Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

berlebihan juga tidak baik dan harus dihindari. Hal ini dikarenakan konservatisme yang berlebihan akan mengakibatkan laporan keuangan yang tidak menunjukkan kondisi yang sebenarnya dan dapat menyesatkan pengguna laporan keuangan. Oleh karena itu, penggunaan konservatisme harus disesuaikan dengan kondisi perusahaan. Misalnya, suatu perusahaan sedang mengalami kasus tuntutan hukum di pengadilan, apabila kemungkinan perusahaan mengalami kerugian maka hutang harus segera dicatat. Apabila perusahaan memenangkan kasus hukum tersebut dan menerima uang, pencatatan aktiva dilakukan jika perusahaan telah benar,benar menerima uang tersebut Ghozali dan Chariri, 2007. Contoh lainnya, konservatisme masih tetap digunakan dalam beberapa situasi yang memerlukan pertimbangan akuntansi seperti dalam penilaian metode persediaan, metode yang digunakan adalah LOCOM. Atau dalam metode penyusutan, akuntan memilih untuk mempercepat penyusutan aktiva tetap Belkaoui, 2000. Menurut Wijayanti 2008, dengan metode yang konservatif maka akan terdapat cadangan tersembunyi yang dapat digunakan untuk meningkatkan jumlah investasi perusahaan. Dengan demikian nilai pasar perusahaan akan lebih tinggi daripada nilai buku aktiva diakui perusahaan dengan nilai yang paling rendah. Pasar dan investor akan menilai positif hal ini. Sehingga selain dapat meningkatkan jumlah investasi, perusahaan juga akan dapat menarik investor baru untuk menanamkan modalnya. Mayangsari dan Wilopo 2002 membuktikan bahwa konservatisme memiliki , sehingga laporan keuangan perusahaan yang menerapkan prinsip konservatisme dapat mencerminkan nilai pasar perusahaan. Menurut Widya dalam Wijayanti, 2008, perusahaan,perusahaan di Indonesia banyak yang menerapkan akuntansi konservatif dalam penyusunan laporan keuangannya. Sebanyak 76,9 persen dari total perusahaan di Indonesia yang memilih metode akuntansi konservatif Widya, 2005. Penerapan akuntansi yang konservatif dalam laporan keuangan perusahaan salah satunya dipengaruhi oleh mekanisme yang berkaitan dengan karakteristik dewan komisaris. Karakteristik dewan komisaris tersebut secara spesifik berkaitan dengan proporsi komisaris independen, kepemilikan oleh komisaris yang terafiliasi, dan ukuran dewan komisaris. Penerapan dilakukan oleh seluruh pihak dalam perusahaan dengan adanya dewan yang mengelola dan mengawasi kinerja perusahaan. Dalam mengelola dan mengawasi kinerja perusahaan, dewan direksi sebagai pengelola perusahaan menetapkan kebijakan,kebijakan yang harus diterapkan di dalam perusahaan seperti kebijakan mengenai penerapan akuntansi konservatif. Sedangkan dewan komisaris bertugas untuk mengawasi kinerja direksi dan manajer dalam hal kesesuaian tugas yang dilakukan manajemen perusahaan dengan kebijakan yang telah ditetapkan perusahaan dan memastikan bahwa direksi dan manajer telah benar,benar bekerja demi kepentingan perusahaan sesuai dengan strategi yang telah ditetapkan. Agar pengawasan yang dilakukan oleh dewan komisaris lebih ketat maka dewan komisaris dapat membentuk komite,komite seperti komite audit, komite nominasi, maupun komite kompensasi atau remunerasi. Dalam menjalankan tugas pengawasannya, dewan komisaris mensyaratkan informasi yang berkualitas. Oleh karena itu, dewan komisaris akan cenderung menginginkan penerapan prinsip akuntansi yang konservatif. Dengan penerapan prinsip konservatisme, diharapkan dapat menghasilkan laporan keuangan yang andal dan dipercaya oleh investor karena konservatisme dapat menghindari pelaporan keuangan yang berlebihan. Selain itu dewan komisaris memiliki peran yang sangat penting dalam mewujudkan terciptanya . Berdasarkan hal tersebut di atas maka karakteristik dari dewan komisaris akan mempengaruhi tingkat konservatisme akuntansi yang diterapkan di dalam perusahaan. Karakteristik dewan komisaris terkait dengan proporsi komisaris independen perlu diperhatikan supaya terdapat independensi dalam proses pengawasan yang dilakukan terhadap kinerja perusahaan. Dengan adanya komisaris yang independen, pengawasan yang dilakukan oleh dewan komisaris akan lebih ketat sehingga akan cenderung mensyaratkan akuntansi yang konservatif untuk mencegah sikap oportunistik manajer. Perusahaan juga perlu memiliki komisaris independen yang memiliki keahlian di bidangnya agar fungsi pengawasan dapat berjalan dengan baik. Salah satu dari dewan komisaris harus memiliki latar belakang akuntansi atau keuangan. Kepemilikan saham oleh komisaris yang terafiliasi dapat mempengaruhi kinerja suatu perusahaan. Apabila komisaris yang terafiliasi bekerja dengan baik dalam melaksanakan tugas pengawasannya, dengan memiliki sebagian saham perusahaan akan membuat komisaris menjalankan fungsi pengawasannya dengan lebih ketat. Hal tersebut dikarenakan komisaris memiliki kepentingan finansial di dalam perusahaan sehingga lebih mensyaratkan akuntansi yang konservatif. Akan tetapi, apabila kepemilikan saham oleh komisaris yang terafiliasi tersebut justru mendorong komisaris melakukan pengambilalihan perusahaan maka prinsip akuntansi yang digunakan kurang konservatif. Dari sisi ukuran dewan komisaris, hal tersebut terkait dengan jumlah anggota dewan komisaris yang akan mempengaruhi mekanisme pengawasan terhadap perusahaan. Ukuran dewan komisaris yang lebih besar akan menyebabkan tugas setiap anggota dewan komisaris menjadi lebih khusus karena terdapat komite,komite yang lebih khusus dalam mengawasi perusahaan. Spesialisasi yang lebih besar tersebut dapat menunjukkan pengawasan yang lebih efektif sehingga penerapan akuntansi yang disyaratkan dewan komisaris lebih konservatif. Oleh karena itu, jumlah anggota dewan komisaris harus sesuai dengan kebutuhan perusahaan dan kompleksitas perusahaan supaya pengawasan yang dilakukan lebih efektif. Penelitian terdahulu menunjukkan adanya hubungan antara karakteristik dewan dengan tingkat konservatisme akuntansi. Ahmed dan Duellman dalam Wardhani, 2008 menyatakan bahwa terdapat hubungan antara praktik akuntansi konservatif dengan karakteristik . . +.5- mengacu pada , berfungsi sebagai pihak yang melakukan pengawasan terhadap kinerja manajemen. Hasil,hasil penelitian di negara lain yang digunakan dalam penelitian ini kebanyakan mengacu pada fungsi BOD di negara dengan . Di Indonesia, struktur dewan dalam perusahaan menganut dimana terdapat pemisahan antara direksi sebagai pengelola dan komisaris sebagai pengawas. Istilah BOD dalam penelitian tersebut mengacu pada fungsi BOD pada perusahaan di negara yang menganut dan istilah komisaris mengacu pada perusahaan di negara . Secara spesifik penelitian mereka menyimpulkan adanya hubungan yang negatif antara persentase dalam dewan dengan konservatisme dan hubungan yang positif antara persentase kepemilikan perusahaan oleh dengan konservatisme. Persentase berhubungan negatif dengan konservatisme karena berhubungan dengan pengelolaan dan manajemen perusahaan sehingga mendorong mereka untuk menguntungkan dirinya sendiri. Hubungan persentase kepemilikan oleh dengan konservatisme dalam penelitian tersebut dapat mendorong pengawasan yang lebih kuat karena memiliki saham di perusahaan sehingga merasa menjadi bagian dari perusahaan dan akan melakukan pengawasan dengan lebih baik untuk kebaikan dan kemajuan perusahaan. Secara keseluruhan penelitian ini menegaskan adanya bukti yang konsisten terhadap pendapat yang menyatakan bahwa konservatisme dalam akuntansi akan membantu komisaris untuk mengurangi biaya agensi dalam perusahaan. Penelitian yang menghubungkan konservatisme akuntansi dengan karakteristik dewan komisaris belum banyak dilakukan, terutama di Indonesia. Oleh karena itu, penelitian ini hendak mengetahui bukti empiris bagaimana pengaruh karakteristik dewan komisaris dalam penerapan mekanisme terhadap tingkat konservatisme akuntansi. Penelitian ini juga ingin melanjutkan penelitian yang sebelumnya dengan periode waktu 2005 – 2007. Variabel karakteristik dewan yang digunakan dalam penelitian ini berkaitan dengan proporsi komisaris independen, kepemilikan saham oleh komisaris yang terafiliasi, dan ukuran dewan komisaris. Selain itu terdapat pula variabel kontrol yang digunakan dalam penelitian ini antara lain kepemilikan institusional, ukuran perusahaan, pertumbuhan penjualan, profitabilitas, dan leverage.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka permasalahan yang muncul antara lain : 1. Apakah proporsi komisaris independen berpengaruh positif terhadap tingkat konservatisme akuntansi perusahaan? 2. Apakah kepemilikan saham oleh komisaris yang terafiliasi berpengaruh terhadap tingkat konservatisme akuntansi perusahaan? 3. Apakah ukuran dewan komisaris berpengaruh positif terhadap tingkat konservatisme akuntansi perusahaan?

1.3 Tujuan Dan Kegunaan Penelitian

Penelitian ini memiliki tujuan antara lain : 1. Mengetahui dan menganalisis pengaruh karakteristik dewan yang terkait dengan proporsi komisaris independen terhadap tingkat konservatisme akuntansi perusahaan di Indonesia. 2. Mengetahui dan menganalisis pengaruh karakteristik dewan yang terkait dengan kepemilikan saham oleh komisaris yang terafiliasi terhadap tingkat konservatisme akuntansi perusahaan di Indonesia. 3. Mengetahui dan menganalisis pengaruh karakteristik dewan yang terkait dengan ukuran dewan komisaris terhadap tingkat konservatisme akuntansi perusahaan di Indonesia. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan antara lain : 1. Bagi pengembangan ilmu pengetahuan Dapat memberikan bukti empiris mengenai pengaruh penerapan yang terkait dengan karakteristik dewan komisaris terhadap praktek konservatisme akuntansi di Indonesia. 2. Bagi praktisi Dapat memberikan informasi mengenai tingkat konservatisme yang diterapkan oleh perusahaan dan pengaruh penerapan serta implikasinya bagi investor.

1.4 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam penelitian ini terbagi menjadi lima bab. Adapun sistematika penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut : BAB I Berisi pendahuluan yang berupa uraian latar belakang, perumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian serta sistematika penulisan. BAB II Berisi tinjauan pustaka yang menguraikan teori,teori yang berkaitan dengan penelitian ini dan beberapa penelitian terdahulu. Bab ini juga menjelaskan kerangka pemikiran yang melandasi hipotesis penelitian dan hubungan antar variabel penelitian. BAB III Berisi metode penelitian yang menguraikan tentang variabel penelitian dan definisi operasionalnya, penentuan sampel, jenis dan sumber data, metode pengumpulan data serta metode analisis yang digunakan. BAB IV Berisi tentang hasil dan pembahasan. Dalam bab ini diuraikan tentang deskripsi objek penelitian, analisis data dan pembahasan yang didasarkan atas hasil analisis data. BAB V Berisi kesimpulan dari hasil penelitian yang diperoleh dari pembahasan sebelumnya. Dalam bab ini juga disebutkan tentang keterbatasan penelitian dan saran,saran untuk penelitian selanjutnya.