MAKSUD DAN TUJUAN

IV. MAKSUD DAN TUJUAN

Dengan tidak terasa pada tanggal 13 Oktober 2013 Masehi, kita memasuki Tahun Baru Kalender Caka Sunda, 1 Suklapaksa bulan Kartika 1950 Caka Sunda. Momentum pergantian waktu, misalnya tahun baru, ulang tahun, dan lain-lain sejenisnya, umumnya dirayakan dengan berbagai agenda meriah. Pada detik-detik pergantian waktu tersebut, dipenuhi dengan hura-hura, pesta, suara bising terompet yang beraneka ragam bunyinya, ditambah warna-warni kembang api yang menghiasi langit malam. Semua terlena dalam kebahagian, lupa akan makna yang terkandung dalam perubahan waktu tersebut, yaitu introspeksi diri di waktu sebelumnya dan menyusun rencana ke depan untuk kehidupan yang lebih baik.

1. Maksud

Kalender Sunda bukan hanya sekedar mencetak Kalender, tetapi ingin pula mensosialisasikannya kepada masyarakat luas, oleh karena itu kami merasa perlu peringatan Tahun Baru berdasarkan perhitungan sistem penanggalan Kalender Sunda dapat dijadikan agenda kalender kegiatan sosial budaya setiap tahun, agar fungsi dan komitmen Pemerintah Kota Bandung dan Pemda Provinsi Jawa Barat dalam mengembangkan pelestarian budaya dapat dirasakan langsung oleh masyarakat, baik melalui media informal maupun media formal.

Kegiatan Sarasehan Cerdas Budaya Perspektif Tokoh ini dilaksanakan dengan maksud memberikan gambaran aktual tentang perkembangan situasi dan kondisi masyarakat dalam kehidupan berbangsa dan bernegara yang berkaitan dengan perkembangan lingkungan strategis, sehingga menguatkan upaya untuk perlunya mengangkat dan memantapkan kembali nilai-nilai kebangsaan Indonesia sebagai Kegiatan Sarasehan Cerdas Budaya Perspektif Tokoh ini dilaksanakan dengan maksud memberikan gambaran aktual tentang perkembangan situasi dan kondisi masyarakat dalam kehidupan berbangsa dan bernegara yang berkaitan dengan perkembangan lingkungan strategis, sehingga menguatkan upaya untuk perlunya mengangkat dan memantapkan kembali nilai-nilai kebangsaan Indonesia sebagai

2. Tujuan

Kegiatan Sarasehan Cerdas Budaya Perspektif Tokoh ini diharapkan menjadi masukan di dalam merumuskan revitalisasi konsep kebudayaan, kebangsaan, dan kerakyatan untuk kebijakan strategi sebagai perisai budaya bangsa berbasis kearifan budaya daerah.

a. Menggalang semangat pertahanan dari nilai-nilai Budaya Sunda yang ada di masyarakat Jawa Barat dalam mengingatkan serta menggali akar dan nilai- nilai (Spirit of Sunda), maupun dicermati untuk dipakai sebagai konsep penyelarasan multidimensi yang dihadapi bangsa dan negara.

b. Meningkatkan apresiasi budaya antartradisi Sunda di Jawa Barat serta menumbuhkembangkan rasa cinta dan rasa memiliki (sense of belonging) pada kearifan budaya bangsa yang bermuara pada rasa cinta tanah air. Sehingga akan terbentuknya Jatidiri Bangsa (Nations Charakters Building).

c. Menggalang tali silaturahmi antar tokoh masyarakat dan para generasi muda dengan latar belakang Budaya Sunda di Jawa Barat. Membuka wawasan dan memberi pengertian pada seluruh komponen bangsa, tentang ilmu pengetahuan budaya Sunda (Sundanologi) yang bermanfaat dan bisa membawa kejayaan serta kemakmuran.

d. Membuka wahana pemikiran untuk memperoleh suatu konsepsi tentang revitalisasi konsep kebudayaan, kebangsaan, dan kerakyatan untuk kebijakan strategi sebagai perisai budaya bangsa pada situasi kondisi sekarang dan masa depan dalam pengelolaan potensi dan kompetensi lokal secara partisipatoris, inklusif, cerdas berbudaya dan berkelanjutan.

e. Mengeksploitasi gagasan cerdas budaya untuk perisai budaya bangsa sebagai penciptaan kesempatan mengembalikan kearifan nilai-nilai peradaban nusantara.

f. Melakukan refleksi bersama tentang perjuangan kearifan nilai-nilai peradaban nusantara dan transformasi sosial budaya.

g. Mencermati berbagai agenda strategis dari tingkat global sampai dengan tingkat komunitas akar rumput dalam hal sistem informasi yang memihak dan memberdayakan kearifan nilai-nilai peradaban nusantara.

h. Merumuskan agenda strategis dalam pengembangan sistem informasi berbasis kearifan nilai-nilai budaya daerah untuk mewujudkan peradaban nusantara tatanan masyarakat baru yang memberi peluang kepada nilai-nilai lokal menjadi pelaku utama kebijakan pembangunan.