesuaian dengan BKI

12 Palka Palka adalah bagian yang penting dalam usaha penangkapan ikan. Palka ikan dibuat untuk menyimpan hasil tangkapan di atas kapal sebelum didaratkan di fishing base, sehingga konstruksi palka ikan harus benar-benar diperhatikan. 13 Bangunan di atas geladak Bangunan di atas geladak dapat berfungsi sebagai ruang kemudi dan akomodasi. Ruangan ini tersusun dari balok-balok kayu.

2.3 Perencanaan Ukuran Konstruksi

Perencanaan pembangunan kapal memerlukan data antara lain permintaan jenis kapal, ukuran, dan daerah pelayaran. Muatan bersih yang dapat dimuat, kecepatan dan data lain yang diperlukan seperti panjang kapal L, lebar kapal B, dalam kapal D, dan beberapa koefisien bagian badan kapal di bawah air Soekamto et al, 1986. Komponen yang perlu diperhatikan dalam membuat perencanaan adalah menentukan pembangunan, menentukan jadwal, menentukan anggaran, menentukan organisasi pelaksana, dan menentukan kebijakan dan prosedur. Perencanaan pembangunan kapal perikanan dititik-beratkan pada pemikiran industri perkapalan yang efisien dan mudah dalam penyediaan faktor produksi. Efesiensi dan kemudahan dalam pembangunan kapal juga dipengaruhi oleh mekanisme kerja di lingkungan galangan kapal Soekarsono, 1990. Pemilihan material kapal merupakan salah satu langkah penting dalam perencanaan ukuran konstruksi kapal. Apabila material kayu lebih kecil dari aturan yang teah ditetapkan oleh BKI, maka ukuran konstruksi masing-masing harus diperbesar. Material kayu yang dipergunakan untuk bagian konstruksi yang penting harus baik, tidak ada celah, tidak ada cacat-cacat yang membahayakan, dan harus mempunyai sifat mudah untuk dikerjakan BKI, 1996. Iskandar 1990 menyatakan bahwa terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi perencanaan pembangunan kapal, yaitu : 1 Penentuan alat tangkap yang digunakan; 2 Penentuan kapasitas kapal berdasarkan kemampuan kapal membawa es; 3 Penentuan panjang lunas, lebar dan dalam kapal; 4 Penentuan pembagian ruang di atas dan di bawah geladak; dan 5 Penentuan kekuatan mesin dan perlengkapan lainnya yang diperlukan oleh sebuah kapal perikanan.

2.4 Kesesuaian dengan BKI

Kapal penangkap ikan harus memiliki konstruksi yang kuat sehingga dapat menghadapi peristiwa laut dan juga menahan getaran mesin kapal. Ketentuan konstruksi kapal di Indonesia ditetapkan oleh BKI. Badan ini berwenang dalam menetapkan hal-hal yang berhubungan dengan pembangunan suatu kapal, antara lain: kerangka kapal, cara-cara penyambungan dan jenis pengikat yang diperbolehkan untuk konstruksi kapal. Ketentuan BKI yang berhubungan dengan klasifikasi kapal kayu harus digunakan dalam rangka penentuan urutan konstruksi kapal. BKI menetapkan angka petunjuk yang digunakan dalam penentuan ukuran bagian-bagian konstruksi yang didapat dari persamaan: L B3+D dan persamaan B3+D dimana; L = panjang kapal, B = lebar kapal dan D = tinggi kapal BKI, 1996. Gading-gading kapal dapat dibuat dengan menggunakan kayu balok tunggal dan ganda. Gading-gading yang terputus pada lunas luar harus dihubungkan dengan wrang. Kelengkungan pada gading-gading dapat menggunakan kayu yang uratnya sejalan dengan bentuk gading dan bilamana ukuran kayu tersebut tidak panjang maka gading-gading dapat disambung. Gading-gading yang terbuat dari bahan logam lainnya akan ditentukan secara khusus oleh BKI BKI, 1996. Ukuran luas penampang pada gading-gading yang telah ditetapkan oleh BKI dapat di lihat pada Tabel 1. Tabel 1 Ukuran penampang gading-gading kapal B3 + D Modulus penampang untuk jarak gading sama dengan 100 mm yang dilengkung Berlapis Dari baja Tunggal Berganda W 100 W 100 W 100 W 100 m cm 2 cm 2 cm 2 cm 2 2,4 21,5 18,5 10,75 1,34 2,6 25,5 21,5 12,75 1,59 2,8 31,0 26,0 15,50 1,94 3,2 43,5 36,5 21,75 2,72 3,6 61,0 50,0 30,50 3,81 4,0 80,0 66,0 40,00 5,00 4,4 104,0 86,0 52,00 6,50 4,8 130,0 108,0 65,00 8,10 5,2 162,0 135,0 81,00 10,10 5,6 198,0 165,0 99,00 12,40 6,0 236,0 197,0 118,00 14,75 6,4 278,0 231,0 139,00 17,40 6,8 314,0 261,0 157,00 19,60 7,2 356,0 296,0 178,00 22,30 7,6 405, 0 336,0 203,00 25,40 8,0 450,0 373,0 250,00 28,12 Sumber: BKI 1996 Keterangan: B = lebar kapal D = tinggi kapal W 100 = Modulus penampang dari gading-gading dengan jarak dasar 100 mm Contoh perhitungan: Jika suatu kapal mempunyai nilai scantling numeral B3+D = 6,8 m, dapat dilihat pada tabel standar BKI untuk ukuran penampang gading-gading kapal bahwa; kapal yang hanya memiliki gading-gading tunggal mempunyai nilai standar ukuran luas penampang gading-gading sebesar 314 cm 2 . Selanjutnya nilai standar ukuran luas penampang gading-gading kapal untuk gading-gading ganda adalah sebesar 261 cm 2 . Kapal yang memiliki gading-gading berlapis, mempunyai nilai standar ukuran luas penampang gading-gading sebesar 157 cm 2 . Terakhir, kapal yang hanya memiliki gading-gading terbuat dari baja mempunyai nilai standar ukuran luas penampang gading-gading sebesar 19,6 cm 2 Papan kulit luar sebaiknya menggunakan papan yang dipotong radial. Bila jarak gading-gading ditambah maka ketebalan dari papan kulit juga harus ditambah menurut perbandingan yang sama, jika jarak gading-gading lebih kecil dari jarak menurut tabel, maka pengurangan tebal papan hanya dapat dilakukan atas persetujuan BKI. Tabel papan kulit kapal berdasarkan ketetapan BKI dapat kita lihat pada Tabel 2 BKI, 1996. Tabel 2 Papan kulit luar kapal berdasarkan jarak gading-gading L B3 + D Gading Tebal kulit luar Tunggal Berganda Jarak gading-gading m² mm mm mm 20 265 295 24 25 275 305 26 30 285 315 28 35 300 330 30 40 315 350 32 45 330 370 34 50 350 390 36 Sumber: BKI 1996 Keterangan: B = lebar kapal D = tinggi kapal L = panjang kapal Contoh perhitungan: 1 Jika suatu kapal mempunyai nilai scantling numeral LB3+D = 25 m², dapat dilihat pada tabel standar BKI untuk ukuran jarak gading-gading kapal dan tebal kulit luar bahwa; kapal yang hanya memiliki gading-gading tunggal, mempunyai nilai standar ukuran jarak gading-gading sebesar 275 mm. Kapal yang memiliki gading-gading ganda, mempunyai nilai standar ukuran jarak gading-gading sebesar 305 mm. Nilai standar ukuran tebal kulit luar berdasarkan tabel adalah sebesar 26 mm. 2 Perhitungan luas penampang pada gading-gading kapal dapat menggunakan metode perhitungan sebagai berikut; jika suatu kapal mempunyai nilai scantling numeral B3+D = 4,0 m dan LB3+D = 50 m², maka berdasarkan Tabel 1 didapatkan nilai W100 = 80 dan berdasarkan pada Tabel 2 didapatkan nilai jarak gading-gading sebesar 350 mm, sehingga : W 100 = 80 cm² W 350 = 80 350100 W 350 = 280 cm 3 Hasil yang didapatkan pada rumusan di atas pada W 350 adalah 280 cm 3 . Nilai standar tebal dan tinggi gading-gading didapatkan berdasarkan nilai penampang W pada Tabel 3 dengan cara interpolasi. Tabel 3 Penampang gading-gading tunggal yang dilengkung Sumber: BKI 1996 Berdasarkan pada Tabel 3 untuk W = 280 cm 3 didapatkan nilai : Tinggi gading-gading = 137,53 mm Lebar gading-gading = 88,63 mm. Tabel 3 pada rumusan di atas dalam menghitung tebal dan tinggi gading-gading yang dilengkung. Data pada Tabel 3 merupakan nilai standar dari ukuran luas penampang gading-gading yang telah ditetapkan oleh BKI. Gading-gading yang terputus pada lunas luar harus dihubungkan satu dengan yang lain dengan wrang. Wrang dipasang melewati sisi atas lunas luar dengan ketebalan sama dengan ketebalan gading-gading. Ukuran tinggi wrang yang ditetapkan BKI dapat dilihat pada Tabel 4. W Tebal Tinggi cm³ mm mm mm 59 53 82 62 72 56 88 66 87 60 93 70 110 65 101 76 136 70 108 81 168 75 116 87 202 80 123 97 243 85 131 99 294 90 140 105 342 95 147 110 400 100 155 116 Tabel 4 Tinggi wrang berdasarkan jenis lunas B3 + D Tinggi wrang Hanya lunas luar Lunas luar dan lunas dalam m mm mm 2,4 150 140 2,6 160 145 2,8 170 150 3,0 180 160 3,4 200 175 3,8 220 195 4,2 240 210 4,6 260 230 5,0 250 Sumber: BKI 1996 Contoh perhitungan: Jika suatu kapal mempunyai nilai scantling numeral B3+D = 2,4 m, dapat dilihat pada tabel standar BKI untuk ukuran tinggi wrang berdasarkan jenis lunas bahwa; kapal yang hanya memiliki lunas luar, mempunyai nilai standar ukuran tinggi wrang sebesar 150 mm; dan kapal yang memiliki lunas luar dan lunas dalam, mempunyai nilai standar ukuran tinggi wrang sebesar 140 mm. Tinggi dan lebar lunas dalam lunas tergantung dari besarnya angka petunjuk LB3+D. Kapal yang memiliki nilai petunjuk yang kurang dari 140 m tidak memerlukan lunas dalam, sedangkan yang lebih besar dari 140 m harus dipasang lunas dalam dan lunas luar. Jika lunas dalam dan lunas luar masing- masing terbuat dari satu blok utuh tanpa sambungan maka nilai dari tabel dapat dikurangi 10. BKI juga telah menetapkan ukuran luas penampang pada linggi buritan yaitu tinggi buritan harus sekurang-kurangnya 5 lebih besar dari linggi haluan sedangkan untuk lebar linggi buritan boleh sama. Luas penampang lunas dan linggi menurut ketetapan BKI dapat dilihat dari Tabel 5. Tabel 5 Ukuran penampang lunas LB3 + D Lunas Linggi haluan LxT Penampang Hanya lunas luar LxT m² cm² Mm Mm 20 290 140 x 200 115 x 180 25 340 150 x 230 125 x 190 30 390 160 x 245 140 x 200 35 440 170 x 260 145 x 210 40 490 180 270 155 x 220 50 585 200 x 295 170 x 245 60 675 210 x 320 180 x 265 70 765 225 x 340 190 x 285 80 860 235 x 365 205 x 300 90 955 250 x 380 220 x 315 100 1045 260 x 400 225 x 335 120 1235 285 x 435 240 x 370 140 1410 260 x 390 160 1600 280 x 415 180 1785 295 x 440 200 1970 305 x 465 220 2160 325 x 485 240 2340 335 x 510 260 2520 350 x 530 Sumber: BKI 1996 Contoh perhitungan: Jika suatu kapal mempunyai nilai scantling numeral LB3+D = 20 m², dapat dilihat pada tabel standar BKI untuk ukuran luas penampang lunas bahwa; nilai standar untuk penampang adalah sebesar 290 cm². Kapal yang hanya memiliki lunas luar mempunyai nilai standar ukuran penampang lunas dengan lebar sebesar 140 mm dan tinggi sebesar 200 mm. Nilai standar untuk ukuran penampang linggi haluan berdasarkan tabel adalah lebar 115 mm dan tinggi 180 mm. Biro Klasifikasi Indonesia memberikan peraturan bahwa galar kim harus sedapat mungkin dipasang mengikuti arah papan kulit luar dari haluan hingga buritan secara tidak terputus. Khusus untuk kapal yang mempunyai palka, galar kim dapat terputus pada sekat ruang ikan dengan syarat galar tersebut disambung pada sekat ruang ikan dengan lutut yang kuat. Ukuran galar kim dan galar balok menurut angka petunjuk ketetapan BKI 1996 dapat dilihat dari Tabel 6. Tabel 6 Ukuran galar balok dan galar kim LB3 + D Penampang galar balok Galar balok kim T x Te m² cm² Mm 20 50 185 x 43 25 75 190 x 46 30 100 195 x 48 35 125 200 x 50 40 150 205 x 51 45 175 210 x 52 50 60 70 80 90 100 200 248 297 345 385 429 220 x 53 230 x 55 245 x 56 255 x 56 260 x 57 265 x 58 Sumber: BKI 1996 Contoh perhitungan: Jika suatu kapal mempunyai nilai scantling numeral LB3+D = 20 m², dapat dilihat pada tabel standar BKI untuk ukuran galar balok dan kim bahwa; nilai standar untuk luas penampang galar balok adalah sebesar 50 cm²; dan nilai standar untuk ukuran galar balok kim dengan lebar sebesar 185 mm dan tebal 43 mm. 3 METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan adalah metode survei. Menurut Consuelo 1988, metode survei digunakan untuk mengukur gejala-gejala yang ada tanpa menyelidiki mengapa gejala-gejala tersebut ada. Oleh karena itu, pengambilan data dilakukan dengan cara pengukuran secara langsung pada kapal dan wawancara dengan pemilik kapal. Metode survei dapat memberikan manfaat untuk tujuan-tujuan deskriptif, membantu membandingkan kondisi-kondisi yang ada berdasarkan kriteria yang telah ditentukan dan untuk pelaksanaan evaluasi. Pada penelitian didapatkan gambaran deskriptif tentang ukuran beberapa bagian konstruksi kapal lalu data pengukuran dihitung untuk mendapatkan nilai pembanding numeric dan analisa data dibandingkan komparatif dengan standar nilai desain dan konstruksi yang telah ditetapkan oleh Biro Klasifikasi Indonesia BKI.

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian