37 dikembangkan menjadi atraksi wisata. Apa yang dapat dikembangkan menjadi
atrkasi wisata itulah yang disebut modal atau sumber kepariwisataan. Modal kepariwisataan mengandung potensi untuk dikembangkan menjadi atraksi wisata,
sedang atraksi wisata itu sudah tentu harus komplementer dengan motif perjalanan wisata. Sehingga untuk menemukan potensi kepariwisataan di suatu daerah harus
berpedoman pada apa yang dicari oleh wisatawan. Sedangkan modal keperiwisataan yang menarik kedatangan wisatawan dan merupakan potensi wisata yang dapat
dikembangkan menjadi atrkasi wisata adalah alam, kebudayaan dan manusia itu sendiri Soekadijo, 2000:50
Potensi wisata yang dapat dikembangkan menjadi atraksi wisata haruslah didukung dengan fasilitas lain seperti jasa kepariwisataan meliputi
jasa akomodasi hotel, jasa akomodasi non hotel, jasa restoran, jasa lain-lain hospitallity serta jasa
darurat agar wisatawan betah dan tinggal lama di suatu daerah tujuan wisata Soekadijo, 2000:83. Kemudian atraksi wisata juga harus didukung adanya
kemudahan dalam transferbilitas artinya kemudahan untuk bergerak dari daerah satu ke daerah lain dengan adanya sarana transportasi yang memadai Soekadijo,
2000:68.
2.3.2.1 Wisata Alam
Obyek wisata alam adalah obyek wisata yang daya tariknya bersumber pada keindahan alam dan tata lingkungannya Fandeli, 2001:58. Wisata alam yang
dimaksud disini adalah wisata dimana potensi atau modal wisatanya berupa alam fisik, flora dan faunanya Soekadijo, 2000:52. Alam menarik bagi wisatawan
disebabkan hal-hal berikut ini:
38 a.
Banyak wisatawan tertarik oleh kegiatan yang dilakukan di alam terbuka. b.
Dalam kegiatan pariwisata jangka pendek, orang mengadakan perjalanan sekedar untuk menikmati pemandangan atau kehidupan di luar kota.
c. Banyak wisatawan yang mencari ketenangan di tengah alam yang iklimnya
nyaman, suasananya tentram, pemandangannya bagus dan terbuka luas. d.
Ada wisatawan yang menyukai tempat-tempat tertentu dan setiap kali ada kesempatan untuk pergi mereka kembali ke tempat-tempat tersebut.
e. Alam juga sering untuk menjadi bahan studi untuk wisatawan budaya
khususnya dalam widya wisata.
2.3.2.2 Wisata Budaya
Wisata budaya merupakan salah satu jenis pariwisata menurut obyeknya yang motivasi perjalanannya dipengaruhi oleh daya tarik seni dan budaya suatu tempat
atau daerah. Pariwisata untuk kebudayaan merupakan salah satu jenis pariwisata yang ditandai oleh adanya rangkaian motivasi seperti keinginan untuk belajar di
pusat-pusat pengajaran dan riset, mempelajari adat istiadat, kelembagaan dan cara hidup rakyat di negara lain, untuk mengunjungi monumen bersejarah, peninggalan
peradaban masa lalu atau sebaliknya penemuan-penemuan besar masa kini, pusat- pusat kesenian, pusat-pusat kegamaan atau ikut serta dalam festival seni musik,
teater, tarian rakyat dan lain-lain Spillane, 1994:30. Pariwisata dapat juga merupakan fenomena budaya. Dari sisi wisatawan
sendiri, hal ini terkait dengan motivasi perjalanannya. Motivasi perjalanan yang meliputi aspek-aspek budaya antara lain Karyono, 1997:12:
- Ingin melihat adat istiadat bangsa di negara lain.
39 -
Untuk keperluan studi kebudayaan masyarakat yang masih mempunyai kebudayaan primitif atau tradisional dan langka seperti suku Asmat, suku
Dayak, dan Toraja -
Ingin melihat upacara adat, upacara keagamaan dan upacara tradisional bangsa lain.
- Ingin melihat pertunjukan kesenian, festival seni, festival tari, festival nyanyi,
dan festival drama. -
Mengunjungi benda-benda bersejarah, monumen, peninggalan nenek moyang, candi, piramid serta hasil budaya lainnya.
Wisata budaya ini terjadi apabila seseorang melakukan perjalanan wisata dengan tujuan untuk mempelajari adat istiadat, budaya, tata cara kehidupan
masyarakat dan kebiasaan yang terdapat di daerah atau negara yang dikunjungi. Termasuk dalam jenis pariwisata ini adalah mengikuti misi kesenian ke luar negeri
atau untuk menyaksikan festival seni dan kegiatan budaya lainnya Karyono, 1997:17. Kadang-kadang wisatawan datang ke suatu obyek wisata karena di tempat
tersebut terdapat hal ataupun peristiwa khusus. Disini yang penting adalah ”peristiwa khusus”nya tersebut Soekadijo, 2000:56.
2.4 Pengembangan Wilayah