Dasar Hukum dari Manajemen Berbasis Sekolah di Indonesia

Marjuki 2015. Bahan Bacaan_Konsep Manajemen Berbasis Sekolah 4 Selain menyiapkan peraturan dan kebijakan yang mendukung manajemen berbasis sekolah, dan mendukung sekolah dengan cara baik rutn maupun insidental, pemerintah menyediakan program untuk mempertahankan prinsip-prinsip keberlanjutan seperti manajemen berbasis sekolah dalam program BOS, pengembangan Satuan Sekolah baru, ketentuan subsidi Standar Sekolah Nasional SSN, dan Program Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah PPMBS. Selain itu, program kerja sama dengan lembaga donor asing terus mendorong keberlanjutan setiap manajemen berbasis sekolah. Program desentralisasi di Indonesia telah mengubah sifat dan tingkat pelayanan publik, termasuk pendidikan. Bagaimana desentralisasi berlaku dalam sistem pendidikan telah diatur dalam UU Pendidikan No. 20 tahun 2003, dimana tanggung jawab utama, wewenang, dan sumber daya untuk penyampaian pendidikan telah dipindahkan ke tingkat pemerintahan yang lebih rendah, sementara kekuasaan pengambilan beberapa keputusan diserahkan kepada sekolah itu sendiri. Ada empat kondisi kunci untuk desentralisasi untuk mengatasi hambatan dan mendorong pembangunan pendidikan: 1. Pembagian tanggung jawab yang jelas dan kekuasaan di antara tingkat pemerintahan yang berbeda, 2. Pemberian kekuasaan dan otonomi kepada pemerintah daerah, 3. Suara yang lebih besar dari guru dan orang tua tentang bagaimana suatu sekolah seharusnya beroperasi, 4. Mekanisme akuntabilitas yang efektif dan struktur keuangan yang konsisten dengan tujuan pendidikan. Dengan mendistribusikan kekuasaan dan tanggung jawab yang lebih luas di seluruh sektor pendidikan, desentralisasi berpotensi untuk meningkatkan efisiensi dari sistem pendidikan itu sendiri, dan agar semakin responsif terhadap kebutuhan konsttuen mereka. Kebebasan untuk bereksperimen adalah manfaat lain dari desentralisasi, sedangkan inovasi yang dihasilkan secara lokal dapat merangsang perbaikan berkelanjutan dalam pendidikan.

D. Dasar Hukum dari Manajemen Berbasis Sekolah di Indonesia

1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional; 2. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah; 3. Peraturan Pemerintah Nomor 32 tahun 2013 tentang perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan; 4. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah KabupatenKota, 5. Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 2008 tentang Pendanaan Pendidikan; 6. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 jo. Nomor 66 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan; 7. Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 44U2002 tentang Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah; 8. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 23 tahun 2013 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 152010 tentang Standar Pelayanan Minimal Pendidikan Dasar di KabupatenKota; 9. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 6 Tahun 2007 tentang Perubahan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 24 Tahun 2006 tentang Pelaksanaan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah dan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah; 10. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 13 Tahun 2007 tentang Standar Kepala SekolahMadrasah; 11. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualitas Akademik Guru; Marjuki 2015. Bahan Bacaan_Konsep Manajemen Berbasis Sekolah 5 12. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 19 Tahun 2007 tentang Standar Pengelolaan Pendidikan; 13. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 66 Tahun 2013 tentang Standar Penilaian Pendidikan; 14. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 24 Tahun 2007 tentang Standar Sarana dan Prasarana untuk SDMI, SMPMTS dan SMAMA; 15. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses; 16. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 63 Tahun 2009 tentang Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan; 17. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 44 Tahun 2012 tentang Pungutan dan Sumbangan Biaya Pendidikan pada Satuan Pendidikan Dasar.;9318. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 23 Tahun 2013 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 15 Tahun 2010 tentang Standar Pelayanan Minimal Pendidikan SPMP Dasar di KabupatenKota. Secara khusus Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Pasal 48 Ayat 1 menyatakan bahwa, “Pengelolaan dana pendidikan harus berdasarkan prinsip keadilan, efisiensi , transparansi, dan akuntabilitas publik”. Sejalan dengan amanat tersebut, Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Pasal 49 Ayat 1 menyatakan: “Pengelolaan satuan pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah perlu menerapkan Manajemen Berbasis Sekolah yang ditunjukkan dengan kemandirian, kemitraan, partsipasi, keterbukaan, dan akuntabilitas”.Berdasarkan kedua kebijakan tersebut, prinsip MBS meliputi: 1 kemandirian atau otonomi, 2 keadilan, 3 keterbukaan, 4 kemitraan, 5 partsipatf, 6 efisiensi, dan 7 akuntabilitas. Kemandirian atau Otonomi Kemandirian berarti kewenangan sekolah untuk mengelola sumberdaya yang mereka punya dan mengatur kepentingan warga sekolah menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi seluruh warga sekolah sesuai peraturan perundangan. Kemandirian sekolah hendaknya didukung oleh kemampuan sekolah dalam mengambil keputusan terbaik, menjadi demokrats, mobilisasi sumberdaya, berkomunikasi yang efektif, memecahkan masalah, antsipatf dan adaptf terhadap inovasi pendidikan, bekerja bersama, berkolaborasi, dan memenuhi kebutuhan sekolah sendiri. Kemitraan atau Kerjasama Ini merupakan kemitraan antara sekolah dengan masyarakat, baik individu, kelompok,organisasi, maupun dunia usaha dan dunia industri. Dalam prinsip kemitraan tersebut, sekolah dengan masyarakat berada dalam posisi sejajar, dan melaksanakan kerjasama yang saling menguntungkan untuk meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah. Keuntungan yang diterima sekolah antara lain meningkatnya kemampuan dan keterampilan peserta didik, meningkatnya kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana sekolah, sumbangan ide untuk pengembangan sekolah, sumbangan dana untuk peningkatan mutu sekolah, dan terbantunya tugas kepala sekolah dan guru. Keuntungan bagi masyarakat biasanya dirasakan secara tidak langsung, misalnya tersedianya tenaga kerja terdidik, dukungan dari anggota masyarakat, dan terciptanya tertb sosial. Sekolah bisa menjalin kemitraan, antara lain dengan tokoh agama, tokoh masyarakat, tokoh adat, dunia usaha, dunia industri, lembaga pemerintah, organisasi profesi, organisasi pemuda, dan organisasi wanita. Partsipasi Partsipasi dimaksudkan sebagai keikutsertaan semua pemangku kepentingan dalam mengelola sekolah dan pengambilan keputusan. Keikutsertaan mereka dapat dilakukan melalui prosedur formal yaitu komite sekolah, atau keterlibatan pada kegiatan sekolah secara insidental, seperti peringatan hari besar nasional, sebagai supporter dalam lomba antar sekolah, atau pengembangan pembelajaran. Bentuk partsipasi dapat berupa sumbangan tenaga, dana, dan sarana prasarana, serta bantuan teknis dalam mengembangkan sekolah. Marjuki 2015. Bahan Bacaan_Konsep Manajemen Berbasis Sekolah 6 Keterbukaan atau Transparansi Manajemen dalam konteks MBS dilakukan secara terbuka atau transparan, sehingga seluruh warga sekolah dan pemangku kepentingan dapat mengetahui mekanisme pengelolaan sumber daya sekolah. Selanjutnya sekolah dapat memperoleh kepercayaan dan dukungan lebih besar dari para pemangku kepentingan tersebut. Keterbukaan dapat dilakukan melalui penyediaan dan penyebarluasan informasi di sekolah dan pemberian informasi kepada masyarakat tentang pengelolaan sumber daya sekolah, agar memperoleh kepercayaan publik terhadap sekolah. Tumbuhnya kepercayaan publik merupakan langkah awal dalam meningkatkan peran serta masyarakat terhadap sekolah. Akuntabilitas Akuntabilitasi menekankan pada pertanggungjawaban penyelenggaraan pendidikan di sekolah dalam pencapaian sasaran peningkatan mutu sekolah. Ketka sekolah mengelola sumberdaya mereka berdasar pada peraturan perundangan, mereka dapat mempertangungjawabkannya kepada pemerintah, seluruh warga sekolah dan pemangku kepentingan lainnya. Pertanggungjawaban itu meliputii implementasi proses dan komponen manajemen sekolah. Pertanggungjawaban dapat dilakukan secara tertulis dan tidak tertulis disertai bukt-bukt administratif yang sah dan bukt fisik seperti bangunan gedung, bangku, dan alat-alat laboratorium. Sejalan dengan adanya pemberian otonomi yang lebih besar terhadap sekolah untuk mengambil keputusan, maka implementasi ketujuh prinsip MBS dibuat sesuai dengan situasi dan kondisi sekolah. Sekolah boleh menambah prinsip implementasi MBS agar sesuai dengan karakteristk sekolah, guna mempercepat upaya peningkatan mutu sekolah baik secara akademis maupun non akademis.

E. Tujuan Khusus Manajemen Berbasis Sekolah di Indonesia