KONFLIK T2 752012008 BAB III

92 antar umat beragama yang demikian dipastikan oleh M.P, 50 sebagai seorang tokoh pemuda Passo. Menurutnya, kerukunan antar Islam dan Kristen di Passo tetap terjalin dengan baik, sebelum konflik terdapat banyak sekali orang Islam sampai terakhir 2005, masih hidup 11 orang Muslim dalam negeri Passo, mereka terlibat dalam lingkungan. Kenyataan ini menepis anggapan dan stigma masyarakat bahwa di Passo tidak ada komunitas Muslim. Senada dengan itu, L.M, 51 sebagai salah satu staf pemerintah desa Passo, mengkonfirmasi fakta tersebut. Menurutnya, secara administratif, minoritas penduduk Muslim mendiami daerah Batugong, dan Larier, sebanyak 5 dari jumlah keseluruhan penduduk negeri Passo yang beragama Kristen. Orang Islam dari dolo ada di belakang Mesjid nurul larier. Mereka orang Islam telah menetap dan memiliki tanah bersetifikat melalui pemerintah adat Passo. Selanjutnya, M. S, sebagai mantan raja Passo mengungkapkan bahwa, sebelum konflik hubungan antar pemeluk agama, terjalin dalam kebersamaan, saling toleransi, sehingga nampak dalam momentum-momentum hari raya, baik Islam-Kristen saling mengunjungi. Terdapat beberapa keluarga muslim yang bermukim dalam satu kompleks Kristen. Contohnya, salah satu keluarga ibu janda muslim asal makasar, dalam sejarah hidupnya dia sangat baik, dan katong orang Kristen yang bertetangga disitu hidup baik dengannya, ketika konflik terjadi, kita tidak ingin mereka pergi tetapi kami tidak bisa memaksakan keadaan ketika mereka harus tergusur, tanpa ada tekanan atau terror dari warga Kristen mereka memilih untuk meninggalkan Passo.

C. KONFLIK

BERDARAH ISLAM-KRISTEN DI NEGERI BATUMERAH-PASSO DALAM HUBUNGAN PELA GANDONG DI AMBON Konsep Pela Gandong sebagai suatu budaya yang berakar dan menjiwai kehidupan masyarakat Maluku keberagaman yang terbingkai dalam ikatan kekeluargaan “Orang Basudara” telah diakui mampu menciptakan dinamika relasi antar agama maupun etnis yang rukun dan harmonis. Akan tetapi, fakta ironisnya konflik berkepanjangan di Maluku malah memposisikan orang Maluku, dalam hal ini dua komunitas agama yang dominan jumlah pemeluk Islam-Kristen sebagai yang saling berlawanan satu dengan yang lain. 50 Wawancara dengan M. P. Tokoh Pemuda Protestan Negeri Passo, 14 September 2016. 51 Wawancara dengan J. J. Tokoh Agama Protestan Negeri Passo, 14 September 2016 93 Berdasarkan kenyataan itu maka, untuk memperoleh data bagi penulisan ini, peneliti mengarahkan informan untuk menjawab beberapa pertanyaan, diantaranya: apa saja faktor pemicu, dan penyebab serta dampak konflik terhadap hubungan Islam-Kristen di ambon.

1. Faktor Pemicu Konflik

1.1. Maraknya isu simbolisasi identitas keagamaan

Kronologi insiden konflik di Batumerah tepatnya di lokasi terminal transit angkutan umum Batumerah dilatarbelakangi oleh peristiwa perseteruan dua pemuda, Masing-masing pemuda Makasar Islam dan Pemuda Negeri Aboru Kristen. Konflik yang terjadi di Batumerah, diungkapkan oleh para informan, Tokoh Masyarakat, tokoh adat dan tokoh agama Negeri Batumerah, antara lain: Menurut S. T, 52 yang merupakan salah satu tokoh adat negeri Batumerah dari pihak muslim dan juga S.S, 53 sebagai salah satu tokoh masyarakat Batumerah dari pihak Protestan, konflik yang terjadi melibatkan orang Makasar dan orang Aboru. Selebihnya, S.S. mengkisahkan bahwa, anak makasar memalak anak aboru, karena tidak menerima perlakuan itu, anak aboru ini pulang kerumahnya, kembali dengan parang mengikuti anak makasar itu, yang kemudian lari ke kerumunan Muslim sambil berteriak: “tolong… tolong…orang Kristen mau potong beta…”, perseteruan antar individu itu kemudian berkembang menjadi perseteruan antar komunitas yang berevolusi dalam bentuk kekerasan fisik saling serang: baku lempar batu antara warga terjadi sekitar pukul 02:00-04:00 sore, merebak sampai pada pembakaran rumah warga Kristen Batumerah, penyanderaan kendaraan umum angkot desa Waai oleh warga di Galunggung. T.T, 54 mencurigai adanya rencana sistimatis dibalik konflik. Ia Katakan, Konflik terjadi ketika orang Kristen, para pemimpin umat Protestan sementara melangsungkan persidangan Klasis di jemaat GPM Bethara. Konflik, itu pecah orang Kristen Batumerah kaget, orang Islam datang serang katong. Dengan lugas, S.S, 55 mengungkapkan ingatannya berdasarkan yang ia amati pada saat konflik pecah tentang indikasi adanya sebuah rencana pihak Muslim. Ia katakan bahwa: 52 Wawancara dengan S.T. Tokoh Adat Negeri Batumerah, 27 Agustus 2016 dan juga S.S. Tokoh Masyarakat negeri Batumerah, 29 Agustus,2016 53 Wawancara dengan S. S. Tokoh Masyarakat Protestan Batumerah, 29 Agustus 2016 54 Wawancara dengan TT. Tokoh Agama Negeri Batumerah, 1 September 2016 55 Wawancara dengan S.S. Tokoh Masyarakat Protestan Batumerah, 29 Agustus 2016 94 Sebelum konflik, telah ada rencana, masyarakat Islam berkumpul di Batumerah kampong. Waktu itu, ketika dalam perjalan mau pulang ka rumah, pas beta dari pulang pegang tangan, sampe dipasar Batumerah dong su Cakalele ika Kapala Putih. Bersamaan dengan itu…. ada seorang Makasar yang dikenal kasi suara,,,, Bapa S. S baru pulang pegang tangan ka,,, Ia pas S. S bajalan capat-capat jua,,, tidak berselang beberapa saat pas sampe rumah langsung pica basar. ” anehnya, masalah uang 1000, pada saat meledak, mereka sudah datang dengan bandera-bandera. Konflik yang melibatkan warga Islam-Kristen dapat terjadi karena warga terpicu oleh merebaknya isu-isu, simbolisasi identitas keagamaan kedua belah pihak. Seperti yang disampaikan oleh seorang informan, Pdt. J.J, 56 sebagai salah satu pimpinan umat Protestan di Passo yang bertugas pada masa konflik bahwa, ketika konflik, simbol-simbol agama muncul, misalnya: ketika awal konflik terdapat seruan: “… . tolong. . tolong. . orang Kristen mau potong katong… . . ”. Senadan dengan ini, N. K, 57 sebagai seorang warga muslim juga mengatakan bahwa: “ada isu agama, sejak awal kita warga Islam Batumerah mengetahui bahwa konflik terjadi karena orang luar yang memanas-manasi, yang mempengaruhi, memancing keadaan dan emosi, misalnya: orang kristen menyerang wilayah muslim dan seorang Ibu berjilbab dipaksa melepaskan jilbabnya”. Bersamaan dengan itu, informan lain, yakni J.T, 58 mengungkapkan bahwa, kemunculan fanatisme keagamaan bukan hanya di Islam tetapi juga Kristen. Fanatisme keagamaan membuat orang merasa dirinya yang paling benar, dan mendiskriminasi orang lain, atau agama lain. Fanatisme keberagamaan sangat kuat, orang Islam bisa rela mati untuk menjaga identitas membela agama, ini kemudian yang menjadi pemicu konflik. Fakta merebaknya konflik karena pemeluk agama terprovokasi oleh adanya isu dan fanatisme agama pun terkuak dalam penuturan C.R, 59 bahwa: “Katong iko kaco konflik karena terpancing ketika mendengar mesjid terbakar, pembantaian orang Islam mengakibatkan orang emosi, makanya 56 Wawancara dengan J. J. Tokoh Agama Protestan Negeri Passo, 14 September 2016 57 Wawancara dengan N. K Tokoh Masyarakat Islam Negeri Batumerah, 27 September 2016 58 Wawancara dengan Pdt. J.T Tokoh Agama Protestan Negeri Passo, 3 Oktober 2016 59 Wawancara dengan C.R. Warga Islam Negeri Batumerah, 27 September 2016. Di dalam pengggalan kalimatnya, ia melafalkan beberapa kata dalam dialek Ambon: dong, sanang, paleng, basar, liat, kalo, beta, dan dapa . Masing-masing kata secara berturut-turut mengandung arti yang sama dengan kata: mereka, senang, paling, besar, lihat, kalau, saya, dapat. 95 lewat Tagbir, semua orang Islam terpanggil, padahal karena kepentingan, orang yang pegawai dong sanang katong orang susah tetap susah. Kalau orang Islam pilih kasih paleng basar, dia liat umat jadi kalo sesama susah yang lain merasa terpanggil. Contohnya, beta kaka dapa pukul sama saja deng beta dapa pukul, kecenderungan ini sifatnya komunal. ”Hal samaditegaskan oleh I.N. 60 sebagai Tokoh Agama Batumerah, bahwa masalah agama adalah masalah agama, agamamu untuk kamu dan agamaku untuk aku. Kalau dalam Islam sebagaimana tertulis dalam alquran, perang antar agama itu lain. itu adalah panggilan Jihad, sakral, walaupun dia seorang pemabuk, tetapi kalau agamanya disinggung, itu spontan, bagi semua Islam. Di lain kesempatan, oleh seorang informan, A.K, 61 sebagai warga Muslim yang pada saat sebelum konflik bermukim di wilayah Air Salobar Komunitas Kristen sejak tahun 1990 mengidentikfikasi adanya isu agama. katakan bahwa: sebelum konflik pada tahun 1999 terjadi, beta dan keluarga tinggal di daerah benteng, satu malam sada satu pemuda, mahasiswa warga Kristen lempar beta rumah, sambil melempar, dia bataria: “ orang Kristen ni bodo, katong pung orang su dapa bunu di Katapang katong diam saja ”.

1.2. Keterlibatan Oknum TNI dan Kelompok-kelompok Radikal: Pihak

ketiga Keterlibatan oknum TNI sebagai aparatur pemerintah dalam konflik di Kota Ambon memiliki cerita yang kontradiktif. Pada satu sisi, TNI telah melakukan tugasnya sebagai aparat keamaan, tetapi juga terlibat sebagai aktor kekerasan, seperti penembakan,. Sebagaimana yang diungkapkan oleh N.K, 62 seorang warga Muslim Di Batumerah, yang mengkisahkan tentang pengalamannya ketika mengalami konflik, Ia katakan bahwa: Ketika seorang adik laki-laki kandungnya tertembak saat melintasi jalan Batumerah, tertembak. Saat melihat ade pung mayat terbayang pandangan bahwa tidak ada orang muslim atau Kristen yang dilatih untuk menembak khusus jitu, adik saya dia di sniper , ini tidak mungkin masyarakat biasa. Ada juga beta pung pengalaman, melihat dengan mata kepala langsung, satu kali dalam mobil bersama dengan seorang ibu, tiba-tiba terdengar bunyi kaca seperti batu yang dilempar tiba-tiba ibu itu jatuh tersandar di beta pung bahu 60 Wawancara dengan I. N Tokoh Agama Islam Batumerah, 14 Septembe 2016 61 Wawancara dengan A.K Tokoh Pemuda Batumerah, Delegasi Malino II, 13 September 2016. Dalam penggalan kalimatnya, informan ini menyebutkan beberapa kata dalam pelafalan dialek Ambon: bataria, bodo, bunu, yang biasanya disebutkan untuk menyebut kata: berteriak, bodoh, dan bunuh. 62 Wawancara dengan N. K Tokoh Masyarakat Islam Negeri Batumerah, 27 September 2016 96 dan terkapar. Sementara itu, menurut V. L. 63 “banyak warga yang jato karena ada peluru datang sementara warga semua tunduk, maraya. Sejumlah fakta keterlibatan TNI dalam konflik, sebagai penegak hukum yang tidak netral, dan terlibat dalam penyerangan-penyerangan di wilayah Kristen, seperti yang diungkapkan oleh M.P, 64 yang juga merupakansala satu Tokoh Pemuda Protestan Negeri Passo, Ia katakan bahwa: Ketika konflik TNI memberikan peluru kepada masyarakat. Menurutnya, aparat tidak netral. Ada TNI yang datang mengamankan, ada yang datang biking kaco. Kejadian tahun 2000, bukan masyarakat, tetapi ada keterlibatan TNI, korban di perbatasan negeri lama, semua tentara, ditemukan KTA ketika mayatnya diperiksa, dong maju pake pakiang putih, tetapi dalamnya loreng. Selain itu, dalam konflik terdapat juga kelompok-kelompok tertentu pada kedua belah kubu yang bertikai Komunitas Islam-Kristen. Hal mana terungkap oleh V.L, sebagai tokoh Masyarakat Katolik, Ia katakan bahwa: “ada kelompok yang barmaeng, baik dari pihak Kristen maupun Islam. Ada kelompok “yudas” yang dipakai. Olehnya, seorang informan, P.L, 65 sebagai seorang Tokoh Agama Kristen Protestan, dalam pengalaman kepemimpinannya Jemaat Ahuru, ia ungkapkan bahwa: “ketika konflik, ada kelompok Kristen “Pasukan Agas”, sebelum mereka beraksi, menyerang komunitas muslim setempat, mereka kaluar meminta beta berdoa par dong. P.L. selaku pimpinan umat Kristen menegaskan bahwa umat asli s etempat hanya bertahan tidak melakukan penyerangan, “katong samua di dalam gereja,, katong samua diperbatasan saja,,, yah,, arti biar bagemana,, istilah sapa cari dia dapa,, ose datang ya katong seng picari, ose datang mau potong beta, beta potong ose kamu ka”. Seorang informan, V.R, 66 yang juga merupakan ketua RT di wilayah Ahuru mengungkapkan tentang keterlibatan “orang luar” dalam konflik, secara panjang lebar dia katakan bahwa: Konflik secara umum, ada keterlibatan orang luar. Di awal pecah tahun 1999 orang asli tidak tahu apa-apa, tidak tahu masalahnya apa. Saat konflik, ada 63 Wawancara dengan V.L. Tokoh Masyarakat Katolik Negeri Batumerah, 5 September 2016 64 Wawancara dengan M.P. Tokoh Masyarakat Katolik, 3 September 2016. Dalam penggalan kalimatnya, informan ini menyebutkan beberapa kata dalam pelafalan dialek Ambon: biking, kaco, pake, pakiang, masing-masing secara berturut-turut kata-kata tersebut biasanya dipakai untuk menyebutkan kata: membuat, kacau, memakai, pakaian. 65 Wawancara dengan P.L. Tokoh Agama Protestan negeri Passo, 3 Oktober 2016. 66 Wawancara dengan V.R Tokoh Agama Katolik negeri Batumerah; Ahuru, 4 September 2016 97 saling menjaga antar kedua komunitas. Ada orang luar laskar-laskar datang menghantam katong disini, orang Islam dan Orang Kristen masing-masing menjaga wilayahnya. Masing-masing memilih bertahan, begitupun komunitas katolik. Orang Muslim semua lari, orang Kristen menjaga wilayah Muslim bahkan mesjid. Orang luar serang, dari kebun cengkeh, mereka orang jawa. Keberadaan orang luar Baca: Pendatang dalam konflik juga teridentifikasi melalui penuturan A.K, 67 sebagai salah satu Tokoh Masyarakat Batumerah Kebun Cengkeh. Ia katakan bahwa, penyerangan pihak muslim di wilayah Stain Batumerah dilakukan oleh orang-orang pendatang, katong bisa membedakan mana orang asli mana orang pendatang, ada juga kelompok-kelompok Laskar Jihat yang datang dari luar daerah Jawa.

2. Faktor penyebab Konflik: Kecemburuan sosial-ekonomi

Konflik dalam hubungan Islam-Kristen di Ambon dilatarbelakangi oleh beberapa faktor lain, seperti kecemburuan sosial-ekonomi: penguasaan pasar oleh pendatang; terkait kuasa dan jabatan struktur. Hal mana terungkap oleh, Pdt. J.J. dan juga disampaikan oleh Pdt. J.T Tokoh Agama Jemaat GPM Passo, terdapat juga faktor ekonomi, ada kecemburuan berkaitan dengan jabatan, sebelum konflik pihak muslim selalu merasa di nomor duakan. 68 Lebih lanjut Pdt. J,T, melihat tentang butir kesepakatan malino, yakni tentang perimbangan keterwakilan jabatan sturuktural dalam masyarakat di antara kedua belah pihak yang bertikai Islam-Kristen. Menurutnya, ketika hal perimbangan dibahas dan diputuskan dalam butir-butir ketetapan Malino II, maka artinya ada tujuan menyangkut kekuasaan dari konflik ini. Bagi saya sangat tidak tepat kalau harus menerima konsensus untuk menerima perimbangan yang berdampak tidak baik, ketika kualitas tidak dilihat tetapi tentang perimbangan keterwakilan baik didalam jabatan birokratif, di instansi pendidikan. Seorang informan, A.K, 69 yang merupakan salah satu peserta Malino II delegasi dari negeri Batumerah mengungkapkan bahwa, memang dalam 11 point kesepakatan Malino, selain membicarakan soal isu RMS, ada juga salah satunya 67 Wawancara dengan A. K. Tokoh Mayarakat Islam Negeri Batumerah, 14 September 2016 68 Wanwancara dengan J. J. dan Pdt. J.T. Tokoh Agama Protestan negeri Passo,14 September dan 3 Oktober 2016 69 Wawancara dengan A.K. Tokoh Masyarakat Islam Negeri Batumerah, 14 September 2016 98 yakni membicarakan soal pembagian, pemerataan dan penyeimbangan keterwakilan pemeluk kedua agama dalam proses penerimaan pegawai, begitu juga pimpinan-pimpinan dinas, penerimaan-penerimaan mahasiswa. Katong pihak Islam ingin kalo bisa jang sampe miring-miringlah. seperti contohnya, di kotamadya penerimaan pegawai 50, katong seng sampe 10 lai…. . Selain itu, menurut V.L. konflik juga dilatari oleh faktor kecemburuan orang Maluku, baik Islam maupun Kristen yang merasa pasar dikuasai oleh BBM. Sebelum konflik telah ada gesekan-gesekan kecil antara orang Kailolo Pulau Seram dan orang Buton. Sementara itu, S.A, 70 seorang Tokoh Agama Islam di Batumerah Penduduk Pendatang, yang juga beraktifitas sebagai pedagang di wilayah Ruko Batumerah mengungkapkan bahwa memang dari dulu, sebelum konflik pasar dikuasai oleh warga pendatang, yang kebanyakan adalah orang Sulawesi. Para pendatang ini, memiliki paguyuban-paguyuban. Hal ini juga ditegaskan oleh I. N. 71 sebagai Tokoh Agama Negeri Batumerah Penduduk Asli, menurutnya, sejak dolo telah ada kecemburuan sosial, orang Maluku tidak mau orang luar maju. 72 Karena sebagai penduduk asli Maluku di Batumerah merasa dikuasai oleh orang luar, lokasi pasar dikuasai oleh orang makasar, dan orang jawa. Orang asli hanya sekedar, jual kue saja tapi selebihnya seng ada.

3. Dampak Konflik Terhadap Hubungan Islam-Kristen

Konflik yang terjadi di Ambon telah menciptakan sejarah yang kelam dan mencekam. Banyak korban jiwa, kerusakan, kekerasan, bahkan juga dapat membendamkan dendam dan kebencian yang membara pada benak masyarakat secara personal. Dalam wawancara langsung terungkap beberapa bentuk dampak konflik dalam hubungan Islam-Kristen, diantaranya yakni: lunturnya kesalingpercayaan berupa kecurigaan dan keterancaman; kewaspadaan terhadap Isu radikalisme keagamaan. S.S, 73 sebagai salah satu warga Kristen yang kembali menetap diantara penduduk Batumerah yang mayoritas mengungkapkan fakta kewaspadaan orang 70 Wawancara dengan S.A. Tokoh Agama Islam Negeri Batumerah, 14 September 2016 71 Wawancara dengan Pdt.Emr.J.T Tokoh Agama Protestan Negeri Batumerah, 1 September 2016 72 Wawancara dengan I. N. TOkoh Masyarakat Islam Negeri Batumerah, 20 September 2016 73 Wawancara dengan N.S Warga Protestan Batumerah, 29 September 2016 99 Kristen terhadap isu radikalisme agama di Maluku, bahwa: pada tahun 2015 ini ada kelompok Isis yang ditangkap di Batumerah sebanyak 20 orang.

3.1. Kecurigaan

Dampak rasa tidakpercaya berupa kecurigaan dalam hubungan Islam-Kristen, dialami oleh S. A, 74 sebagai seorang warga Muslim pendatang Batumerah ketika melakukan aktifitas pasar pada salah satu swalayan yang terlatak di wilayah komunitas Kristen, sebagaimana yang diungkapkannya bahwa, “minggu kemarin beta balanja di Planet 2000 di sabala atas, waktu itu beta pake songko haji, beta mengamati ada om satu perhatikan beta begitu lama, menurut beta antua rasa aneh deng beta dan beta pun berasa tidak tenang. Berbeda kalo balanja di Planet di A. Y. Patty”.

3.2. Rasa Keterancaman

Rasa keterancaman yang dialami individu dalam relasi antar warga minoritas yang mendiami wilayah mayoritas mengikis kebersamaan dalam kehidupan antar pemeluk agama Islam-Kristen. Warga Islam merasa terancam di wilayah Kristen dan Warga Kristen terancam di wilayah Islam. seperti yang diungkapkan beberapa informan, diantaranya: M. P, 75 sebagai salah satu tokoh masyarakat di negeri Passo menjelaskan bahwa: Sejak konflik 1999 hingga tahun 2001 semua orang muslim Batugong, Larier 1000-2000 5 , BBM, bakabong masih ada di Passo, sampai 2005 masih hidup 11 orang Islam 6 anak muda, orangtatua 5 dalam negeri Passo melakukan aktifitas dagang, mereka tertekan setelah ada gangguan dari orang luar, sehingga ada ketakutan dan rasa terancam. Akhirnya orang Passo mengevakuasi mereka ke desa Halong, komunitas muslim. Mesjid Passo runtuh pada saat Gereja Silo terbakar ; tahun 1999 orang Muslim dan Kristen berupaya secara bersama menjaga jalur masuknya orang dari luar kota Hitu di jembatan air basar. Sementara itu, A.K, 76 sebagai salah satu tokoh masyarakat di negeri Batumerah, turut menegaskan waktu itu b RT , Pica pertama-kedua ada masi 5 74 Wawancara dengan S.A warga Muslim Sulawesi Batumerah, 9 September 2016. Dalam penggalan kalimat yang diuntarakannya, informan ini menyebutkan beberapa kata dalam pelafalan dialek Ambon: balanja, sabala dan antua, yang biasanya di sebutkan untuk menyebut kata: belanja, sebelah, beliau. 75 Wawancara dengan M. P. Tokoh Pemuda Protestan Negeri Passo, 14 September 2016 100 K.K, termasuk 1 ibu guru, lakinya kerja di Benjina, kalau ada jam kerja ibu itu datang tinggal deng bini disini. Pica pertama, beta masih amankan mereka sampai pada pica kedua mungkin karena ada ana-ana kelompok yang pastroli beta deng armet kasi pindah antua ka petra. Ada beberapa warga yang jaga malam sama- sama pas pica pertama, beta yakin bisa amankan, tetapi jaga orang luar. J.T, 77 selaku pimpinan umat Protestan di Passo memberikan pemikirannya menyikapi fenomena dampak konflik terhadap hubungan agama-agama secara khusus bagi dinamika hidup orang Maluku, bahwa: Konflik yang meninggalkan traumatik yang mendalam dan berat dalam kedua belah pihak, tidak gampang dihilangkan dengan membalikan telapak tangan. GPM secara kelembagaan telah bekerjasama dengan instansi-instansi terkait telah mengupayakan sejumlah kegiatan yang terfokus pada usaha membangun rasa saling percaya dan menjamin kerukunan dan ketentaraman hidup beragama, salah satu kegiatan yang pernah diikuti yakni, trauma healing . Kegiatan ini melibatkan kedua komunitas. Didalamnya sebuah pendekatan coba dibangun misalnya kita dari Kristen ber- live-in selama beberapa waktu di kediaman saudara Muslim dan sebaliknya Muslim pada keluarga Kristen. Saat itu saya ditempatkan di salah satu rumah warga muslim Imam di daerah Nania, jujur ada ketakutan, malamnya saya tidak dapat tidur. Ia juga melanjutkan tentang pengaruh konflik pada penciptaan karakter keras warga jemaat khusunya anak-anak muda yang secara langsung telah mengalami konflik dan kekerasan. Akhirnya saya ingin katakan bahwa butuh waktu yang tidak cepat untuk memupuk kepercayaan. Untuk itu, butuh kerjasama antara instansi, pemerintah dan gereja, tokoh-tokoh masyarakat dan agama untuk mengembalikan kepercayaan itu.

D. HUBUNGAN ISLAM-KRISTEN DALAM PELA GANDONG DI