Pembahasan HASIL DAN PEMBAHASAN

berpendidikan SD sebanyak 3 orang 60, berdasarkan mayoritas jumlah anak yang dimiliki adalah 1 orang sebanyak 3 orang 60. Tabel 5.4 Perbedaan Intensitas Nyeri persalinan setelah dilakukan induksi dan tidak dinduksi oksitosin di Rumah Sakit Umum dr.Pringadi Medan Februari- April 2012 Berdasarkan tabel 5.4 diperoleh rata-rata skala nyeri setelah di induksi pada kelompok intervensi adalah 9,25 dengan standar deviasi 0,97. Rata-rata skala nyeri setelah di kontrol pada kelompok kontrol adalah 7,10 dengan standar deviasi 2.24. Beda mean 2.15 diperoleh Pvalue 0,000. Dari hasil tersebut dapat dilihat ada perbedaan signifikan intensitas nyeri persalinan pada kelompok yang di induksi dan kelompok yang tidak di induksi. Maka dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh induksi oksitosin terhadap intensitas nyeri persalinan.

B. Pembahasan

Dari hasil penelitian akan diuraikan pembahasan tentang membandingkan hasil penelitian ini dengan literatur yang berhubungan yakni pengaruh intensitas nyeri persalinan dengan tindakan induksi oksitosin pada ibu bersalin. Variabel Mean SD Beda Mean Pvalue N Intensitas Nyeri setelah diinduksi pada kelompok intervensi 9.25 0,97 2.15 0.000 20 Intensitas Nyeri setelah dikontrol pada kelompok kontrol 7.10 2.24 20 Universitas Sumatera Utara 1. Interpretasi dan diskusi hasil a. Karakteristik responden berdasarkan intensitas nyeri sangat berat pada kelompok kontrol dan kelompok intervensi. Nyeri sangat dipengaruhi oleh faktor usia dan pengalaman masa lalu. Pengaruh usia pada persepsi nyeri dan toleransi nyeri tidak diketahui secara luas. Cara seseorang yang lebih tinggi usia nya berespon terhadap nyeri dapat berbeda dengan cara berespon dengan orang yang berusia lebih muda.Brunner Suddarth, 2002. Dari penelitian ini dapat dilihat bahwa dari 11 orang responden kelompok intervensi yang nyeri sangat berat mayoritas berumur 20-30 tahun sebanyak 7 orang 63,6, sedangkan yang berumur 30 tahun hanya 1 orang 9,1. Dan dari 5 orang kelompok kontrol mayoritas berumur 20-30 tahun sebanyak 3 orang 60, sedangkan yang berumur 30 tahun hanya sebanyak 2 orang 40. Dari sini dapat dilihat bahwa semakin bertambah usia seseorang maka semakin bertambah pemahaman terhadap nyeri. Selain itu pengalaman sebelumnya juga dapat mempengaruhi tingkat nyeri seseorang. Setiap individu belajar dari pengalaman nyeri. Seseorang yang terbiasa merasakan nyeri akan lebih siap dan mudah mengantisipasi nyeri daripada individu yang mempunyai pengalaman sedikit tentang nyeri bahkan mungkin yang sama sekali belum pernah memiliki pengalaman nyeri.prasetyo,2010 Dari penelitian ini dapat dilihat bahwa dari 11 orang kelompok intervensi mayoritas memiliki jumlah anak 1 orang sebanyak 8 orang 72,7 dan dari 5 Universitas Sumatera Utara orang kelompok kontrol mayoritas memiliki jumlah anak 1 orang sebanyak 30 orang 60. Berdasarkan hasil penelitian diatas menyebutkan bahwa ibu bersalin yang mengalami nyeri sangat berat mayoritas yang baru melahirkan 1 kali , ini berarti sesuai dengan teori yang telah disebutkan bahwa ibu yang baru melahirkan 1 kali cenderung lebih mengalami nyeri yang sangat berat di karenakan pengalaman nyeri yang ia miliki masih minim. Dibandingkan dengan ibu yang sudah berkali-kali melahirkan akan lebih sedikit dapat memahami nyeri persalinan berikut nya ,dikarenakan pengalaman nyeri persalinan ia yang telah ada sebelum nya. Sehingga ibu tersebut akan lebih sedikit siap untuk menghadapi nyeri yang akan dihadapinya pada persalinan berikut nya. b. Intensitas nyeri persalinan pada ibu bersalin yang tidak dilakukan induksi oksitosin pada kelompok kontrol. Bobak 2004 rasa nyeri pada persalinan dalam hal ini adalah nyeri kontraksi uterus yang dapat mengakibatkan peningkatan aktifitas sistem saraf simpatis, perubahan tekanan darah,denyut jantung, pernafasan dengan warna kulit dan apabila tidak segera diatasi akan meningkatkan rasa khawatir, tegang, takut, dan stress. Penelitian ini menunjukkan bahwa nyeri yang paling banyak dialami setelah di kontrol pada kelompok yang tidak dilakukan induksi oksitosin adalah nyeri berat dengan skala nyeri 7-9 sebanyak 7 orang 70 . Hasil penelitian ini juga di dukung oleh hasil penelitian Bonica 1995 terhadap 2700 pasien inpartu di 121 pusat obstetri dan ginekologi dari 36 Universitas Sumatera Utara negara menyebutkan frekuensi dan intensitas nyeri persalinan : hanya 15 persalinan yang berlangsung tanpa nyeri atau nyeri ringan, 30 persalinan disertai nyeri sedang, 35 persalinan disertai nyeri hebat. Dari hasil diatas jelas bahwa peristiwa berat ringannya rasa nyeri yang dialami seorang ibu dibanding ibu yang lain atau oleh seorang ibu dari satu persalinan dibanding persalinan berikutnya berbeda.

c. Intensitas nyeri persalinan setelah dilakukan induksi oksitosin pada kelompok intervensi.

Menurut fitrianingsih 2010 oksitosin adalah obat yang di gunakan untuk menstimulasi kontraksi uterus mengaugmentasi persalinan, mempercepat kelahiran janin. Penelitian ini menunjukan bahwa nyeri yang paling banyak dialami setelah dilakukan induksi oksitosin pada kelompok intervensi adalah nyeri sangat berat dengan skala nyeri 10 sebanyak 11 orang 65. Nyeri hebat terjadi ketika bekuan atau potongan jaringan dari lapisan rahim melewati serviks leher rahim. http:www.medicastore.com, 2007. Hasil penelitian ini sesuai dengan teori Sue Jordan 2010 yang menyebutkan bahwa selama sembilan terakhir kehamilan, daya reaksi otot rahim terhadap oksitosin meningkat sebesar delapan kali lipat, bila dilakukan pemberian oksitosin, baik frekuensi maupun kekuatan kontraksi otot polos rahim akan meningkat sehingga rasa nyeri persalinan semakin hebat.

d. Pengaruh intensitas nyeri persalinan dengan tindakan induksi oksitosin

Universitas Sumatera Utara Dari hasil uji statistik di peroleh kesimpulan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara intensitas nyeri setelah di induksi pada kelompok intervensi dan setelah di kontrol pada kelompok yang tidak di induksi dengan taraf signifikan 0,000 p0,05. Dari hasil pengukuran intensitas nyeri pada kelompok intervensi diketahui sebagian besar responden mengalami nyeri pada skala 10 dengan intensitas nyeri sangat berat. Menurut penelitian yang di lakukan oleh Ronny Ajharta 2008 nyeri persalinan kala 1 timbul dari dilatasi servik dan segmen bawah rahim yang menyebabkan distensi, peregangan dan robekan-robekan pada struktur tersebut selama uterus berkontraksi. Dari hasil penelitian ini dapat dilihat dengan jelas bahwa persalinan yang dinduksi oksitosin lebih tinggi intensitas nyeri nya dibanding dengan persalinan normal tanpa tindakan induksi oksitosin. Ini didukung oleh penelitian Bustan dan bantuk 1997 mendapatkan bahwa nyeri yang timbul pada persalinan dengan drip oksitosin lebih hebat bila dibandingkan dengan persalinan spontan setelah memasuki jam ke -3 penilaian.

2. keterbatasan penelitian

Keterbatasan dan kelemahan penelitian ini adalah dalam mengetahui skala nyeri peneliti hanya menggunakan dua metode yaitu skala nyeri numerical 0- 10 dan lembar observasi. Padahal selain dengan cara ini ada beberapa metode lainnya. Apabila klien tidak dapat membaca, memahami penjelasan Universitas Sumatera Utara dari peneliti maka deskripsi nyeri tidak akurat. Keterbatasan waktu dan jumlah populasi penelitian kali ini tidak menggunakan kelompok kontrol.

3. Implikasi untuk asuhan kebidananpendidikan kesehatan

Dari hasil penelitian ini telah diketahui bahwa pemberian induksi oksitosin berpengaruh dalam meningkatkan rasa nyeri pada ibu bersalin. Jadi diharapkan untuk memperhatikan dalam pemberian dosis induksi oksitosin dan tidak dilakukan untuk persalinan tanpa komplikasi normal. Universitas Sumatera Utara

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian dan pembahasan tentang pengaruh induksi oksitosin terhadap intensitas nyeri persalinan di Rumah Sakit Umum Dr.Pringadi Medan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Karakteristik responden di peroleh bahwa 20 orang responden kelompok intervensi mayoritas berumur 20-30 tahun sebanyak 14 orang 70, berdasarkan tingkat pendidikan mayoritas berpendidikan SMA sebanyak 9 orang 45, berdasarkan mayoritas jumlah anak yang dimiliki adalah 2-4 orang sebanyak 13 orang 65. Sedangkan 20 orang responden kelompok kontrol mayoritas berumur 20-30 tahun sebanyak 12 orang 60, berdasarkan tingkat pendidikan mayoritas berpendidikan SMA sebanyak 10 orang 50, berdasarkan mayoritas jumlah anak yang dimiliki adalah 2-4 orang sebanyak 13 orang 65. 2. Intensitas nyeri persalinan diperoleh bahwa responden pada kelompok yang tidak di induksi setelah di kontrol mayoritasnya mengalami nyeri berat sebanyak 7 orang 35 dan pada kelompok intervensi setelah di induksi oksitosin mayoritas nya adalah nyeri sangat berat sebanyak 11 orang 55. Dari tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa setelah dilakukan tindakan induksi oksitosin terjadi perubahan tingkat nyeri dari nyeri berat menjadi nyeri sangat berat. 3. Dari 11 orang responden kelompok intervensi yang nyeri sangat berat mayoritas berumur 20-30 tahun sebanyak 7 orang 63,6, berdasarkan Universitas Sumatera Utara