PENGAWASAN MUTU

VI. PENGAWASAN MUTU

Mutu simplisia sangat erat kaitannya dengan kompleksibilitas komposisi kandungan senyawa kimia yang terdapat di dalam simplisia tersebut. Untuk memastikan reproduksibilitas, pengawasan mutu sudah harus dilakukan, sejak di mulai dari penanaman atau GAP ( Good Agricultural Practices), dan pengolahan atau GMP ( Good Manufacturing Practices). Beberapa aspek yang perlu mendapat perhatian antara lain, keterulangan keaslian simplisia, variasi inter/intra spesies tumbuhan, faktor lingkungan, bagian tumbuhan yang diambil, waktu panen, perlakuan pascapanen, kontaminan, pestisida, fumigan dan logam toksik. Selain itu, kandungan kimia merupakan suatu proses awal yang sangat membantu untuk mengetahui dasar ilmiah khasiat dari tanaman tersebut. Standardisasi bahan baku bisa dibuat sebagai tolok ukur untuk pembuatan simplisia yang tepat dan terarah dengan kandungan kimia yang tinggi.

Jaminan kualitas simplisia yang harus di terapkan adalah bahwa simplisia yang di gunakan adalah benar, bersih, aman dan berkhasiat. Simplisia harus di jamin benar karena untuk sediaan herbal, aktivitas farmakologi sangat tergantung pada kandungan kimianya. Setiap simplisia mempunyai komponen aktif yang berbeda, sehingga kebenarannya dapat diuji dengan karakteristik farmakognosi dan fitokimia. Untuk jaminan bersih bukan sekedar bersih dari pengotor saja, tetapi bersih dari cemaran bakteri patogen, jamur atau cemaran logam berat dan residu pestisida dengan pengujian sesuai parameter yang ada. Jaminan aman adalah aman dari toksisitas hasil nilai pengujian terhadap toksisitas akut dan sub akut dan dilanjutkan dengan uji zat berkhasiat. Uji berkhasiat melalui uji farmakologi terhadap hewan coba.

Masalah mutu simplisia di Indonesia yang digunakan dalam bidang farmasi telah ditetapkan di dalam Farmakope dan Ekstra Farmakope Indonesia. Untuk simplisia yang belum digunakan dalam pengobatan modern sudah tertera dalam Materia Medika Indonesia. Persyaratan simplisia yang tertera dalam Farmakope dan Ekstra Farmakope Indonesia, antara lain meliputi kadar zat berkhasiat, pemerian rasa dan bau, makroskopi dan mikroskopi, identifikasi secara kimiawi dan kromatografi, kadar abu, kadar abu yang tidak larut dalam asam dan bahan organik asing. Untuk persyaratan simplisia dalam Materia Medika Indonesia,

40 Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian 40 Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian

Kadar abu merupakan komponen yang sangat penting untuk menilai cemaran fisik simplisia, seperti partikel tanah dan pasir yang dapat memberikan gambaran higinitas atau baik tidaknya cara-cara pengolahan simplisia tersebut. Untuk kadar sari yang larut dalam air dan alkohol merupakan suatu petunjuk terhadap kualitas tanaman, terutama komposisi senyawa kimia; nilainya sangat dipengaruhi oleh lingkungan tumbuh atau baik tidaknya proses agronomi serta dapat memperlihatkan apakah simplisia tersebut berasal dari bagian tanaman yang dikehendaki.

Salah satu cara untuk mengendalikan mutu simplisia adalah dengan melakukan standarisasi terhadap simplisia. Standarisasi diperlukan agar dapat diperoleh bahan baku yang seragam dan dapat menjamin efek farmakologi dari tanaman tersebut. Masalah yang dihadapi adalah bagaimana dapat menentukan keseragaman mutu simplisia yang tumbuh dari beberapa daerah yang mempunyai ketinggian, keadaan tanah dan cuaca yang berbeda. Dalam standardisasi simplisia perlu di lakukan pengamatan parameter non spesifik dan spesifik. Parameter non-spesifik berhubungan dengan kondisi lingkungan dalam proses pembuatan simplisia sedangkan parameter spesifik terkait langsung dengan kandungan senyawa yang ada di dalam tanaman.

Pemeriksaan mutu simplisia dilakukan dengan cara organoleptik, makroskopik dan mikroskopik. Pemeriksaan organoleptik dan makroskopik dilakukan dengan menggunakan indera manusia dengan memeriksa kemurnian dan mutu simplisia dengan cara mengamati bentuk dan ciri-ciri luar serta warna dan bau dari simplisia tersebut. Sebaiknya dalam pemeriksaan mutu organoleptik dilanjutkan dengan mengamati ciri-ciri anatomi histologi terutama untuk menegaskan keaslian simplisia. Parameter uji non-spesifik meliputi uji yang terkait dengan pencemaran yang disebabkan oleh pestisida, jamur, aflatoksin

dan logam berat. Uji cemaran mikroba terhadap mikroba patogen sebagai salah satu parameter non-spesifik mempersyaratkan bahwa tidak boleh ada

kandungan mikroba pathogen seperti Staphylococcus aureus, Vibrio cholera, dan Pseudomonas aeruginosa pada simplisia yang terstandar.