Momentum Skema aliran air pada daerah aliran sungai

Gambar 11 Osilasi pada proses pembelajaran 2.4 Laju pembelajaran Dalam standar propagasi balik laju pembelajaran merupakan suatu konstanta yang dipakai dalam seluruh iterasinya. Perubahan dapat dilakukan dengan memberikan laju pembelajaran yang berbeda-beda untuk setiap bobotnya atau bahkan laju pembelajaran yang berbeda- beda untuk tiap bobot dalam tiap iterasinya. Apabila perubahan bobot berada dalam arah yang sama dalam beberapa pola terakhir dapat dilihat dari tanda suku yang selalu sama, maka laju pembelajaran yang bersesuaian dengan bobot ditambah. Sebaliknya apabila arah perubahan bobot dua pola terakhir berbeda ditandai dengan suku yang berselang-seling positif- negatif maka laju pemahaman untuk bobot tersebut harus dikurangi. Perubahan bobot dalam aturan delta-bar- delta adalah sebagai berikut : 16 Siang, 2005

2.5 Momentum

Pada standar propagasi balik, perubahan bobot didasarkan atas gradien yang terjadi untuk pola yang dimasukan saat itu. Modifikasi yang dapat dilakukan adalah melakukan perubahan bobot yang didasarkan atas arah gradien pola terakhir dan pola sebelumnya disebut momentum yang dimasukan. Jadi tidak hanya pola masukan terakhir saja yang diperhitungkan. Penambahan momentum dimaksudkan untuk menghindari perubahan bobot yang mencolok akibat adanya data yang sangat berbeda dengan kata lain outlier. Apabila beberapa data terakhir yang diberikan ke jaringan memiliki pola serupa berarti arah gradien sudah benar, maka perubahan bobot dilakukan secara cepat. Namun apabila data terakhir yang dimasukan memiliki pola yang berbeda dengan pola sebelumnya, maka perubahan bobot dilakukan secara lambat. Dengan penambahan momentum, bobot baru pada waktu ke didasarkan atas bobot pada waktu dan . Jika adalah konstanta yang menyatakan parameter momentum maka bobot baru dihitung berdasarkan persamaan : 17 dengan, = bobot awal pola kedua hasil iterasi pola pertama = bobot awal pada iterasi pertama dan, 18 dengan, = bobot awal pola kedua hasil iterasi pola pertama = bobot awal pada iterasi pertama Siang, 2005 Berdasarkan pengalaman dan aplikasi jaringan syaraf tiruan dalam berbagai masalah prediksi atau peramalan dari karya ilmiah sebelumnya diperoleh kombinasi nilai laju pembelajaran g dan momentum seperti pada Tabel 1 di bawah ini : Tabel 1 Peringkat kombinasi nilai laju pembelajaran dan momentum Peringkat 1 2 3 4 Laju pembelajaran 0,9 0,7 0,5 0,4 Momentum 0,1 0,4 0,5 0,6 Anugerah, 2007 III MODEL SISTEM

3.1 Skema aliran air pada daerah aliran sungai

Gambar 12 di bawah menunjukkan penggambaran suatu skema aliran air di suatu pegunungan. Skema ini dibangun dari empat lapisan vertikal, dimana dari bagian atas ke bagian bawah merupakan surface flow aliran permukaan, sub-surface flow aliran air peralihan permukaan, intermediate flow aliran tengah, sub-base flow aliran peralihan, dan base flow aliran dasar. Dalam konsep seperti ini, air dapat mengisi setiap lapisan yang berada di bawahnya, dan juga bisa pergi secara reversibel jika proses penguapan di suatu lingkungan sangat dominan. Air yang keluar secara horizontal, yang terdiri dari surface flow aliran permukaan, sub-surface flow aliran peralihan permukaan, intermediate flow aliran tengah, sub-base flow aliran peralihan, dan base flow aliran dasar. Untuk skema air seperti di atas telah dilakukan percobaan dan karya ilmiah untuk menentukkan parameter pada tiap lapisan dengan menggunakan sebuah model tangki Setiawan B, Fukuda Nakano, 2003. Gambar 12 Skema aliran air di pegunungan

3.2 Propagasi balik untuk memprediksi ketinggian air