Waktu dan Tempat Penelitian Peralatan Penelitian Metode Pengambilan Data Jenis dan Sumber Data Metode Analisis Data

3 METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan adalah metode survei. Menurut Consuelo 1988, metode survei digunakan untuk mengukur gejala-gejala yang ada tanpa menyelidiki mengapa gejala-gejala tersebut ada. Oleh karena itu, pengambilan data dilakukan dengan cara pengukuran secara langsung pada kapal dan wawancara dengan pemilik kapal. Metode survei dapat memberikan manfaat untuk tujuan-tujuan deskriptif, membantu membandingkan kondisi-kondisi yang ada berdasarkan kriteria yang telah ditentukan dan untuk pelaksanaan evaluasi. Pada penelitian didapatkan gambaran deskriptif tentang ukuran beberapa bagian konstruksi kapal lalu data pengukuran dihitung untuk mendapatkan nilai pembanding numeric dan analisa data dibandingkan komparatif dengan standar nilai desain dan konstruksi yang telah ditetapkan oleh Biro Klasifikasi Indonesia BKI.

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan dalam dua tahap. Tahap I adalah tahap pengumpulan data yang dilaksanakan pada bulan Maret 2011 di Pelabuhan Perikanan Nusantara Kejawanan Cirebon, Jawa Barat. Tahap II adalah tahap pengolahan data yang dilakukan pada bulan April-Mei 2011.

3.2 Peralatan Penelitian

Peralatan yang digunakan meliputi : 1 Peralatan yang dipergunakan dalam pengukuran kapal di lapangan, meliputi : 1 Meteran dan penggaris; 2 Tali; 3 Alat tulis kertas,spidol, pensil; dan 4 Kamera. 2 Peralatan yang dipergunakan untuk analisis data, meliputi : 1 Software Corel X4; 2 Microsoft Excel; dan 3 Kalkulator.

3.3 Metode Pengambilan Data

Metode pengambilan data penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling, dimana sampel yang diambil berdasarkan syarat yang ditentukan, yaitu kapal dalam keadaan memungkinkan untuk diukur secara fisik. Dalam hal ini, diambil contoh 25 kapal di PPN Kejawanan yang diukur dengan memperhatikan ukuran panjang kapal serta kondisi konstruksi yang mudah untuk diukur pada kapal.

3.4 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diambil langsung selama proses penelitian dilaksanakan. Data primer ini didapat dari hasil survei lapang pada tempat penelitian yang berupa data ukuran beberapa bagian konstruksi kapal yang diukur langsung terhadap kapal yang akan diteliti maupun melalui wawancara langsung kepada pemilik kapal. Data sekunder yang digunakan pada penelitian ini adalah ukuran standar yang didapat dari BKI selaku lembaga pemerintah yang mengawasi tentang pembangunan kapal. Data sekunder ini diperoleh dengan cara studi literatur pada buku BKI maupun situs resmi BKI.

3.5 Metode Analisis Data

Metode analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis secara numerik-komparatif. Pembandingan dilakukan antara data primer dan data sekunder. Data sekunder dijadikan sebagai pedoman bagi data primer untuk menentukan analisa kesesuaian ukuran penampang dan ukuran lainnya pada konstruksi kapal. Data ukuran tersebut didapat dari angka petunjuk scantling number sehingga dapat diketahui kesesuaian ukurannya. Penetapan scantling number berdasarkan pada rencana daerah pelayaran kapal yang diteliti dan ditetapkan oleh BKI. BKI menetapkan angka petunjuk yang digunakan dalam penentuan ukuran bagian-bagian konstruksi yang didapat dari persamaan: dan dimana, L= panjang kapal, B= lebar kapal dan D= tinggi kapal BKI, 1996. Angka penunjuk inilah yang menentukan ukuran bagian konstruksi kapal berdasarkan tabel yang dibuat oleh BKI. Sebagian besar nilai ukuran konstruksi yang sudah ditetapkan oleh BKI, menjadi sebuah nilai minimal yang harus dipenuhi dalam suatu pembangunan kapal. Jika nilai ukuran konstruksi suatu kapal di bawah nilai minimal yang disyaratkan BKI, berarti bagian konstruksi tersebut tidak sesuai dengan minimal yang ditetapkan BKI. Sebaliknya, jika sebuah konstruksi memiliki ukuran di atas nilai minimal yang disyaratkan BKI, maka dapat dikatakan sudah sesuai dengan standar BKI Febriyansyah, 2009. Bagian pengukuran konstruksi yang tidak ditentukan dengan nilai minimal dari standar BKI adalah jarak gading-gading dan jarak balok geladak. Hal ini dikarenakan semakin kecil jarak gading-gading maupun balok geladak maka akan semakin besar kekuatan pada kapal tersebut. Biro Klasifikasi Indonesia mempunyai ketentuan ukuran konstruksi kapal yang berpedoman dari ketentuan ukuran internasional, nilai-nilai yang ditetapkan dalam lingkup internasional terkadang tidak sesuai diterapkan di Indonesia karena perbedaan letak wilayah dan keadaan kondisi perairan Mullah, 2010. L B3+D B3+D 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Kondisi Umum Lokasi Penelitian