Analisis Komparatif

4.2 Analisis Komparatif

Pada sub judul analisis komparatif ini, akan menguraikan tentang perbandingan hasil belajar, ketuntasan belajar dan proses belajar Matematika siswa kelas 5 SD Negeri Candirejo 01 Kecamatan Tuntang pada kondisi awal, siklus I, dan siklus II sehingga dapat diketahui peningkatan proses belajar, hasil belajar dan ketuntasan belajar Matematika yang diperoleh siswa kondisi awal/sebelum pelaksanaan tindakan dan setelah pelaksanaan tindakan yaitu pada pra siklus, siklus I dan siklus II.

Diketahui bahwa setelah pelaksanaan tindakan pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran Project Based Learning, proses belajar mata pelajaran Matematika yang diperoleh siswa semakin baik dan mencapai indikator yang telah ditentukan yaitu signifikan 10%. Kondisi yang demikian terbukti dari perolehan skor hasil observasi aktivitas guru dan siswa dari siklus I dan siklus II. Peningkatan proses belajar Matematika siswa kelas 5 SD Negeri Candirejo 01 Kecamatan Tuntang setelah pelaksanaan tindakan siklus I dan siklus II dapat diketahui dalam tabel 4.17 sebagai berikut :

Tabel 4.17

Perbandingan Analisis Rata-rata Observasi

Siklus I dan Siklus II Pra Siklus

Siklus II Ketuntasan No

Siklus I

Rata- Belajar

Rata- Persentase Rata-

Berdasarkan tabel 4.17 tentang perbandingan analisis rata-rata skor observasi aktivitas guru dan siswa dapat diketahui bahwa terjadi peningkatan aktivitas guru dan siswa dari Pra Siklus, siklus I dan siklus II dengan penerapan model pembelajaran Project Based Learning. Sebelum pelaksanaan tindakan skor aktivitas guru 5 dengan persentase 35,71%. Setelah pelaksanaan tindakan siklus I rata-rata skor aktivitas guru mencapai 11,5 dengan persentase 82,14%. Pada siklus

II rata-rata skor aktivitas guru mengalami peningkatan menjadi 13,5 dengan persentase 96,42%. Kondisi yang demikian menunjukkan bahwa hasil pelaksanaan tindakan pada siklus I dan II telah memenuhi indikator keberhasilan tindakan penelitian yang telah ditetapkan oleh peneliti yaitu peningkatan secara signifikan 10 %. Seiring dengan peningkatan aktivitas guru, rata-rata skor aktivitas siswa juga mengalami peningkatan, sebelum pelaksanaan tindakan skor aktivitas siswa 5 dengan persentase 33,33%. Pada siklus I rata-rata skor aktivitas siswa 11 dengan persentase 73,33%, kemudian pada siklus II rata-rata skor meningkat menjadi 14,5 dengan persentase 96,66%. Kondisi yang demikian menunjukkan bahwa hasil pelaksanaan tindakan pada siklus II telah memenuhi indikator keberhasilan tindakan penelitian yang telah ditetapkan oleh peneliti yaitu peningkatan secara signifikan 10 %. Untuk menjelaskan perbandingan rata- rata hasil analisis skor observasi aktivitas guru dan siswa pada pra siklus, siklus I dan siklus II dapat diketahui pada diagram 4.22 sebagai berikut: II rata-rata skor aktivitas guru mengalami peningkatan menjadi 13,5 dengan persentase 96,42%. Kondisi yang demikian menunjukkan bahwa hasil pelaksanaan tindakan pada siklus I dan II telah memenuhi indikator keberhasilan tindakan penelitian yang telah ditetapkan oleh peneliti yaitu peningkatan secara signifikan 10 %. Seiring dengan peningkatan aktivitas guru, rata-rata skor aktivitas siswa juga mengalami peningkatan, sebelum pelaksanaan tindakan skor aktivitas siswa 5 dengan persentase 33,33%. Pada siklus I rata-rata skor aktivitas siswa 11 dengan persentase 73,33%, kemudian pada siklus II rata-rata skor meningkat menjadi 14,5 dengan persentase 96,66%. Kondisi yang demikian menunjukkan bahwa hasil pelaksanaan tindakan pada siklus II telah memenuhi indikator keberhasilan tindakan penelitian yang telah ditetapkan oleh peneliti yaitu peningkatan secara signifikan 10 %. Untuk menjelaskan perbandingan rata- rata hasil analisis skor observasi aktivitas guru dan siswa pada pra siklus, siklus I dan siklus II dapat diketahui pada diagram 4.22 sebagai berikut:

20

Siklus II Aktivitas Guru

Pra Siklus

Siklus I

96,42 Aktivitas siswa

Gambar 4.22 Diagram Peningkatan Rata-rata Skor Observasi Siklus I dan Siklus II

Untuk data peningkatan ketuntasan belajar Matematika ditunjukkan pada tabel 4.18 berikut:

Tabel 4.18 Perbandingan Ketuntasan Belajar Matematika Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II

Siklus I Siklus II No

Ketuntasan

Pra Siklus

Jumlah % Jumlah %

2. Belum Tuntas

37 100 Nilai Rata-rata

Berdasarkan tabel 4.18 tentang perbandingan ketuntasan belajar Matematika, dapat diketahui bahwa terdapat peningkatan hasil belajar dari kondisi awal, siklus I, dan siklus II. Pada kondisi awal atau sebelum pelaksanaan tindakan, siswa yang tuntas atau telah mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal

(KKM ≥ 70) hanya berjumlah 9 siswa dengan persentase 24,32% sementara siswa

yang belum tuntas berjumlah 28 siswa dengan persentase 75,67%, pada kondisi awal rata-rata hasil belajar Matematika 55,40. Selanjutnya setelah pelaksanaan tindakan siklus I terlihat peningkatan jumlah siswa yang tuntas sebanyak 59,46 % siswa dengan persentase siswa tuntas 83,78%, sementara 6 siswa lainnya masih memperoleh nilai di bawah KKM dengan persentase 16,21%, pada siklus I rata- rata hasil belajar Matematika 76,75 dari hasil pelaksanaan tindakan siklus I diketahui bahwa secara klasikal nilai rata-rata siswa belum tercapai, ketuntasan belajar siswa belum mampu mencapai indikator keberhasilan tindakan penelitian yang telah ditentukan sehingga masih diperlukan perbaikan pada siklus II. Kemudian tindakan dilanjutkan dengan pelaksanaan tindakan siklus II agar ketuntasan belajar Matematika siswa bisa mencapai indikator keberhasilan yang diharapkan yaitu sejumlah 90% dari total keseluruhan siswa. Setelah pelaksanaan tindakan pembelajaran pada siklus II jumlah siswa yang memperoleh nilai mencapai KKM ≥ 70 yaitu sebanyak 37 siswa dengan besar persentase 100%, nilai rata-rata hasil belajar Matematika siklus II mencapai 85,5. Dari hasil belajar Matematika dan ketuntasan belajar siswa siklus II tersebut dapat diketahui bahwa indikator keberhasilan tindakan penelitian menggunakan model pembelajaran Project Based Learning yang telah ditentukan oleh peneliti sudah tercapai (ketun tasan belajar siswa ≥ 90%). Perbandingan ketuntasan belajar kondisi awal, siklus I, dan siklus II dapat dilihat pada diagram 4.20 berikut:

Siklus II Tuntas

Kondisi Awal

Siklus I

9 31 37 Tidak Tuntas

Gambar 4.22 Diagram Perbandingan Ketuntasan Belajar Matematika Kondisi Awal, Siklus I dan Siklus II

Diketahui bahwa setelah pelaksanaan tindakan pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran Project Based Learning, hasil belajar mata pelajaran Matematika yang diperoleh siswa semakin baik dan mencapai rata-rata

KKM ≥ 70 yang telah ditentukan. Kondisi yang demikian terbukti dari perolehan nilai hasil tes evaluasi dari masing-masing siklus, baik siklus I maupun siklus II.

Peningkatan rata-rata hasil belajar Matematika siswa kelas 5 SD Negeri Candirejo

01 Kecamatan Tuntang setelah pelaksanaan tindakan siklus I dan siklus II dapat diketahui dalam tabel 4.17 sebagai berikut:

Tabel 4.19 Perbandingan Rata-rata Hasil Belajar Matematika Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II

Hasil Tindakan

Pra Siklus

Siklus I

Siklus II

Rata-rata Hasil

85,54 Belajar Matematika

Berdasarkan tabel 4.19 tentang perbandingan rata-rata hasil belajar, diketahui pada pelaksanaan tindakan siklus I nilai rata-rata siswa mencapai 76,75 mengalami peningkatan dari kondisi awal nilai rata-rata yang diperoleh siswa hanya 55,40. Dari perolehan data hasil tindakan penelitian tersebut dapat dinyatakan bahwa tindakan pembelajaran yang dilaksanakan pada siklus I sudah menunjukkan peningkatan hasil belajar mata pelajaran Matematika, hasil yang diperoleh sudah memenuhi indikator keberhasilan yang telah ditentukan oleh peneliti yaitu minimal 7 nilai dari KKM ≥ 70, namun masih diupayakan perbaikan agar hasil perolehan rata-rata hasil belajar semakin meningkat.

Setelah pelaksanaan tindakan pada siklus II, diketahui bahwa hasil belajar Matematika semakin menunjukkan peningkatan yang signifikan, nilai rata-rata hasil belajar Matematika yang diperoleh siswa 85,54. Kondisi yang demikian menunjukkan bahwa hasil pelaksanaan tindakan pada siklus II telah memenuhi indikator keberhasilan tindakan penelitian yang telah ditetapkan oleh peneliti minimal 7 nilai dari KKM ≥ 70. Untuk memperjelas peningkatan rata-rata nilai hasil belajar siklus I dan siklus II dapat diketahui melalui diagram 4.23 sebagai berikut:

swa 50,00 Si

lajar e 40,00

Siklus II Rata-rata

Pra Siklus

Siklus I

Gambar 4.23 Diagram Peningkatan Rata-rata Hasil Belajar Matematika Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II

Tabel 4.20 Perbandingan Rata-rata Aktivitas Guru dan Siswa dengan Hasil Belajar Siswa

No

Aspek

Pra Siklus Siklus I Siklus II

1. Proses (Aktivitas guru dan siswa)

Berdasarkan tabel 4.20 diketahui bahwa proses dan hasil belajar Matematika semakin menunjukkan peningkatan yang signifikan, dari kondisi awal rata-rata hasil observasi aktivitas guru dan siswa 34,52 % pada siklus I meningkat menjadi 61,42%. Setelah pelaksanaan siklus II meningkat lagi menjadi 91,39%. Sedangkan hasil belajar siswa pada Pra Siklus yang awalnya 24,32% pada siklus I meningkat menjadi 83,78%. Setelah pelaksanaan siklus II meningkat lagi menjadi 100 %. Untuk memperjelas perbandingan rata-rata aktivitas guru dan siswa dengan hasil belajar siswa dapat diketahui pada diagram 4.24 berikut :

Siklus II Poses

Pra Siklus

Siklus I

Gambar 4.24 Diagram Perbandingan Rata-rata Aktivitas Guru dan Siswa dengan Hasil Belajar Siswa

Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perbedaan Pengaruh Model Pembelajaran NHT (Number Head Together) dan Model Pembelajaran TPS (Think Pair Share) terhadap Hasil Belajar Penjumlahan dan Pengurangan Bilangan Bulat pada Siswa Kelas

0 0 17

BAB I PENDAHULUAN 1.1 - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perbedaan Penerapan Model Pembelajaran VCT (Value Clarification Technique) dengan Pembelajaran Konvensional Ditinjau dari Hasil Belajar Ranah Afektif pada Mata Pelajaran

0 0 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) di SD 2.1.1.1 Pengertian - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perbedaan Penerapan Model Pembelajaran VCT (Value Clarification Technique) denga

0 0 26

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis, Desain dan Lokasi Penelitian 3.1.1 Jenis Penelitian - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perbedaan Penerapan Model Pembelajaran VCT (Value Clarification Technique) dengan Pembelajaran Konvens

0 1 18

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perbedaan Penerapan Model Pembelajaran VCT (Value Clarification Technique) dengan Pembelajaran Konvensional Ditinjau dari Hasil Belajar Ranah Afektif pa

0 0 28

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perbedaan Penerapan Model Pembelajaran VCT (Value Clarification Technique) dengan Pembelajaran Konvensional Ditinjau dari Hasil Belajar Ranah Afektif pada Mata Pelajaran PKn Kelas Tinggi SDN Ge

0 0 17

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perbedaan Penerapan Model Pembelajaran VCT (Value Clarification Technique) dengan Pembelajaran Konvensional Ditinjau dari Hasil Belajar Ranah Afektif pada Mata Pelajaran PKn Kelas Tinggi SDN Ge

0 0 54

BAB I PENDAHULUAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Meningkatkan Proses dan Hasil Belajar Matematika Menggunakan Model Project Based Learning pada Siswa Kelas 5 SD Negeri Candirejo 01 Kecamatan Tuntang Semester I Tahun

0 0 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Meningkatkan Proses dan Hasil Belajar Matematika Menggunakan Model Project Based Learning pada Siswa Kelas 5 SD Negeri Candirejo 01 Kecamatan Tuntang Semester I Ta

0 1 15

BAB III METODE PENELITIAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Meningkatkan Proses dan Hasil Belajar Matematika Menggunakan Model Project Based Learning pada Siswa Kelas 5 SD Negeri Candirejo 01 Kecamatan Tuntang Semester

0 0 20