BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil 4.1.1. Data Percobaan
Hasil analisis pengaruh waktu pembleachingan CPO terhadap kadar asam lemak bebas.
Tabel 4.1. Data Kadar ALB dari CPO
No Sampel
Berat Sampel gr
Volume Titran ml
Kadar Asam Lemak 1
A 2,5267
3 3,0395
2 A15
2,5094 4,3
4,3867
3
A30 2,5045
4,5 4,5997
4
A45 2,5142
4,6 4,6837
5 A60
2,5023 4,7
4,8083 Keterangan :
A = tanpa adanya pembleachingan A15 = pemanasan 15 menit setelah dimasukkan bleaching earth
A30 = pemanasan 30 menit setelah dimasukkan bleaching earth A45 = pemanasan 45 menit setelah dimasukkan bleaching earth
A60 = pemanasan 60 menit setelah dimasukkan bleaching earth
Universitas Sumatera Utara
4.2. Perhitungan
Perhitungan kadar ALB yang dihasilkan dari minyak CPO dapat menggunakan rumus sebagai berikut :
� = volume titran x N KOH x BM as. palmitat
berat sampel Salah satu contoh perhitugan dari data hasil analisis pengaruh waktu
pembleachingan CPO terhadap kadar asam lemak bebas ALB adalah : � =
x , x , ,
= 3,0395
4.3. Pembahasan
Pengaruh waktu pembleachingan CPO terhadap kadar asam lemak bebas dilakukan dengan cara titrasi alkalimetri dengan pemakaian indikator phenolftalein, jika
dilihat dari hasil analisa yang dilakukan terjadi kenaikan kadar persentase asam lemak bebas ALB. Kenaikan ini terjadi berbanding lurus dengan bertambahnya
waktu pemanasan. Dimana tanpa pembleachingan kadar ALB yang didapat sebesar 3,0395 ; dengan adanya pembleachingan selama 15 menit sebesar 4,3867 ;
pembleachingan selama 30 menit sebesar 4,5997 ; pembleachingan selama 45 menit sebesar 4,6837 dan pembleachingan selama 60 menit sebesar 4,8083 .
Kadar asam lemak bebas yang tinggi tentunya sangat mempengaruhi mutu minyak CPO, karena dapat mengakibatkan minyak menjadi bau tengik dan rasanya
tidak enak, yang ditandai dengan warna minyak kuning kemerahan, bila kadar asam lemak bebasnya diatas 5 . Nilai minimum dari kadar asam lemak bebas yaitu
Universitas Sumatera Utara
sebesar 3 , jika dibawah 3 maka minyak yang dihasilkan akan mengandung sedikit air karena air akan memaksimalkan kerja enzim yang membuat kadar asam
lemak bebas menjadi tinggi. Dari data diatas masih memenuhi standar mutu dari asam lemak bebas dan tidak berbahaya untuk dikonsumsi oleh produsen.
Selama melakukan preparasi sampel ada perhitungan yang dilakukan untuk memasukkan seberapa banyak bleaching earth kedalam sampel yaitu dengan
perhitungan sebagai berikut : 1 BE = 1 x 30
= 0,3 gr Dan penambahan bleaching earth ini dilakukan setelah mencapai suhu
antara 95-100°C dan dimasukkan ke sampel sambil diaduk dengan magnetik stirrer selama 15, 30, 45, dan 60 menit. Setelah itu, penyaringan dilakukan setelah 15, 30,
45, dan 60 menit belaching earth diaduk. Adapun fungsi dari penambahan reagen yaitu sebagai berikut :
1. Etanol
Minyak CPO tidak larut dalam air sehingga dibutuhkan etanol untuk melarutkannya, karena etanol adalah pelarut untuk bahan organik. Penambahan
etanol pada minyak CPO yang ingin ditentukan kadar asam lemak bebasnya bertujuan untuk melarutkan minyak CPO saat proses pemanasan. Fungsi
penambahan etanol adalah untuk melarutkan lemak atau minyak dalam sampel agar dapat bereaksi dengan basa alkali.
Universitas Sumatera Utara
2. Indikator phenolftalein
Pemberian tiga tetes indikator phenolftalein pada percobaan ini adalah sebagai indikator pembuktian bahwa sampel tersebut bersifat asam atau basa. Pada
percobaan ini, setelah dititrasi dengan KOH, etanol dan minyak CPO yang telah ditetesi indikator phenolftalein berubah warna menjadi merah lembayung. Hal ini
membuktikan bahwa larutan tersebut bersifat basa yang memiliki trayek pH sekitar 9-10.
3. KOH 0,1 N
Penggunaan KOH saat proses titrasi adalah untuk menenukan kadar asam lemak bebas yang terkandung dalam minyak CPO. Jumlah volume yang digunakan untuk
mentitrasi larutan minyak CPO dan etanol digunakan dalam proses penentuan asam lemak bebas.
4. Bleaching earth
Bleaching earth digunakan untuk menghilangkan warna pada minyak dan menghilangkan zat-zat pengotor yang terkandung dalam minyak.
Kenaikan kadar ALB ditentukan mulai dari saat tandan dipanen sampai tandan diolah dipabrik. Kenaikan ALB ini disebabkan adanya reaksi hidrolisa pada
minyak. Hasil reaksi hidrolisa minyak sawit adalah gliserol dan ALB. Reaksi ini akan dipercepat dengan adanya faktor-faktor panas, air, keasaman dan katalis.
Semakin lama reaksi ini berlangsung, maka semakin banyak kadar ALB yang terbentuk.
Universitas Sumatera Utara
Pemanenan yang tepat waktu merupakan salah satu untuk menekan kadar ALB sekaligus menaikkan kadar rendemen minyak. Agar ALB minimum,
transportasi buah panen harus dilakukan segera mungkin. Selain itu juga perlu dijamin bahwa hanya buah yang cukup matang yang dipanen. Kandungan ALB
buah sawit yang dipanen biasanya kurang dari 0,3 . Peningkatan ALB terjadi karena kerusakan buah selama proses panen sampai tiba diketel perebusan.
Peningkatan kadar ALB juga dapat terjadi pada proses hidrolisa di pabrik. Pada proses tersebut terjadi penguraian kimiawi yang dibantu oleh air dan
berlangsung pada kondisi suhu tertentu. Air panas dan uap air pada suhu tertentu merupakan bahan pembantu dalam proses pengolahan. Akan tetapi, proses
pengolahan yang kurang cermat mengakibatkan efek samping yang tidak diinginkan, mutu minyak menurun sebab air pada kondisi tertentu bukan membantu
proses pengolahan tetapi malah menurunkan mutu minyak. Untuk itu setelah akhir proses pengolahan minyak sawit dilakukan pengeringan dengan suhu 90°C.
Sebagai ukuran standar mutu dalam perdagangan untuk ALB ditetapkan sebesar 5.
Dari data yang didapat, asam lemak yang terkandung dalam minyak sawit adalah asam palmitat, dikarenakan asam palmitat yang terkandung dalam minyak
sawit sebanyak 50 . Dari segi gizi, asam palmitat merupakan sumber kalori penting namun memiliki daya antioksidasi yang rendah.Adapun struktur dari asam
palmitat adalah sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.1. Struktur Asam Palmitat
Universitas Sumatera Utara
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN