kecenderungan kedua pasangan untuk memilih alat kontrasepsi jangka panjang tersebut.
D. Deskripsi Persepsi Biaya KB IUD
Tabel 4.5 Distribusi jawaban responden tentang persepsi biaya KB IUD
SS S KS TS ∑
No Persepsi Biaya KB IUD
f f f f F
1 Biaya KB IUD termasuk mahal
5 4,2 49 41,5 13 11 51 43,2 118 100
2 Biaya KB IUD di BPS termasuk mahal
9 7,6 44 37,3 26 22 39 33,1 118 100
3 Biaya KB IUD di dokter termasuk mahal
25 2,.2 55 46,6 9 7.6 29 24,6 118 100
4 Biaya KB IUD termasuk murah bila
dibandingkan dengan lama pakainya 23
19,5 78 66,1 3 2.5 14 11,9 118 100
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ternyata masih banyak responden yang menyatakan biaya KB IUD mahal 41,5, biaya KB IUD
di BPS mahal 37,3, dan biaya KB IUD di dokter termasuk mahal 46,6. Persepsi mahal terhadap biaya KB IUD tersebut umumnya
terbentuk karena responden cenderung memandang dari segi pengeluaran biaya saat pemasangan, yang tentu berbeda dengan
pengeluaran biaya pemakaian KB non IUD pertama kali yang jauh lebih murah. Cara pandang responden tersebut terkait dengan faktor tingkat
pendidikan dan pendapatan responden yang mayoritas berpendidikan dasar dan pendapatan di bawah rata-rata. Tingkat pendapatan yang
mayoritas berada dibawah UMR, membuat responden merasa keberatan bila harus mengeluarkan biaya yang besar dalam satu waktu. Hal ini
terungkap dari pernyataan responden ketika ditanya pendapat mereka tentang biaya KB IUD. Hasil penelitian ini sesuai dengan latar belakang
yang telah dikemukakan sebelumnya tentang beberapa alasan yang berkaitan dengan penurunan peserta KB IUD di Kecamatan Pedurungan
dari tahun ke tahun yakni salah satunya adalah faktor mahalnya biaya KB IUD.
Namun disisi lain sebagian besar responden juga menyadari bahwa biaya KB IUD termasuk murah bila dilihat dari akumulasi biaya
berkontrasepsi dalam jangka waktu panjang, yang terlihat mayoritas menyatakan sesuai 66,1 pada pernyataan tersebut. Hasil ini sesuai
dengan pernyataan dari tenaga kesehatan saat ditanyakan faktor yang menyebabkan mayoritas klien memutuskan menggunakan KB non IUD,
seperti berikut :
Pernyataan dari dokter puskesmas diatas menyiratkan bahwa sebagian masyarakat ada yang beranggapan bahwa biaya KB IUD lebih
mahal dari biaya KB non IUD bila dipandang dari jumlah biaya yang dikeluarkan pada satu waktu tertentu yakni pertama pemakaian.
Meskipun masih banyak responden yang berpersepsi mahal terhadap biaya KB IUD, sebagian responden lain justru berpersepsi biaya KB IUD
termasuk murah. Hal ini terbukti dari banyaknya yang menjawab tidak setuju pada pernyataan biaya KB IUD mahal 43,2. Persepsi biaya KB
IUD yang murah disebabkan karena menurut pengetahuan responden, KB IUD dapat diperoleh secara gratis bila ada program khusus yang
memberikan pelayanan pemasangan IUD secara gratis. Hal ini terungkap saat wawancara terstruktur menggunakan kuesioner namun dijawab
secara lengkap oleh responden bahwa biaya KB IUD termasuk murah
Kotak 18 : “...Karena faktor kepraktisan jadi pilih suntik, kalau dilihat pengeluaran biaya
saat itu juga non IUD relatif murah dibanding IUD, walaupun kalau dikalkulasi tetap ekonomis yang IUD, tapi kan mereka memandangnya biaya yang
dikeluarkan saat itu...” R-10
karena biasanya pemasangan IUD ada yang diberikan secara gratis di Puskesmas.
Berdasarkan deskripsi jawaban responden tentang persepsi biaya KB IUD diatas maka diperoleh proporsi responden yang berpersepsi mahal
lebih besar 53,4 daripada responden yang berpersepsi murah. Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Persepsi Biaya KB IUD
No. Persepsi Biaya KB IUD
f 1
Murah 55
46,6 2
Mahal 63
53,4 Jumlah
118 100,0
Dengan demikian persepsi biaya KB IUD menjadi salah satu faktor pertimbangan bagi masyarakat untuk memilih menggunakan alat
kontrasepsi non hormonal tersebut, terlebih bagi masyarakat yang berpenghasilan rendah yang mana merasa keberatan dengan jumlah
biaya yang harus dikeluarkan saat pemasangan IUD. Sebagaimana diungkapkan dalam teori Lawrence Green, sumber daya pribadi
merupakan faktor anteseden terhadap perilaku yang memungkinkan suatu motivasi atau aspirasi terlaksana.
24
Apabila calon akseptor telah tertarik dan memiliki motivasi untuk memanfaatkan alat kontrasepsi IUD, maka
faktor kemampuan membeli produk kontrasepsi tersebut menjadi mutlak diperlukan agar keinginan tersebut terlaksana.
Disamping itu program-program khusus yang memberikan pelayanan pemasangan IUD secara gratis perlu digalakkan kembali demi memberi
dukungan bagi masyarakat yang tertarik untuk menggunakan alat kontrasepsi jangka panjang ini. Hal ini diperlukan juga untuk mendorong
masyarakat yang berminat namun terkendala oleh faktor biaya. Sebagaimana dalam teori Lawrence Green, faktor penguat adalah faktor
yang menentukan apakah tindakan kesehatan memperoleh dukungan atau tidak.
24
D. Deskripsi Persepsi Rasa Aman terhadap KB IUD