Perspektf Indonesia tentang Manajemen Berbasis Sekolah

Marjuki 2015. Bahan Bacaan_Konsep Manajemen Berbasis Sekolah 2 memang bermanfaat karena hal tersebut mengubah hampir semua aspek organisasi - struktur, peran, sistem, praktik pembelajaran, praktik sumber daya manusia, dan keterampilan dan pengetahuan para pihak. Konsep ini memerlukan perubahan mendasar tentang pemahaman masyarakat terhadap organisasi dan peran mereka di dalamnya. Melalui Manajemen Berbasis Sekolah suatu lingkungan yang demokratis dibangun di mana kekuasaan dicapai dengan berbagi dan bukannya setiap orang berebut meraih suara yang paling banyak. Manajemen Berbasis Sekolah tumbuh subur ketika kekuasaan dan wewenang didistribusikan secara bebas dan dengan sukarela. Lingkungan sepertii itu bisa berkembang hanya bila ada sikap saling percaya pada kemampuan rekan dan kepercayaan bahwa kepentingan mereka konsisten dengan tujuan organisasi. Akuntabilitas dicapai melalui proses penetapan tujuan yang memberikan kebebasan bagi para staf untuk menentukan bagaimana tujuan itu dapat mereka penuhi. Pemecahan masalah dicapai lewat kerja dan evaluasi berfokus pada program, bukan pada individu. Keragaman dan perbedaan pendapat dilihat sebagai kesempatan untuk belajar daripada sebagai indikasi bahwa sesuatu tidak berjalan semestnya. Oleh karena itu Manajemen Berbasis Sekolah merupakan bentuk desentralisasi yang mengakui masing- masing sekolah sebagai unit utama dimana terjadi pembagian kewenangan dalam pengambilan keputusan tentang pengembangan kurikulum dan pembelajaran, pendidik dan tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, anggaran, pengelolaan murid, dan relasi dengan komunitas sekolah. Beberapa pemangku kepentingan seperti, kantor dinas pendidikan kabupatenkota, komite sekolah, guru, orangtua, dan siswa dan anggota masyarakat dapat dilibatkan dalam proses pengambilan keputusan di tingkat sekolah. Penerapan Manajemen Berbasis Sekolah di Indonesia berdasarkan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional dan peraturan turunannya sebagai bentuk otonomi manajemen pendidikan di tingkat sekolahsatuan pendidikan, dimana kepala sekolah dan guru dibantu oleh Komite Sekolah dalam mengelola kegiatan pendidikan. MBS diharapkan muncul dalam iklim kemerdekaan atau otonomi ini, dan mendorong kerjasama atau kemitraan, partsipasi, transparansi dan akuntabilitas lebih lanjut dalam penyelenggaraan pendidikan di tingkat sekolah.

C. Perspektf Indonesia tentang Manajemen Berbasis Sekolah

Salah satu permasalahan besar di sektor pendidikan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia adalah rendahnya mutu pendidikan pada setiap jenjang dan satuan pendidikan, khususnya pendidikan dasar dan menengah. Berbagai usaha telah dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional, misalnya pengembangan kurikulum nasional dan lokal, peningkatan kompetensi guru melalui pelathan, pengadaan buku dan alat pelajaran, pengadaan dan perbaikan sarana dan prasarana pendidikan, dan peningkatan mutu manajemen sekolah. Namun demikian, beberapa indikator mutu pendidikan belum menunjukkan peningkatan yang optimal. Sebagian sekolah, terutama di kota-kota, menunjukkan peningkatan mutu akademik dan non akademik yang cukup menggembirakan, namun sebagian lainnya masih cukup memprihatinkan. Berdasarkan fenomena di atas, berbagai pihak mempertanyakan apa yang salah dalam penyelenggaraan pendidikan di Indonesia. Diantara masalah dan tantangan yang sedang dihadapi bangsa Indonesia dalam penyelenggaraan pendidikan, adalah 1 masih rendahnya kualitas dan akuntabilitas tata kelola, khususnya pertanggung jawaban terhadap masalah pendidikan, 2 Fasilitas pelayanan pendidikan belum memadai dan tersedia secara merata, 3 Kualitas pendidik masih relatf rendah dan belum mampu memenuhi kompetensi, 4 Manajemen pendidikan belum berjalan dengan efektif dan efisien, 5 Anggaran pembangunan pendidikan belum tersedia secara memadai Nandika, 2007. Analisis lainnya menunjukkan keterpaduan penyelenggaraan pendidikan nasional antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah belum optimal. Sementara peran pemerintah pusat dalam penyelenggaraan pendidikan di tingkat satuan pendidikan semakin berkurang, pemerintah daerah Marjuki 2015. Bahan Bacaan_Konsep Manajemen Berbasis Sekolah 3 belum sepenuhnya mengambil alih peran yang selama ini dilaksanakan oleh pemerintah pusat. Kebijakan-kebijakan strategis di tingkat nasional belum ditndaklanjut dengan kebijakan dan program yang lebih operasional di tingkat daerah. Selain itu, masih juga banyak kebijakan dan peraturan terkait sektor pendidikan baik di tingkat nasional maupun lokal yang tidak bersinergi satu dengan lainnya, sehingga kadangkala kebijakan yang satu bertentangan dengan yang lain. Program dan kegiatan yang dilaksanakan di tingkat satuan pendidikan tIdak semuanya dapat dilaksanakan secara optimal. Disamping itu, peran serta pemangku kepentingan sekolah khususnya masyarakat dan orangtua peserta didik dalam penyelenggaraan pendidikan selama ini masih minim karena diombang-ambingkan oleh perbedaan arah peraturan perundangan dari pemerintah pusat dengan pemerintah daerah. Partsipasi pemangku kepentingan dalam pengambilan keputusan masih kurang diperhatkan, padahal terjadinya perubahan di sekolah juga dapat dipengaruhi oleh peranserta pemangku kepentingan. Partsipasi masyarakat selama ini disalahartkan hanya sebagai dukungan dana, sementara dukungan-dukungan lain seperti pemikiran, moral, dan barangjasa kurang diperhatkan. Akuntabilitas sekolah terhadap masyarakat juga masih lemah. Sekolah merasa tidak mempunyai kewajiban untuk mempertanggung-jawabkan hasil pelaksanaan pendidikan kepada masyarakat, khususnya orangtua peserta didik, sebagai salah satu unsur utama yang berkepentingan dengan pendidikan. Konsep Manajemen Berbasis Sekolah MBS sendiri adalah inisiatf dari pemerintah Indonesia, melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, dulu dikenal sebagai Kementerian Pendidikan Nasional bersama dengan pemerintah daerah. Program ini pertama kali dikembangkan dengan bantuan UNICEF dan USNPCO pada tahun 1999 di 7 kabupaten di 4 provinsi. Setelah dinyatakan berhasil diujicobakan di beberapa sekolah, maka program MBS ini memperoleh dukungan dari banyak donor, seperti JICA, NZAID, AUSAID, USAID, Plan Internatonal, Citbank, Save the Children, JICA, dan Kartka Soekarno Foundaton. Manajemen Berbasis Sekolah kemudian ditinjau secara periodik di Indonesia dan hasilnya menunjukkan bahwa program pembinaan Manajemen Berbasis Sekolah memiliki dampak positf, dalam hal 1 peningkatan manajemen sekolah sehingga lebih transparan, partsipatf, demokrats dan bertanggung jawab, 2 meningkatkan kualitas pendidikan, 3 menurunnya tingkat anak putus sekolah, 4 peningkatan pembelajaran yang berpusat ke murid melalui strategi Aktf, Kreatf, Efektif dan Menyenangkan PAKEM, dan 5 meningkatkan partsipasi masyarakat dalam pendidikan di sekolah. Berdasarkan pemantauan dan evaluasi pelaksanaan Manajemen Berbasis Sekolah di sekolah, dapat dinyatakan bahwa sekolah di Indonesia berbeda-beda dalam pelaksanaan MBS, baik kuantitas maupun kualitas, dan juga ada berbagai masalah dan kendala dalam pelaksanaan MBS. Oleh karena itu, program Manajemen Berbasis Sekolah di Indonesia perlu dilanjutkan dan diperkuat. Keberlanjutan dari program Manajemen Berbasis Sekolah di Indonesia dikukuhkan sebagai kebijakan pemerintah, seperti yang tertuang dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Dalam Pasal 51 Ayat 1 menyatakan bahwa: “Pengelolaan satuan pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar dan pendidikan menengah dilaksanakan berdasarkan prinsip standar pelayanan minimal pendidikan oleh manajemen berbasis sekolahmadrasah”. Selain itu, pentngnya keberlanjutan program Manajemen Berbasis Sekolah juga dapat dilihat dari Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005, Peraturan Pemerintah No. 17 tahun 2010, serta beberapa Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, seperti Peraturan Menteri No. 19 Tahun 2007 tentang Manajemen dan Standar Permendikbud No. 23 tahun 2013 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 15 Tahun 2010 tentang Standar Pelayanan Minimal Pendidikan dalam Pendidikan Dasar KabupatenKota. Marjuki 2015. Bahan Bacaan_Konsep Manajemen Berbasis Sekolah 4 Selain menyiapkan peraturan dan kebijakan yang mendukung manajemen berbasis sekolah, dan mendukung sekolah dengan cara baik rutn maupun insidental, pemerintah menyediakan program untuk mempertahankan prinsip-prinsip keberlanjutan seperti manajemen berbasis sekolah dalam program BOS, pengembangan Satuan Sekolah baru, ketentuan subsidi Standar Sekolah Nasional SSN, dan Program Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah PPMBS. Selain itu, program kerja sama dengan lembaga donor asing terus mendorong keberlanjutan setiap manajemen berbasis sekolah. Program desentralisasi di Indonesia telah mengubah sifat dan tingkat pelayanan publik, termasuk pendidikan. Bagaimana desentralisasi berlaku dalam sistem pendidikan telah diatur dalam UU Pendidikan No. 20 tahun 2003, dimana tanggung jawab utama, wewenang, dan sumber daya untuk penyampaian pendidikan telah dipindahkan ke tingkat pemerintahan yang lebih rendah, sementara kekuasaan pengambilan beberapa keputusan diserahkan kepada sekolah itu sendiri. Ada empat kondisi kunci untuk desentralisasi untuk mengatasi hambatan dan mendorong pembangunan pendidikan: 1. Pembagian tanggung jawab yang jelas dan kekuasaan di antara tingkat pemerintahan yang berbeda, 2. Pemberian kekuasaan dan otonomi kepada pemerintah daerah, 3. Suara yang lebih besar dari guru dan orang tua tentang bagaimana suatu sekolah seharusnya beroperasi, 4. Mekanisme akuntabilitas yang efektif dan struktur keuangan yang konsisten dengan tujuan pendidikan. Dengan mendistribusikan kekuasaan dan tanggung jawab yang lebih luas di seluruh sektor pendidikan, desentralisasi berpotensi untuk meningkatkan efisiensi dari sistem pendidikan itu sendiri, dan agar semakin responsif terhadap kebutuhan konsttuen mereka. Kebebasan untuk bereksperimen adalah manfaat lain dari desentralisasi, sedangkan inovasi yang dihasilkan secara lokal dapat merangsang perbaikan berkelanjutan dalam pendidikan.

D. Dasar Hukum dari Manajemen Berbasis Sekolah di Indonesia