Perencanaan Upacara Muncang

3.2 Perencanaan Upacara Muncang

Komponen-komponen upacara ritual dapat di deskripsikan menjadi 4 bagian (Koentjaraningrat 1985:243) yaitu:

1. Tempat Upacara

2. Waktu Pelaksanaan Upacara

3. Benda-Benda dan Alat Upacara

4. Serta Orang yang Melakukan dan memimpin Upacara Dengan melihat pendapat Koentjaraningrat tersebut, maka adapun

perencanaan yang dibutuhkan untuk melaksanakan upacara Muncang adalah

1. Tempat dan Waktu Pelaksanaan Upacara Muncang

2. Perlengkapan Upacara Muncang

3. Guru sibaso pada upacara Muncang

3.2.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan Upacara Muncang

Untuk melaksanakan upacara Muncang maka harus terlebih dahulu harus diketahui tempat dan waktu pelaksanannya. Sesuai dengan hasil musyawarah

Sukut 6 dan semua masyarakat Namo Rindang maka tempat pelaksanaan yaitu di Balai Desa yang terdapat di Namo Rindang.

Gambar 8: Balai Desa Namo Rindang

Sesuai hasil musyawarah Sukut dan masyarakat Namo Rindang bahwa pelaksanaan Upacara Muncang dilaksanakan pada tanggal 28 Oktober 2011. Waktu pelaksanaan dilaksanakan jam 08.00 WIB sampai dengan selesai pada sore hari. Pemilihan tanggal dan hari dipilih berdasarkan hari-hari Karo yang disebut dengan niktik wari. Niktik wari adalah memilih hari dan tanggal yang baik dalam melakukan aktivitas pada masyarakat Karo, seperti melakukan upacara, menanam padi, pesta perkawinan, dan lain-lain.

3.2.2 Perlengkapan Upacara Muncang

Untuk Melaksanakan Upacara Muncang dibutuhkan beberapa perlengkapan yaitu:

1. Pangan-Panganen (sesajen)

2. Gendang Lima Sedalanen

3. Perlengkapan Guru Sibaso

4. Sound Sistem Dan Genset

3.2.2.1 Pangan-panganen (Sesajen)

Dalam upacara Muncang ada beberapa sesajen yang di siapkan berupa beberapa macam makanan yang telah disiapkan untuk roh-roh leluhur. Pada saat upacara berlangsung roh-roh leluhur melalui mediator akan meminta makanannya (sesajen) yang telah dipersiapkan. Adapun Pangan-panganen (sesajen) yang dipersiapkan kepada roh-roh leluhur adalah sebagai berikut.

1. Sangkep Manuk Megara Sangkep Manuk Megara adalah ayam yang bulunya berwarna merah digulai dengan santan. Ayam tersebut digulai secara utuh atau tanpa di potong-potong. Sangkep Manuk Megara adalah Pangan- panganen (sesajen) yang diperuntukkan kepada roh-roh leluhur yang memiliki jabatan sebagai Panglima.

2. Sangkep Manuk Megersing Sangkep Manuk Megersing adalah ayam yang bulunya berwarna kuning digulai dengan santan. Ayam tersebut digulai secara utuh atau tanpa di potong-potong. Sangkep Manuk Megersing adalah pangan- panganen (sesajen) yang diperuntukkan kepada roh-roh leluhur yang memiliki jabatan sebagai orang tua.

Sangkep Manuk Mentar adalah ayam yang bulunya berwarna putih digulai dengan santan. Ayam tersebut digulai secara utuh atau tanpa di potong- potong. Sangkep Manuk Mentar adalah pangan- panganen (sesajen) yang diperuntukkan kepada roh-roh leluhur yang dinamakan Bicara Guru. Bicara Guru adalah roh-roh leluhur yang dulunya meninggal pada saat masih bayi.

4. Biang Mbiring Biang mbiring adalah seekor anjing berwarna hitam yang di panggang, kemudian dimasak dengan cara digulai. Biang Mbiring adalah Pangan- Panganen (sesajen) yang diperuntukkan kepada roh leluhur Debata Porling.

5. Apel dan Jeruk Apel dan Jeruk adalah Pangan-Panganen (sesajen) yang diperuntukkan kepada roh leluhur yang di sebut Nini Petir.

Selain kelima Pangan-Pangaen (sesajen) diatas ada beberapa (sesajen) tambahan untuk melengkapi Pangan-Panganen yang dipersiapkan yaitu:

1. Cimpa Rambai-Rambai Cimpa Rambai-Rambai adalah beras yang tumbuk halus di taburi sedikit garam. Setelah halus adonan ditempelkan pada daun pandan kemudian di kukus.

2. Cimpa Buka Siang Cimpa Buka Siang adalah beras yang ditumbuk halus , kemudian diberi garam, merica, kelapa parut, dan gula merah. Bahan-bahan tersebut di ditumbuk dan di haluskan bersama.

3. Cimpa Unung-Unung Cimpa Unung-Unung adalah beras ketan yang ditumbuk halus di campur dengan santan kelapa. Saat di bungkus di tengah-tengahnya diberi campuran kelapa parut dan gula merah.

4. Kelapa muda, Pisang Masak, Air Nira Manis (air nira berasal dari batang pohon enau yang di sadap).

3.2.2.2 Perlengkapan Guru Sibaso

Dalam Upacara Muncang ada beberapa perlengkapan yang disiapkan untuk Guru Sibaso yaitu:

1. Beras Pengian-ngiani Beras Pengian-ngiani adalah beras, telor ayam kampung satu butir, gambir, sirih, pinang, kapur sirih, gula aren satu keping, pisau belati satu buah, dimasukkan dalam satu buah wadah yang di sebut sumpit mentar. Sumpit Mentar adalah anyaman dari daun pandan yang dibentuk menyerupai wadah.

2. Pukulen ( Upah) Pukulen (Upah) adalah Beras, Amak Mentar (tikar putih), satu ekor ayam kampung, gula aren, kelapa, dan sejumlah uang.

3. Pakaian dan senjata Pakaian yang dipersiapkan adalah kain berwarna merah, kain berwarna putih, dan Peci putih. Sedangkan senjata yang di persiapkan adalah dua buah pedang.

4. Perlengkapan Tambahan Selain perlengkapan diatas ada beberapa perlengkapan tambahan lain yang di sediakan pada saat upacara yaitu Jeruk Purut (bahan Lau Penguras ), minyak kelapa, bunga pinang Tanduk, Amak Mentar (tikar putih), kemenyan dan kain putih,

5. Langkaten Langkaten adalah tempat meletakkan Pangan-Panganen (sesajen) dan semua perlengkapan yang disiapkan pada saat proses upacara berlangsung. Langkaten dihisasi dengan daun janur enau muda, pinang rangkai dan di setiap sudut dari langkaten tersebut di letakkan daun Mbertuk . Langkaten dibuat pada dua tempat berbeda, yang pertama Langkaten terletak di sudut balai Desa dan yang kedua di terletak di Mabar dan Kuburan Debata Porling.

Gambar 9:

3.2.2.3 Gendang Lima Sedalanen

Gendang Lima Sedalanen yaitu Gendang dalam kasus ini berarti alat musik, Lima berarti lima, dan Sedalanen berarti sejalan atau secara bersama sama. Jadi dari penjelasan diatas pengertian Gendang Lima Sedalanen adalah lima buah instrumen musik yang dimainkan sejalan atau bersana-sama. Gendang Lima Sedalanen adalah seperangkat (ensambel) instrumen musik Karo yang terdiri dari Sarune, Gendang Singanaki, Gendang Singindungi, Gong dan Penganak . Instrumen-instrumen musik di dalam Gendang Lima Sedalanen memiliki fungsi masing- masing. Sarune sebagai pembawa melodi, sedangkan Gendang Singanaki, Singindungi, Gung dan Penganak sebagai pembawa ritem dan tempo.

Pada upacara Muncang, Gendang Lima Sedalanen sangat berperan penting dalam pelaksanaan upacara Muncang. Menurut Arus Keliat, upacara Muncang tidak dapat dilaksanakan jika tidak memakai pengiring Gendang Lima Sedalanen. Dalam hal ini dapat dipahami bagaimana pentingnya Gendang Lima Sedalanen digunakan sebagai pengiring dalam upacara.

Gendang Lima Sedalanen pada upacara muncang di Namo Rindang dimainkan oleh lima orang pemain orang Penggual (pemain), yaitu Ismail Sembiring, Bantu Ginting, Jabal Sembiring, Anto Sinulingga, dan Orde Sitepu

3.2.2.4 Sound System

Dalam Upacara Muncang sound sistem digunakan sebagai pengeras suara. Sound sistem berfungsi mengeraskan suara yang dihasilkan oleh Gendang Lima Sedalanen sebagai musik pengiring dalam upacara. Sound system juga sudah Dalam Upacara Muncang sound sistem digunakan sebagai pengeras suara. Sound sistem berfungsi mengeraskan suara yang dihasilkan oleh Gendang Lima Sedalanen sebagai musik pengiring dalam upacara. Sound system juga sudah

Genset juga merupakan perlengkapan pendukung pada upacara Muncang, dan di butuhkan apabila terjadi pemadaman arus listrik pada saat upacara Muncang berlangsung. Apabila terjadi pemadaman listrik maka genset akan dihidupkan untuk di hubungkan dengan sound system agar upacara yang berlangsung terlaksana dengan baik.

3.2.3 Guru Sibaso pada Upacara Muncang

Menurut Jabal Sembiring, Guru Sibaso adalah seseorang yang bisa melakukan komunikasi dengan dunia roh atau mistis. 7 Guru Sibaso biasanya

dapat mengetahui dan mampu untuk menjadi perantara bagi roh-roh tersebut . Selain berkomunikasi, Guru Sibaso juga dapat mengkordinir roh-roh tersebut saat dilaksanakannya upacara-upacara ritual pada masyarakat Karo. Guru Sibaso adalah mediator pada upacara upacara-upacara ritual yang dilakukan oleh masyarakat Karo.

Pada upacara Muncang tanggal 28 oktober di Namo Rindang yang menjadi Guru Sibaso adalah Prista Imanuel Keliat dan Wina Sitepu. Kedua remaja ini adalah keturunan (titisan) dari Pengulu Kuta Namorindang. Menurut Arus Keliat, kedua anak remaja ini mampu melakukan komunikasi dengan roh-roh leluhur Pada upacara Muncang tanggal 28 oktober di Namo Rindang yang menjadi Guru Sibaso adalah Prista Imanuel Keliat dan Wina Sitepu. Kedua remaja ini adalah keturunan (titisan) dari Pengulu Kuta Namorindang. Menurut Arus Keliat, kedua anak remaja ini mampu melakukan komunikasi dengan roh-roh leluhur

Pada upacara Muncang Guru Sibaso berfungsi untuk mengkordinir, memimpin dan menjadi mediator pada saat upacara dilaksanakan. Guru Sibaso memiliki kemampuan untuk mengetahui roh-roh yang akan di mediasi. Selain itu, Guru Sibaso berfungsi untuk menghalau apabila ada roh-roh jahat yang mengganggu saat upacara berlangsung.

Dari penjelasan diatas dapat dilihat yang berperan sebagai Guru Sibaso adalah kedua remaja titisan dari Pengulu Kuta Namo Rindang. Jadi kedua remaja tersebut memimpin setiap kegiatan yang dilakukan pada upacara Muncang pada tanggal 28 Oktober 2011 di Namo Rindang.